Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi

bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan

upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka

Kementerian Kesehatan menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Pembangunan

kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan

sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui

melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan

perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok

RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan

anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan

1
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui

Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya

kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan

responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu

paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional:

1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan

dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan

masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi

peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan

peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of

care dan intervensi berbasis risiko; 3) jaminan kesehatan nasional dilakukan

dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali

biaya.

Untuk mendukung tercapai Pilar Paradigma Sehat Puskesmas harus

melakukan penguatan promotif preventif seperti pelaksanaan Program UKS harus

diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari SD sampai

SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan salah satu wadah untuk

mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis,

karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta

berdaya ungkit lebih besar. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas

melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau

serta pemberdayaan masyarakat seperti menggerakan PHBS di rumah tangga dan

disekolah misalnya pemeriksaan jentik mandiri di rumah dan di sekolah.

2
Salah satu sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya

pengendalian penyakit menular dan tidak menular, untuk pengendalian tersebut

dilaksanakan kegiatan Surveilans meliputi pengumpulan data penyakit,

penyelidikan epidemiologi, penanganan KLB dan koordinasi lintas program

terkait sesuai dengan prosedur. Salah satu penyakit menular yang berbasis

linkungan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku yaitu DBD yang merupakan

penyakit endemis di Kota Solok. Adapun kasus DBD tahun 2016 sebanyak 24

kasus, tahun 2017 sebanyak 19 kasus. Sedangkan ABJ ( Angka Bebas Jentik )

rumah tangga wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2016 ABJ 86,5%,

tahun 2017 ABJ 90,4% serta di sekolah tahun 2017 ABJ 85%. Adapun persentasi

kasus DBD berdasarkan umur tahun 2017 yaitu rentang umur 1-4 tahun 6%,

rentang umur 5-9 tahun sebanyak 47%, rentang umur 10-14 tahun 26%, rentang

umur 15-19 tahun 15% dan rentang umur > 20 tahun 6%. Dari data tersebut kasus

DBD banyak terjadi pada anak usia sekolah umur 5-9 tahun pada Sekolah Dasar.

Dari latar belakang tersebut Puskesmas Tanjung Paku melakukan

kerjasama lintas sektor dengan Camat, Dinas Pendidikan dan Sekolah untuk

melaksanakan PHBS di sekolah, salah satunya dengan pemantauan jentik mandiri

di sekolah ( SUNTIK MANIS ), memberdayakan masyarakat disekolah terutama

kader dokter kecil dan masyarakat disekolah.

3
1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Menuju Indonesia Sehat melalui Pilar Paradigma Sehat dengan penguatan

promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat sekolah.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1 Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap masyarakat sekolah dengan perilaku dan lingkungan yang sehat.

1.2.2.2 Tercapainya target cakupan ABJ di Sekolah ≥ 95 %.

1.2.2.3 Pengendalian Penyakit Menular ( DBD ) di Sekolah.

1.2.2.4 Meningkatkan program inovatif yang efektif dan efisien

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Puskesmas

Dapat menjadi program inovasi bagi puskesmas dalam pengembangan

program survailans dan UKS di wilayah kerja Puskesmas

1.3.2 Bagi Masyarakat Sekolah

Masyarakat sekolah dapat menjalankan PHBS di sekolah melalui

Pemantauan Jentik Mandiri ( SUNTIK MANIS )

4
1.3.3 Bagi Masyarakat

Kebiasaan PHBS dengan pemantauan jentik mandiri di sekolah bisa

nantinya diterapkan masyarakat sekolah di lingkungan tempat tinggal

dalam meningkatkan kemandirian keluarga dalam menjaga kesehatan dan

mencegah penyakit melalui pembentukan 1 rumah 1 pemantau jumantik.

5
BAB II
ANALISA SITUASI

2.1 Gambaran Umum Puskesmas

2.1.1 Peta wilayah

2.1.2 Geografi

Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di

Kota Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan

Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja

Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten Solok

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio Kota

Solok

6
Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Propinsi Sumatera

Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas 4 (empat)

kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Koto Panjang

2. Kelurahan PPA

3. Kelurahan Tanjung Paku

4. Kelurahan Kmpung Jawa

2.2 Visi dan Misi Puskesmas

2.2.1 Visi

Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah “ Terwujudnya

Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”

2.2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS

2. Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan

3. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

4. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan

5. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi

6. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerja

7. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan

upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan.

7
2.2.3 Janji Pelayanan

 Melayani dengan sepenuh hati

2.2.4 Motto

 Pelayanan kami pengabdian terbaik

2.3 Demografi dan Kependudukan

Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 22.051 jiwa dengan 4.323 KK,

dengan jumlah penduduk perkelurahan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas


Tanjung Paku Tahun 2018

No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK


1 Kota Panjang 2.604 439
2 PPA 6.110 1.186
3 Tanjung Paku 6.320 1.196
4 Kampung Jawa 7.017 1.502
Jumlah 22.051 4.323
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

2.3.1 Sosial Budaya

2.3.2 Agama

Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama islam

2.3.3 Suku

Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang

2.3.4 Mata Pencarian

Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai,

pedagang dan petani.

8
2.3.5 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku

cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT. Pada

tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Paku menurut Kelurahan :

Tabel 2.2 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja


Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2018

No Kelurahan TK/Paud SD SLTP SLTA PT

1 Kota Panjang 1 1 0 1 0
2 PPA 3 6 0 2 1
3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1
4 Kampung Jawa 9 8 3 0 0
Jumlah 18 19 4 3 2
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

2.4 Sumber Daya Kesehatan

2.4.1 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah

cukup memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.

9
Tabel 2.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku Th 2018

No Jenis Tenaga Jumlah Ket


1 Magister Kesehatan Masyarakat 1 orang

2 Dokter Umum 3 orang

3 Dokter Gigi 1 orang

4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 4 orang TU, Gizi, Kesling, Promkes

5 Nurse 5 orang 2 Sukarela

6 S1 Keperawatan 1 orang

7 D3 Perawat 10 orang 2 kontrak, 3 sukarela

8 D3 Bidan 22 orang 4 sukarela

9 D1 Bidan 2 orang

10 D3 Kesling 1 orang

11 D3 Gizi 2 orang

12 D3 Gigi 1 orang

13 D3 Apikes 2 orang 1 kontrak

14 D3 Refraksi 1 orang

15 D3 AAK 1 orang

16 SMAK 1 orang

17 D3 Farmasi 1 Orang

18 SMF 1 orang

19 Sopir 1 orang Kontrak

20 Petugas Jaga Malam 1 orang Kontrak

21 Cleaning Servis 2 orang Kontrak

22 Umum 1 orang

JUMLAH 65 orang

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

10
2.5 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung

Paku adalah :

Tabel 2.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku Th 2018

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 5
3 Poskeskel 4
4 Posyandu Balita 32
5 Posyandu Lansia 11
6 Apotik 4
7 Optikal 4
8 Toko Obat Berizin 4
9 RSUD/RST 1
10 Rumah Sakit Swasta 1
11 Labor 2
12 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4 2
Puskesmas Tanjung Paku
13 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2 22
Puskesmas Tanjung Paku
14 Posbindu 5
Jumlah 98
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

2.6 Sasaran

Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan

tahun 2018 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu :

11
Tabel 2.5. Data Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Th 2018

No Kelurahan Jumlah Jumlah Bayi Anak Balita Balita Bumil Bufas


Penduduk KK (0-23bln) (24-59 bln) (0-59 bln)

1 Kota Panjang 2.604 439 90 124 214 48 43


2 PPA 6.110 1.186 232 321 553 124 112
3 Tanjung Paku 6.320 1.196 243 334 577 129 117
4 Kampung Jawa 7.017 1.502 259 363 622 139 128
Jumlah 22.051 4.323 824 1.142 1.966 440 400
(Badan Pusat Statistik tahun 2018)

12
BAB III
PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN INTEGRASI

3.1 UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS

3.1.1 Upaya kesehatan wajib

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional regional dan

global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan

oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia, terdiri dari

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

3.1.2 Upaya kesehatan Pengembangan

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang

ditemukan di Masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan

puskesmas, upaya kesehatan pengembangan dipilih dari upaya kesehatan

pokok puskesmas yang telah ada yaitu:

a. Upaya kesehatan Sekolah

b. Upaya kesehatan Olah raga

c. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

13
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya kesehatan pengobatan tradisional

3.2 PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN INTEGRASI

3.2.1 Fungsi Perawat Kesehatan Masyarakat

Sebagai perawat kesehatan masyarakat perawat memiliki peran dan fungsi yaitu :

1) Pemberi pelayanan kesehatan

Perawat puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,

keluarga , kelompok/masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat

yang utuh, komprehensif meliputi asuhan tingkat pertama, kedua, ketiga,

baik langsung maupun tidak langsung.

2) Penemu kasus

Perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus

serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit, baik itu langsung ke

masyarakat maupun tidak langsung.

3) Pendidik/penyuluh kesehatan

Perawat mampu mengkaji kebutuhan klien, mengajarkan kepada individu,

keluarga, kelompok/masyarakat untuk melakukan pencegahan tingkat

pertama dan peningkatan kesehatan klien, pemulihan kesehatan dari satu

penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan untuk

14
topik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan/olahraga, manajemen

stress, penyakit dan pengelolaan penyakit dll.

4) Koordinator/kolaborator

Melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima

oleh keluarga dari berbagai program dan bekerjasama dengan tenaga

kesehatan lain dan atau keluarga dalam perencanaan pelayanan

keperawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan

kesehatan dan sektor terkait lainnya.

5) Pelaksana konseling

Membantu pasien/kllien untuk mencari pemecahan masalah kesehatan

atau perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi pasien.pemberian

konseling dapat dilakukan di puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu

dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

6) Panutan/model peran (role model)

Dimaksudkan bahwa perilakunya sehari-hari dicontoh oleh orang lain,

terutama Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3.2.2 PELAKSANAAN TUGAS POKOK

a. Koordinator Program Survailans

Surveilans dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis

dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, interpretasi data dan

penyampaian informasi dalam upaya menguraikan dan memantau suatu

penyakit/peristiwa kesehatan. Kaitannya dengan penyakit menular, kegiatan

15
surveilans epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok risiko tinggi

dalam masyarakat, memahami cara penularan penyakit serta berusaha

memutuskan rantai penularan. Dalam hal ini setiap penyakit harus dilaporkan

secara lengkap dan tepat, yang meliputi keterangan mengenai orang (person),

tempat (place), dan waktu (time). T.3

1) Manfaat Survailans mmmmm

Manfaat surveilans epidemiologi yaitu deteksi perubahan akut dari

penyakit yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola

penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan

tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan

pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan

penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan

epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi

kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan datang. Inti kegiatan surveilans

pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan

dilaporkan ke pemegang kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan

program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan.

2) Tujuan Surveilanskkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi

epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan

keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program

kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa

yang cepat dan tepat secara menyeluruh.llll

Llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

16
3) Langkah-langkah Kegiatan SurveilansjjjjjjjJJJJjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

a) Perencanaan SurveilanggjjjjjjjjjjjjggJJJJJJJJJgggjjjggggggggggggggggggggggg

Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan penetapan tujuan surveilans,

dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi.

b) Pengumpulan DataggggggggJJJHHHgggggggggggggggggggggggggggggggggg

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses

data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang

dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu.

Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit,

Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survei .

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap

orang-orang yang dianggap suspek atau population at risk melalui kunjungan

rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana

pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan

bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di

lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta

petugas kesehatan lain (pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data

dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling

rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Poskeskel.gggggggggggggggggg

Proses pengumpulan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.

Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien

dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi

data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1

17
Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.

c) Pengolahan dan Penyajian Datagggggggghhhhhggggggggggggggggggggggggg

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,

grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).

Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan

data diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epi info, SPSS,,

excel dan lain-lain.ggggghhhhhgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

d) Analisis Data gggggjjjjjjjjjjjjgggggggggggggggggggggggggggggggfggggggggg

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan

dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan

pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-

ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui

situasi, estimasi dan prediksi penyakit.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data

bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau

penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit dengan faktor resiko yang

berhubungan dengan kejadian penyakit.ggggggggggggggggggggggggggggggggg

e) Penyebarluasan InformasiggJJJJJJgggJJgggggggggggggggggggggggggggggggg

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah.

Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan

masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang

informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang

mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan,

18
upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan

informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang

disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan

pertemuan.

f) Umpan Balikhhhhhhhhhhhjjjjjjjjjjjhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima

laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit

kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan

mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan

memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan

balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara

pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat

pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.hhhhhhhhhhhhhhhhh

Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya,

selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan,

sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan.ggggggggggggg

g) Investigasi Penyakit JJJJJJJJJgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih

dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit .

h) Tindakan Penanggulangan JJJJJJJJJJgggggggggggggggggggggggggggggggggg

Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada

penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat,

melakukan penyuluhan mengenai penyakit yang diderita kepada masyarakat

untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari

19
penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan

rantai penularan.

4) Kegiatan Survailans jjjjj

a. Membuat POA Program Survailans

b. Penyelidikan epidemiologi penyakit tertentu seperti DBD, campak,

malaria.

c. Koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur seperti

pemberitahuan goro serentak melalui camat dan dengan dinas pendidikan (

sekolah) untuk pemantauan jentik mandiri serta PHBS di sekolah

d. Laporan rutin kasus penyakit tertentu ( laporan bulanan STP ), baik

penyakit menular maupun tidak menular, atau berbagai kejadian yang

berhubungan dengan kesehatan secara umum.

e. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan W2 ( laporan mingguan).

f. Surveilans ekologi dan lingkungan: vektor, pengotoran lingkungan dan

lain-lain seperti survailans kasus scabies di pondok pesantren karna vektor

tungau.

g. Pelaksanaan survei berkala dan pemantauan untuk hal tertentu seperti

pemantauan jentik oleh kader jumantik di rumah tangga serta pemantauan

jentik mandiri oleh dokter kecil di sekolah.

h. Kegiatan Promotif dan Preventif di masyarakat dan di posyandu melalui

Sosialisasi Pencegahan Penyakit Menular ( DBD, campak, diare,

chikunguya, rabies, dll).

20
i. Menerima konsultasi di ruangan tentang Pencegahan Penyakit Menular

seperti pasien suspek DBD, pasien scabies, pasien suspek campak, dll.

b. Pembina UKS SD 4 PPA dan SDIT Ummul Quran

Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS adalah upaya pendidikan yang

dilaksanakan secara terpadu, sadar, terencana, dan bertanggung jawab dalam

menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing peserta didik

atau siswa untuk menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip-prinsip

hidup sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.

1) Tujuan Program UKS

Usaha Kesehatan Sekolah bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan

prestasi belajar peserta didik atau siswa dengan meningkatkan perilaku hidup

sehat, bersih serta derajat kesehatan peserta didik dan warga belajar dan

menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan yang harmonis, dan optimal dalam perkembangan yang harmonis

dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuh nya.ggGgg

2) Ruang Lingkup Pengembangan Program UKS

Ruang lingkup pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah merupakan

langkah nyata pelaksanaan usaha kesehatan sekolah yang dilakukan peserta didik,

pembina UKS, dan setiap warga sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Langkah-langkah itu meliputi tiga program UKS

yaitu:GGGGGG

GGGGGGGGGGGGG

21
GGGGG

a. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan yang meliputi:

 Pengetahuan dasar-dasar pola hidup bersih dan sehat

 Sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan

 Latihan hidup sehat sehari-hari

b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam bentuk:

 Pelayanan Kesehatan

 Pemeriksaan kebersihan gigi peserta didik

 Pengobatan ringan dan P3K

 Pengawasan warung sekolah

 Penetapan pelaporan tentang keadaan penyakit peserta didik dsb.

c. Pembinaaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, berupa:

 Penghijauan

 Kebun sekolah atau apotik hidup

 Kebersihan halaman sekolah

 pemberantasan nyamuk dan jentik-jentik nyamuk

3) Kegiatan Program UKS

a) Membuat POA Program UKS Tahunan

b) Menyusun rencana kegiatan UKS berdasarkan data Program

Puskesmas sebagai pedoman kerja.

22
c) Melaksanakan kegiatan UKS dan koordinasi lintas program terkait (

gizi, gigi, imunisasi dan kesling) seperti pemeriksaan jajanan sekolah,

pemeriksaan jentik, imunisasi bias, pemeriksaan gigi, pelatihan dokter

kecil ( pemantauan jentik), penerapan PHBS di sekolah, P3K, P3P dan

screning untuk siswa baru.

d) Mengevaluasi hasil kegiatan UKS secara keseluruhan.

e) Membuat catatan dan laporan bulanan kegiatan di bidang tugasnya

sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

23
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN SUNTIK MANIS

4.1 Pencapaian Hasil Program Survailans

Tabel 4.1
Data Survailans Terpadu Penyakit Tahun 2016 s/d 2018

NO Nama Penyakit Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

1 Diare 447 438 309

2 TB Paru BTA + 9 6 23

3 Kusta 1 - -

4 DBD 24 19 14

5 Chikungunya 9 - -

6 Pneumonia 202 105 134

Grafik 4.1
Kejadian Kasus DBD Tahun 2016 s/d 2018

GRAFIK KASUS DBD TAHUN 2016 s/d 2018

24

19

14

Dari tabel 4.1 kasus DBD paling tinggi terjadi tahun 2016, karena masih
kurangnya sosialisasi pencegahan DBD dan pemantauan jentik berkala.

24
Grafik 4.2
Penyelidikan Epidemiologi DBD Tahun 2016 s/d 2018

Penyelidikan Epidemiologi 2016-2018


24

19

14

Dari tabel 4.2 semua kasus DBD ada dilaksanakan Penyelidikan Epidemiologi ke
lapangan.

Grafik 4.3
Kegiatan Fogging DBD Tahun 2016 s/d 2018

FOGGING DBD TAHUN 2016 s/d 2018

3 6

Dari tabel 4.3 kegiatan fogging yang terbanyak dilaksanakan tahun 2016 karena
ada indikasi fogging yaitu ada yang demam ≥ 3 orang, ditemukan jentik positif di
lingkungan kasus.

25
Grafik 4.4
Kegiatan Fogging DBD Tahun 2012 s/d 2018

ABJ DIRUMAH TANGGA TAHUN 2016 s/d 2018

93 86,5

90,4

Dari tabel 4.4 ABJ tertinggi tahun 2018 yaitu 90,4% tapi ini belum mencapai
target yaitu 95%.

Grafik 4.5
Kegiatan Fogging DBD Tahun 2016 s/d 2017

ABJ DI SEKOLAH TAHUN 2017 s/d 2018

58%

95,2%

Dari tabel 4.5 ABJ tahun 2017 mencapai target yaitu 95,2% karena sudah
dilaksanakan pemantauan jentik mandiri oleh dokcil dengan pengawasan guru
UKS.

26
Grafik 4.6
Garis Maximal Minimum DBD Tahun 2016 s/d 2018

MAX-MIN DBD TAHUN 2016 s/d 2018


Maximum Minimum

5
4
3 3
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Okt Nov Des

Dari tabel 4.6 garis maximum minimum bulan agustus harus mulai pelaksanaan
pencegahan DBD agar untuk bulan dan tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan
kasus DBD.

Grafik 4.7
Jumlah SD Yang Telah Dilatih Jumantik Tahun 2018

JUMLAH SD YANG TELAH DILATIH JUMANTIK


2013 2014

10

25

Dari tabel 4.7 tahun 2018 jumlah sekolah yang sudah dilatih jumantiknya
sebanyak 25 sekolah

27
Grafik 4.8
ABJ di Sekolah Tahun 2017-2018

ABJ DI SEKOLAH TAHUN 2017 s/d 2018

58%

95,2%

Dari tabel 4.8 ABJ tahun 2018 sudah mengalami peningkatan dan mencapai target
yaitu 95%, dengan pemantauan jentik mandiri oleh dokcil dan bimbingan dari
guru UKS.

Grafik 4.9
Kasus DBD Berdasarkan Umur Tahun 2016-2018

KASUS DBD BERDASARKAN UMUR

12

5 5
4 4
3 3 3 3
2
1 1 1 1

1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15-19 thn > 20 thn

Dari tabel 4.9 Kasus DBD berdasarkan umur banyak terjadi pada anak usia sekolah yaitu
rentang 5-9 tahun.

28
4.2 KEGIATAN INOVASI SUNTIK MANIS

Kegiatan inovasi bertujuan untuk menunjang pencapaian target program

survailans salah satunya penyakit DBD untuk mencapai ABJ 95% dan

peningkatan kebiasaan PHBS di sekolah salah satunya pemantauan jentik di

sekolah wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok.

a. Permasalahan

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit

menular yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa/wabah. Nyamuk

penularnya ( Aedes aegypti) dan virus dengue tersebar luas, sehingga

penularan penyakit demam berdarah dengue terjadi di semua tempat /

wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut. Penularan ini

terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya

(proboscis), agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah

virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Tempat penularan

yang potensial untuk penyebaran DBD adalah: Wilayah yang banyak

kasus DBD (rawan / endemis), tempat-tempat umum merupakan tempat

berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga

kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup

besar seperti sekolah yang mana 70% penduduk berada di sekolah.

Hasil pencapaian ABJ di sekolah Tahun 2017 sebesar 58%,

sekolah yang telah dilatih jumantik hanya 10 sekolah sedangkan

persentasi kasus DBD berdasarkan umur tahun 2017 yaitu rentang umur 1-

29
4 tahun 6%, rentang umur 5-9 tahun sebanyak 47%, rentang umur 10-14

tahun 26%, rentang umur 15-19 tahun 15% dan rentang umur > 20 tahun

6%. Dari data tersebut kasus DBD banyak terjadi di sekolah. Program

UKS salah satu wadah untuk melakukan pencegahan penularan penyakit

menular DBD yaitu melalui PHBS dsi sekolah dengan pemantauan jentik

mandiri yang dilakukan oleh dokter kecil.

b) Kegiatan Yang Dilakukan

1) Upaya Promotif dan Preventif dengan melakukan sosialisasi

pencegahan dan penatalaksanan DBD melalui pelatihan pemantauan

jentik mandiri di sekolah ( SUNTIK MANIS ).

Gambar 4.1
Sosialisasi Pemantauan Jentik Mandiri di Sekolah

30
Gambar 4.2
Latihan Pemantauan SUNTIK MANIS di Sekolah

31
2) Pelaksanaan, Pencatatan dan Pelaporan hasil pemantauan jentik mandiri

oleh dokter kecil dengan mengisi blangko melalui pengawasan dari

guru UKS.

Gambar 4.3
Pelaksanaan Pemantauan Jentik dengan Pengawasan Guru UKS

32
3) Penghitungan ABJ setiap bulan.

Gambar 4.4
Perekapan Kartu Pemantauan Jentik Bulanan

4) Pemasangan stiker sesuai nilai ABJ didapat.

Gambar 4.5
Pemasangan Stiker Jentik di Sekolah

33
Gambar 4.6
Pemasangan Stiker Jentik di Sekolah

34
Gambar 4.7
Stiker Pemantauan Jentik Mandiri di Sekolah

Keterangan Warna Stiker


• Hijau : ABJ ≥ 95% & Tidak ada kasus.
• Kuning : ABJ ≥ 95 % & Ada kasus dan ABJ < 95% & Tidak ada kasus.
• Merah : ABJ < 95 % & Ada kasus.

35
b. Hasil Kegiatan

Sekolah yang dilatih jumantik meningkat dari 10 sekolah sekarang 25

sekolah anak sekolah bisa menerapankan PHBS di sekolah salahsatunya

melalui pemeriksaan jentik dengan harapan bisa juga di praktik kan di

rumah masing-masing. ABJ di sekolah juga mengalami peningkatan dari

58% menjadi 89,5%, dari peningkatan ABJ bisa mencegah terjadi nya

penularan DBD.

Grafik 4.10
Jumlah SD Yang Telah Dilatih Jumantik

JUMLAH SD YANG TELAH DILATIH JUMANTIK

10

25

Grafik 4.11
ABJ di Sekolah Tahun 2017 S/D 2018

ABJ DI SEKOLAH TAHUN 2017 s/d 2018

58%

89,5%

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a) Dengan Pemantauan Jentik meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat sekolah dengan perilaku

dan lingkungan yang sehat.

b) Pemantauan Jentik Mandiri bisa meningkatkan ABJ sampai dengan target

cakupan ABJ di Sekolah ≥ 95 %.

c) Pemantauan Jentik ( SUNTIK MANIS ) dan pembinaan dari puskesmas

serta guru UKS bisa Mengendalian Penyakit Menular ( DBD ) di Sekolah.

5.2 Saran

Pemantauan Jentik disekolah akan berjalan baik jika dokter kecil dengan

bimbingan Guru UKS serta pembina puskesmas berkerjasama dengan baik.

Untuk selanjutkan petugas kesehatan dan sekolah bisa menciptakan inovatif

untuk mencapai PHBS di sekolah.

37

Anda mungkin juga menyukai