Anda di halaman 1dari 62

Adaptasi Sel

Kelainan Retrogresif
dan Progresif

By:
Anita Putri Wijayanti, S.Kep., Ners., M.M
Adaptasi sel

• Ketika terpapar oleh sesuatu (terkena aksi)


dari luar maka sel tubuh akan mengalami
jejas/injury dan melakukan proses reaksi.
• Aksi dapat menimbulkan kerusakan sel .
• Tubuh melawan proses kerusakan dengan
adaptasi sel .
• Proses patologi didasari atas adaptasi sel
Jenis adaptasi sel
1. Kelainan Regresif = Retrogresif = Proses
kemunduran
• Atrofi
• Degenerasi & Infiltrasi
• Nekrosis
• Penimbunan pigmen & mineral
• Gangguan metabolisme
• Defisiensi
2. Kelainan Progresif  berkelanjutan, berjalan
ke arah lebih buruk
• Hipertrofi
• Hiperplasia
• Metaplasia
• Displasia
• Regenerasi
Kelainan Regresif /
Retrogresif
KELAINAN REGRESIF/
RETROGRESIF

Kelainan Retrogresif yaitu Proses


kemunduran , terdiri dari:
1.Atrofi
2.Degenerasi & Infiltrasi
3.Nekrosis
4.Penimbunan pigmen & mineral
5.Gangguan metabolisme
6.Defisiensi
ATROFI
Atrofi
• Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang
pernah berkembang sempurna dengan ukuran
normal.
• Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh jaringan dan
alat tubuh berkurang atau mengalami atropi.
• Sifat :
seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara
bertahap.
• Jenis :
1. Fisiologik misalnya aging proses.
2.Patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus
kering akibat marasmus dan kwashiorkor, emasiasi/
inanisi (menderita penyakit berat), melemahnya
fungsi pencernaan atau hilangnya nafsu makan
3.Umum atau local penurunan aktivitas endokrin dan
pengaruhnya atas target sel dan target organ.
Atrofi
• Penyebab atropi :
- berkurangnya beban kerja
- hilangnya persarafan
- berkurangnya perbekalan darah
- hilangnya rangsangan hormone
Atrofi
Macamnya:
• Atropi fisiologik
• Atrofi senilis (general atrophy) : osteoporosis,
kulit keriput, demensia
• Atrofi setempat (local atrophy) : menipisnya
sternum (tl dada) pada aneurisma aorta
• Atrofi inaktifitas (disuse atrophy) :
poliomyelitis
• Atrofi desakan (pressure atrophy) :
hidroneprosis
• Atrofi endokrin : penyakit Simmonds
(kel.hipofisis)
Atropi fisiologik
 Atropi fisiologik adalah atropi yang
merupakan proses normal pada manusia.
 Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau
menghilang sama sekali selama masa
perkembangan kehidupan, dan jika alat
tubuh tersebut tidak menghilang pada usia
tertentu malah dianggap patologik.
 Contoh: yaitu proses penuaan (aging process)
dimana glandula mammae mengecil setelah
laktasi, penurunan fungsi/produktivitas
ovarium dan uterus, kulit menjadi tipis dan
keriput.
Atropi fisiologik
Atrofi senilis (general atrophy)
• Penyebab atropi senilis adalah :
 Involusi akibat menghilangnya rangsang tumbuh
(growth stimuli),
 berkurangnya perbekalan darah akibat
arteriosklerosis
 berkurangnya rangsang endokrin
 Contoh atropi senilis yang merupakan proses patologik
yaitu starvation (kelaparan).
 Starvation atrophy terjadi bila tubuh tidak mendapat
makanan/nutrisi untuk waktu yang lama. Atrofi ini
dapat terjadi pada orang yang sengaja berpuasa
dalam jangka waktu yang lama (tanpa berbuka
puasa), orang yang memang tidak mendapat
makanan sama sekali (karena terdampar di laut atau
di padang pasir). Orang yang menderita gangguan
pada saluran pencernaan misalnya karena
penyempitan (striktura) esophagus.
Atrofi Inaktivitas (disuse atrophy/
atrofi neurotrofik)
 Terjadi akibat inaktivitas organ tubuh atau
jaringan. Misalnya inaktivitas otot-otot
mengakibatkan otot-otot tersebut mengecil.
 Atrofi otot yang paling nyata yaitu bila terjadi
kelumpuhan otot akibat hilangnya persarafan
seperti yang terjadi pada poliomyelitis.
 Atrofi inaktivitas disebut juga sebagi atrofi
neurotrofik karena disebabkan oleh hilangnya
impuls trofik. Tulang-tulang pada orang
yang karena suatu keadaan terpaksa harus
berbaring lama mengalami atrofi inaktivitas.
Akibatnya, tulang-tulang menjadi berlubang-
lubang karena kehilangan kalsiumnya sehingga
tidak dapat menunjang tubuh dengan baik.
Atrofi Inaktivitas (disuse
atrophy/ atrofi neurotrofik)
Atrofi desakan (pressure atrophy)
 Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus-
menerus atau desakan dalam waktu yang lama
dan yang mengenai suatu alat tubuh atau
jaringan.
 Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat
desakan gigi yang mau tumbuh dan dan yang mengenai
gigi (pada anak-anak).
 Atropi desakan patologik misalnya terjadi pada
sternum akibat aneurisma aorta. Pelebaran aorta di
daerah substernal biasanya terjadi akibat sifilis. Karena
desakan yang tinggi dan terus menerus mengakibatkan
sternum menipis.
 Atrofi desakan ini pun dapat terjadi pada ginjal.
Parenkim ginjal dapat menipis akibat desakan terus-
menerus. Ginjal seluruhnya berubah menjadi kantung
berisi air, yang biasanya terjadi akibat obstruksi ureter,
yang biasanya disebabkan oleh batu. Atrofi dapat
terjadi pada suatu alat tubuh kerena menerima
desakan suatu tumor didekatnya yang makin
lama makin membesar.
Atrofi Endokrin
• Terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya
bergantung pada rangsangan hormon
tertentu.
• Atrofi akan terjadi jika suplai hormon yang
dibutuhkan oleh suatu organ tertentu
berkurang atau terhenti sama sekali.
• Hal ini misalnya dapat terjadi pada penyakit
Simmonds. Pada penyakit ini, hipofisis tidak
aktif sehingga mengakibatkan atrofi pada
kelenjar gondok, adrenal, dan ovarium.
Degenerasi
Degenerasi
• Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia
intraseluler yang disertai perubahan morfologik,
akibat jejas non fatal pada sel.
• Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan
filament mitokondria
• Jika hal ini berlanjut maka kemunduran akan
terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak
vakuola intra sel disebut degenarasi vakuoler
atau hidrofik  reversibel
• Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible
disebut degenerasi
• Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju
kematian disebut nekrosis
Degenerasi
• Pada degenerasi terjadi proses:
Penimbunan (storage) atau akumulasi
cairan atau zat dalam organel sel.
• Secara mikroskopik akan tampak :
Pembengkakan sel, jika sel tidak mampu
mempertahankan homeostatis ion dan
cairan.
Perubahan berlemak (terutama pada sel-
sel yg terlibat dan tergantung pd
metabolisme lemak : hepatosit dan sel-sel
miokardium)
• Macamnya:
– Degenerasi albumin (bengkak keruh) pada sel
hati, sel otot jantung
– Degenerasi Hidropik/ Degenerasi Vakuoler
pada Sel tubulus ginjal, sel hati
– Degenerasi Hialin pada Jaringan ikat maupun
sel epitel
– Degenerasi Zenker (Waxy Degeneration) pada
Otot rectus abdominis, otot – otot diafragma
– Degenerasi Amiloid pada sela antar sel dan
jaringan ikat
– Degenerasi Musin (lendir) pada Rektum,
keadaan yang disebut selesma, mucinous
carcinoma
– Degenerasi glikogen (= infiltrasi) otot dan hati
pada penyakit DM
Degenerasi Bengkak Keruh
(Cloudy Swelling, Degenerasi Albumin)
• Perubahan kemunduran akibat jejas yang tidak
keras
• Adanya sel – sel yang membengkak disertai
sitoplasma yang bergranula (berbutir – butir)
sehingga jaringan nampak keruh
• Tempat Terjadinya : Sel tubulus ginjal, sel hati dan
sel otot jantung
• Alat tubuh yang terkena menjadi besar, padat
pucat
• Penyebab : Infeksi, demam, keracunan, suhu
yang rendah atau tinggi, anoxia, gizi buruk dan
gangguan sirkulasi
• Reversibel
Degenerasi Hidropik/ Degenerasi
Vakuoler
• Edema intraseluler lebih mencolok
• Menunjukan kerusakan yang lebih keras
• Tempat Terjadinya : Sel tubulus ginjal, sel hati
• Penyebab : Sama dengan sebab pada
degenerasi bengkak keruh, hanya
intensitasnya lebih dan jangka waktunya lebih
lama
• Reversibel
Degenerasi Hialin
• Istilah ini hanya menunjukkan sifat fisik saja
tanpa menunjukkan sifat kimiawinya,
tetapi kebanyakan memang merupakan
protein.
• Suatu benda yang bersifat cerah
(translucent), homogen, tanpa struktur dan
berwarna merah degan pelasan rutin (he)
• Tempat Terjadinya : Jaringan ikat maupun
sel epitel
Degenerasi Zenker
(Waxy Degeneration)
 Degenerasi hialin pada otot – otot dan
ditemukan pada thypus abdominalis dan
penyakit infeksi keras lain – lain, seperti
pneumonia, diphteria, dll
 Luas dan kerasnya degenerasi dianggap sejajar
dengan kerasnya infeksi
 Tempat Terjadinya : Otot rectus abdominis,
otot – otot diafragma
 Tampak pucat, mudah robek dan
mengakibatkan perdarahan kecil – kecil
 Penyebab : Toksin bakteri
 Reversibel
Degenerasi Amiloid
• Amiloid ialah suatu bahan yang mempunyai
sifat – sifat hialin dan berbeda dengan hialin
karena mempunyai sifat – sifat khusus
terhadap zat warna tertentu.
• Menyerupai kanji (amylum). Sifat kimiawinya
bellum jelas, mungkin suatu glikoprotein.
• Tempat Terjadinya : Dalam sela antar sel dan
jaringan ikat
• Tuberkulosis, lepra, osteomyelitis, rheumatoid
arthritis,
• Penyebab : Penyakit infeksi yang sudah
berlangsung lama dan disertai dengan
destruksi jaringan.
Degenerasi Musin (lendir)
• Musin ialah bsuatu bahan tanpa struktur,
jernih dan yang lekat – lekat.
• Disekresi oleh sel epitel yang melapisi
permukaan – permukaan mukosa, terdiri
atas unsur karbohidrat dan protein, bersifat
asam lemah karena itu diwarnai biru.
• Tempat Terjadinya : Rektum, keadaan yang
disebut selesma, mucinous carcinoma
Degenerasi
– Perlemakan pada :
 Hati o.k : hepatitis, kwasiorkor, alkoholisme,
racun CCl4 & cloroform, excessive overeating.
 Jantung o.k : hipoksia sedang / berat.
 Ginjal o.k : anoksia berat, racun kimia,
glomerulonefritis
Gbr. Perlemakan sel hati
Infiltrasi
Infiltrasi
 Bentuk retrogresi dgn penimbunan metabolit
sistemik pada sel normal (tdk mengalami jejas
langsung seperti pd degenerasi).
 Dalam keadaan normal zat metabolit (glukosa,
lipid, asam amino) berada dlm sitoplasma, jika
zat metabolit tersebut melampaui batas maka
sel akan pecah.
 Infiltrasi dapat terjadi akibat gangguan yang
sifatnya biokimia atau biomolekuler.
 Infiltrasi dapat terjadi pada penyakit Von Gierke
akibat tiadanya enzim glucose – 6 –
phosphatase yang merupakan enzim spesifik.
Tiadaya enzim ini dianggap herediter. Didalam
sel dapat ditemukan glikogen yang bertumpuk
– tumpuk, karena disebut infiltrasi glikogen.
Nekrosis
Nekrosis
• “Sebuah atau sekelompok sel atau jaringan
mati pada hospes yang hidup. Merupakan
kematian sel local.”
• “ Perubahan morfologi sebagai akibat
tindakan degradasi progresif oleh enzim-
enzim sel yg terjejas letal.”
• Jika cedera cukup hebat maka sel akan
mencapai suatu titik “ point of no sel tidak
lagi mampu return” mengkompensasi dan
tidak dapat melangsungkan metabolisme
Nekrosis
Dua proses penting yg menunjukan perubahan nekrosis :
a. Digestif enzimatik sel, baik autolisis (dimana
enzim berasal dari sel mati) atau heterolysis (enzim
berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yg diisi oleh leukosit
imigran dan menimbulkan abses.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel
menyebabkan denaturasi protein struktur dan
protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel
dipertahankan.
Jika proses digestif enzimatik sel lebih menyolok
daripada sel nekrotik akan terjadi nekrosis
likuefaktif.
Jika denaturasi protein lebih menyolok akan terjadi
nekrosis koagulatif
NEKROSIS
Perubahan yang terjadi pada jaringan yang
mati:
 Dari sel/jaringan yang mati keluar diantaranya enzim
bersifat litik berfungsi melarutkan berbagai unsur sel.
 Jaringan sekitar memberikan respon terhadap
perubahan tersebut dan timbul reaksi peradangan.
 Pengiriman sel darah putih ke jaringan yang mati
membantu pencernaan sel-sel yang mati.
Perubahan morfologis pada sel nekrosis:
 Piknosis (selnya disebut piknotik): gumpalan kecil yang
hiperkromatik, inti sel menyusut dan batasnya tidak
teratur dan warnanya gelap.
 Karioreksis: inti sel hancur, serta terdapat pecahan-
pecahan zat kromatin di sitoplasma.
 Kariolisis sel hilang .
Jenis-jenis morfologinya:
1. Nekrosis Koagulatif (pada nekrosis akibat
hilangnya suplai darah): Jika enzim litik sel
mati dihambat oleh keadaan local maka sel
nekrotik paling sering akan
mempertahankan bentuknya selama
beberapa waktu. dijumpai.
Contoh : pada infark miokardium
2. Nekrosis liquefaktiva: jaringan nekrotik
sedikit demi sedikit mencair oleh enzim.
Sering terjadi pada otak yang nekrotik
tampak seperti lobang berisi cairan
3. Nekrosis kaseosa, Sel-sel nekrotik hancur
tetapi pecahan-pecahan sel nya tetap ada
selama betahun-tahun, misal pada
tuberculosis.

Gambar: kelenjar limf yang terinfeksi


Tuberculosa
4. Nekrosis lemak , akibat trauma langsung
pd jaringan lemak. Sering pada payudara.
5. Nekrosis fibrinoid: (bukan proses nekrosis
sejati) pengendapan fibrin pada jaringan.
Misalnya masa fibrin pada dinding atriol
akibat rembesan plasma darah ke dalam
lapisan media.
Akibat nekrosis:
• Kehilangan fungsi. misalnya deficit neurologis
• Menjadi fokus infeksi, medium pembiakan
mikroorganisme tertentu saat penyebaran.
• Perubahan-Perubahan sistemik tertentu
seperti demam dan leukositosis.
• pengeluaran enzim-enzim yang
dikandungnya ke dalam darah akibat sel
mati dan peningkatan permiabelitas
membran.
Penimbunan pigmen
Penimbunan pigmen

Pigmentasi
• Penimbunan pigmen
• Berdasar asalnya :
a. Eksogen : debu carbon, perak, tatto /
rajah.
b. Endogen : lipopigmen, melanin,
peruntuhan hemoglobin (Hemosiderin ,
hematoidin,Hematin ,Porpyrin )
Penimbunan mineral
Penimbunan mineral
Penimbunan mineral
• 13 unsur : 7 dalam jumlah banyak, 6 “trace elements” (
Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn )
• Contoh : Ca (kalsium); Sumber : susu, telur;
Dipengaruhi : vit D; Penyimpanan : tulang
• Akibat ketakseimbangan Ca akan mengakibatkan :
– Kalsifikasi metastatik pada : Hiperparatiroidisme,
Tumor tulang, Hipervitaminosis D, Atrofi tulang
– Calsinosis : pengendapan pada kulit
– Lithiasis (pembentukan batu ginjal)
– Kalsifikasi arteri
Kelainan Progresif
KELAINAN PROGRESIF

Kelainan progresif yaitu jika terjadi proses


berkelanjutan (berjalan terus kearah yang
lebih buruk untuk penyakit). Jenis-jenis
kelainan progresif yaitu:
1. Hipertrofi
2. Hiperplasia
3. Metaplasia
4. Displasia
5. Regenerasi
Hipertrofi
Hipertrofi
• Adalah Pembesaran organ/jaringan akibat
bertambah besarnya ukuran suatu
sel/jaringan, dan bukan akibat bertambahnya
jumlah sel ataupun sel pembentuknya.

• Proses adalah respons adaptif akibat


peningkatan beban kerja yang diterima oleh
sel/jaringan terkait. Pada sel/organ/jaringan
yang hipertrofi memerlukan peningkatan
kebutuhan O2 dan gizi  mengakibatkan
pertumbuhan dari sebagian struktur
membesar  oleh karenanya sintese
proteinnya juga meningkat.
HIPERTROFI
• Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel
dan perubahan ukuran alat tubuh
• Ukuran sel jaringan atau organ yang
menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.
Hipertrofi
• Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau
lokal
• Hipertropi dapat memberi variasi fungsional :
Meningkat  jika yang sel parenkim yg
membesar
Menurun  jika hipertropi akibat proliferasi
unsur stroma atau substansi antar sel  sel
parenkim terdesak  penurunan fungsi.
Normal  hipertropi murni jika terjadi pada
jaringan atas sel permanent dan dipicu oleh
pengngkatan fungsi. misal otot rangka pada
binaragawan
Hipertrofi
CONTOH:
• Otot gerak yang aktivitasnya besar (latihan) bisa
hipertrofi.
• Terjadi juga pada sel yang tidak dapat menambah
jumlah (hiperplasia) dengan cara mitosis.
• Terjadi juga pada sel rangka dan otot jantung. (sel
otot polos bisa hipertropfi bisa hiperplasia)
Ada 3 jenis hipertrofi
1. Hipertrofi fiisologis (pada olahragawan)
2.Hipertrofi patologis (hipertrofi otot jantung kiri akibat
hipertensi)
3.Hipertrofi kompensasi (akibat mengambil alih fungsi
organ lain); (hilangnya satu ginjal, maka terjadi
hipertrofi pada ginjal sisi lain untuk mengatasi kerja
yang lebih berat). 50
Hiperplasia
Hiperplasia
• Adalah pembesaran organ/jaringan akibat
bertambahnya/ peningkatan jumlah sel dan sel
pembentuknya dengan struktur sel yang
normal, pada suatu organ akibat ada mitosis.
• Contoh: akibat adanya beban meningkat, sinyal
hormonal, sinyal lokal akibat penurunan beban
kerja, terjadi hanya pada sel yang mampu mitosis
(otot polos, hati, ginjal, jaringan ikat).
• Hiperplasia biasanya timbul akibat stimulasi
hormonal. Bisa:
1. Tampilan normal (gld. Mammae, otot uterus saat
kehamilan)
2.Adanya gangguan (hiperplasia pada glandula
adrenal, thyroidea akibat oversekresi hormon
pituitary otak)
Hiperplasia
• Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau
keadaan kekurangan sekresi atau produksi sel terkait.
• Hanya dapat terjadi pada populasi sel labil
(dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel
epidermis, sel darah) atau sel stabil (dalam keadaan
tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel
hati, sel epitel kelenjar.
jantung), Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot
rangka, saraf dan jantung)
 Ada 3 tipe Hiperplasia:
1. Hiperplasia fisiologis (siklus menstruasi)
2.Hyperplasia patologis (acromegali, akibat gangguan
hormonal)
3.hyperplasia kompensasi pengangkatan/ pembedahan
sebagian jaringan hati)
METAPLASIA
Metaplasia merupakan langkah awal
terjadinya neoplasia, yaitu bertambahnya
jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ
sehingga jaringan atau organ menjadi lebih
besar ukuranya dari normal.
Metaplasia adalah perubahan reversible.
Pada perubahan tersebut satu jenis sel
dewasa (epitelial atau mesenkimal)
digantikan oleh jenis sel dewasa lain.
Terjadi karena perubahan lingkungan sel
tersebut sehingga dia beradaptasi.
METAPLASIA
Contoh :
Epitel kolumar pada traktus respiratorius
diganti dengan epitel gepeng. Disebut
metaplasia skuamosa.
DISPLASIA
DISPLASIA
 Displasia dalah perubahan sementara dari sel
dewasa menjadi sel dewasa yang lain.
 Terjadi penigkatan, pertumbuhan sel dan
perubahan diferensiasi
 Terjadi karena sel dalam proses metaplasia
berkepanjangan tanpa mereda dapat mengalami
ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve.
 Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
 Jika jejas atau iritan dpt diatasi maka seluruh
bentuk adaptasi dan displasia dapat normal
kembali. Tetapi jika keadaan displasia berat dan
tidak ditanggulangi maka akan terjadi
keganasan intra epithelial/insitu.
Regenerasi
Regenerasi
• Proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang
bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan
atau memperbaiki bagian yang rusak.
• Regenerasi sel juga diartikan proses pembentukan sel
untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai
tingkat terkecil dalam sel tubuh kita.
• Setiap saat, setiap detik sel pada tubuh kita ada yang
mati dan setiap itu pula lahirlah sel yang
menggantikannya atau disebut proses regenerasi.
• Proses regenerasi dominant mulai usia anak – anak
sampai kira – kira 30 tahun. Kemudian digantikan
dengan proses degenerasi yang paling dominant.
Namun pada dasarnya regenerasi (pembentukan)
dan degenerasi (perusakan) sel akan selalu terjadi
dalam tubuh kita.

Anda mungkin juga menyukai