Anda di halaman 1dari 7

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Vol.,III No.2, Juli 2014

AKTIVITAS ANTI CACING EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.)
TERHADAP Ascaridia galli

Yessi Febriani, Saeful Hidayat, Serry Seftiana

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Abstrak

Telah dilakukan pengujian efektivitas antelmintik ekstrak etanol biji pinang (Areca Catechu L.).
Pengujian dilakukan secara in vitro dengan hewan uji Cacing Ascaridia galli yang direndam di
dalam larutan ektrak biji pinang, dengan pembanding piperazin sitrat 0,2%. Hewan uji dibagi
dalam lima kelompok masing-masing terdiri dari lima 5 ekor cacing Ascaridia galli . Kelompok
I, II, III, adalah kelompok uji ekstrak biji pinang pada konsentrasi 1%, 2%, 4%. Kelompok IV,
adalah pembanding piperazin sitrat pada konsentrasi 0,2%, sedangkan kelompok kontrol negatif
menggunakan NaCl 0,9%. Data yang dikumpulkan adalah jumlah total cacing yang mati pada
setiap perlakuan selama 24 jam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji
pinang (Areca catechu L.) memiliki efek antelmintik pada semua konsentrasi dan yang
mempunyai efek antelmintik yang paling baik dengan jumlah cacing yang mati sebanyak 11
cacing dari 15 sampel yang digunakan adalah ekstrak etanol biji pinang pada konsentrasi 4%,
namun tidak lebih baik dari jumlah cacing yang mati pada piperazin sitrat sebanyak 15 cacing
dari 15 sampel.

Kata kunci: Antelmintik, Ascaridia galli, Pinang (Areca Catechu L.).

Abstract

Testing has been done ethanol seed extract effectiveness anthelmintic of betel nut (Areca
catechu L.). Tests conducted in vitro with worms Ascaridia galli as experiment animals were
soaked in a solution of betel nut extracts, by compared piperazine citrate 0.2%. Test animals
were divided into five groups, each consisting of five 5 worms Ascaridia galli. Groups I, II, III,
is a test group areca seed extract at a concentration of 1%, 2%, 4%. Group IV, is a comparison
piperazine citrate at a concentration of 0.2%, whereas the negative control group using 0.9%
NaCl. The data collected is the total number of dead worms in each treatment for 24 hours. The
results showed that the ethanol extract of betel nut (Areca catechu L.) has anthelmintic effect in
all concentrations, and which has the best anthelmintic effect of ethanol extract of betel nut is at
a concentration of 4% by the number of dead worms as many as 11 worms from 15 sample were
used, but it’s not better than the number of dead worms of piperazine citrate as many as 15 of
the 15 samples..

Keywords: Anthelmintic, Ascaridia galli, Betel Nut (Areca Catechu L.).

1
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

PENDAHULUAN berbahaya dan mampu meningkatkan


Ayam kampung merupakan salah metabolisme dalam tubuh ternak.
satu sumber protein hewani, namun masih Pengobatan penyakit cacing dengan
banyak kendala yang dihadapi dalam menggunakan obat tradisional pada
pengembangan ayam kampung di umumnya berasal dari pengalaman yang
Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah didapat oleh nenek moyang kita, dan
terserang penyakit cacingan (Adiwinata dan dijadikan sebagai patokan secara turun
Sukarsih, 1992). Ascaridia galli merupakan temurun. Khasiat bahan-bahan alami telah
cacing yang banyak menyerang usus halus banyak dibuktikan dengan harga yang lebih
pada unggas. Pertumbuhan ayam kampung terjangkau, dan lebih mudah didapatkan di
yang terinfeksi Ascaridia galli menjadi lingkungan setempat. Tanaman obat yang
terhambat hingga 38%, sehingga pada akhir berkhasiat sebagai antelmintik antara lain
pemeliharaan didapat bobot badan yang jawer kotok, biji pinang, biji wudani, kulit
lebih rendah (Tabbu, 2002). Penyakit yang dan akar delima, biji labu kuning, temu
disebabkan oleh cacing Ascaridia galli giring, biji dan akar pepaya, bawang putih,
disebut Ascariasis (Adiwinata dan Sukarsih, ketepeng dan mindi kecil (Hembing, 2008).
1992). Tumbuhan pinang (Areca catechu
Pengendalian infeksi cacing yang L.) merupakan salah satu obat tradisional
efektif adalah dengan memadukan yang sudah dikenal masyarakat. Pinang
manajemen peternakan yang baik dengan (Areca catechu L.) memiliki efek
pemberian antelmintik untuk mengeluarkan antioksidan dan antimutagenik, astringent,
cacing. Antelmintik yang banyak beredar di dan antelmintik. Biji buah pinang
pasaran adalah antelmintik sintetis. mengandung alkaloid, seperti arekolin,
Penggunaan dalam waktu lama dapat arekolidine, arekain, guvalokin, guvasine
menimbulkan peningkatan populasi cacing dan isoguvasine. Ekstrak etanol biji buah
yang resisten terhadap antelmintik. Selain pinang mengandung tanin terkondensasi,
itu, obat cacing sintetis memiliki efek tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa
samping yang kurang baik yaitu adanya fenolik, asam glanat, getah, lignin, minyak
residu pada ternak. Sebagai antisipasi menguap dan tidak menguap, serta garam
masalah di atas, perlu dikembangkan (Wang and Lee, 1996). Arekolin selain
antelmintik yang berasal dari tanaman obat berfungsi sebagai obat cacing juga sebagai
(herbal) dengan harga yang relatif murah penenang. Secara umum pohon pinang
dan mudah didapat. Hal ini dikarenakan (Areca catechu L.) banyak digunakan untuk
tanaman obat alami tidak memiliki resiko inflamasi, diare, cacingan, perut kembung
akumulasi residu zat-zat kimia yang akibat gangguan pencernaan, dan batuk
berdahak (Dalimartha, 2009).

2
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang Hewan Uji


baik untuk antelmintik di masyarakat jika Hewan percobaan yang digunakan
telah melewati beberapa penelitian dan pada penelitian ini adalah Cacing Ascaridia
terbukti kemanjurannya secara ilmiah di galli diambil dari lumen usus ayam
bawah pengawasan ahli, oleh karena itu pedaging yang diperoleh dari tempat
peneliti tertarik untuk meneliti salah satu pemotongan ayam Pasar Andir Bandung.
tanaman obat tersebut yaitu biji pinang
sebagai obat anti cacing Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
Simplisia
METODOLOGI Skrining fitokimia dilakukan
Alat terhadap simplisia dan ekstrak biji pinang
Alat yang digunakan antara lain cawan (Areca catechu L.) untuk memeriksa
petri, pinset, batang pengaduk, erlenmeyer, adanya senyawa metabolit sekunder secara
beaker glass, termometer, penangas air, umum, meliputi senyawa golongan
inkubator, kertas saring, timbangan, alat alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, kuinon,
maserasi, rotary evaporator, serta alat-alat steroid, triterpenoid, saponin, monoterpen
yang digunakan pada proses skrining dan dan seskuiterpen. Karakterisasi simplisia
karakterisasi. yang dilakukan antara lain penetapan kadar
abu, penetapan kadar air, kadar sari larut
Bahan air, dan kadar sari larut etanol.
Bahan yang digunakan untuk
proses penelitian ini adalah biji pinang Ekstraksi
(Areca catechu L.) yang diperoleh dari Pembuatan ekstrak biji pinang
Manoko Lembang, Jawa Barat dan (Areca catechu L.) dilakukan dengan
dideterminasi di Laboratorium Herbarium prosedur sebagai berikut : sebanyak 500
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan gram biji pinang yang telah dikeringkan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas dimasukkan ke dalam maserator, kemudian
Padjadjaran Jatinangor, aquadest, NaCl ditambahkan pelarut etanol 70% sampai biji
fisiologis, piperazin sitrat, sedangkan bahan pinang (Areca catechu L.) terendam
kimia yang digunakan untuk penapisan sempurna, ekstrak cair ditampung setiap
fitokimia dari E Merck adalah : ammonia, hari selama 6 hari dengan penambahan
kloroform, HCl, larutan gelatin, amil pelarut baru. Ekstrak cair yang diperoleh
alkohol, eter, larutan vanili, H2SO4 P, diuapkan dengan menggunakan alat rotary
KOH. Pereaksi-pereaksi yang digunakan evaporator sehingga diperoleh ekstrak
adalah pereaksi Mayer, pereaksi kental.
Dragendorff, pereaksi Lieberman-Burchard

3
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

Uji Efektivitas Antelmintik batang pengaduk tiap satu jam, jika cacing
Cacing-cacing yang telah diam, cacing dipindahkan ke dalam air
dikeluarkan dari usus halus ayam, panas suhu 500C. Apabila dengan diusik
selanjutnya secara hati-hati dengan cacing tetap diam, menandakan cacing
menggunakan pinset cacing-cacing tersebut tersebut telah mati, tetapi jika bergerak,
dimasukkan ke dalam wadah yang telah cacing tersebut hanya mengalami paralisis.
diisi larutan NaCl 0,9% kemudian dibawa
ke Laboratorium untuk dilakukan Analisis Data
pengujian. Sampel penelitian yang Jumlah cacing yang mati dalam
digunakan sebanyak 75 cacing Ascaridia percobaan dicatat dan dianalisis
galli, cacing yang masih aktif bergerak, menggunakan One Way Anava yang
ukuran cacing 7-11 cm, tidak tampak cacat kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey
secara anatomi. Sampel terbagi menjadi 5 menggunakan program SPSS versi 20.
kelompok perlakuan yaitu I, II, III, adalah
kelompok Uji ekstrak biji pinang pada HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 1%, 2%, 4%. Kelompok IV, Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
adalah pembanding piperazin sitrat pada Simplisia
konsentrasi 0,2%, sedangkan kelompok Hasil skrining fitokimia simplisia
kontrol negatif menggunakan NaCl 0,9%. biji pinang menunjukkan adanya
Setiap cawan berisi 5 cacing ascaridia galli kandungan senyawa metabolit sekunder
yang telah di isi larutan uji setiap kelompok alkaloid, flavonoid, tannin, saponin,
sebanyak 25 ml sesuai dengan konsentrasi monoterpen dan seskuiterpen, fenol dan
masing-masing, suhu dibuat tetap pada kuinon. Sedangkan hasil karakteristik
370C. Cacing-caing tersebut diusik dengan simplisia tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil karakterisasi simplisia


Karakterisasi Hasil
Kadar air 3.89%
Kadar abu 0.97%
Kadar sari larut air 5.2%
Kadar sari larut etanol 17.45%

Hasil Ekstraksi 68,078%. Metode maserasi dipilih karena


Pada proses ekstraksi dengan merupakan metode yang sederhana, mudah
metode maserasi diperoleh ekstrak pekat dilakukan dan baik untuk senyawa-senyawa
biji pinang (Areca catechu L) sebanyak yang tidak tahan panas sehingga dapat
340,39 gram dengan nilai rendemen

4
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

mengurangi kerusakan senyawa yang 1%. Potensi maksimum didapatkan mulai


terkandung didalamnya. pada ekstrak dengan konsentrasi 2% dan
4%. Potensi maksimum adalah kemampuan
Hasil Uji Efektivitas Antelmintik ekstrak untuk membunuh cacing dengan
Berdasarkan penelitian yang telah jumlah terbanyak dalam waktu 24 jam
dilakukan, ekstrak biji pinang memberikan dibandingkan terhadap ekstrak dengan
efek antelmintik mulai pada konsentrasi konsentrasi 1% seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Efektivitas Antelmintik

Jumlah cacing
Perlakuan Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata
mati
K
0 0 0 0 0
(NaCl 0,9%)
T1
1 1 2 4 1,33
(Konsentrasi ekstrak 1%)
T2
2 2 3 7 2,33
(Konsentrasi ekstrak 2%)
T3
4 3 4 11 3,67
(Konsentrasi ekstrak 4%)
P
5 5 5 15 15
(Piperazin sitrat 0,2%)

Efek antelmintik yang paling baik di selain obat ini umum digunakan dalam
tunjukkan oleh ekstrak biji pinang dengan penelitian antelmintik, khususnya terhadap
konsentrasi 4%. Hal ini dikarenakan Ascaridia galli dan dengan efek samping
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, yang lebih kecil dibandingkan obat lainnya,
maka semakin tinggi pula jumlah cacing juga berdasarkan pada mekanisme kerjanya
yang mati. Namun demikian dibandingkan yang menyebabkan blokade respon otot
antara ekstrak biji pinang dengan piperazin cacing terhadap asetilkolin, sehingga terjadi
sitrat, maka dapat dikatakan bahwa ekstrak paralisis dan cacing mudah dikeluarkan
biji pinang tersebut memiliki efek oleh peristaltik usus.
antelmintik yang mungkin lebih lemah
dibandingkan dengan piperazin. Dari data Analisis Data
Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa ekstrak Data yang diperoleh dari pengujian
etanol biji pinang (Areca catechu L.) antelmintik ini selanjutnya dianalisis secara
memiliki efek antelmintik walaupun tidak statistik dengan uji ANAVA untuk melihat
sebaik obat piperazin sitrat. adanya perbedaan nyata atau tidaknya rata-
Penggunaan piperazin sitrat sebagai rata perkelompok. Hasil dari analisis secara
pembanding disamping didasarkan bahwa statistik menggunakan analisis variansi

5
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

(ANAVA) menunjukkan perbedaan yang Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara,


signifikan antara tiap perlakuan karena nilai Anggota Ikapi. Jakarta.
p<0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia
Mengingat data jumlah kematian cacing Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta.
pada seluruh kelompok berbeda, maka Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter
dilanjutkan dengan uji menggunakan Standard Umum Ekstrak
analisis Tukey. Uji Tukey merupakan uji Tumbuhan Obat. Jakarta:
lanjutan yang dilakukan apabila hasil Direktorat Jendral Pengawasan
pengujian menunjukkan adanya perbedaan Obat dan Makanan. 1-17.
nilai secara bermakna. Tujuannya adalah Gibson, T. E. 1975. Veterinary
untuk menentukan kelompok mana yang Anthelmintic Medication. 3rd
memberikan nilai yang berbeda secara Edition. Commonwealth
bermakna dengan kelompok lainnya. Dari Agricultural Bureaux. England.
hasil analisis Tukey menunjukkan bahwa Goodman, L. S. and G. Alfred. 1975. The
kelompok kontrol negatif berbeda secara Pharmacological Basis of
bermakna dengan kontrol positif dan Therapeutics. Macmillan Publising,
ekstrak pinang 1%, 2%, 4% pada taraf uji Inc. New York.
0,05. Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan
Herbal Penurun Kolesterol Plus
SIMPULAN Terapi Makanan dan Minuman.
Berdasarkn hasil penelitian ekstrak etanil Jakarta : Pustaka Bunda.
biji pinang (Areca catechu L) terbukti Kulkarni, D., Y. V. G. Rao, P. Padmavath,
mempunyai daya sntelmintik terhadap and A. J. Ramesh. 1993. Controlled
cacing Ascaridia galli dengan konsentrasi laboratory trials on the efficacy of
yang dianggap paling efektif adalah 4. morantel citrate (Banmint II)
against Ascaridia galli in
DAFTAR PUSTAKA experimentally infected chicken. J.
Adiwinata, G. dan Sukarsih. 1992. Indian Vet. 70 : 705-707.
Gambaran Darah Domba yang Kusumamihardja, S. 1992. Parasit dan
Terinfeksi Cacing Nematoda Parasitosis Pada Ternak dan Hewan
Saluran Pencernaan Secara Alami Piaraan di Indonesia. Pusat Antar
di Kab. Bogor Kec. Jeruk, Jasinga Universitas IPB. Bogor.
dan Rumpin. Majalah Penyakit Levine, ND. 1990. Buku Pelajaran
Hewan 24(43) 13-17. Parasitology Veteriner. Terjemahan
Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Gajah Mada University Press.
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6.

6
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.2, Juli 2014

Yogyakarta: Gajah Mada Blackwell Scientific Publication.


University Press. Oxford, London.
Noble, E. R. and G. A. Noble. 1989. Sukarban, S dan Santoso. O. 1995.
Parasitologi, Biologi Parasit Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.
Hewan. Bagian Farmakologi Fakultas
Terjemahan: Wardiarto Gajah Mada Kedokteran Universitas Indonesia.
University Press. Yogyakarta. Jakarta.
Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Tabbu, C. R. 2002. Penyakit Ayam dan
Bahan Alam. 1993. Penapisan Penyebabnya. Penyakit Asal
Farmakologi, Pengujian fitokimia Parasit, Non Infeksius dan
dan Pengujian Klinik. Jakarta. Enthiologi Kompleks. Vol. 2.
Soulsby, E. J. L. 1982. Helminthes, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Arthropods and Protozoa of Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996,
Domesticated Animals. Bailliere Separation, Characteristics, and
Tindall. London. Biological Activities of Phenolics
Soulsby, E. J. L. 1986. Texbook of Clinical in Areca Fruit, J. Agric. Food
Parasitology Volume I: Helminth, Chem., 44, 2014 -2019.

Anda mungkin juga menyukai