Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Mobil Hemat Energi

Mobil hemat energi sama seperti mobil pada umunya, hanya saja dalam pembuatannya
banyak teknologi yang ditambahkan untuk menjadikannya mobil hemat energi. Teknologi
tersebut dapat berupa optimasi bodi, sasis, transmisi, dan mesin agar mampu mengefisienkan
pengeluaran bahan bakar (Wahyudi, 2017). Selain optimasi seluruh komponen mobil,
teknologi hemat bahan bakar juga bisa diwujudkan dalam konsep mobil listrik (fuel cell) dan
hybrid. Banyak contoh pabrikan mobil yang sudah mengedepankan konsep mobil hemat
energi, contohnya adalah pabrikan mobil asal Jepang, Mazda. Sejak 2012, Mazda
menggunakan konsep “Skyactive Technology”. Teknologi ini membuat bodi mobil seringan
mungkin dengan coefficient of drag sekecil mungkin. Selain itu, mesin mobil dirancang dengan
memiliki kompresi yang tinggi. Kompressi yang tinggi mengharuskan menggunakan bahan
bakar yang beroktan tinggi pula. Namun, bahan bakar beroktan tinggi sangan efisien karena
penguapannya jauh lebih minim (Artanto, 2017).
Dalam hal ini, transimi juga memiliki peran penting. Pada masa sekarang, khususnya
sudah banyak rancangan transmisi yang mengacu pada menghematan dan pengoptimalan pada
penggunaan bahan bakar. Contohnya transmisi manual, semi-manual dan otomatis.
Sebuah program mengemudi di Belanda, Ecodriving, yaitu semacam Program Smart
Driving di Indonesia, telah melakukan penelitian mengenai efek dari pengaruh posisi gigi
terhadap konsumsi bahan bakar. Pengaruh posisi gigi juga dapat mempengaruhi konsumsi
bahan bakar (Kroon, 2006). Pengaruh dari posisi gigi terhadap konsumsi bahan bakar
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi gigi
maka konsumsi bahan bakar akan semakin rendah. Selain kecepatan dan posisi gigi, penelitian
mengenai faktor lain yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar juga dilakukan, diantaranya
adalah putaran mesin, temperatur lingkungan, equivalent rasio, posisi injakan pedal gas, rasio
kompresi, dan sebagainya.
Gambar 2.1 Hubungan Posisi Gigi dan Kecepatan Terhadap konsumsi Bahan Bakar (Kroon,
2006)

2.2 Shell Eco-Marathon

Eco-Marathon adalah kompetisi tahunan yang disponsori oleh Shell, dimana peserta
membuat kendaraan khusus yang bisa melakukan efisiensi bahan bakar sebesar-besarnya.
Kompetisi ini diikuti oleh berbagai jenis peserta mulai dari amatir yang tertarik sampai tim
perguruan tinggi dan perusahaan kendaraan bermotor dengan berbagai rancangan (SEM,
2010).

2.2.1 Kategori Kendaraan

Kategori kendaraan yang dilombakan pada kompetisi Shell Eco-Marathon terbagi


menjadi 2 golongan yaitu :
1. Kategori Prototipe
Peserta harus membuat kendaraan paling aerodinamis dan paling hemat bahan bakar
dengan tinggi maksimal 100 cm, lebar maksimal 130 cm, panjang maksimal 350 cm, berat
maksimal danpa pengemudi 140 kg dan berbagai syarat lainnya.
2. Kategori Konsep Kota (Urban Concept)
Peserta harus membuat kendaraan yang mirip dengan model kendaraan umum dipakai
saat ini. Tinggi antara 100 sampai 130 cm, lebar antara 120 sampai 130 cm, panjang antara 220
sampai 350 cm, berat maksimal tanpa pengemudi 205 kg dan berbagai syarat lainnya.

2.3 Regulasi Shell Eco-Marathon 2019

Untuk mengikuti perlombaan Shell Eco-Marathon kendaraan harus mengikuti peraturan


dan regulasi yang sudah ditetapkan. Untuk bagian transmisi regulasinya sebagai berikut:

a) Semua penggerak kendaraan harus dicapai hanya melalui gesekan antara


roda dan jalan
b) Semua kendaraan dengan mesin pembakaran internal harus dilengkapi
dengan sistem kopling.
c) Untuk kopling sentrifugal / otomatis, kecepatan starter motor harus
selalu di bawah kecepatan ikatan kopling.
d) Hanya kendaraan Urban concept ICE yang harus memiliki kemampuan
Idling. Yang berarti kendaraan harus tetap diam saat mesin menyala.
e) Untuk kopling manual, starter motor tidak boleh beroprasi terpasang
dengan kopling. Diperlukan interlock untuk memfasilitasi fungsi ini.
f) Silahkan merujuk ke pasal 64:b tentang starter motor.
g) Wajib menggunakan transmisi rantai atau sabuk.

2.3.1 Spesifikasi Mobil Pemenang Kategori Urban Concept

Peringkat 1 untuk kategori Urban Concept di raih oleh Institut Teknologi Sepuluh
Novembar dengan nama ITS Team 2 dan kendaraan bernama Sapuangin.
Gambar 2.2 Mobil Urban Concept ITS (ITSteam, 2019)

Spesifikasi :
Panjang : 2600 mm
Tinggi : 1250 mm
Lebar : 1150 mm
Berat : 92 kg
Tipe Mesin : Yanmar L48N Diesel
Kapasitas Mesin : 210 cc

2.3.2 Peserta Shell Eco-Marathon dari Indonesia

Dikutip

2.4 Parameter Kendaraan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar mengalami peningkatan yang tajam dalam priode tahun 1975
sampai dengan tahun 1980 (Bennet, 2001). Peningkatan ini, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.3 terus berlanjut hingga tahun 2000 dan diprediksi terus meningkat karena
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.

Gambar 2.3 Perubahan Konsumsi Bahan Bakar Dari Tahun 1968 (Bennet, 2001)

Konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor dipegaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor tersebut adalah transmisi kendaraan.

2.5 Sistem Penggerak Kendaraan

Sistem penggerak atau drivetrain adalah suatu sistem dengan beberapa mekanisme yang
berfungsi memindahkan daya/tenaga yang dihasilkan mesin untuk menjalankan roda dan
kendaraan. Dengan adanya drivetrain ini, maka kendaraan dapat bergerak atau berjalan.
2.5.1 Kopling

Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang untuk menghubungkan dan melepas
perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda lainnya. Pada bidang otomotif,
kopling digunakan untuk memindahkan tenaga motor ke transmisi. Dengan mengunakan
kopling, pemindahan roda gigi dapat dilakukan (Kros, 1993).

2.5.2 Motode Transmisi Daya

Transmisi daya adalah perpindahan dari energi dari tempat energi itu dihasilkan ke
tempat dimana energi itu di melakukan kerja yang dibutuhkan (Uslar, 2012). Metode
konvensional dari perpindahan daya standarnya terbagi tiga yaitu; dengan penggerak raintai,
sabuk, dan roda gigi. Semuanya melakukan pekerjaan yang sama, hanya saja dengan cara yang
bereda. Ketiganya yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing yang harus diketahui sebelum memilih mana yang akan digunakan.

Gambar 2.4 Penggerak Roda Gigi, Rantai dan Sabuk (Huang, 2017)

Biasanya yang umum digunakan adalah rantai dan sabuk. Keduanya memiliki efsiensi
perpindahan daya yang tidak jauh berbeda, akan tetapi transmisi menggunakan sabuk tidak
lebih efisien karena gaya gesek yang besar dan energi panas yang lebih banyak terbuang
(Huang, 2017). Efisiensi pada transmisi menggunakan rantai sangat tergantung pada
pemasangannya dengan sporket. Jika rantai dipasang terlalu kencang, maka motor akan
membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk berputar. Jika rantai dipasang terlalu renggang,
maka akan terjadi chain throw atau rantai yang memantul saat memutar. Rantai tergagi menjadi
5 kelompok yaitu; rantai pena silinder, rantai gigi, rantai pembawa, rantai cincin dan rantai
khusus.

2.5.2.1 Rantai Pena Silinder

Jenis rantai ini ditunjukan pada Gambar 2.5 mempunyai konstruksi yang paling
sederhana ditinjau dari pemasangan pena pada tiap plat sisinya. Digunakan untuk putaran
rendah sampai sedang dengan beban yang tidak terlalu besar.

Gambar 2.5 Rantai Pena Silinder (Huang, 2017)

2.5.2.2 Rantai Gigi

2.6 Sproket

Sproket merupakan roda gigi yang terhubung dengan rantai (Tsubaki, 2017)

2.7 Dudukan Mesin


2.8 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Dalam pengujian mesin konsumsi bahan bakar diukur sebagai laju aliran massa bahan
bakar per unit waktu (mf). Konsumsi bahan bakar spesifik/specific fuel consumption (sfc)
adalah laju aliran bahan bakar per satuan daya. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana efisiensi mesin dalam menggunakan bahan bakar untuk menghasilkan daya.
Sfc = mf P
dimana :
sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kW jam)
mf = massa bahan bakar (kg/jam)
P = daya (kW)

Brake power (daya pengereman) menghasilkan brake specific fuel consumption


(konsusi bahan bakar spesifik pengereman) :
Bsfc = mf Pb
dimana :
Pb = daya pengereman (kW)

2.9 Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan antara daya yang dihasiikan per siklus terhadap jumlah
energi yang disuplai per siklus yang dapat dilepaskan selama pembakaran. Suplai energi yang
dapat dilepas selama pembakaran adalah massa bahan bakar yang disuplai per siklus dikalikan
dengan harga panas dari bahan bakar (QHV). Harga panas bahan bakar ditentukan dalam
sebuah prosedur tes standar dimana diketahui massa bahan bakar yang

terbakar sempurna dengan udara dan energi dilepas oleh proses pembakaran yang
kemudian diserap dengan kalorimeter. Pengukuran efisiensi ini dinamakan dengan fuel
conversion efficiency (ηf) dan didefinisikan sebagai:
𝑊𝑐 (𝑃𝑛𝑅/𝑁) 𝑃
f= 𝑚𝑓 .𝑄𝐻𝑉 = 𝑛𝑅 = 𝑚𝑓 .𝑄𝐻𝑉
(𝑚𝑓. )𝑄𝐻𝑉
𝑁

dimana mf adalah massa bahan bakar yang dimasukkan per siklus. Subtistusi untuk
P/mf = berdasarkan persamaan (2.xx) didapatkan:
3600
f= 𝑠𝑓𝑐 .𝑄𝐻𝑉

Anda mungkin juga menyukai