DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Maharani (213218)
Farida (213218014)
Egi (21321)
Shinta ( 213218)
Iqbal (213218)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak
terduga (Masjoer A, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fraktur servikal?
2. Bagaimana anatomi tulang servikal?
3. Apa saja jenis dari fraktur servikal?
4. Apa saja tanda dan gejala dari fraktur servikal?
5. Bagaimana epidemiologi fraktur servikal?
6. Bagaimana patofisiologi fraktur servikal?
7. Bagaimana penanganan fraktur servikal dalam kegawatdaruratan?
C. Tujuan
Tujuan umum:
Untuk memahami penanganan dalam kegawatdaruratan fraktur servikal
Tujuan khusus:
1. Untuk memahami pengertian dari fraktur servikal
2. Untuk memahami anatomi fraktur servikal
3. Untuk memahami jenis-jenis dari fraktur servikal
4. Untuk memahami tanda dan gejala dari fraktur servikal
5. Untuk memahami epidemiologi dari fraktur servikal
6. Untuk memahami patofisiologi dari fraktur servikal
7. Untuk memahami penanganan dari fraktur servikal dalam kegawatdaruratan
BAB II
PEMBAHASAN
B. Anatomi Servikal
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk
skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa
dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf,
menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada
orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12
thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.
Atlas (C1) adalah vertebra servikalis pertama dari tulang belakang. Atlas bersama
dengan Axis (C2) membentuk sendi yang menghubungkan tengkorak dan tulang
belakang dan khusus untuk memungkinkan berbagai gerakan yang lebih besar. C1 dan
C2 bertanggung jawab atas gerakan mengangguk dan rotasi kepala.
Atlas tidak memiliki tubuh. Terdiri dari anterior dan posterior sebuah lengkungan dan
dua massa lateral. Tampak seperti dua cincin. Dua massa lateral pada kedua sisi
lateral menyediakan sebagian besar massa tulang atlas. Foramina melintang terletak
pada aspek lateral. Axis terdiri dari tonjolan tulang besar dan parsaticularis
memisahkan unggulan dari proses artikularis inferior. Prosesus yang mirip gigi
(ondontoid) atau sarang adalah struktur 2 sampai 3 cm corticocancellous panjang
dengan pinggang menyempit dan ujung menebal. Kortikal berasal dari arah rostral
(kearah kepala) dari tubuh vertebra.
Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan
faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Adapun beberapa ligamen yang terdapat
pada tulang servikal antara lain adalah :
1. Ligamen'ta fla'va: serangkaian pita dari jaringan elastis kuning melekat dan
memperluas antara bagian ventral lamina dari dua tulang yang berdekatan, dari sumbu
ke sacrum. Namanya Latin untuk "ligamen kuning," dan ini terdiri dari elastis jaringan
ikat membantu mempertahankan postur tubuh ketika seseorang sedang duduk atau
berdiri tegak. Terletak posterior tubuh vertebra, tetapi anterior proses spinosus dari
tulang belakang, yang merupakan tulang Prongs memancing ke bawah dari belakang
setiap tulang belakang, yang flava ligamenta membentuk dua sejajar, bersatu garis
vertikal dalam kanalis vertebralis. Hal ini juga mencakup dari C2, vertebra servikalis
kedua, semua cara untuk S1 dari sacrum, tulang ditumpuk pada dasar tulang belakang
di panggul. Pada ujung atas, setiap flavum ligamentum menempel pada bagian bawah
lamina dari vertebra di atasnya. lamina ini adalah proyeksi horizontal pasangan tulang
yang membentuk dua jembatan mencakup ruang antara pedikel di kedua sisi tubuh
vertebral dan proses spinosus belakangnya. Mereka memperpanjang dari pedikel,
setiap proses yang kurus menonjol ke belakang dari kedua sisi dari tubuh vertebra,
dan sudut terhadap garis tengah tulang belakang, menggabungkan di tengah. Dalam
melakukannya, mereka membentuk melebar "V" yang mengelilingi aspek posterior
kanal tulang belakang.
2. Ligamentum nuchae adalah padat bilaminar septum, segitiga intermuskularis
fibroelastic garis tengah. Meluas dari tonjolan oksipital eksternal ke punggung C7 dan
menempel pada bagian median dari puncak occipital eksternal, tuberkulum posterior
C1 dan aspek medial duri terpecah dua belah leher rahim, ligamen terbentuk terutama
dari lampiran aponeurotic dari otot leher rahim yang berdekatan dan yg terletak di
bawah. Dari dangkal sampai dalam, otot-otot ini adalah trapezius, genjang kecil,
capitus splenius, dan serratus posterior superior. Juga anatomi, dan mungkin penting
secara klinis, ligamen telah ditemukan memiliki lampiran berserat langsung dengan
dura tulang belakang antara tengkuk dan C1.
3. Zygapophyseal adalah sendi sinovial sendi-sendi paling dasar dalam tubuh
manusia. Gabungan sinovial ditandai dengan memiliki kapsul sendi, cairan-cairan
sinovial sendi kapsul untuk melumasi bagian dalam sendi, dan tulang rawan pada
permukaan sendi di tengah atas dan bawah permukaan yang berdekatan dari setiap
tulang belakang untuk memungkinkan tingkat gerakan meluncur.
4. Atlantoaxial ligamentum posterior adalah tipis, membran luas melekat, di atas,
untuk batas bawah lengkung posterior atlas , bawah, ke tepi atas dari lamina dari
sumbu.
5. Atlantoaxial ligamentum anterior adalah membran yang kuat, untuk batas bawah
lengkung anterior dari atlas, bawah, ke depan tubuh sumbu . Hal ini diperkuat di garis
tengah dengan kabel bulat, yang menghubungkan tuberkulum pada lengkung anterior
dari atlas ke tubuh dari sumbu, dan merupakan kelanjutan ke atas dari ligamentum
longitudinal anterior.
6. Ligamentum longitudinal posterior terletak dalam kanalis vertebralis, dan
membentang sepanjang permukaan posterior tulang belakang tubuh, dari tubuh
sumbu, di mana ia terus-menerus dengan tectoria membrana, untuk sakrum.
ligamentum ini lebih sempit di badan vertebra dan lebih luas pada ruang disk
intervertebralis. Hal ini sangat penting dalam memahami kondisi patologis tertentu
tulang belakang seperti lokasi khas untuk herniasi cakram tulang belakang.
7. Ligamentum transversal dari atlas adalah kuat, band tebal, yang lengkungan di
cincin dari atlas , dan mempertahankan proses yg mirip gigi di kontak dengan
lengkung anterior. Ligamentum transversal membagi cincin dari atlas menjadi dua
bagian yang tidak setara: ini, posterior dan lebih besar berfungsi untuk transmisi dari
medula spinalis dan membran dan saraf aksesori.
C. Jenis Fraktur Servikal
Berikut merupakan beberapa jenis fraktur dan dislokasi area servikal, serta
cidera spinal dibawah leher:
1. Fraktur Jefferson
Merupakan fraktur cincin atlas, biasanya tulang patah pada dua lokasi, yaitu
anterior dan yang lain lateral. Hal ini kebanyakan terjadi karena pukulan pada
kepala didaerah verteks. Bila patahan tulang (bagian lateral) tampak bergeser
lebih dari 7mm pada foto proyeksi frontal, kemungkinan ligamen transversumnya
robek. Konfirmasi tentang cidera ligamentum ini dipastikan berdasar adanya
gerakan abnormal antara odontoid, dan atlas pada pemeriksaan radiologis. Gejala
klinis fraktur atlas biasanya hanya berupa nyeri lokal. Jarang defisit neurologis.
Penanganan bagi kasus yang terbukti tidak ada cedera ligamen, adalah
pemasangan traksi skeletal saja. Tindakan operasi ditujukan untuk kasus dengan
ligamen ikut cidera. Tindakan operasinya adalah fraksi diantara oksiput dengan
lamina dan pada saat pasca bedah dipasang jaket halo.
3. Dislokasi Odontoid
Dens dapat mengalami dislokasi sebagai akibat abnormalitas kongenital, trauma
ligamentum krusiatum, proses inflamasi (reumatoid artritis, infeksi retrofaring)
atau pada kasus sindroma down. Jarak normal antara dens dan cincin anterior atlas
pada anak-anak maksimal 5,4mm dan tidak boleh lebih dari 2,5mm pada dewasa.
Pergeseran yang lebih dari 5mm perlu dicurigai akan adanya robekan ligamentum
alaris, dan bila didiamkan dapat menimbulkan kompresi pada medula atau di atas
foramen magnum. Penanganan yang ideal adalah upaya mengurangi pergeseran
tadi dan melakukan fusi posterior.
(Gambar foto polos Dislokasi Odontoid)
4. Fraktur Hangman
Fraktur hangman yaitu fraktur pada pedikel C2, dan dapat disertai pula translokasi
anterior korpus C2 (diatas C3). Biasanya fraktur ini terjadi akibat cidera
hiperekstensi leher. Dinamakan Hangman karena sesuai dengan kelainan yang
terjadi pada seseorang yang dihukum gantung dengan simpul di depan dagu.
Fraktur ini jarang menampilkan defisit neurologis mengingat fraktur menimbulkan
pemisahan antara korpus C2 dengan elemen posterior.
Fraktur Hangman dibedakan menjadi tiga tipe :
a. Tipe I merupakan fraktur yang stabil, dimana pergeseran atau angulasi disini
hanya minimal saja, seta cukup diterapi dengan pemasangan collar neck.
5. Fraktur Teardrop
Suatu fragmen kecil yang mengalami avulsi dari badan vertebra anterior bagian
bawah (cidera fleksi dengan kompresi anterior).
a. Nyerin ketika menggerakkan lengan atau tungkai; nyeri bisa bersifat tajam atau
menyebar ke bawah lengan atau tunmgkai
b. Perasaan baal, semutan,lemah, atau panas pada lengan atau tungkai
c. Kelumpuhan pada lengan atau tungkai
d. Perunaghan bentuk, atau posisi yang tidak normal, dariu kepalan dan leher anak.
Tulang leher dapat patah akibat pukulan yang keras di tengkuk, atau karena
kecelakaan kendaraan bermotor. Pada kecelakaan mobil, yaitu tabrakan yang keras,
korban terlempar ke depan dengan keras. Dan karena dahinya terbentur kaca depan,
maka leher terdongak ke belakang dan patah.
Tanda-tandanya, selain leher yang tertengadah secara berlebihan, juga tangan dan
lengan kehilangan perasaan (tidak bereaksi bila ditusuk). Dan bila korban masih
sadar, ia tidak dapat menggerakkan tangannya itu (Kartono, 2005).
E. Epidemiologi
Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit
jantung, kanker dan stroke, tercatat ± 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3
% penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena
multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan.
Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu
lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau
fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama
pada usia dekade 3.
I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : Ny.MP
TTL : Kendari 16 Mei 1967
Status perkawinan : Menikah
Penidikan terakhir : Sma
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Husni thamrin No. 015
Tanggal Masuk RS : 14 september 2019
Golongan darah :B
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Lama Bekerja -
Telp : (0401) 393553
Ruangan : : VIP. asoka
3. Tidur
belum MRS : Klien tidak pernah tidur siang, tidur 4-5 jam sehari
telah MRS :Klien tidur 4-5jam sehari pada keadaan ini klien tidak mengalami gangguan pola
tidur
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS :BAB klien 1 sehari
Setelah MRS :klien kadang tidak BAB dalam sehari
5. Elminasi Urine/BAK
Sebelum MRS : Klien BAK 5-6x dalam sehari
Setelah MRS : Klien BAK 1-2x sehari dengan volume sedikir
7. Personal Hygiene
ellum MRS : Klien mandi 2x sehari, mencuci rambut 1x sehari, 1 minggu sekali klien memotong
kuku
Setelah MRS :Klien mandi 2x sehari
8. integritas kulit
elum MRS : keadaan
VII. PEMERIKSAAN FISIK
1. tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg
N: 70 x /menit
RR : 16 x / menit
Suhu .: 36,5 ºC
2. Kepala
Inspeksi : rambut lurus hitam dan pendek
Distribusi rambut merata
Tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada udema
Tidak ada nyeri tekan
3. wajah
inspeksi : ekspresi wajah klien Nampak tegang
palpasi :tidak ada udema dan nyeri tekan
4. mata
inspeksi : simetris kiri dan kanan
konjungtiva Nampak pucat
kelopak mata tidak udema
palpasi : tidak ada nyeri pada mata
5. hidung
inspeksi : skimetris kiri dan kanan
tidak ada pengeluaran secret
fungsi penciuman baik
palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. telinga
inspeksi : simeris kiri dan kanan
tidak ada pengeluaran secret
fungsi pendengaran baik
palpasi :tidak ada nyeri tekan
7. mulut, gigi tenggorokan
inspeksi : mukosa bibir kering
keadaan gigi baik dan lengkap
ada gangguan menelan
8. leher
inspeksi : nampak miring kesamping
palpasi : ada nyeri tekan pada leher
9. dada dan paru'-paru
inspeksi : normal chest
pegerakan dan pengembangan dada sama ketika ekspirsi dan inspirasi
palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
auskultasi : inspirasi sama dengan ekspirasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya cedera
Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan
pengobatan
Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang
Intervensi keperawatan :
1. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
2. Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung
kemih dan berbaring lama.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
4. Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
5. Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan
dan meningkatkan istirahat.
2. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan
sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan
rektum.
Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi
alvi/konstipasi
Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali
Intervensi keperawatan :
1. Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.Rasional : bising usus
mungkin tidak ada selama syok spinal.
2. Observasi adanya distensi perut.
3. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Rasional :
pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.
4. Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces
5. Berikan obat pencahar sesuai pesanan. Rasional: merangsang kerja usus
5. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat
perkemihan.
Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatan
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada
Intervensi keperawatan:
1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. Rasional : mengetahui
fungsi ginjal
2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
3. Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari. Rasional : membantu
mempertahankan fungsi ginjal.
4. Pasang dower kateter. Rasional membantu proses pengeluaran urine
. 1. mempertahankan jalan
nafas; posisi kepala tanpa
gerak.
2 09.00 2. melakukan
penghisapan lendir bila
perlu, catat jumlah, jenis
dan karakteristik sekret.
S : klien
3. mengkaji fungsi
pernapasan. mengatakan pola
4. mengauskultasi suara
napas sudah mulai
napas.
5. mengobservasi warna efektif
kulit.
O : klien nampak
6. mengkaji distensi perut
dan spasme otot. bernapas denga
7. menganjurkan pasien
baiki
untuk minum minimal
2000 cc/hari. A : masalah teratasi
8. Lakukan pengukuran
P : intervensi
kapasitas vital, volume
tidal dan kekuatan dipertahankan
pernapasan.
9. memantau analisa gas
darah.
10. memberikan oksigen
dengan cara yang tepat :
metode dipilih sesuai
11. melakukan fisioterapi
nafas. Rasional :
mencegah sekret tertahan
S : klien
5 14.00 1. Kaji pola berkemih, dan mengatakan sudah
catat produksi urine tiap bab dalam sehari
jam. O : klien sudah bisa
2. Palpasi kemungkinan bab dalam sehari
adanya distensi kandung A : masalah tertasi
kemih. P : intervensi
3. Anjurkan pasien untuk dipertahankan
minum 2000 cc/hari
4. Pasang dower kateter.
.
S : klien
mengatakan sudah
lancar dalam bak
O : klien bak 4-5x
dalam sehari
A : masalah tertasi
P : intervensi
dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA. Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Smeltzer, S.C & Bare, B.R (2002). Buku ajar keperawatan