Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’alayang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “BISNIS INTERNASIONAL” dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Bandung, 6 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

B. TINJAUAN TEORI ..................................................................................... 2

C. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 3


A. Jual Beli Internasional .................................................................................. 3

B. Letter of Credit ............................................................................................. 6

C. WTO/GATT ............................................................................................... 10

D. MEA ........................................................................................................... 13

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 23


A. Kronologi AS Minta WTO Sanksi RI Rp 5 Triliun ................................... 23

B. Analisis Kasus ............................................................................................ 25

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 27


A. Kesimpulan ................................................................................................ 27

B. Saran ........................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bisnis internasional merupakan salah satu bentuk Hubungan Internasional
.Bisnis Internasional merupakan kinerja aktivitas bisnis yang melintasi batas
nasional. Seperti yang kita ketahui , tidak ada satu Negara pun yang dapat
menghasilkan sendiri semua barang atau jasa yang dibutuhkan oleh Negara
tersebut . Karena tak semua Negara memiliki sumber alam untuk keperluam
industri serta tidak semua iklim cocok untuk hasil bumi. Dan masih banyak lagi
faktor yang melatar belakangi dilakukannya Bisnis Internasional.

Bisnis internasional yang digerakkan suatu Negara memiliki macam


aktivitas di dalamnya dan memiliki tahapan memasuki kegiatan bisnis. Selain itu
diadakannya bisnis internasional memiliki spesialisasi keunggulan atau kekuatan
beserta kelemahannya maka suatu Negara haruslah menentukan pilihan yang
strategis. Pertimbangan pengembangan bisnis yang mendorong mengapa suatu
perusahaan terjun ke bisnis internasional. Serta hambatan – hambatan dalam
memasuki bisnis internasional.

Bisnis internasional merupakan salah satu kompenen penting penggerak


kehidupan perekonomian suatu bangsa maka dari itu salah satu kompenen ini
haruslah berjalan dalam rangka keberlangsungan kehidupan bangsa. Dan penulis
memutuskan untuk mengambil tema bisnis internasional dalam pembahasan kali
ini. (Murti Sumarni dan John Soeprihanto, 1998:26)

1
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Jual Beli Internasional

2. Letter of Credit

3. WTO/GATT

4. MEA

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyelesaian mengenai tuntutan AS kepada WTO terhadap
Indonesia senilai 5 T ?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Jual Beli Internasional

1. Pengertian Jual Beli Internasional


Pada prinsipnya jual beli internasional merupakan jual beli biasa,
sehingga aturan hukum tentang jual beli biasa pada prinsipnya berlaku
terhadap jual beli internasional. Yang membedakan jual beli biasa
adalah bahwa dalam hal jual beli internasional, antara pihak penjual
dengan pihak pembeli tidak berada di dala satu negara sehingga harga
ataupun barang harus dikirim dari 1 (satu) negara ke negara lainnya.
Karena itu, hukum tentang Jual Beli Internasional akan berjalan
berbarengan dengan hukum tentang ekspor-impor.

2. Benturan- benturan Hukum dalam Jual Beli Internasional


Karena pada umumnya ada dua (dua) negara yang terlibat dalam
hal jual beli internasional dimana hukum dari negara-negara tersebut
saling berbeda satu sama lain, maka benturan hukum antarnegara yang
terlibat tidak dapat dihindari.
Hukum berusaha untuk menyelesaikan benturan tersebut dengan
cara-cara tersebut:
a) Dengan pembuatan konvensi-konvensi internasional
b) Penyelesaian lewat Hukum Perdata Internasional
c) Penyelesaian lewat pengaturan para pihak dalam kontrak

Pokok yang sering terjadi didalam jual beli internasional


berhubung dengan

berbedanya hukum diantara negara dari pihak pembeli dengan negara


dari pihak

penjual adalah sebagai berikut:

3
a) Kekuatan Hukum Negosiasi
b) Akseptasi yang Berbeda dengan Tawaran
c) Pembatalan suatu penawaran
d) Perlu Tidaknya Suatu Consideration
e) Keharusan Kontrak Tertulis
f) Waktu Dianggap Tercapainya kata Sepakat

Berikut penjelasan terhadap masing-masing kategori diatas yaitu sebagai berikut:

a. Kekuatan Hukum Negosiasi


Ada negara yang menganut prinsip bahwa negoisasi tidak mengikat
sama sekali, atau paling jauh, baru mengikat secara moral, belum secara
hukum. Jadi, ikatan hukum baru ada setelah ditandatanganinya kontrak.
KUH Perdata Indonesia (Pasal 1320) menganut prinsip seperti berikut:
Akan tetapi ada negara yang telah memberikan semacam ikatan hukum
kepada negosiasi sampai batas-batas tertentu, yaitu ikatan yang timbul dari
preliminary agreement).
b. Akseptasi yang Berbeda Dengan Penawaran
Pada tahap awal dari suatu kontrak, salah satu pihak melakukan
penawaran (offer) dan pihak lain melakukan penerimaan (acceptance)
terhadap penawaran tersebut. Karena telah terjadi berbagai alas an, sering
terjadi apa yang sering ditawarkan ternyata tidak sama persis dengan
penawaran tawaran. Hukum Indonesia menganut prinsip bahwa jika ada
perbedaan antara penawaran dengan penerimaan tawaran, maka kata
sepakat belum terbentuk sehingga kontrak tidak dianggap tidak pernah
ada.akan tetapi, ada negara seperti Amerika Serikat, yang sampai batas
waktu tertentu montolerir perbedaan antara penawaran dengan penerimaan
Tawaran, dimana jika perbedaan tersebut tidak begitu signifikan, maka
kkntrak dianggap sudah ada. Bahkan penyimpagan tersebut dapat
dianggap sebaggai bagian dari kontrak yang bersangkutan.
c. Pembatalan Suatu Penawaran
Jika sudah dilakukan suatu tawaran, misalnya tawaran untuk
menjual dari penjual, ada negara yang menganggap tawaran tersebut bisa

4
dibatalkan sebelum penerimaan tawaran dilakukan oleh pihak lawan,
dengan alasan bahwa tawaran tersebut masih merupajkan perbuatan
sepihak yang dapat dibatalkan pula secara sepihak. Akan tetapi, pada juga
negara-negara yang mempunyai huukum yang menyatakan bahwa suatu
tawaran, meskipun merupakan perbuatan sepihak dan meskipun belum
dilakukan penerimaan tawaran oleh pihak lawan, tetapi sampai suatu
waktu tertentu yang pantas (reasonable time), maka tawaran tersebut tidak
dapat dicabut kembali

d. Perlu Tidaknya Suatu Consideration


Suatu consideration merupakan prestasi dari pihak lawan sebagai
akibat adanya prestasi dari pihak yang melakukan penawaran kontrak. Jika
dalam hal jual beli dimana pihak yanf melakukan tawaran adalah pihak
penjual, maka yang merupakan consideration adalah harga barang yang
harus dibayar oleh pihak pembeli. Hukum dari negara-negara yang berlaku
coomon law umumnya mensyaratkan adanya unsur consideration ini,
meskipun pemberlakuannya semakin lama semakin luntur, tetapi hukum di
negara-negara yang berlaku sistem Eropa Kontinental ( seperti Indonesia)
tidak mengakui prinsip consideration ini
e. Keharusan Kontrak Tertulis
Kemajuan teknologi dewasa ini menyebabkan dalam berkontrak,
orang tidak selamanya menggunakan kontrak tertulis yang ditandatangani
kedua belah pihak. Bahkan, dewasa ini penggunaan faksinile, telephone,
atau internet sudah semakin sering digunakan dalam melakukan jual beli.
Ada negara seperti Indonesia yang memang tidak mengharuskan kontrak
jual beli dilakukan secara tertulis. Akan tetapi, ada negara yang berlaku
prinsip statute off fraud, yang mengajarkan bahwa kontrak tertentu harus
dilakukan secara tertulis, seperti jual beli dengan harga diatas harga
tertentu.
f. Waktu Dianggap Tercapainya Kata Sepakat
Waktu dianggap sudah tercapainya kata sepakat juga berbeda dari
satu (1) negara ke negara lainnya. Bahkan, banyak negara yang sama

5
sekali tidak jelas hukumnya tentang hal tersebut. Ada negara yang
hukumnya menyatakan bahwa kata sepakat terjadi pada saat dikirimnya
penerimaan tawaran. Ada juga yang mengatakan pada saat diterimanya
oleh pihak penawar pengiriman penerimaan tawaran. Akan tetapi, ada juga
yang menyatakan pada saat pihak penawar mengetahuinya secara nyata
(aktual knowledge) secara nyata bahwa tawarannya sudah diterima oleh
pihak lawan dan masih banyak lagi teori yang lain.

B. Letter of Credit
1. Pengertian L/C1
Cara pembayaran dengan L/C ini sebenarnya sudah dilakukan sejak
abad ke-17 di Inggris. Cara pembayaran ini adalah yang paling ideal
karena resiko bagi eksportir dan importir dapat dialihkan pada bank.
L/C secara mudah dapat diartikan sebagai “jaminan pembayaran
bersyarat” yang merupakan surat yang diterbitkan oleh bank (issuing bank)
atas permintaan importir yang ditujukan kepada bank lain di negara
eksportir (advising/negotiating bank) untuk kepentingan pihak eksportir
(beneficiary/penikmat) di mana eksportir diberi hak untuk menarik wesel-
wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang
disebutkan dalam surat itu.
Jadi dalam L/C ada berbagai pihak yang terlibat yaitu :
a) Opener (Applicant) yaitu importir.
b) Opening bank (issuing bank) yaitu bank devisa tempat importir
membuka L/C.
c) Advising bank yaitu bank yang menjadi koresponden issuing bank di
Negara eksportir.
d) Beneficiary yaitu eksportir.
e) Negotiating bank yaitu bank di mana beneficiary dapat menguangkan
dokumen ekspor tersebut. Sering terjadi advising bank dan negotiating
bank ada pada bank yang sama.

1
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2001, hlm. 24-25.

6
Letter of Credit sebagai suatu istilah yang paling lazim digunakan
merupakan istilah yang paling banyak digunakan. Dalam UCP 500 selain
Letter of Credit juga dikenal istilah documentary credit. Di Belanda istilah
yang dipakai adalah “creditbrief”, di Perancis “letter de credet”, di Jerman
“accredietief”, sedangkan di Belgia atau Amerika Serikat istilah yang
digunakan adalah “crediet” atau credit saja.

2. Proses Pembentukan dan Para Pihak Dalam L/C


Dasar untuk dapat membuka L/C biasanya adalah adanya suatu sales
contract atau ada suatu confirmation of sales. Proses pembukaan L/C
dimulai dengan adanya kontrak jual beli antara penjual dan pembeli yang
mensyaratkan pembukaan L/C sebagai cara pembayarannya. Pembeli
kemudian mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di negaranya
untuk manfaat pihak penjual. Bank penerbit ini lalu mengirim surat L/C
kepada beneficiary/penikmat melalui bank korespondennya di Negara
penjual. Bank koresponden (corresponding bank/advising bank) kemudian
memberi tahu penikmat bahwa kepadanya telah dibuka L/C. Setelah
menerima L/C tersebut penjual kemudian mengirim barang kepada
pembeli. Dokumen asli diserahkan kepada adavising bank dan duplikat
dikirim kepada pembeli. Setelah meneliti kelengkapan dokumen, advising
bank melakukan pembayaran. Dokumen yang telah diterima oleh advising
bank kemudian dikirim ke issuing bank dan issuing bank membayar
kepada advising bank. Pembuka kredit membayar semua kewajiban
kepada issuing bank setelah dinotifikasi oleh issuing bank bahwa semua
dokumen telah datang. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada
pembuka kredit, sebagai dasar untuk meminta barang dari pengangkut.
Dengan demikian ada beberapa pihak yang terkait dalam pembukaan
L/C, yaitu :
a) Pembeli sebagai importir barang yang mengajukan permohonan
pembukaan L/C. Pembeli disebut juga sebagai importir, accountee,
atau principal.
b) Penjual sebagai eksportir untuk siapa L/C dibuka. Penjual ini disebut
juga vendor atau beneficiary.

7
c) Bank pembuka L/C yang melakukan pembukaan kredit setelah adanya
permohonan dari pembeli. Bank ini disebut juga opening bank atau
issuing bank.
d) Bank penerus L/C yang menruskan kepada kantor cabang atau salah satu
bank koresponden di luar negeri di mana eksportir berada. Bank ini
disebut juga confirming bank, correspondent bank, advisisng bank,
paying bank, atau disebut juga negotiating bank.
3. Asas-Asas Dalam Pembayaran L/C
Dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan L/C terkandung
beberapa asas. Terdapat 2 prinsip/asas yang terpenting dalam transaksi
pembayaran dengan L/C, yaitu :
a. Asas straight compliance
Asas ini merupakan asas kepatutan yang ketat dalam pemeriksaan
kredit. Bank berhak menolak penyerahan dokumen yang tidak sesuai
dengan kondisi dan persyaratan-persyaratan L/C.
b. Asas separation
Dalam asas ini berarti pembayaran dengan L/C merupakan
perjanjian yang terpisah dengan kontrak jual beli atau transaksi lain.
Dengan adanya asas separation ini berarti bank hanya berurusan dengan
dokumen dan tidak berurusan dengan barang.

4. Unsur-unsur pokok dalam L/C


a. Credit substitution, yaitu issuing bank menggantikan
(mensubstitusikan) kredibilitas aplicant dengan kredibilitasnya
sendiri.
b. Promise to pay, yaitu, L/C berisi jaminan pembayaran dari issuing
kepada beneficiary.
c. Terms and conditions, L/C merupakan jaminan pembayaran
bersyarat (conditional guarantee), di mana akan dilakukan
pembayaran sepanjang beneficiary telah memenuhi semua
persyaratan yang ditetapkan dalam L/C.

8
d. Parties, yaitu dalam suatu L/C akan terlibat beberapa pihak antara
lain, applicant, issuing bank, beneficiary, dan advising bank,
negotiating bank atau confirming bank (jika L/C di confirm oleh
bank lain).
e. Time, yang mengangkut expire date yaitu tanggal berakhir-nya
jangka waktu berlakunya suatu L/C, latest shipment date yaitu
tanggal terakhir untuk melaksanakan pengapalan/pengiriman sesuai
dengan yang ditentukan dalam L/C, dan dan latest presentation
date, yaitu tanggal terakhir bagi beneficiary untuk penyerahan
dokumen ke bank.

5. Jenis-jenis pokok dalam L/C

Pada saat ini dikenal beberapa jenis L/C. Menurut sifatnya L/C dibagi :

a) Revocable L/C, yaitu L/C yang dapat dibatalkan kembali kapan


saja oleh importir tanpa memerlukan persetujuan eksportir.
b) Irrevocable L/C, yaitu L/C yang tidak dapat dibatalkan dan
opening bank mengikatkan diri untuk melunasi wesel-wesel yang
ditarik dalam jangka waktu berlakunya L/C, kecuali dengan
persetujuan semua pihak yang terlibat dalam L/C.
c) Irrevocable and Confirmed L/C yaitu L/C yang tidak dapat
dibatalkan sepihak dan mempunyai jaminan pelunasan berganda
atas wesel atas penyerahan dokumen pengapalan yang diberikan
oleh opening bank bersama-sama dengan advising bank.

Dari segi pembayaranL/C, dapat dibagi menjadi:

a) Sight L/C, yaitu L/C yang jika semua persyaratan dipenuhi, maka
negotiating bank wajib membayar nominal L/C kepada eksportir
paling lama 7 hari kerja.
b) Usance L/C, yaitu L/C yang pembayarannya baru dapat dilunasi
jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal
pengapalan (tanggal Bill of Lading).

9
c) Red Clause L/C, yaitu L/C di mana pembayaran dilakukan oleh
negotiating bank kepada eksportir sebelum barang dikapalkan.

Dari syarat-syaratnya L/C dibagi menjadi :

a) Open L/C, yaitu suatu L/C yang memberi hak kepada eksportir
penerima L/C untuk menegosiasikan dokumen pengapalan melalui
bank mana saja yang diinginnya.
b) Restricted L/C, yaitu kebalikan dari Open L/C di mana negotiating
bank dibatasi pada bank tertentu.

C. WTO/GATT
1. WTO
a) Pengertian WTO
adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang
permanen.sebagai suatu organisasi permanen, peranan WTO akan
lebih kuat daripada GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam
struktur organisasi dan system pengambilan keputusan. Organisasi
perdagangan dunia (WTO) memiliki status sebagai organ khusus PBB
seperti halnya IMF (international monetary fund) dan IBRD
(international bank for reconstructuries and development).
b) Peranan WTO
1) Mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan
Putaran Uruguay di bidang barang dan jasa, baik multilateral
maupun plurilateral, serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses
pasar di bidang tarif maupun nontarif.
2) Sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan
menyediakan mekanisme konsiliasi guna mengatasi sengketa
perdagangan yang timbul.
3) Mengawasi praktik-praktik perdagangan internasional dengan
secara reguler meninjau kebijaksanaan perdagangan negara
anggotanya dan melalui prosedur notifikasi.
4) Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya

10
5) Sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus-menerus
melakukan perundingan pertukaran konsensi di bidang
perdagangan guna mengurangi hambatan perdagangan dunia.
Sistem penyelesaian sengketa WTO merupakan elemen pokok
dalam menjamin keamanan dan kepastian terhadap perdagangan
multilateral. Mekanisme penyelesaian persengketaan WTO sangat
penting dalam rangka penerapan disiplin fungsiWTO secara efektif.
Dibawah WTO hanya ada satu badan penyelesaian sengketa (DSB =
Disputes Settlemen Body) mengatur persengketaan yang timbul dari
persetujuan yang terdapat pada Final Act.

c) Tahapan dalam Penyelesaian Sengketa Dagang dalam WTO


1) Konsultasi, antara pihak-pihak yang bersengketa setiap anggota
harus menjawab secara tepat dalam waktu 10 hari untuk
memintadiadakan konsultasi dan memasuki periode konsultasi
selama 30 hari setelah waktu permohonan.
2) Pembentukan Panels. Jika suatu anggota tidak memberikan
jawaban dalam waktu yang telah ditentukan, penggugat dapat
meminta ke DSB untuk membentuk suatu panel untuk
menyelesaikan masalah pembentukan panel.
3) Prosedur-prosedur panel, menunjukan bahwa periode dimana
panel melaksanakan pengujian masalah selanjutnya Term of
Reference dan kompisisi panel disetujui kemudian panel
memberikan laporan kepada para pihak yang bersengketa tidak
boleh lebih dari 6 bulan.
4) Penerimaan laporan panel ke DSB, dalam waktu 60 hari, jika
tidak satu pihak memberitahukan keputusannya untuk menarik atau
konsensus terhadap pengesahan laporan.
5) Peninjauan kembali, tiga orang dari Appellate Body
mendengarkan permohonan-permohonan mereka dapat membela,
mengubah atau membatalkan hasil kesimpulan panel sesuai aturan,
namun pengajuan permohonan tidak lebih dari 60-90 hari. 30 hari

11
sesudah pengeluaran, laporan dari Appellate Body harus diterima
oleh DSB dan tanpa syarat diterima oleh pihak-pihak yang
bersengketa.
6) Implementasi, kebijakan menekankan bahwa peraturan dari
DSB sangat penting agar mencapai resolusi yang efektif dari
persengketaan yang bermanfaat untuk semua anggota.

2. GATT
a) GATT sebagai Sistem dalam Pengadilan Kegiataan di Bidang
Perdagangan Internasional
GATT merupakan suatu perjanjian perdagangan multilateral
yang disepakati pada tahun 1948, dimana tujuan pokoknya adalah
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan guna
tercapainya kesejahteraan umat manusia selain itu, menjaga upaya
agar perdagangan dunia dapat menjadi semakin terbuka supaya arus
perdagangan dapat berkembang dengan mengurangi hambatan-
hambatan dalam bentuk tariff maupun nontarif.

Komponen utama GATT sebagai lembaga internasional terdiri dari


sebagai berikut:
1) Sebagai perjanjian internasional, perjanjian ini merupakan
dokumen legal atau kadar yuridis yang cukup tinggi.
2) Sebagai forum pengambilan keputusan, Negara anggota GATT
mengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan bersama.
3) Sebagai forum penyelesaian sengketa, apabila terjadi pelanggaran
hak dan kewajiban Negara anggota.
4) Sebagai forum negoisasi, GATT menyelanggarakan serangkaian
perundingan formal untuk meningkatkan perdagangan dunia
melalui upaya mengurangi hambatan-hambatan terhadap
perdagangan dunia, baik yang berupa tariff maupun nontariff.
5) Sebagai organisasi Internasional.

12
6) Sebagai Sekretariat Internasional.

b) GATT dari Segi Yuridis sebagai suatu Perjanjian Internasional.


GATT dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu system
yuridis, dan suatu bagan dari studi mengenai hukum internasional
umum (public Internasional law) maupun studi khusus mengenai
international law.
c) Sumber Hukum GATT.
Sumber utama GATT yaitu teks perjanjian GATT itu sendiri,
terdapat serangkaian dokumentasi yang mencerminkan latar belakang
dan perkembangan GATT sebagai system yuridis dan penyelesaian
sengketa. Sumber hukum GATT terutama terdiri dari :
1) Dokumen prepatori work dlam rangka perundingan Havana
mendirikan ITO.
2) Perjanjian GATT dan dokumentasi persiapannya meupun
keputusan-keputusan Countil.
3) Hasil perdundingan Tokyo Round 1979 serta dokumen-dokumen
persiapannya maupun interrpretasi isi perjanjian serta sejarah
negosiasi.
4) Hasil perundingan Uruguay round 1994 serta dokumen persiapan
dan sejarah negosiasi.

D. MEA
1. Latar Belakang MEA
ASEAN Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebutsebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), adalah bentuk kerjasama
ekonomi di kalangannegara-
negara yang tergabung dalam ASEAN. ASEAN Economic Community (AEC)me
rupakan integrasi ekonomi regional ASEAN yang berupa kesepakatan
untuk menciptakansuatu situasi perdagangan bebas, bebas disini maksutnya
adalah dimana tidak ada hambatan tariff(bea cukai) bagi Negara-negara
anggotanya.Setelah krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara, pada
KTT ASEAN ke-9

13
di bali, Oktober 2003 para kepala Negara ASEAN menyepakati pembentukan Ko
munitas ASEAN(ASEAN Community) dalam bidang ekonomi, politik , sosial
budaya dan Ekonomi yang bernama
Declaration of ASEAN concord II atau dikenal sebagaiBali concord II ,
kemudian lebihdiarahkan kepada integrasi ekonomi kawasan yang
implementasinya mengacu pada ASEANEconomic Community yang merupakan
salah satu pilar perwujudan ASEAN 2020. PencapaianASEAN Economic
Community (AEC) sema kin kuat dengan ditandatanganinya “Cebudeclaration on
the acceleration of the establishment of an ASEAN community by 2015”
yangdilakukan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke 12 ASEAN di Cebu
Filipina, pada tanggal13 Januari 2007 lalu. ASEAN Economic Community
(AEC) pada dasarnya mengacu padakebijakan yang disusun pada AEC
Blueprint.AEC Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara anggota
ASEAN dalammewujudkan AEC, AEC Blueprint memuat 4 pilar antara lain:

1.ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang


didukung denganelemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terdidik dan aliran modalyang lebih luas.
2.ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan
elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, ha katas kekayaan intel
ektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse.
3.ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata dengan
elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi AS
EAN untuk Negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam)
4.ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomianglobal dengan pendekatan yang koheren dalam hubungan
ekonomi di luar kawasandan meningkatkan peran serta dalam jejaring
produksi global.

Tujuan dari ASEAN Economic Community adalah meningkatkan daya saing


ekonomi Negaranegara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produ
ksi bukan hanyamenjadi pasar dari Negara-negara maju, seperti Amerika,
Negara-negara Eropa dan Negara-negara dari Asia Timur, serta menarik investasi
dan meningkatkan perdagangan antar anggota-anggotanya agar bisa bersaing
dalam menghadapi tantangan global dan lebih lanjutnya adalahuntuk mengurangi

14
kemiskinan serta kesenjangan social antara Negara anggota melalui
sejumlahkerjasama ekonomi yang saling menguntungkan.2

2. Pengertian MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi
ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara
Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).
Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin
ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang
stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi
yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-
ekonomi. (ASEAN Vision 2020 Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003,
para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun
2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya
ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN.
Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam
membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020 Selanjutnya, Pertemuan
Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006
di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk
pelaksanaan. Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para
Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat
pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di
ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani
Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN
pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk
mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun

https://www.academia.edu/9601085/LATAR_BELAKANG_TERBENTUKNYA_MEA_ATAU_AEC_201
5

15
2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang
lebih bebas.

3. Tujuan MEA
Terbentuknya MEA adalah bukan hanya didasarkan atas kepentingan
ekonomi saja, tetapi juga membangun SDM atau masyarakat agar mampu
menghadapi perubahan di masa depan dan berdampak pada setiap aspek
kehidupan.
Tujuan dari kesepakatan MEA adalah :

1. Memperkuat Hubungan antar negara ASEAN.


Setiap negara pasti memiliki ketergantungan. Terutama pada hal
ekonomi, setiap negara memiliki kegiatan ekspor dan impor.
Keterbatasan sumber daya di setiap negara akan menjadi alasan untuk
melakukan kerjasama antara negara, seperti di kawasan ASEAN.
Kerjasama ini dapat dilakukan selain untuk meningkatkan
perdagangan, juga dapat meningkatkan perekonomian dan kehidupan
sosial masyarakat ASEAN.
Dengan adanya ASEAN sebagai media untuk kerjasama, maka semua
negara yang ada di kawasan ini berpeluang untuk maju dan
berkembang.
Kedepannya, dengan adanya MEA akan tercipta kerjasama yang akan
mendatangkan kemudahan di bidang investasi, infrastruktur dan
lainnya .

2. Mewujudkan Sistem Perbankan.


Dengan kerjasama ini, akan terbuka perdagangan bebas yang akan
memberikan kesempatan baru untuk memperluas pasar, serta dapat
memperkenalkan produk dan jasa lokal yang unggul dari setiap negara.
Perbankan akan memiliki peran penting dalam hal ini, seperti
mempermudah rantai pasok barang dan jasa.

16
Perbankan akan memberikan bantuan dari sisi investasi, pembiayaan
dan pengelolaan usaha.
Agar semua ini dapat berjalan dengan baik , maka akan dibutuhkan
Sistem Perbankan yang Terpadu yang dapat menjawab tantangan
masyarakat ASEAN atau MEA.
Sistem Perbankan yang dibutuhkan MEA adalah seperti inovasi di
bidang pembayaran dan pembiayaan yang mudah dan cepat.
Apalagi saat ini banyak sekali muncul Fintech start up di setiap
anggota MEA, yang akan mempengaruhi Sistem Perbankan yang ada.

3. Merencanakan Sistem Keuangan.


Dengan adanya kerjasama di wilayah ASEAN ini, maka setiap
negara anggota MEA adalah memiliki kesempatan yang sama, untuk
meningkatkan masuknya investasi ke negaranya dengan menciptakan
peluang-peluang kerjasama baru.
Semakin tinggi investasi yang masuk, akan memberikan kesempatan
yang besar untuk negara tersebut maju baik dari sisi ekonomi dan
sosial.
Tentu saja, hal ini akan mempengaruhi setiap negara untuk
memperbaiki sistem keuangannya.
Maka sangat penting, jika MEA membuat sebuah Sistem
Keuangan Terpadu yang dapat mempermudah
aliran investasi , pengembangan pasar, pembuatan pusat produksi,
peningkatan distribusi barang dan jasa, serta menarik tenaga kerja
professional yang unggul.

4. Ketahanan Pangan.
Ketahanan Pangan di MEA adalah menjadi isu penting bagi setiap
negara.
Karena, hal ini akan memberikan jaminan bagi masyarakat ASEAN,
bahwa pemenuhan pangan akan selalu terpenuhi, walaupun permintaan
dapat naik dan turun setiap tahunnya.

17
Dengan adanya pengelolaan ketahanan pangan yang terstruktur di
MEA, maka akan memunculkan sebuah aturan atau regulasi baru yang
disepakati bersama tentang pengelolaan makanan atau Food
Regulation.
Serta diperlukan sebuah standar untuk mengawasi hal ini dalam bentuk
Standard Control yang dapat diberlakukan sama di setiap negara
ASEAN.
Tujuan Ketahanan Pangan di MEA adalah selain mengelola
pemenuhan pangan dengan baik, juga mengurangi biaya produksi dan
perdagangan dari berbagai jenis makanan yang diproduksi setiap
negara ASEAN.
Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan dapat menyelesaikan
masalah ketimpangan dan keseimbangan harga produk pangan di
pasar.

5. Keamanan Politik.
Setiap anggota MEA memiliki ideologi dan budaya
masyarakat yang berbeda.
Melalui forum MEA, maka dapat dilakukan kerjasama budaya antara
negara.
Peran MEA bukan untuk menghilangkan sebuah budaya negara
anggotanya, tetapi untuk meningkatkan kepedulian antar negara
terhadap budaya dan karakter masing-masing.
Kerjasama ini akan memberikan dampak positif pada keamanan politik
setiap negara.
Negara tetangga tidak akan merasa terancam dengan masuknya budaya
negara lain.
Tentu saja, pemerintah harus berperan aktif dalam mengawasi dan
memberikan arahan tentang pelaksanaan kerjasama budaya ini.
Agar nilai-nilai dan norma-norma spiritual yang ada di masyarakat
lokal tetap dijaga seperti toleransi, kepedulian sesama, menjaga
perdamaian dan menghargai perbedaan.

18
6. Sosial Budaya.
MEA memiliki peran penting dalam menciptakan sebuah
masyarakat yang peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan.
MEA dapat menjadi wadah kerjasama untuk membangun rasa
solidaritas dan kepekaan social setiap negara.
Hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan pada masyarakat, demi terciptanya kehidupan yang
berkeadilan, dimana setiap masyarakat memiliki kesetaraan dalam
aspek sosial, budaya dan hukum.
MEA juga akan memperhatikan perubahan iklim yang diakibatkan
oleh perdagangan bebas ini, terutama perubahan yang terjadi di
kehidupan sosial masyarakat dan kehidupan bernegara.
Akhir kata, tujuan MEA adalah melakukan kerjasama antara negara di
berbagai bidang untuk meningkatkan kesejahteraan dan standar
kehidupan yang lebih baik di setiap negara ASEAN.3

4. Pasar Bebas Tenaga Kerja Pada Masyarakat Ekonomi Asean


Salah satu tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 adalah diamana akan terjadinya pasar bebas
tenaga kerja. Ini berarti tenaga kerja di Indonesia akan bersaing dengan
tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya. Pasar bebas tenaga kerja akan
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, mengingat saat ini konflik
buruh dengan pengusaha masih terus berlanjut terkait dengan upah
minimum.
Sementara itu, Myanmar, Kamboja dan Vietnam menawarkan upah
buruh yang lebih murah dibandingkan dengan upah buruh di Indonesia.
Direktur Indonesia for Global Justice Riza Damanik mewaspadai dampak
buruk penerapan MEA terhadap upah buruh. Menurutnya, penerapan
MEA pada 2015 nanti dapat mendorong upah murah, sebagai strategi
untuk menarik investasi ke Indonesia. Padahal menurutnya hingga saat ini
pemerintah belum serius dalam meningkatkan kesejahteraan buruh, dan

3
https://mgt-logistik.com/mea-adalah

19
hal ini akan diperparah dengan berlakunya MEA yang membebaskan arus
investasi dan kapital karena ditakutkan pemerintah akan menggunakan
upah murah sebagai insentif dalam menarik investasi ke Indonesia.Namun,
pada dasarnya tingkat upah buruh dapat ditingkatkan jika biaya logistik
yang harus ditanggung oleh pengusaha dapat ditekan. Pasalnya, menurut
ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF)
Ahmad Erani Yustika, saat ini pengusaha sulit untuk menaikkan besaran
upah minimum ketika mereka harus menanggung biaya logistik yang
tinggi. Saat ini pengusaha harus membayar biaya logistik hingga 17% dari
biaya produksi dan juga harus menghadapi tingginya suku bunga kredit
yang mencapai 11%-13% yang semakin mempersempit ruang untuk
menaikkan besaran upah buruh.
Seharusnya disinilah pemerintah menunjukkan kontribusinya, dengan
menurunkan beban yang harus dibayarkan pengusaha tersebut, sehingga
pengusaha memiliki ruang untuk meningkatkan upah buruh. Hal ini juga
akan berdampak pada iklim usaha yang lebih kondusif dan menaikkan
daya saing Indonesia, namun tidak melalui upah murah.Lebih dari itu,
kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih membutuhkan banyak
peningkatan, sehingga di masa mendatang Indonesia mampu untuk
menyuplai tenaga kerja terampil, bukannya buruh seperti kondisi yang ada
saat ini.
5. Pengaruh Mea Terhadap Kondisi Ekonomi Nasional Maupun
Regional
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) merupakan salah satu tantangan
bagi bangsa indonesia untuk menghadapi MEA adalah antisipasi melalui
optimalisasi pengembangan sumber daya alam yang akan memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat nasional maupun regional, memanfaatkan
lahan yang ada dengan kondisi iklim yang mendukung dengan berbagai
tanaman yang dibutuhkan masyarakat dan tidak terlalu berorientasi
ekspor.
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat menjadi kekuatan untuk
menghadapi serangan produk luar masuk. Mekanisme pasar domestik

20
akan mampu menghidupkan dan memperkuat kondisi ekonomi dalam
negeri, kultur dan budaya yang konsumtif merupakan anugrah yang perlu
disyukuri karena kebutuhan untuk meningkatkan daya beli akan timbul
dan merupakan dorongan alami dari masyarakat dan menjadi kekuatan
pasar domestik.
Rempah-rempah adalah prospek yang paling menguntungkan untuk
dijual ke luar negeri, orientasi ekspor harus bersumber dari potensi yang
dihasilkan oleh dukungan alam, kekuatan kondisi alam yang harus
dicermati, pola tanam rempah-rempah tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
banyak memerlukan pemeliharaan yang intens, karena dengan mudahnya
berkolaborasi dengan kondisi alam dan iklim yang ada.
Pengembangan pola tanam rempah-rempah dengan didasarkan kepada
identifikasi jenis/perkluster jenis rempah-rempah akan memudahkan
dalam menghitung besaran kemampuan pemenuhan kebutuhan pasar.
Pasar rempah-rempah tidak akan pernah berkurang karena sangat
dibutuhkan dan pasarnya tersebar luar.
Pemanfaatan lahan tidur yang tersebar luas, perlu dimanfaatkan dengan
tenaga kerja yang ada (masyarakat), menerjunkan penyuluh pertanian dan
akademisi selaku tenaga profesional, fasilitasi bibit rempah-rempah dari
pemerintah, dengan pola pengawasan dan pengendalian masa panen dan
pemasaran sangat efektif untuk memicu masyarakat berperan aktif
meningkatkan dan memperkuat ekonomi negara.
Kejayaan dan kekuatan ekonomi tidak selamanya harus dengan
menggali potensi yang baru tetapi memperkuat potensi yang ada/yang
tersedia melalui pengembangan mutu dan jumlah dan mempelajari kondisi
pasar dan mekanisme pemasaran melalui perluasan pasar produk dan
segmentasi pasar.
Memakmurkan masyarakat dengan kekuatan potensi yang ada yang
bersumber dari alam negeri kita sendiri, karena kebutuhan pokok adalah
kebutuhan yang intens dibutuhkan masyarakat dan itu bukan kendaraan
atau jenis industri lainnya, tetapi pangan sebagai kekuatan untuk
memenuhi kelangsungan hidup yang paling mendasar.

21
Infrastruktur, sebagai sarana pendukung distribusi hasil-hasil rempah-
rempah maupun pangan dari dan ke masyarakat hal pokok yang
dibutuhkan dan perlu diprioritaskan.4
Pasar pangan mayoritas ada di dalam negeri, sehingga ketahanan
pangan dengan pola pengembangan pertanian mutlak diperlukan melalui
pemanfaatan lahan tidur. Pasar rempah-rempah ada di luar negeri, sebagai
sumber untuk ekspor. Sumber daya alam lainnya seperti minyak bumi dan
gas atau batu bara, tidak perlu dieksploitasi besar-besaran dan harus segera
dibatasi karena akan merusak alam, akan habis seiring waktu
dan merusak sumber hayati lainnya.
Mengembalikan negara industri menjadi negara agraris sangat sulit,
tetapi merubah negara agraris menjadi negara industri sangat mudah.
Memperkecil hal yang mudah dengan menghindari hal sulit harus
dilakukan sehingga terjadi keseimbangan yang dapat mensejahterakan
masyarakat.

4
http://seputarpengertian.blogspot.Dcom/2014/08/Pengertian-karakteristik-masyarakat-
ekonomi-asean.html,

22
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kronologi AS Minta WTO Sanksi RI Rp 5 Triliun


Jakarta, CNN Indonesia -- Arus lalu lintas perdagangan Indonesia nampaknya tak
selesai dirundung berbagai masalah. Belum rampung masalah defisitnya neraca
perdagangan, Indonesia harus menghadapi kemungkinan mendapat sanksi dari
World Trade Organization (WTO) sebesar US$350 juta atau sekitar Rp5 triliun
atas permintaan Amerika Serikat (AS).

Kejadian ini bermula ketika pemerintah menerapkan Peraturan Menteri


Pertanian Nomor 86 Tahun 2013 tentang Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH). Di dalam ketentuan itu, terdapat beberapa kebijakan baru, di
antaranya pemerintah membatasi periode permohonan dan masa berlaku
persetujuan impor produk hortikultura dua kali dalam setahun hingga pelarangan
impor produk hortikultura pada masa panen.

Tak berhenti sampai situ, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri


Perdagangan Nomor 16 Tahun 2013 yang mempertegas bahwa realisasi impor
hortikultura minimal 80 persen, ada pembatasan mengenai distribusi produk
hortikultura impor, dan menggunakan referensi harga cabai dan bawang merah
untuk konsumsi.

Hanya saja, ketentuan yang ada di dalam dua beleid itu mengundang
ketidakpuasan dari negara mitra impor Indonesia.

Pada 8 Mei 2014, Selandia Baru ternyata meminta konsultasi dengan Indonesia
terkait aturan impor hortikultura dan produk hewani yang dianggap melanggar
empat komponen penting perjanjian perdagangan internasional. Namun, AS tiba-
tiba ikut meminta konsultasi pada 20 Mei 2014 dan diikuti dengan Thailand, Uni
Eropa, Australia, Kanada, dan Taiwan.

Kemudian di tanggal 18 Maret 2015, hanya Selandia Baru dan Amerika Serikat
yang meminta pembentukan panel untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

23
Sebelum meminta pembentukan panel, kedua negara mengadu bahwa 18
ketentuan importasi Indonesia tidak konsisten dengan Article XI:1 General
Agreement on Tariffs and Trade 1994 (GATT 1994) dan Article 4.2 of the
Agreement on Agriculture.

Namun setelah itu, Indonesia membela diri dengan mengatakan bahwa seluruh
beleid itu tidak bertentangan dengan ketentuan perdagangan internasional. Aturan-
aturan itu dibutuhkan Indonesia untuk menjamin kualitas produk halal dan
kesehatan masyarakat sesuai dengan Article XX dari GATT 1994. Di samping itu,
Indonesia juga membatasi produk impor itu dengan alasan untuk melindungi
surplus dari produksi pertanian domestik.

Malangnya, pada 22 Desember 2016, panel WTO yang menyelesaikan


sengketa tersebut tetap menganggap bahwa 18 aturan impor Indonesia tetap tidak
sesuai dengan Article XI:1 GATT 1994. Sebab, Indonesia tidak bisa membuktikan
secara lebih jauh, bahwa pembatasan itu benar-benar berdampak pada kualitas
produk halal serta keamanan pangan yang diimpor.

Tapi, pemerintah tak serta merta menyerah. Pada 17 Februari 2017, Indonesia
mengajukan banding kepada badan penyelesaian sengketa WTO terkait potensi
misinterpretasi aturan-aturan perdagangan internasional yang dimaksud.

Karena kompleksnya sengketa yang dihadapi Indonesia dan dua negara


tersebut, maka badan pengkaji sengketa tidak bisa menyimpulkan putusan dalam
waktu 60 hari, bahkan 90 hari usai pengajuan banding sesuai ketentuan yang
berlaku di WTO. Namun, kesimpulan tersebut akhirnya didapat pada 9 November
2017.

Kembali lagi, Indonesia mengalami kekalahan dalam banding tersebut.


Sehingga, mau tak mau Indonesia harus mematuhi keputusan badan penyelesaian
sengketa WTO untuk mengubah ketentuan importasinya.

Pada 11 Januari 2018, Indonesia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat


melaporkan badan penyelesaian sengketa WTO bahwa Indonesia diberi tenggat
waktu untuk mengubah ketentuan yang dimaksud. Adapun, tenggat yang

24
dimaksud adalah 22 Juli 2018. Namun, pada 14 Juni silam, Indonesia mengatakan
butuh waktu delapan bulan untuk merevisi seluruh peraturan yang ditetapkan.

Belum selesai waktu pemerintah untuk merevisi peraturan yang dimaksud, AS


sudah melancarkan serangan baru. Kali ini, ia meminta WTO untuk menjatuhkan
sanksi US$350 juta karena tidak memenuhi tenggat yang ditetapkan. (agi/agi)

B. Analisis Kasus
TEMPO.CO, Jenewa - Amerika Serikat resmi meminta Organisasi Perdagangan
Dunia atau World Trade Organization (WTO) untuk menjatuhkan sanksi sebesar
US$ 350 juta atau sekitar Rp 5 triliun terhadap Indonesia. Permintaan Amerika ini
merupakan buntut dari kekalahan Indonesia pada sidang banding WTO pada
November 2017 lalu.

Permintaan dari Amerika Serikat itu telah diterima WTO dan diumumkan pada
Senin kemarin. "Berdasarkan analisa data sebelumnya, kerugian diperkirakan US$
350 juta," tulis laporan Amerika Serikat sebagaimana dikutip dari dokumen yang
diajukan pemerintah AS ke WTO dan ditunjukkan pada Senin, 6 Agustus 2018.

Kasus ini bermula pada tahun 2016. Saat itu, Indonesia telah menerbitkan 18
aturan yang dianggap sebagai hambatan nontarif untuk sejumlah produk pertanian
dan peternakan asal Amerika Serikat dan Selandia Baru. Beberapa produk impor
tersebut yaitu di antaranya apel, anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah-buah
kering, hewan ternak, ayam dan daging sapi.

Indonesia beralasan penerapan aturan ini bertujuan untuk melindungi petani dan
peternak lokal. Sebaliknya, Amerika dan Selandia Baru menilai aturan tersebut
tidak sesuai dengan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan yang
disepakati antar anggota WTO.

Kedua negara ini lantas mengadukan kebijakan Indonesia ini ke WTO. Per 23
Desember 2016, Indonesia harus menanggung kekalahan di sidang tersebut.
Memang ada upaya banding dari Kementerian Perdagangan, namun Indonesia
kembali kalah.

25
Saat ini baru Amerika yang resmi mengajukan sanksi terhadap Indonesia ke
WTO. Sementara Selandia Baru belum sama sekali menunjukkan sinyal akan
mengajukan permintaan yang sama. Selandia Baru dikabarkan juga mengalami
kerugian yang lebih besar hingga 1 miliar New Zealand Dollar atau setara Rp 9,7
triliun.

Jauh sebelum 2016, Selandia Baru dan Amerika Serikat telah melayangkan
gugatan pada 2013 sebagai respons atas berbagai hambatan dagang nontarif yang
diberlakukan Indonesia sejak 2011. Kedua negara tersebut mempermasalahkan
pembatasan kuota impor sapi dan ayam serta beberapa jenis buah dan sayur oleh
pemerintah.

Namun, Indonesia telah menghapus sistem kuota impor sapi sejak paruh kedua
2016. Kementerian Perdagangan juga telah melakukan sejumlah deregulasi
sehingga sudah ada berbagai perubahan kebijakan.

Dengan keputusan WTO itu, pemerintah terhitung mulai 22 November 2017 harus
menyesuaikan 18 aturan impor hortikultura, hewan, dan hewani dengan ketentuan
badan internasional tersebut. Artinya, 18 ketentuan yang dipermasalahkan harus
sudah mulai diubah dengan diawali tahap reasonable period of time (RPT).

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis internasional adalah sebuah kegiatan yang menyangkut segala
macam transaksi bisnis di antara dua Negara atau lebih, dengan mencakup
baik kegiatan antar pemerintah maupun perusahaan swasta.
Bisnis internasional terjadi karena tidak semua Negara dapat atau mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri dan pengadaan kebutuhan Negara terbatas.
Hal-hal yang ada di bisnis internasional, yaitu
1. Jual beli internasional
2. Letter of Credit (L/C)
3. WTO/GATT
4. MEA

B. Saran
Sebaiknya bisnis internasional diterapkan di seluruh Negara maju maupun
berkembang. Dengan memperhatikan syarat dan tahap-tahap memasuki pasar
internasional, perusahaan akan mampu mengenalkan barang yang mereka
produksi dan mampu bersaing di kalangan internasional. Dan perkembangan
bisnis internasional di suatu Negara harus ditopang dengan bentuk dukungan
dari pemerintah.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2001. Transaksi Bisnis Internasional.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Syahmin. 2006. Hukum Dagang Internasional. Jakarta: Rajawali Pers

Ekananda, Mahyus. 2014. Ekonomi Internasional. Bandung: Penerbit


Erlangga

Krugman, Paul. 1999. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di


Era Global. Bandung: Citra Aditya Bakti

2. Web

https://www.academia.edu/9601085/LATAR_BELAKANG_TERBENTU
KNYA_MEA_ATAU_AEC_2015

http://seputarpengertian.blogspot.Dcom/2014/08/Pengertian-karakteristik-
masyarakat-ekonomi-asean.html,

28

Anda mungkin juga menyukai