No. absen :5
i
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Menyetujui,
Coach, Mentor,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Menyetujui,
Coach, Mentor,
Mengesahkan,
Narasumber
DR. xxxxx
Widyaiswara Ahli Utama
NIP.
iii
PRAKATA
iv
6. Seluruh Widyaiswara yang telah membimbing dalam kelas dan
memberikan pengarahan terkait materi ANEKA untuk dapat
diaktualisasikan di instansi.
7. Panitia dan Binsuh yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan
Pelatihan Dasar CPNS Golongan III.
8. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 10 atas
kebersamaan, kekompakan, dan kerjasamanya hingga tersusunnya
Rancangan Aktualisasi ini.
9. Keluarga besar Puskesmas Purwoyoso yang selalu mendukung,
bekerjasama dan membantu dalam pelaksanaan aktualisasi.
10. Orang tua tercinta yang selalu membimbing dan mendoakan setiap
langkah penulis.
11. Istri tersayang dan anak tercinta yang selalu menjadi penyemangat dan
motivasi dalam setiap langkah dan perjuangan penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PRAKATA .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viiii
BAB I.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Isu .................................................................................... 3
C. Dampak Isu ....................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah............................................................................. 8
E. Tujuan ............................................................................................... 8
F. Manfaat ............................................................................................. 9
BAB II ....................................................................................................... 10
A. Bela Negara ASN ............................. Error! Bookmark not defined.0
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil ...... Error! Bookmark not defined.2
1. Akuntabilitas ................................ Error! Bookmark not defined.2
2. Nasionalisme ............................... Error! Bookmark not defined.3
3. Etika Publik ................................................................................. 15
4. Komitmen Mutu .............................. Error! Bookmark not defined.
5. Anti Korupsi ................................................................................ 17
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI ......... Error! Bookmark not
defined.
1. Whole of Government (WoG) ..................................................... 17
2. Manajemen ASN ......................................................................... 19
3. Pelayanan Publik ........................................................................ 22
D. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .................................. 24
1. Pengertian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ........... 24
2. Konsep Dasar Penyakit Infeksi ................................................... 25
3. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
atau “Healthcare-Associated Infections” (HAIs) ............................... 28
4. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ............... 29
BAB III ...................................................................................................... 33
A. Profil Organisasi .............................................................................. 33
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi ..................................... 33
2. Visi, Misi, Nilai, Dan Tujuan Organisasi ...................................... 33
3. Deskrispsi SDM, Sarpras dan Sumber Daya Lain .................... 344
4. Struktur Organisasi Dan Job Deskripsi ....................................... 38
B. Tugas Dan Jabatan Peserta Diklat ................................................ 422
C. Role Model .................................................................................... 433
BAB IV ................................................................................................... 455
A. Penetapan Isu Yang Terpilih ........................................................ 455
B. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi ................... 47
C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi (harian) ......................... 53
vi
BAB V PENUTUP .................................................................................... 56
A. Simpulan
B. Pentingnya Rancangan Aktualisasi
C. Dampak Apabila Rancangan Aktualisasi Tidak Dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 58
BIODATA PENULIS ................................................................................. 59
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas serta mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat (3) dan ayat
(4) tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah
untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan. Merujuk
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS,
PNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan untuk
membangun moral, kejujuran, semangat nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.
Karakter PNS profesional dibentuk dari sikap dan perilaku disiplin
PNS, nilai-nilai dasar profesi PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI serta mengusai tugasnya sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan
publik. Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan sebuah
penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan terintegrasi. Dalam hal ini,
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Latsar Gol. III mengatur tentang
penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan
non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja. Sehingga,
memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan, dan
mengaktulisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan
1
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter
PNS yang profesional sesuai bidang tugas.
Puskesmas sebagai instansi pelayanan kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan.
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau, hal ini diatur dalam Undang-Undang Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2019. Puskesmas dihadapkan pada risiko terjadinya
infeksi baik karena perawatan atau datang berkunjung ke
puskesmas.Teknik pengendalian infeksi harus diterapkan dalam praktik
keseharian untuk mencegah terjadinya infeksi. Penyakit infeksi terkait
pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs)
merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia,
termasuk Indonesia. Infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
mendapat perhatian. Lebih dari 1,4 juta orang di dunia mengalami infeksi
yang didapat dari pelayanan kesehatan. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan modern di Negara maju 5 – 10 % pasien mengalami satu atau
lebih infeksi. Di Negara berkembang risiko terjadinya HAIs 2 – 20 kali lebih
tinggi dibandingkan Negara maju. Proporsi pasien yang terkena dampak
dari HAIs dapat lebih dari 25 %. Di puskesmas purwoyoso sendiri, banyak
pasien yang belum mengetahui etika batuk yang baik dan benar. Oleh
karena itu dapat meningkatkan angka kewaspadaan infeksi melalui droplet.
Sedangkan untuk petugas kesehatan ada beberapa petugas yang tidak
mengikuti SOP secara baik dan benar. Seperti tidak patuhnya petugas
dalam melakukan cuci tangan.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas
pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan
2
tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan
pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit infeksi. Jika
pencegahan dan pengendalian infeksi belum optimal, dapat berdampak
pada kualitas pelayanan kesehatan dan status kesehatan petugas maupun
pasien. Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi atau pembaharuan,
perbaikan guna mencapai pelayanan yang bermutu, berkualitas, sehat,
efeketif dan efisien
B. Identifikasi Isu
Laporan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa
isu atau problematika yang ditemukan di instansi tempat bekerja. Isu-isu
ini bersumber dari prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Aparatur Sipil
Negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu :
1. Whole of Government (WOG)
2. Pelayanan Publik
3. Manajemen ASN
Sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi),
perintah atasan, inovasi dan inisiatif penulis yang disetujui mentor dan
pembimbing.
Tabel 1.1 Analisis Isue
No Identifikasi isu Kondisi saat ini Kondisi yang
diharapkan
1 Kurang Optimalnya Kurangnya kepatuhan Tingkat kepatuhan cuci
pelaksanaan petugas dalam tangan meningkat
Program melakukan cuci
Pencegahan tangan.
Pengendalian Infeksi
di Puskesmas Belum ada Tim Adanya tim PPI
Purwoyoso Pencegahan
Pengendalian Infeksi.
Sumber Isu:
Manajemen ASN
Pelayanan Publik
3
No Identifikasi isu Kondisi saat ini Kondisi yang
diharapkan
Belum maksimalnya Penataan alat dan
penataan alat dan kebersihan alat sesuai
kebersihan alat. SOP
Sumber Isu:
Manajemen ASN
Pelayanan publik
4 Belum optimalnya Terdapat 2 posyandu Pelaksanaan posyandu
Posyandu remaja remaja di wilayah remaja di wilayah kerja
dalam upaya kerja puskesmas puskesmas purwoyoso
pencegahan purwoyoso namun berjalan dengan baik
penyakit tidak belum begitu aktif
menular di wilayah
Puskesmas
Purwoyoso.
Sumber Isu:
Pelayanan Publik
4
No Identifikasi isu Kondisi saat ini Kondisi yang
diharapkan
Whole of
Government (WoG)
5 Kurangnya Masih banyaknya ibu Ibu hamil memahami
pengetahuan ibu hamil yang mengalami dampak anemia
hamil terhadap penyakit anemia terhadap janin dan
penyakit anemia di dirinya.
wilayah Puskesmas
Purwoyoso.
Sumber isu:
Manajemen ASN
Pelayanan Publik
Dari kelima isu yang telah disampaikan diatas maka perlu adanya
suatu system analisa guna mengetahui isu tersebut secara utuh. Maka
diperlukan suatu metode bantu penetapan problema isu dengan
menentukan apakah isu tersebut memenuhi Problema APKL (Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan) dan penjelasannya sebagai
berikut;
1. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan dalam masyarakat.
2. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komprehensif.
3. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak.
4. Layak artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
5
Tabel 1.2 Analisis Isue dengan APKL
NO Isu A P K L KET
Kurang Optimalnya pelaksanaan Program
1 Pencegahan Pengendalian Infeksi di + + + + MS
Puskesmas Purwoyoso
Kurang optimalnya sistem pendaftaran
2 menggunakan program PUSTAKA di + + + - TMS
Puskesmas Purwoyoso
Belum optimalnya kerjasama lintas
3 program di UKP dengan poli gizi untuk
+ + + - TMS
melawan dan mencegah PTM di wilayah
lingkup Puskesmas Purwoyoso
Belum optimalnya Posyandu remaja
4 dalam upaya pencegahan penyakit tidak
+ + + + MS
menular di wilayah Puskesmas
Purwoyoso.
Kurangnya pengetahuan ibu hamil
5 terhadap penyakit anemia di wilayah
+ + + + MS
Puskesmas Purwoyoso.
6
Dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau isu yang bersifat
aktual, sebaiknya menggunakan kemampuan berpikir kritis yang ditandai
dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Salah satu
alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas adalah menggunakan
kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Tabel 1.3 Analisis isue dengan metode USG
No Isu U S G Jumlah Peringkat
1 Kurang 5 5 4 14 1
Optimalnya
pelaksanaan
Program
Pencegahan
Pengendalian
Infeksi di
Puskesmas
Purwoyoso
2 Belum 5 4 3 12 3
optimalnya
Posyandu
remaja dalam
upaya
pencegahan
penyakit tidak
menular di
wilayah
Puskesmas
Purwoyoso.
3 Kurangnya 5 4 4 13 2
pengetahuan ibu
hamil terhadap
penyakit anemia
di wilayah
Puskesmas
Purwoyoso.
7
Keterangan:
U (Urgency) : Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti
S (Seriousness) : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan
G (Growth) : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Skala likert:
1 : Sangat kecil 4 : Besar
2 : Kecil 5 : Sangat besar
3 : Sedang
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengoptimalkan PPI di Puskesmas Purwoyoso?
2. Bagaimana mengaktualisasikan nilai nilai ANEKA dalam upaya
mengoptimalkan PPI di Puskesmas Purwoyoso?
3. Bagaimana keterkaitan kegiatan dengan visi misi dan nilai
organisasi?
D. Tujuan
Tujuan kegiatan aktualisasi ini adalah untuk
1. mengoptimalkan PPI di Puskesmas Purwoyoso
2. mengaktualisasikan nilai nilai ANEKA dalam upaya
mengoptimalkan PPI di Puskesmas Purwoyoso
8
3. Mengetahui keterkaitan kegiatan dengan vsi misi dan nilai
organisasi
E. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Dapat menurunkan risiko infeksi dari petugas ke pasien atau
sebaliknya di ruang Pengobatan Umum Puskesmas Purwoyoso
b. Meningkatkan mutu pelayanan publik secara professional
c. Terwujudnya visi dan misi Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang
2. Bagi Masyarakat
a. Dapat meminimalisir transmisi infeksi, baik pasien maupun
petugas kesehatan.
b. Mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan dan harapannya dalam bidang kesehatan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
10
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
Pola pikir positif yang demikianlah yang membentuk konsep diri
selaku pegawai negeri sipil. Adapun konsep diri Pegawai Negeri Sipil
adalah sebagai berikut :
1. Bekerja sebagai Ibadah;
2. Menghindari sikap tidak terpuji;
3. Bekerja secara profesional;
4. Berusaha meningkatkan kompetensi dirinya secara terus menerus;
5. Pelayan dan pengayom masyarakat;
6. Bekerja berdasarkan peraturan yang berlaku;
7. Tidak rentan terhadap perubahan dan terbuka serta bersikap realistis.
Disamping itu sebagai parameter kinerja di akhir tahun, pegawai
negeri sipil juga mendapatkan laporan kinerja pegawai dan/atau berupa
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1979, terdiri atas delapan norma-
norma sikap perilaku: 1. Kesetiaan 2. Prestasi Kerja 3. Tanggung Jawab
4. Ketaatan 5. Kejujuran 6. Kerjasama 7. Prakarsa, dan 8.
Kepemimpinan.
Dengan adanya peraturan dan ketentuan tersebut diatas, maka
norma dan aturan tersebut dimaksudkan dan diarahkan agar pegawai
negeri sipil dalam kesehariannya di tempat kerja dapat menjaga pola
pikir, sikap, perilaku, dan performa kerja (kinerjanya) dalam organisasi
11
pemerintah dengan sebaik-baiknya dalam rangka pencapaian target
kerja dirinya dan tercapainya output dan tujuan organisasi.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya.
Dengan demikian kepercayaan masyarakat (public trust) kepada
birokrasi akan semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan
sebagai kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Indikator Nilai-Nilai Akuntabilitas :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
12
e. Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. Dengan nasionalisme yang kuat maka setiap
ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan
publik, bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilainilai
Pancasila. ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat
dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaan.
Indikator Nilai-Nilai Nasionalisme :
a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia sebagai negara yang
tidak membatasi agama dalam ruang privat. Nilai-nilai
ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan
13
yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi
keadilan dan persaudaraan.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan
nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti
negara menjalankan fungsi “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu
nyawa, satu akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya,
yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi
pertama , badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi
ajang memperjuangkan asprasi beragam golongan yang ada
di masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan
bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu
golongan atau perorangan.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri
bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi
masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.
14
3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukanperbuatan yang pantas, guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu mencakup cara-cara
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang
baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nilai-nilai yang dianut.
Indikator Nilai-Nilai Etika Publik:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
15
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab
pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar
dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu
merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi
dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
Indikator Nilai-Nilai Komitmen Mutu:
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun
mutu hasil kerja.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
sebagai PNS yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
16
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
5. Anti Korupsi
Pada kebijakan hukum di Indonesia korupsi telah diidentifikasi
sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) sehingga seluruh
PNS harus mengembangkan sikap anti korupsi. Bahkan tidak hanya
korupsi yang identik dengan kerugian keuangan negara, korupsi
waktu, gratifikasi, mengharapkan pamrih dalam bekerja dan
melakukan diskriminasi pelayanan publik harus menjadi concern
utama dalam sikap anti korupsi yang perlu dikembangkan.
Indikator Nilai-Nilai Etika Publik:
a. Jujur
b. Peduli
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggung jawab
f. Kerja Keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil
17
masalah masalah rumit (wicked problems) abad 21. Guncangan
globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di
berbagai sektor kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi
pasar bebas di sektor ekonomi dan lain-lain yang sulit diatasi dengan
cara dan pendekatan biasa (in the box) membuat WoG menjadi
keniscayaan yang tidak terhindarkan. Salah satu bentuk penerapan
WoG disektor pelayanan publik adalah egovernment.
E-government adalah salah satu faktor pendorong strategis
(strategic enabler) yang memungkinkan WoG dapat dilaksanakan,
karena peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring
kerja (network) kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter
agensi/instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang
ditopang oleh e-goverment berpotensi menjadi tuas pengungkit
(leverage) bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial dan
ingkungan, termasuk di dalamnya pelayanan publik. Berdasarkan hal
itu, maka e-goverment harus dilaksanakan di berbagai level
pelayanan publik.
Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang
meliputi kekurangan dan hambatan (barrier) sehingga menyebabkan
WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti ditengah jalan dan pada
akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-kekurangan WoG adalah
memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu cocok
dengan wicked problems yang akan ditangani, dan hasilnya sulit
diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat menjadi
dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG terutama
disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas,
benturan agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat tercipta
kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang rendah.
Pada sektor pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang
tidak jelas atau minim ini menjadi faktor kunci timbulnya korupsi di
sektor publik (Samuel Paul,2012:4 dalam Loura Hardjaloka,
18
2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki
unsur-unsur utama yang menunjang timbulnya korupsi yaitu:
monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang 5 tidak jelas. Pemerintah
memiliki monopoli kewenangan atau kekuasaan untuk mengakses
sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan
perundang-undangan.
Monopoli membuka peluang transaksional bagi perdagangan
akses perijinan dengan imbalan suap atau gratifikasi. Lebih lanjut,
pemerintah memiliki kewenangan atau kekuasaan diskresi yang
dapat dimanfaatkan untuk memberikan akses atau hak istimewa
tertentu kepada pihak yang dapat memberikan imbalan atau suap.
Terakhir, unsur lemah atau tidak jelasnya akuntabilitas akan menjadi
enabler (faktor yang memungkinkan) terjadinya korupsi. Hubungan
ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam rumusan berikut
(Loura Hardjaloka, 2014: 436):
19
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non-diskriminasi;
k. Persatuan dan kesatuan;
l. Keadilan dan kesetaraan;
m. Kesejahteraan.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip:
1. Nilai dasar;
2. Kode etik;
3. Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik;
4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. Kualifikasi akademik;
6. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
7. Profesionalitas jabatan.
Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program Pemerintah;
20
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
Kode etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan
manajemen ASN. Untuk melakukan pembinaan profesi dan Pegawai
ASN, Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaan pembinaan
dan manajemen ASN kepada:
a. Menteri, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan
umum pendayagunaan Pegawai ASN;
b. KASN, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan
pembinaan profesi ASN dan pengawasan pelaksanaannya pada
Instansi dan Perwakilan;
c. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian dan
pengembangan administrasi pemerintahan negara, pembinaan
pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan untuk penjenjangan Aparatur Sipil
Negara; dan
d. BKN, berkaitan dengan kewenangan pembinaan manajemen
Pegawai ASN, penyusunan materi seleksi umum calon Pegawai
ASN, pembinaan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN,
21
pemeliharaan dan pengembangan Sistem Informasi Pegawai
ASN, dan pembinaan pendidikan fungsional analis kepegawaian.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi Aparatur Sipil Negara. Sistem informasi Aparatur Sipil
Negara diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar
berbagai Instansi. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data
dalam Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara, setiap Instansi wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada
BKN. Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara sebagaimana
berbasiskan teknologi informasi yang mudah diaplikasikan, mudah
diakses dan memiliki sistem keamanan yang dipercaya. BKN
bertanggung jawab atas penyimpanan informasi yang telah
dimutakhirkan oleh Instansi serta bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengembangan Sistem Informasi Aparatur Sipil
Negara.
3. Pelayanan Publik
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009 Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa, barang,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik
adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dan selanjutnya menurut Ridwan
dan Sudrajat (2009:19) pelayanan publik merupakan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara terhadap
22
masyarakat nya guna memenuhi kebutuhan dari masyarakat itu
sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Adapun menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 81 tahun 1993, kinerja organisasi publik
dalam memberikan pelayanan publik dapat dilihat indikatornya
sebagai berikut :
a. Kesederhanaan,
adalah prosedurnya harus didesign sedemikian rupa, sehingga
penyelenggara layanan publik menjadi mudah, lancar, cepat, tidak
berbelit belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara,
khususnya mengenai biaya layanan, cara pembayaran, jadwal
waktu, pejabat yang berwenang dan tanggung jawab pemberi
layanan publik.
c. Keamanan,
adalah usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pelanggan
dari bahaya, resiko dan keragu raguan. Proses dan hasil
pelayanan publik dapat memberikan keamanan dan kenyamanan
serta memberikan kepastian hukum.
d. Keterbukaan,
adalah pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi yang
mereka butuhkan secara mudah dan jelas yang meliputi informasi
tata cara persyaratan, waktu penyelesaian, biaya dan lain-lain.
e. Efesien,
adalah persyaratan layanan publik hanya dibatasi pada hal-hal
yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan,
dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan
dan produk layanan publik yang diberikan. Disamping itu juga
harus dicegah adanya pengulangan yang tidak perlu, terutama
tentang persyaratan administratif.
23
f. Ekonomis,
adalah agar pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar,
dengan memperhatikan nilai barang dan jasa dan dengan
kemampuan pelanggan untuk membayar.
g. Keadilan,
adalah yang merata meliputi cakupan dan jangkauan layanan
publik harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang
diperlakukan secara adil.
h. Ketepatan waktu
adalah pelaksanaan layanan publik dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan
24
infeksi termasuk pencegahan infeksi yang bersumber dari
masyarakat berupa Tuberkulosis, HIV (Human Immunodeficiency
Virus), dan infeksi menular lainnya. Komite atau Tim PPI dibentuk
untuk menyelenggarakan tata kelola PPI yang baik agar mutu
pelayanan medis serta keselamatan pasien dan pekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan terjamin dan terlindungi. Komite atau Tim
PPI bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan
pembinaan. Hasil pelaksanaan tugas harus dilaporkan kepada
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara berkala paling
sedikit 2 (dua) kali dalam setahun, atau sesuai dengan kebutuhan.
25
penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor risikonya.
26
atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak
adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat
juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir
mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan
reservoir.
d. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran
napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
e. Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung
dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui
vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui
vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
f. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi
memasuki pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit
yang tidak utuh.
g. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan
kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan
agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan
adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan
dengan imunosupresan.
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau
etnis tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan
herediter.
27
3. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan atau “Healthcare-Associated Infections” (HAIs)
a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit
mencakup:
A. Ventilator associated pneumonia (VAP)
B. Infeksi Aliran Darah (IAD)
C. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
D. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
b. Faktor Risiko HAIs meliputi:
A. Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
B. Status imun yang rendah/terganggu (immuno-
compromised): penderita dengan
penyakit kronik, penderita tumor ganas,
pengguna obat-obat imunosupresan.
C. Gangguan/Interupsi barier anatomis:
a. Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi
saluran kemih (ISK).
b. Prosedur operasi: dapat menyebabkan
infeksi daerah operasi (IDO) atau “surgical
site infection” (SSI).
c. Intubasi dan pemakaian ventilator
meningkatkan kejadian “Ventilator
Associated Pneumonia” (VAP).
d. Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD
e. Luka bakar dan trauma.
D. Implantasi benda asing :
a. Pemakaian mesh pada operasi hernia.
b. Pemakaian implant pada operasi tulang,
c. kontrasepsi, alat pacu jantung.
d. “cerebrospinal fluid shunts”.
28
e. “valvular / vascular prostheses”.
E. Perubahan mikroflora normal: pemakaian
antibiotika yang tidak bijak dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya
bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.
29
• Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk
kebersihan tangan. Kebersihan tangan juga diperlukan ketika
menggunakan dan terutama ketika melepas APD.
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman
pada penilaian risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekresi dan kulit yang terluka. Ketika melakukan prosedur yang
berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan, maka
pemakaian APD harus ditambah dengan,
• Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan
pelindung mata/ eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
• Gaun dan sarung tangan bersih.
30
3. Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
prosedur/ tindakan medik yang menimbulkan aerosol
Suatu prosedur/ tindakan yang menimbulkan aerosol
didefinisikan sebagai tindakan medis yang dapat menghasilkan
aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk partikel kecil (<5 mkm).
Terdapat bukti yang baik yang berasal dari studi tentang Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) yang disebabkan oleh virus corona
(SARS-CoV), dimana terdapat hubungan yang konsisten antara
transmisi patogen dengan intubasi trakea. Selain itu, beberapa studi
juga menunjukkan adanya peningkatan risiko Infeksi SARS-COV yang
terkait dengan trakeostomi, ventilasi non- invasif dan penggunaan
ventilasi manual sebelum dilakukan intubasi. Namun, karena temuan
ini diidentifikasi hanya dari beberapa studi yang kualitasnya dinilai
rendah, maka interpretasi dan aplikasi praktis sulit dilakukan. Tidak
ditemukan prosedur lain yang secara signifikan berhubungan dengan
peningkatan risiko penularan ISPA.
Tindakan kewaspadaan tambahan harus dilakukan saat
melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol dan mungkin
berhubungan dengan peningkatan risiko penularan infeksi,
khususnya, intubasi trakea.
Tindakan kewaspadaan tambahan saat melakukan prosedur medis
yang menimbulkan aerosol:
1. Memakai respirator partikulat (N95) ketika mengenakan respirator
partikulat disposable, periksa selalu penyekat atau seal-nya.
2. Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
3. Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak
steril, (beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril)
4. Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan
volume cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus
gaun
5. Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu disarana –
31
sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik,minimal terjadi 6 sampai
12 kali pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 60 liter/ detik/
pasien di sarana – sarana dengan ventilasi alamiah.
6. Membatasi jumlah orang yang hadir di ruang pasien sesuai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan
pasien
7. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan nya dan setelah pelepasan APD
32
BAB III
PROFIL ORGANISASI
A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Dalam pembentukan puskesmas sendiri memiliki dasar hokum
yang diatur dalam peraturan menteri kesehatan republic Indonesia
nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
Penjelasan mengenai Puskesmas tertuang dalam Pasal 1
Permenkes nomor 75 Tahun 2014, Fasilitas Pelayanan Kesehatan
adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
atau masyarakat.. Dan pusat pelayanan kesehatan ini disebut dengan
Puskesmas.
33
c) Nilai-nilai Organisasi
PRIMA
P : Peduli terhadap keluhan pasien
R : Ramah, sabar dan empati dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan
I : Ikhlas, jujur disiplin dan tanggung jawab dalam
menjalankan tugas.
M : Menjunjung tinggi kode etik pegawai ( bersikap
rofessional ) dalam tugas, bekerja jujur, tertib, cermat dan
bersemangat, bersikap ramah, sopan dalam memberikan
pelayanan, tidak menyalahgunakan wewenang, tidak
menerima gratifikasi, tidak melakukan pungutan yang tidak
syah dalam melaksanakan tugas.
A : Aktif menggalang kemitraan, inovatif, kreatif dan bekerja
secara professional.
34
Sebagai puskesmas BLUD (Badan layanan Umum Daerah)
Puskesmas Purwoyoso memiliki sarana dan prasarana untuk
menunjang kinerja dan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso antara lain sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas
No Jenis Sarana Jumlah
A. SARANA KESEHATAN
1. Posyandu Balita 30
2. Posyandu Lansia 28
3. Dokter Praktek Swasta 12
4. Dokter Gigi Praktek 1
5. Apotek 4
6. Laboratorium Klinik 5
7. Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) 2
8. Bidan Praktek Mandiri (BPM) 11
9. Kader TB 10
B. SARANA PENDIDIKAN MENCAKUP
1. TK 20
2. SD 13
3. SMP 3
4. SMA 1
5. PT/ Akademi 0
35
Jenis Layanan
Tabel 3.2 Jenis Layanan di Puskesmas
36
NO JENIS PELAYANAN JENIS KEGIATAN
Pemeriksaan Tempat-Tempat Umum,
Pemeriksaan Tempat Pengolahan
Makanan, Pemeriksaan Sanitasi Rumah,
Kesehatan
2 Pemeriksaan Depo Air Minum,
Lingkungan
Pemeriksaan Kualitas Air, Pengelolaan
Sampah Medis, Pengelolaan Sampah Non
Medis
Pelacakan Gizi Buruk, Vitamin A, PMT Ibu
Hamil KEK, PMT Balita Kurang, gizi buruk,
3 Gizi Masyarakat Gizi, Pemeriksaan Garam Beryodium,
Posyandu balita, Lansia : Senam Lansia,
Posyandu Lansia.
Pengobatan
4 Perawatan Kesehatan Masyarakat
Masyarakat
37
2. Struktur Organisasi Dan Job Deskripsi
a. Struktur organisasi
Sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang No. 96 tahun 2016
tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan
Fungsi, Serta Tata Kerja Puskesmas Purwoyoso, susunan
organisasi Puskesmas Purwoyoso adalah sebagai berikut.
38
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Puskesmas Purwoyoso
39
b. Job Diskripsi
Kepala Puskesmas
Uraian tugas :
1) Memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat
dalam wilayah kerjanya.
2) Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
3) Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.
4) Melakukan pengawasan melekat bagi seluruh pelaksanaan
kegiatan/program.
5) Mengadakan koordinasi dengan Lintas Sektoral dalam upaya
pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas.
6) Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
7) Menyusun perencanaan kegiatan Puskesmas dengan
dibantu oleh staf Puskesmas.
8) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
9) Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kota
Semarang, baik berupa laporan rutin maupun khusus.
10) Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan.
11) Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di
Puskesmas, Pustu, Puskesling, Posyandu dan di
masyarakat.
12) Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskemas.
c. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Uraian Tugas :
1) Menyusun rencana kerja program TU bulanan dan tahunan.
2) Mengagendakan surat masuk / keluar.
3) Inventaris pemeliharaan sarana dan prasarana.
40
4) Melaksnakan urusan adminstrasi aparatur sipil Negara
(ASN).
5) Melaksnakan administrasi keuangan.
6) Melaksankan monitoring dan evaluasi ketatausahaan.
7) Membantu laporan bulanan.
d. Dokter umum
Uraian tugas :
1) Melakukan pelayanan konsultan.
2) Melakukan tindakan medis khusus.
3) Melakukan tindakan darurat medis P3K komplek tk. I.
4) Melakukan pemulihan fisik Tk. Sedang.
5) Melakukan penyuluhan medis.
6) Melakukan pencatatan rawat jalan.
7) Melayani / menerima konsultan dari dalam.
8) Melayani konsultan keluar.
9) Menguji test kesehtan individu.
e. Perawat
Uraian tugas:
1) Penyuluhan Kesehatan Pada Keluarga.
2) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada kelaurga.
3) Melakukan dokumentasi pada tindakan proses keperawatan.
4) Melaukan skrening kesehatan.
5) Pendidikan Kesehatan pada individu.
6) Penyuluhan Kesehatan pada Keluarga.
7) Pengakajian Keperawatan lanjutan pada individu dalam
pelayanan dan pembuatan Askep.
8) Pengkajian Keperawatan lanjutan pada keluarga.
9) Merumuskan diagnosa keperawatan pada kelaurga.
10) Membuat rencana bulanan.
41
f. Bidan
Uraian tugas :
1) Mempersiapkan pelayanan kebidanan
2) Melaksanakan anamnese klaim / pasien bermasalah.
3) Melaksanakan anmnese klaim / pasien tanpa masalah
4) Melakukan pemeriksaan fisik klaim/ pasien bermasalah
5) Melakukan pemeriksaan fisik klaim/ pasien tanpa masalah
6) Melakukan diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil
pengkajian kasus fisiologis bermasalah.
7) Melakukan diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil
pengkajian kasus fisiologis tanpa masalah.
8) Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan kasus
fisiologis bermasalah
9) Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan kasus
fisiologis tanpa masalah
10) Melakukan rujukan klaim / pasien kasus patologis
42
4. Melakukan rujukan pasien apabila tidak dapat ditangani oleh
pelayanan di Puskesmas
5. Membantu pelaksanaan kegiatan KIA dengan cara melakukan
pemeriksaan pada pasien
Tugas Intergrasi
1. Melakukan kegiatan lintas program/ sektoral dengan cara
kerjasama atau keterpaduan program serta keterpaduan sektor /
instansi terkait
2. Melakukan kegiatan puskesling dengan cara melakukan kegiatan
pemeriksaaan dan pengobatan pada pasien
3. Melaksanakan posyandu bersama tim
4. Membantu melaksanakan BIAS dengan cara mendatangi sekolah-
sekolah untuk melakukan kegiatan
C. Role Model
43
Beliau selalu menikmati segala pekerjaannya, memiliki jiwa
kepemimpinan (akuntabilitas), selalu disiplin (anti korupsi), tegas dan
wibawa (etika publik). Dengan selalu mengedepankan Integritas dalam
bekerja (akuntabilitas), kejujuran (anti korupsi), tanggung jawab yang
tinggi (akuntabilitas) dan tidak membeda-bedakan masyarakat
(nasionalisme)
Berbagai inovasi (komitmen mutu) telah dilakukan beliau dalam bidang
kesehatan yaitu :
1. UHC (Universal Health Coverage): komitmen Pemkot Semarang
memberikan jaminan kesehatan kepada penduduk kota secara
menyeluruh.
2. Ambulan HEBAT : melayani kegawatdarurtan, kecelakaan lalu lintas
dan meternal dan neonatal dengan call center 112 atau 1500-132.
3. KONTER (Konsul Dokter): melayani konsul penyakit, panduan RS, Info
dokter praktek, info klinik kesehatan, info lab. Klinik, info apotek, info
tarif dll.
Dan masih banyak lagi, keberhasilan program beliau menunjukan kerja
beliau yang profesional dan berkomitmen untuk meningkatkan
pelayanan public (komitmen mutu) guna memuaskan masyarakat
Kota Semarang.
44
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
A. Penetapan Isu Yang Terpilih
Unit Kerja : UPTD PUSKESMAS PURWOYOSO
Identifikasi Isu : 1) Kurang Optimalnya pelaksanaan Program
Pencegahan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Purwoyoso
2) Belum optimalnya Posyandu remaja
dalam upaya pencegahan penyakit tidak
menular di wilayah Puskesmas
Purwoyoso.
3) Kurangnya pengetahuan ibu hamil
terhadap penyakit anemia di wilayah
Puskesmas Purwoyoso.
4) Kurang optimalnya sistem pendaftaran
menggunakan program PUSTAKA di
Puskesmas Purwoyoso
5) Belum optimalnya kerjasama lintas
program di UKP dengan poli gizi untuk
melawan dan mencegah PTM di wilayah
lingkup Puskesmas Purwoyoso
45
Kegiatan – kegiatan aktualisasi- habituasi dilaksanakan di UPTD Puskesmas
Purwoyoso pada tanggal 18 September – 22 Oktober 2019 adalah
46
B. Daftar Rancangan Isu
Tabel 4.1 Daftar rancangan kegiatan aktualisasi dan habituasi
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan dengan Nilai Kontribusi Penguatan
Kegiatan ANEKA terhadap Visi Nilai-Nilai
Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan -terbentuknya TIM Kegiatan ini Dengan
pembentuka PPI sesuai dengan berkontribusi kegiatan ini
n Tim tugas masing2 terhadap visi sebagai
Pencegahan secara jelas puskesmas : bentuk
dan Terwujudnya implementasi
Pengendalia 1. Melakukan Saya berkonsultasi Etika Publik (sopan) pelayanan prima dari nilai
n Infeksi Konsultasi dengan mentor di bidang organisasi
(PPI) dengan Mentor dengan sopan, Nasionalisme Sila Keempat kesehatan untuk Aktif
secara ( musyawarah dan mufakat menjadikan menggalang
(perintah musyawarah dan ) puskesmas kemitraan,
atasan) mufakat yang unggulan inovatif,
dibuktikan dengan Akuntabilitas ( lembar kreatif dan
lembar persetujuan) bekerja
persetujuan untuk mencapai secara
misi : professional
2. Koordinasi Saya Etika Publik ( 1. Memberikan
dengan Tim Mutu berkoordinasi berkoordinasi dengan Tim pelayanan
Pelayanan dengan Tim Mutu Mutu ) kesehatan yang
Puskesmas untuk untuk membentuk bermutu, cepat,
menyusun anggota Tim PPI. Nasionalisme Sila Keempat tepat dan
kepengurusan Dan ( musyawarah dan mufakat berkualitas.
Tim PPI mendiskusikan )
dengan Akuntabilitas (tanggung
musyawarah jawab)
mufakat untuk
menyusun Tim PPI
47
yang
bertanggung
jawab
48
2. Menggandakan Saya Anti korupsi (mandiri) bermutu, cepat,
print out struktur menggandakan tepat dan
anggota Tim PPI print out struktur berkualitas.
anggota tim secara
mandiri
Saya melakukan
3. Melakukan sosialisasi dengan Akuntabilitas (kejelasan)
sosialisasi kepada jelas dan efektif
agar petugas Anti korupsi (efektif)
petugas puskesmas
puskesmas
memahami materi
49
telah ditentukan
serta didiskusikan
dengan
musyawarah dan
mufakat
4. Melakukan revisi saya melakukan Akuntabilitas (Tanggung
konsep revisi konsep Jawab)
dengan penuh
tanggung jawab
50
dilaksanakan
seluruh anggota.
51
untuk aturan yang Akuntabilitas (Tanggung tepat dan professiona
tepat dalam Jawab) berkualitas l
penataan alat Dan Musyawarah
mendiskusikan (Nasionalisme Sila
dengan Keempat)
musyawarah dan Tenggang rasa
bertenggang rasa (Nasionalisme Sila Kedua)
apabila ada
perbedaan
52
untuk melakukan Komitmen mutu
pembersihan alat (berorientasi mutu)
sesuai SOP
53
musyawarah dan
mufakat
54
1.Melakukan Saya berkonsultasi Etika Publik (sopan) puskesmas inovatif,
Konsultasi dengan dengan mentor unggulan kreatif dan
Mentor dengan sopan, Nasionalisme Sila Keempat 2) Misi : bekerja
secara ( musyawarah dan mufakat Meningkatkan secara
musyawarah dan ) kemandirian professiona
mufakat masyarakat
l
untuk
2.Koordinasi dengan Saya Etika Publik ( berperilaku
tim PPI untuk berkoordinasi berkoordinasi) hidup bersih
membuat materi etika dengan Tim PPI dan sehat
batuk dan bersin membuat materi Komitmen mutu
sesuai SOP (berorientasi mutu)
55
9. Melakukan Tingkat kepatuhan Dengan Dengan
evaluasi petugas puskemas mengevaluasi mengevaluasi
kepatuhan terhadap cuci kepatuhan cuci dan menilai
cuci tangan tangan menjadi tangan di Ruang Ruang
sesuai SOP meningkat Pengobatan Pengobatan
petugas 1. Konsultasi dan Saya melakukan Umum Umum
puskesmas meminta konsultasi dan Etika Publik (Respect) Puskesmas Puskesmas
(perintah persetujuan meminta Purwoyoso Purwoyoso
atasan) Mentor persetujuan Nasionalisme Sila Keempat berkontribusi hal ini
mentor dengan terhadap visi menguatkan
sopan serta Organisasi yaitu, nilai
didiskusikan Terwujudnya organisasi
dengan pelayanan prima Mandiri,
musyawarah dan di bidang Amanah dan
mufakat kesehatan untuk Teladan
menjadikan
2. Menyiapkan Saya menyiapkan Etika Publik ( puskesmas
lembar evaluasi lembar evaluasi berkoordinasi) unggulan
yang yang sebelumnya
dikoordinasikan dikoordinasikan dan Misi
oleh tim PPI terlebih dahulu organisasi yaitu
oleh tim PPI 1) Memberikan
pelayanan
3. Menilai dan Saya melakukan Anti Korupsi (jujur dan adil) kesehatan
mengevaluasi penilaian dan yang bermutu,
kepatuhan cuci evaluasi dengan cepat, tepat
tangan petugas jujur dan adil dan
puskesmas berkualitas
56
4. Mendokumentasi Saya Akuntabilitas (Tanggung
kan hasil evaluasi mendokumentasik Jawab)
an hasil evaluasi
sehingga dapat
dipertanggung-
jawabkan
kebenarannya.
57
C. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Rancangan aktualisasi yang akan dilakukan disajikan dalam bentuk timeline sebagai mekanisme kontrol.
Rencana Jadwal Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu :
Tabel 4.2. Timeline Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi di UPTD Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang
September Oktober
Bukti
No Kegiatan
Kegiatan
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
H H H H H Foto
Pembentuka a a a a a lembar
1.
n Tim PPI persetujua
r r r r r
n
i i i i i
SEMINAR HASIL
2. pembentuka i i i i i daftar
n n n n n hadir,
n Tim PPI
g g g g g materi
g g g g g sosialisasi
u u u u u Foto dan
3. Penyusunan lampiran
SK Tim SK
Foto dan
Pembuatan
4. jadwal Tim lembar
PPI jadwal
58
Foto,
Video, dan
Penataan lampiran
5. alat checklist
kesehatan alat
kesehatan
Keterangan :
: Hari Libur
: Pelaksanaan Kegiatan
59
C Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan habituasi rancangan aktualisasi nilai – nilai dasar ASN akan dilaksanakan pada tanggal 18
September 2019 sampai 22 Oktober 2019 di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Ketika pelaksanaan terdapat
kemungkinan terjadinya kendala – kendala yang berisiko menghambat kegiatan yang telah direncanakan menjadi
kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala – kendala tersebut, sehingga
dampak yang menghambat kegiatan tersebut dapat diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala – kendala
selama aktualisasi dapat dijelaskan lebih lannjut pada tabel di bawah ini.
60
7. Melakukan penyempurnaan poster 6 Langkah Minimnya kemampuan Mencari referensi sebanyak
Cuci Tangan desain mungkin
8. Melakukan sosialisasi tentang etika batuk dan Kurangnya minat peserta Mengemas penyampaian
bersin sosialisasi sosialisasi kedalam bentuk
yang lebih menarik
9. Melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan Belum adanya kebiasaan Pendampingan secara
sesuai SOP petugas puskesmas prosedur berkala
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang berhubungan
langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan fasilitas kesehatan, yang diwujudkan salah
satunya dengan optimalisasi kegiatan PPI sesuai standar Permenkes.
Isu-isu yang teridentifikasi di Puskesmas Purwoyoso antara lain:
a) Kurang Optimalnya pelaksanaan Program Pencegahan
Pengendalian Infeksi di Puskesmas Purwoyoso
b) Belum optimalnya Posyandu remaja dalam upaya pencegahan
penyakit tidak menular di wilayah Puskesmas Purwoyoso.
c) Kurangnya pengetahuan ibu hamil terhadap penyakit anemia di
wilayah Puskesmas Purwoyoso.
d) Kurang optimalnya sistem pendaftaran menggunakan program
PUSTAKA di Puskesmas Purwoyoso
e) Belum optimalnya kerjasama lintas program di UKP dengan poli gizi
untuk melawan dan mencegah PTM di wilayah lingkup Puskesmas
Purwoyoso.
Hasil Identifikasi Isu dengan Metode APKL dan USG didapatkan core Isu
yang harus segera dipecahkan yaitu Kurang Optimalnya pelaksanaan
Program Pencegahan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Purwoyoso.
Dalam aktualisasi ini terdapat 5 Kegiatan sebagai gagasan
pemecahan isu, Kegiatan tersebut bersumber SKP, Penugasan Atasan dan
dipadukan dengan kegiatan yang masih relevan dari Inisiatif penyusun yang
dibuat Inovatif. Kegiatan tersebut sebagai berikut:
1. Melakukan pembentukan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) (perintah atasan)
2. Melakukan sosialisasi kepada petugas medis tentang Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI) (inovasi)
62
3. Melakukan penyusunan SK Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) (inovasi)
4. Melakukan pembuatan jadwal kegiatan TIM Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (inovasi)
63
C. Dampak Apabila Tidak Dilaksanakan
Dampak apabila Kegiatan PPI tidak di aplikasikan pada pelayanan di Balai
Pengobatan Umum Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang, maka akan
menyebabkan :
a. Meningkatnya kejadian Health associated Infection di lingkungan
Puskesmas Purwoyoso
b. Kurang optimalnya kualitas pelayanan karena jika karyawan puskesmas
terkena health associated infection maka produktivitas pekerjaan menurun
c. Tidak tercapainya pula penerapan keselamatan pasien (patient safety) di
lingkungan Puskesmas Purwoyoso
64
DAFTAR PUSTAKA
65
DAFTAR RIWAYAR HIDUP
A. Identitas Diri
NAMA dr. A’laix Muna Kamala
KEWARGANEGARAAN INDONESIA
AGAMA ISLAM
E-mail Alaix.ambisil@gmail.com
66
B. Riwayat Pendidikan
1997 – 2003 SD ISLAM SULTAN AGUNG 01
67