Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Berbagai Penyakit Kulit yang Membutuhkan


Istirahat dari Pekerjaan
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta

Disusun oleh:

Pembimbing:
dr. Dody Suhartono, Sp.KK., MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
PERIODE
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA

Referat dengan judul:

“Berbagai penyakit kulit yang membutuhkan istirahat dari pekerjaan”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal

Periode

Disusun oleh:

Tegal, September 2019


Mengetahui,

dr. Dody Suhartono, Sp.KK., MH

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat, Anugerah Keselamatan
dan Belas Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Berbagai penyakit
kulit yang membutuhkan istirahat dari pekerjaannya” ini dengan tepat waktu. Referat ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, RSUD Kardinah, Tegal periode 2019
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada
dr. Dody Suhartono, Sp.KK., MH selaku pembimbing, atas waktu dan pengarahannya selama
penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada para dokter dan staff Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Rumah
Sakit Umum Daerah Kardinah, Tegal serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan
Klinik.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis perlukan demi melengkapi referat ini. Akhir kata, semoga Tuhan
membalas kebaikan semua pihak dan laporan kasus ini hendaknya membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan masyarakat luas terutama dalam bidang Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin

Tegal, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Infeksi Kulit ................................................................................................................... 5
2.2 Berbagai Penyakit Kulit yang Memerlukan Istirahat .................................................... 5
2.2.1 Varicella...................................................................................................................... 5
2.2.2 Pemfigus Vulgaris ...................................................................................................... 7
2.2.3 Sellulitis ...................................................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Infeksi pada kulit merupakan beban yang penting yang mempengaruhi kesehatan
publik secara global. Walaupun jarang berakibat fatal, kondisi kulit tertentu seperti
impetigo, skabies, dan infeksi jamur mserupakan penyakit-penyakit kulit yang paling
tersering ditemukan di dunia dan secara substansial berkontribusi terhadap beban dunia.
Sekitar lebih dari 162 juta anak-anak yang tinggal di negara dengan pendapatan rendah
mendapati dirinya memiliki penyakit impetigo pada suatu saat dalam kehidupannya
(tersering disebabkan oleh stafilokokus aureus atau streptokokus pyogenes), sedangkan
prevalensi global dari skabies diperkirakan sekitar 100 juta kasus, dengan beban kasus
tertinggi ditemukan pada anak yang tinggal di lingkungan tropis.1
Dengan tingginya beban penyakit kulit terhadap kesehatan telah dilakukan
penelitian di Australia dengan didapatkan nya angka perawatan yang berhubungan
dengan infeksi kulit ditemukan sekitar 59.4% dari seluruh kunjungan ke RS akibat
infeksi kulit. Dengan penyakit yang tersering ditemukan adalah Abses (42.4%), diikuti
selulitis (26%) dan skabies (15.8%) dengan studi penelitian yang diambil sebanyak
469.589 anak. Dengan tingginya angka perawatan dirumah sakit tersebut yang pernah
dilakukan penelitian di Australia, maka penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini
semoga dapat membantu rekan sejawat dalam mengetahui beberapa penyakit yang
sering mengakibatkan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat membantu teman
sejawat dalam mendiagnosa secara dini ataupun melakukan penatalaksanaan secara
akurat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 INFEKSI KULIT


Infeksi pada kulit merupakan beban yang penting yang mempengaruhi kesehatan
publik secara global. Walaupun jarang berakibat fatal, kondisi kulit tertentu seperti
impetigo, skabies, dan infeksi jamur mserupakan penyakit-penyakit kulit yang paling
tersering ditemukan di dunia dan secara substansial berkontribusi terhadap beban dunia.
Sekitar lebih dari 162 juta anak-anak yang tinggal di negara dengan pendapatan rendah
mendapati dirinya memiliki penyakit impetigo pada suatu saat dalam kehidupannya
(tersering disebabkan oleh stafilokokus aureus atau streptokokus pyogenes), sedangkan
prevalensi global dari skabies diperkirakan sekitar 100 juta kasus, dengan beban kasus
tertinggi ditemukan pada anak yang tinggal di lingkungan tropis.1
2.2 BERBAGAI PENYAKIT KULIT YANG MEMERLUKAN ISTIRAHAT
Berikut adalah beberapa penyakit kulit yang gejalanya dapat berpotensi
mengganggu konsentrasi:

2.2.1 Varicella
Varicella atau yang terkadang disebut chicken pox merupakan penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster (VVZ). Penyakit ini dapat
ditemukan di seluruh negara dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini
adalah sebanyak 7000 kematian setiap tahunnya. Pada negara dengan empat musim,
penyakit ini sering kali ditemukan pada anak-anak, dengan kasus terbanyak ditemukan
pada musim dingin dan musim semi. Di amerika serikat, didapatkan 9000 kasus rawat
inap setiap tahunnya akibat infeksi varicella, dengan prevalensi tertinggi ditemukan
pada kelompok usia 4 – 10 tahun.2
Temuan klinis dari penyakit ini bervariasi mulai dari gejala prodromal yang
berupa demam, nyeri kepala dan lesu sebelum timbulnya ruam kulit. Ruam kulit muncul
mulai darai wajah, kepala dan menyebar ke tubuh. Lesi menyebar secara sentrifugal
sehingga dapat ditemukan lesi baru di ekstremitas, sedangkan di badan lesi sudah
menjadi krusta. Lesi berupa makula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel
yang disebut “dewdrop on rose petal appearance”. Dalam beberapa jam sampai 1 – 2

5
hari vesikel dengan cepat menjadi keruh, menjadi pustul dan krusta kemudian mulai
menyembuh.3

Gambar 1. Varicella
Dalam mendiagnosa varisela, dapat ditegakkan langsung dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik saja, dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang menggunakan
apusan pada lesi dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan sel datia
berinti banyak. Terdapat beberapa diagnosa banding dari varicella antara lain hand foor
and mouth disease dimana penyakit ini lebih banyak terkena mukosa dan tidak
ditemukan sel datia berinti banyak. Selain itu diagnosa baanding lainnya dapat pula
dermatitis kontak, skabies impetigenisata, dermatitis herpetiformis maupun impetigo3
Dalam melakukan penatalaksaan varicella, pertama dapat diberikan terapi
topikal seperti diberikan kompres dingin, ataupun dapat diberikan salep antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder. Selain penatalaksanaan topikal perlu pula diberikan terapi
sistemik yaitu asiklovir 5x800mg/hari selama 7 hari pada orang dewasa ataupun
asiklovir 20mg/kgBB/hari dosis terbagi 5x per hari selama 7 hari untuk anak-anak.4

6
Telah dilakukan penelitian sebelumnya di inggris, didapatkan bahwa angka
rawat inap yang disebabkan oleh varicella didapatkan sebesar 4%, dengan jumlah
terbesar didapatkan pada kelompok usia muda dan lansia. Terdapat penelitian lainnya
di italia, ditemukan bahwa 32% dari kunjungan rawat inap yang disebabkan oleh
varicella ternyata datang karena komplikasi neurologi.5
2.2.2 Pemfigus Vulgaris
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit yang bersifat autoimun, intraepitelial,
yang berupa lepuh yang mengenai area kulit dan membran mukosa. Penyakit ini
dimediasi oleh autoantibodi yang bersirkulasi dalam tubuh dan merupakan autoantibodi
langsung terhadap permukaan sel keratinosit.6
Pemfigus vulgaris dlaporkan terdapat di seluruh nunia. Insidensi pemfigus
vulgaris bervariasi mulai dari 0.5 – 3.2 kasus per 100.000 populasi, dengna insidensi
tertinggi dari pemfigus vulgaris ditemukan pada ras Yahudi Ashkenazi dan populasi
mediterania.6
Lesi kulit pada pemfigus vulgaris jarang terasa gatal, namun lebih sering terasa
nyeri. Lesi primer dari pemfigus vulgaris adalah bula kendur, yang dapat terjadi
dimanapun di permukaan kulit. Biasanya, lesi muncul diatas permukaan kulit yang
normal, namun dapat pula diatas permukaan kulit yang eritematosa. Bula yang baru pun
biasanya akan tampak kendur atau menjadi kendur dalam waktu yang singkat.
Dikarenakan bula ini sangatlah rapuh, kita sangat jarang dapat menemukan bula yang
masih utuh. Sehingga, lesi kulit tersering yang ditemukan pada pasien ini adalah erosi,
yang sering terasa nyeri yang diakibatkan oleh bula yang pecah. Erosi ini biasanya
cukup besar, dikarenakan erosi ini memiliki kecenderungan untuk meluas.7

Gambar 2. Bula kendur

7
Gambar 3. Erosi luas dari pemfigus vulgaris
Dalam menegakkan diagnosa kerja dari pemfigus vulgaris umumnya hanya
diperlukan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik dimana pada anamnesa biasanya sering
ditemukan penyakit ini pada populasi beruai 40 – 60 tahun dengan umumnya lesi yang
berasal dari mukosa mulut. Pada pemefiksaan fisik pasien didapatkan biasanya pertama
kali datang dengan keadaan umum yang buruk sehingga diperlukan perawatan di rumah
sakit, dengan ditemukannya bula kendur yang mudah pecah sehingga cepat menjadi
erosi dan meluas.3
Dengan penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pemfigus adalah dengan
terapi farmakologi yang bertujuan untuk mengurangi respon inflamasi dan produksi dari
autoantibodi. Kortikosteroid sistemik merupakan terapi lini pertama dari pemfigus
vulgaris. Guidelines oleh EDF dan European Academy of Dermatology and
Venereology merekomendasikan pemberian awal prednisolone dengan dosis 0.5 mg –
1.5 mg/kgBB/hari dan jika kontrol dari penyakit tidak dicapai dalam 2 minggu, dapat
diberikan dosis prednisolone lebih tinggi (sampai maksimal 2mg/kgBB). Selain itu
kortikosteroid dapat dikombinasikan dengan agen imunosupresif, khususnya diberikan
bila komplikasi akibat penggunaan steroid lama seperti hipertensi, DM dan osteoporosis
telah ditemukan. Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah azathioprine 1 – 3
mg/kgBB/hari, mycophenolate mofetil (MMF) 2g/hari, cyclophosphamide
2mg/kgBB/hari, cyclosporine, IVIG plasma exchange dan infliximab.8

8
Telah dilakukan penelitian di amerika serikat yang menemukan bahwa, angka
tinggi dari perawatan di rumah sakit akibat pemfigus vulgaris banyak ditemukan di
orang dengan kulit hitam, ras hispanik, asia, dan Amerika. Dengan diagnosa tambahan
yang tersering ditemukan pada pasien dengan pemfigus adalah septikemia, pneumonia
dan selulitis tungkai bawah sehingga dapat ditarik kesimpulan dimana pasien dengan
pemfigus lebih cenderung mudah terkena infeksi sehingga meningkatkan pula angka
perawatan di rumah sakit.9
2.2.3 Selulitis
Selulitis adalah infeksi bakterial pada kulit yang sering ditemukan yang tersebar
luas dan biasanya mengenai pula jaringan subkutan. Lesi infeksi yang terdapat di dermis
dengan batas tegas, sering disebut sebagai erisipelas dimana biasanya disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A yang sebagai patogen utamanya.10
Gejala utama dari selulitis adalah rubor (kemerahan), dolor (nyeri), tumor
(bengkak), kalor (panas) merupakan tanda khas dari selullitis. Spektrum dari keparahan
bervariasi mulai dari eritema lokalisata pada pasien dengan kondisi sistemik yang masih
baik, sampai penyebaran eritema yang cepat dan sepsis fluminan yang dapat ditemukan
pada nectrotising fasciitis. Dalam pemeriksaan fisik secara seksama dapat ditemukan
portal of entry seperti ulkus, trauma, eksim ataupun mikosis kutan sebelumnya.11

Gambar 4. Selullitis pada pergelangan kaki kiri

9
Diagnosa dari selulitis hampir dapat ditegakkan secara langsung dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang sering ditemukan khas, dan dapat pula dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap, ataupun parameterlainnya
seperti untuk penentuan sepsis marker.
Tabel 1. Klasifikasi keparahan selulitis11
Klasifikasi Eron/CREST
Class 1 Tidak adanya atau komorbiditas yang
terkontrol baik, baik secara sistemik
Class 2 Secara sistemik tidak baik dengan tidak
adanya komorbiditas yang tidak terkontrol
(contoh: obesitas, periferal vaskular disease
atau insufisiensi vena) atau secara sistemik
baik dengan komorbiditas buruk, yang dapat
menghambar perbaikan
Class 3 Respon inflamasi sistemik yang meningkat
(perubahan status mental, takipnoe,
takikardia, hipotensi, dll) atau komorbiditas
yang buruk yang dapat mempengaruhi
respons terapi atau memiliki infeksi
ekstremitas yang mengancam dikarenakan
gangguan vaskular
Class 4 Shock sepsis atau presentasi yang
mengancam jiwa seperti necrotising fasciitis
yang memerlukan penatalaksanaan segera
dan dilakukan operasi

Regimen penatalaksanaan dari selulitis sangalah bervariasi mulai dari hanya


terapi obat antibiotik oral pada sellulitis dengan grade 1, ataupun dapat dipilih antara
antibiotik oral ataupun sistemik (IV) pada grade 2, dan yang paling parah pada grade 3
dan 4 harus dilakukan pemberian antibiotik sistemik (IV). Pada saat ini rekomendasi
pemberian antibiotik dapat bervariasi bergantung pada tempat praktik dari seorang
dokter. Pada rekomendasi dari UK CREST menyarankan pemberian baik agen
antibiotik yang dapat memiliki efek anti streptokokus dan anti stafilokokus seperti
10
flucloxacillin. Pada kasus sellilitis yang spesifik seperti akibat infeksi yang
berhubungan dengan manusia ataupun akibat gigitan hewan, dapat diberikan obat
antibiotik spektrum luas lainnya.11
Tabel 2. Rekomendasi Antibiotik untuk Selullitis11
Tidak ada alergi penisilin Alergi penisilin ringan Alergi penisilin berat (anafilaksis,
angioedema, stridor, immidiate
onset urticarial)
Terapi PO awal Flucloxacillin 500 mg – 1 Sama seperti alergi Klaritromisin 500 mg bd PO atau
gram qds PO penisilin berat atau doksisiklin 100 mg bd PO
cephalexin 500 mg qds
PO
Terapi IV awal Flucloxacillin 1 – 2 gram Ceftriaxon 1 – 2 gram Klindamisin 600 mg – 1.2 gram
IV/6jam OD qds IV atau vankomisin IV

Pada pasien yang telah memiliki riwayat dari selulitis, khususnya yang terkena
pada ekstremitas bawah, memiliki risiko rekurensi sebesar 8 – 20%. Pasien dengan
selulitis rekuren harus dievaluasi dengan seksama untuk mencari faktor predisposisi
seperti oedema ekstremitas bawah, limfedema, dermatitis, tinea pedis, dan tatalaksana
apa yang telah diberikan jika ditemukan faktor predisposisi tersebut.11

11
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi pada kulit merupakan beban yang penting yang mempengaruhi kesehatan
publik secara global. Walaupun jarang berakibat fatal, kondisi kulit tertentu seperti
impetigo, skabies, dan infeksi jamur mserupakan penyakit-penyakit kulit yang paling
tersering ditemukan di dunia dan secara substansial berkontribusi terhadap beban dunia.
Pada referat ini telah dijelaskan beberapa penyakit kulit yang dapat menjadi beban pada
seseorang dikarenakan terdapatnya kemungkinan untuk diharuskan dilakukan
perawatan dirumah sakit akibat penyakit tersebut. Mulai dari penyakit yang paling
ringan berupa varicella yang pada keadaan tertentu memerlukan rawat inap, pemfigus
vulgaris yang berupa penyakit autoantibodi pada permukaan kulit dimana pada keadaan
pertama kali terkena penyakit ini memiliki keadaan umum yang sangat buruk sehingga
harus dilakukan perawatan dirumah sakit, dan paling terakhir adalah selullitis dimana
merupakan penyakit infeksi kulit yang memiliki spektrum keparahan penyakit yang
sangatlah bervariasi mulai dari yang paling ringan yang hanya berupa kemerahan dan
nyeri pada kulit sampai dengan kondisi yang dapat mengancam jiwa dikarenakan
terdapatnya sepsis.
Oleh karena bervariasinya kondisi medis yang dapat terjadi pada penyakit-penyakit
yang telah dijelaskan diatas, penulis telah merangkum secara singkat mengenai kondisi-
kondisi penyakit tersebut mulai dari gejala sampai dengan tatalaksana yang dapat
diberikan pada penyakit-penyakit tersebut. Semoga dengan penjelasan ringkas dari
penulis mengenai penyakit-penyakit diatas, dapat memberikan manfaat pada teman
sejawat yang membaca tulisan ini sehingga dapat menambah ilmu dalam mendiagnosa
secara dini dan memberikan tatalaksana secara cepat dan akurat.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdalla T, Hendrickx D, Fathima P, Walker R, Blyth CC Carapetis JR, et al. Hospital


Admissions for Skin Infections Among Western Australian Children and Adolescents
from 1996 to 2012. PloS ONE.2017;12(11):1
2. Ayoade F, Kumar S. Varicella Zoster (Chickenpox). StartPearls.2018. Accessed at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik
Klinis.2017:147,221
4. Straus SE. Oxman MN, Schmader KE. Varicella and Herpes Zoster. Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller A, Leffell DJ, etidors. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine. Ed:7th. New York: Mc Graw Hill;2008:1894-5
5. Abdalrahman B, Laverty AA, Beckett G, Majeed A. Trends in hospital admissions for
Varicella and Zoster viruses in England, 2001/2002-2010/2211: time trend study.
Journal of the Royal Society od Medicine Open.2015;6(1):5
6. Zelna B, Sakka N, Mansoor S. Pemphigus Vulgaris.2018. Accessed at:
https://emedicine.medscape.com/article/1064187-overview
7. Stanley JR. Pemphigus. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
A, Leffell DJ, etidors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Ed:7th. New
York: Mc Graw Hill;2008: 464
8. Gregoriou S, Efthymiou O, Stefanaki C, Rigopoulos D. Management of Pemphigus
Vulgaris: Challenges and Solutions. Cosmetic and Investigational
Dermatology.2015;8:522-4
9. Derek HBA, Brieva J, Silverberg JI. Costs of Care for Hospitalization for Pemphigus in
the United States. JAMA Dermatol.2016;152(6):653
10. Bruun T, Oppegaard O, Kittang BR, Mylvaganam H, Langeland N, Skrede S. Etiology
of Cellulitis and Clinical Prediction of Streptococcal Disease: A Prospective Study.
Open Forum Infect Dis.2016;3(1):1
11. Sullivan T, Barra EE. Diagnosis and Management of Cellulitis. Clin Med
(Lond).2018;18(2):160

13

Anda mungkin juga menyukai