Anda di halaman 1dari 3

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

KLINIK No. Dokumen :


GRACIA
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 3 Januari 2019
Halaman : 1/3
dr. Ramli Randan
197112112006041009
1. Pengertian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit kronik yang dapat dicegah
dan diobati, dikarakteristikan dengan hambatan aliran udara yan persisten, progresif
dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi krosnis diparu terhadap
partikel dan gas berbahaya.
Kode ICD X untuk PPOK adalah L44.9.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan PPOK.
3. Kebijakan SK Kepala Klinik Gracia Nomor: ................................ tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis
4. Referensi a. Kementrian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014
5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesa dan mengalinya berdasarkan:
Langkah- a. Keluhan:
langkah 1) Sesak nafas
2) Kadang-kadang disertai mengi
3) Batuk kering atau dengan dahak yang produktif
4) Rasa berat di dada
b. Faktor resiko :
1) Genetika
2) Pajanan partikel :
a) Asap rokok
b) Debu kerja, organic dan inorganic
c) Polusi udara dalam rumah dari pemanasan atau biomassa rumah
tangga dengan ventilasi yang buruk
d) Polusi udara bebas
3) Pertumbuhan dan perkembangan paru
4) Stress oksidatif
5) Jenis kelamin
6) Umur
7) Infeksi paru
8) Status social-ekonomi
9) Nutrisi
10) Komorbilitas
c. Penilaian severitas gejala:
Penilaian dapat dilakukan dengan kuesioner COPD Assesment Test (CAT)
yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengukur pengeruh PPOK terhadap
status kesehatan pasien
2. Petugas melakukkan pemerisaan fisik :
a. Inspeksi :
1) sianosis sentral pada memberan mukosa mungkin ditemukan
2) abnormalitas dinding dada yang menunjukan hiperinflasi paru termasuk
iga yang tampak horizontal, barriel chest (diameter antero-posterior iga
transversal sebanding) adan abdomen yang menonjol keluar.
3) Hemidiagfragma mendatar
4) Laju respirasi istirahat meningkat labih dari 20 kali/menit dan pola nafas
lebih dangkal.
5) Pursed-lips breathing ( mulut setengah terkatup mencucu), laju ekspirasi
lebih lambat memungkinkan pengosongan paru yang lebih efisien.
6) Penggunaan otot bantu nafas adalah indikasi gangguan pernafasan.
7) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
dileher dan edema tungkai.
b. Palapasi dan Perkusi
1) Sering tidak ditemukan kelaianan pada PPOK
2) Irama jantung di apeks mungkin sulit ditemukan karena hiperinfasi paru
3) Hiperinfasi menyebabkan hati letak rendah dan mudah dialpasi
c. Auskultasi
1) Pasien dengan PPOK sering mengalami penurunan suara nafas tapi tidak
spesifik untuk PPOK
2) Mengi selama pernafasaan biasa menunjukan keterbatasan aliran udara,
tetapi mengi yang hanya terdengar setelah ekspirasi paksa tidak spesifik
untuk PPOK
3) Ronkhi basah kasar saat inspirasi dapat ditemukan
4) Bunyi jantung terdengar lebih keras diarea xypohoideus
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu uji alan selama 6 menit yang
dimodifikasi dan Darah lengkap
4. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan bila perlu pemeriksaan penunjang.
Gejala Keterangan
Sesak Progresif (sesak bertambah berat
seiring berjalannya waktu).
Bertambah berat dengan beraktifitas
Persisten (menetap sepanjang hari)
Pasien mengeluh “pelu usaha untuk
bernafas”
Berat suar bernafas, terengah-engah
Batuk kronik Hilang timbul dan mungkin tidak
berdahak
Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat
mengindikasikan PPO
Riwayat terpajan factor resiko Asap rokok
Debu
Bahan kimia ditempat kerja
Asap dapur
Riwayat keluarga

5. Petugas melakukan tatalaksana :


a. PPOK stabil
1) Obat-obatan dengan tujuan mengurangi laju beratnya penyakit dan
mempertahankan keadaan stabil
2) Bronkodilator dalam bentuk oral, kombinasi golongan ẞ2 agonis
(salbutamol) dengan golongan xantin (aminophilin dan teofilin),
masing-maing dalam dosis suboptimal, sesuai dnegan berat badan dan
berat nya penyakit. Untuk itu dosis pemeliharaan aminophilin/teofilin
100-150 mg kombinasi dengan salbutamol 1 mg
3) Kortikosteroid
4) Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH)
5) Mukolitik (ambroxol) dapat diberikan dbilla sputum mukoid
b. PPOK Eksaserbasi
1) Oksigen
2) Bronkodilator:
Pada kondisi eksaserbasi akut dosis dan atau frekuensi bronkodilator
kerja pendek ditingkatkan dan dikombinasikan dengan antikolinergik.
Bronkodilator yang disarankan adalah dalam sediaan inhalasi. Jika tidak
tersedia obat dapat diberikan seara injeksi, subkutan digunakan dengan
hati-hati.
Adrenalin 0,3mg subkutan, digunakan dengan hati-hati
Aminophilin bolus 5mg/kgBB (dengan pengenceran) harus perlahan
(selama 10 menit) untuk menghindari efek samping, dilanjutkan perdrip
0,5 – 0,8 mg/kgBB/jam
3) Kortikosteroid:
Diberikan dalam dosisi 30mg/hari diberikan maksimal selama 2 minggu.
Pemberian selama 2 minggu tidak perlu tapering off
4) Antibiotic yang tersedia dipuskesmas
5) Pada kondisi telah terjadi kor pulmonale, dapat diberikan diuretic dan
perlu berhati-hati dalam pemberian cairan
6. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarganya
yaitu:
a. Edukasi ditujuan untuk mencegah penyakit bertambah berat dengan cara
menggunakan obat-obatan yang tersedia dengan tepat, menyesuiakan
keterbatasan aktifitas serta menvegah eksaserbasi
b. Pengurangan pajanan faktor resiko
c. Berhenti merokok
d. Keseimbangan nutrisi anatara protein lemak dan karbohidrat, dapat
diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
e. Rehabilitasi
1) Latihan bernafas dengan pursed lip breathing
2) Latihan ekspektorasi
3) Latihan otot pernafasan dan ekstremitas
f. Terapi oksigen jangka panjang
7. Petugas memberikan rujukan jika:
a. Untuk memastikan diagnose dan menentukan derajat PPOK
b. PPOK eksaserbasi
c. Rujukan penatalaksanaan jangka panjang
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien dan e-
puskesmas.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas pendaftaran.
6. Bagan Alir
Pemeriksaan TV & fisik
Petugas menggali
anamnesis & faktor risiko :  Barrier chect
 Pursed lip breathing
Sesak napas, mengi,  Retraksi
pajanan asap rokok, dll  VBS menurun
 Rhonki, wheezing
Terapi
Pem penunjang
PPOK stabil
Menegakkan diagnosis
 Bronkodilator oral : salbutamol,
aminofilin, teofilin
 Kortikosteroid
 Ekspektoran atau mukolitik
Edukasi
PPOK eksaserbasi
 Kurangi pajanan faktor
risiko
 Oksigen
 Berenti merokok
 Bronkodilator inhalasi, atau injeksi:
aminofilin bolus 5 mg/kgBB (dg  Latihan pernapasan
pencenceran) secara perlahan, lanjut
per drip 0.5-0.8 g/kgBBresep ke pasien
Berikan Rujuk jika ada indikasi
 Kortikosteroid
 Antibiotik
 Diuretik jika sudah terjadi cor pulmonal

Dokumentasi pada rekam Menyerahkan rekam


medis medis ke petugas
pendaftaran

7. Unit terkait Pelauanan Umum & Lansia


8. Rekaman
historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai di
perubahan berlakukan

Anda mungkin juga menyukai