Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PANCASILA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK 3 :
1. HelmaliaPransisca 8. Wisnu Dwi C
2. Lilis Apriani 9. Gustama Alfarezi
3. Kms. M. Ismail 10.Agus Abduroziq
4. Fero Triatmaja 11. Deskia Fitri N
5. M.Alfikran
8. 6.
Wisnu
Belinda Kurnia
7. Desti Ana R

MATERI : KASUS ETIKA DI SEKOLAH

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH
PRODI ILMU TANAH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.

Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai yang
menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan nyata
dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian
menjadi pedoman.

Norma-norma itu meliputi :

Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila

Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai
etika yang merupakan sumber norma.

A. Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika
Khusus.
Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas
dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung
didalamnya.
Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika
Individual dan Etika Sosial.
 Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
 Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral


1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya. Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat :
a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat dalam enam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian

c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :


1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai


manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan
dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

2. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral,
religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya
sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
Ø Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-
sumber pada agama.
Ø Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
nurani, moral atau filsafat hidup.
Ø Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
Ø Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat.
3. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara moral.
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip
yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan
terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa
danbernegara.

Pengertian Etika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 Ilmu tentang yang baik dan yang buruk dan tentang kewajiban moral
 Kumpulan azas atau nilai-nilai yang berkenan dengan akhlak
 Nilai-nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan masyarakat.

Pengertian Etika Menurut Para Ahli (Suseno, 1987).

 Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-aaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang
membahasas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
terntentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang
membahas kewajiban manusia terhadap diri sendir dan etika sosial merupakan kewajiban
manusia terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus.
Aliran – Aliran Etika
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi :
a. Etika Keutamaan (Etika Kebajikan)
Adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan
manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusi, lebih menekankan pada “Saya harus menjadi orang yang bagaimana ?”.
Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas
kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar,
suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil, setia, bersahaja, disiplin, mandiri,
bijaksana, peduli, dan tolersn.
b. Etika Teleologis
Adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan
atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat
sangat baik atau mengikuti asas – asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral
itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang
tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan
pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga
menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan
tujuan akhir yang diinginkan. Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemosisme,
hedonism, utilitarianisme.
c. Etika Deontologis
Adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan
bukannya membicarakan tujuan atau akibat.

Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai – nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilau manusia Indonesia dalam
semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai
agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan
manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan
antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan
(mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain.Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian
etika keutamaan atau etika kebajikan. Meskipun corak deontologist dan teleologis termuat
pula di dalamnya, namun etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin
dalam empat tabiat saleh, yaitu :
· Kebijaksanaan, artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang
tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa
kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dalam memelihara nilai-nilai hidup
kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religious.
· Kesederhanaan, artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
kenikmatan.
· Keteguhan, artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan.
· Keadilan artinya memberian sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya.

 Nilai-nilai Etika dalam Pancasila

Etika membantu manusia menunjukkan nilai-nilai untuk membulatkan hati dalam mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan mengapa perlu dilakukan. Pancasila
adalah etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai etika yang
terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut ini:

1. Tatanan bermasyarakat, nilai-nilai dasarnya seperti tidak boleh ada eksploitasi sesame
manusia, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosisal.
2. Tatanan bernegara, dengan nilai dasar merdeka, berdaulat,bersatu, adil dan makmur.
3. Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri, dengan nilai tertib dunia,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4. Tatanan pemerintah daerah, dengan nilai permusyawaratan mengakui asal usul
keistimewaan daerah.
5. Tatana hidup beragama, kebebasan beribadah sesuai dengan agamanya masing-
masing
6. Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara
7. Tatanan pendidikan,mencerdaskan kehidupan bangsa
8. Tatanan berserikat,berkumpul dan menyatakan pendapat
9. Tatanan hokum dan keikutsertaan dalam pemerintahan
10. Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran masyarakat

Pancasila Sebagai Sistem Etika

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam hubungannya
dengan Pancasila, maka ketiganya akan memberikan suatu pemahaman yang saling
melengkapi sebagai sistem etika.

Pancasila sebagai sistem filsafat pada dasarnya merupakan sebuah nilai yang menjadi sumber
dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan
lain. Disamping itu, pemikiran yang bersifat kritis, rasional, mendasar, sistematis, dan
komprehensif. Oleh sebab itu, pemikiran filsafat adalah nilai-nilai masyarakat, bangsa dan
negara maka diwujudkan pada norma-norma yang menjadi pedoman. Hal tersebut meliputi:

 Norma Moral

Yang berhubungan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut pandang baik
maupun buruk, sopan maupun tidak sopan, susila atau tidak susila.

 Norma Hukum

Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan waktu
tertentu dalam pengertian ini peratran hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Pendekatan Pancasila Melalui Etika


Pancasila sebagai ukuran baik-buruk. Untuk mengatakan sesuatu baik atau buruk, indah atau
tidak indah, benar atau salah haruslah ada ukurannya. Kenyataan tercermin dalam berbagai
bentuk aliran. Bagi bangsa indonesia pancasila merupakan kenyataan dan kebenaran yang
berasal dari mereka sendiri dan yang telah mereka terima sebagai filsafat dan pandangan
hidup mereka. Maka pancasila merupakan ukuran bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan,
kenegaraan dan perorangan. Oleh karena itu berlaku di Indonesia menggunakan pancasila
sebagai ukuran adalah tepat sekali.
Pancasila sebagai garis pengarah. Istilah garis pengarah menunjukkan adanya suatu tujuan
atau arah tertentu. Arah itulah yang akan dituju oleh bangsa indonesia. Agar tidak keliru dan
tidak tersesat oleh arah yang dikehendaki, maka perlu ada petunjuk, pengarahan. Petunjuk ini
dimaksudkan karena tujuan yang hendahkdicapai adalah masyarakat adil-makmur, material-
spiritual berdasarkan pancasila maka pancasila adalah tepat sekali sebagai garis pengarah.
Dengan perpegang teguh kepada norma pancasila, maka segala tantangan akan dapat diatasi.
Demikian pula tantangan untuk menjadikan manusia dan masyarakat pancasila akan dapat
diatasi asal pancasila tetap dipakai.
Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan sekolah
Dalam lingkungan sekolah, semua warga sekolah baik siswa, guru dan juga karyawan harus
mematuhi semua peraturan dan tata tertib sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan
masing-masing warga sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman, dan
menjadi suasana kekeluargaan yang kedua setelah di rumah. Suasana aman dan tertib di
sekolah, serta kebersihan dari sekolah merupakan tanggung jawab bersama segenap warga
sekolah. Dan berikut adalah perilaku penerapan nilia-nilai pancasila dalam lingkungan
sekolah :

 Saling menghormati antar siswa

 Menghormati guru dan karyawan

 Selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama siswa sekolah

 Belajar yang giat agar mendapatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah

 Membantu teman yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran

 Selalu taat pada aturan sekolah (tata tertib sekolah) / Disiplin

 Memberikan suara dalam pemilihan pengurus OSIS


Kasus di lingkungan sekolah

( Lingkungan Sekolah )

a. Kasus bullying antar siswa atau siswi.

b. Kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap murid tanpa alasan dan tujuan yang jelas.

c. Tawuran antar kelas, antar tingkatan, maupun antar sekolah.

d. Guru yang membeda – bedakan siswanya.

e. Pengkorupsian uang beasiswa oleh guru.

ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, sebagai berikut :
1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat
pendidian karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia
sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi
ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai
dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lain : penyalahgunaan
narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa
kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan
nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem
etika diperlukan kehadirannya sejak dini , terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.
2. Korupsi akan merajalela karena para penyelenggara Negara tidak memiliki rambu-rambu
normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara Negara tida dapat membedakan
batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila
sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas criteria baik dan buruk.
3. Kurangnya rasa perlu berontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak. Hal
tersebut terlihat dari kepatuhan paja yang masih rendah, padahal peranan paja dari tahun ke
tahun semain meningkat dalam membiayain APBN. Pancasila sebagai sistem etika aan dapat
mengarahkan wajib paja untu secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.
Dengan kesadaran pajak yang tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam
APBN akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari sector perpajakan.
4. Pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya
penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran Ham yang
dilaporkan di media, seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga, penelantaran
anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga, dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap
nilai-nilai Pancasila sebagai system etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu,
disamping diperlukan sosialisasi system etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran system
etika ke dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM.
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, seperti
kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan dating, global warming,
perubahan cuaca, dan lain-lain. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai system etika belum mendapat tempat yang tepat di hati
masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan
tindakan emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai system etika perlu
diterapkan kedalam peraturan perundang-undangan yang menindak tegas perusak lingkungan
Selain itu, perlu juga diberikan penghargaan untuk setiap penggiat lingkungan dalam
kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai