Anda di halaman 1dari 9

1.

Bordetella Pertussis, Penyebab Batuk Rejan

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Bacteria

Filum: Proteobacteria

Kelas: Beta Proteobacteria

Ordo: Burkholderiales

Keluarga: Alcaligenaceae

Genus: Bordetella

Spesies: B. pertussis

Karakteristik Umum

Ciri organisme ini : pendek, gram negative, dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat
terlihat granula bipolar metakromatik. Bakteri ini aerob murni dan membentuk asam tapi tidak
membentuk gas dari glukosa dan laktosa.

Penyakit yang Ditimbulkan

Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis dan kadang-kadang oleh
Bordetella parapertussis atau Bordetella bronchiseptica. Penularannya melalui batuk atau bersin
yang dihamburkan ke udara oleh penderita yang terinfeksi. Secara tipikal, serangan batuk rejan
terjadi secara mendadak, terutama pada malam hari. Gejala atau tanda pertama dari batuk rejan
muncul sesudah 7-14 hari terinfeksi oleh bakteri Bordetella pertussis. Batuk rejan berlangsung
dalam 3 stadium dengan masing-masing stadium berakhir 2 minggu.
Pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan antara lain :

 lakukan vaksinasi pada bayi untuk mencegah terserangnya penyakit ini. Vaksinasi tidak
boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas karena dapat menyebabkan
demam yang parah.
 Tempatkan penderita dalam ruang terpisah dengan anak – anak lainnya kira- kira 6
minggu untuk menghindari penularan.

Pengobatan

Pemberian Eritromisin pada stadium kataral akan membantu pencegahan dan


pembasmian mikroorganisme. Sedangkan pengobatan pada stadium paroksismal jarang
mengubah gejala klinik. B pertussis peka terhadap obat antimikroba in vitro.

2. Clostridium Tetani, Penyebab Tetanus

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Bacteria

Division : Firmicutes

Kelas : Clostridia

Ordo : Clostridiales

Keluarga : Clostridiaceae

Genus : Clostridium

Spesies : Clostridium
Karakteristik Umum

Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-
5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin yang disebut
tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan
binatang. Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan
eksotoksin. Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.
Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis mematikan minimal
dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175
nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia.

Clostridium Tetani dilihat dari mikroskop electron

Penyakit yang Ditimbulkan

Clostridium Tetani adalah salah satu penyebab penyakit Tetanus. Tetanus sendiri sudah
dikenal oleh orang-orang yang dimasa lalu, yang dikenal karena hubungan antara luka-luka dan
kekejangan-kekejangan otot fatal.
3. Haemophilus influenzae

Klasifikasi

Divisi : Bakteri

Kelas : Schizomicetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Haemophilunaceae

Genus : Haemophilus

Spesies : Haemophilus influenzae

Karakteristik

H. influenzae mempunyai ukuran (1 µm X 0.3 µm). Bakteri ini berbentuk cocobacillus


negatif Gram dan merupakan anaerob fakultatif. Pada 1930, bakteri ini dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu koloni R yang dibentuk oleh kuman-kuman tak bersimpai (NTHi) dan koloni S yang
dibentuk oleh kuman-kuman bersimpai.
Kuman-kuman koloni S dianggap virulen dan secara serologik dibagi dalam 6 tipe
berdasarkan simpainya: a,b,c,d,e, dan f. Penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa H.
influenzae tak bersimpai (rough) biasa diasosiasikan dengan penyakit saluran pernafasan kronik,
terutama pada orang dewasa. Sedangkan H. influenzae bersimpai merupakan penyebab penyakit-
penyakit invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis
akut. Salah satu jenis dari kuman bersimpai ini adalah H. influenzae tipe b (Hib), yang
merupakan penyebab sebagian besar penyakit invasif, termasuk penyakit pneunomia dan
meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak.

Sesuai dengan namanya, H. influenzae membutuhkan faktor-faktor pertumbuhan yang


terdapat di dalam darah yang dilepaskan ketika sel darah merah mengalami lisis (haemo=darah,
philos=menyukai). Faktor-faktor tersebut adalah faktor X (hemin), suatu derivat haemoglobin
yang termostabil, dan faktor V (nicotinamide-adenine-dinucleotide) yang termolabil. Spesies ini
memerlukan salah satu atau kedua faktor pertumbuhan tersebut.

H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan dan kekeringan. Kuman ini tumbuh
optimum pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kuman ini juga tumbuh
subur sebagai satelit Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.

Penyeberan

Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari penderita
baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau batuk. H.
influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis,
otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. Meningitis karena
H. influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum dijumpai
pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis, H. influenzae tipe b juga
menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut.

Pengobatan

Pemilihan antibiotika yang akan digunakan dapat ditentukan dengan tes kepekaan secara
in vitro. Kebanyakan H. influenzae peka terhadap ampisilin, khloramfenikol, tetrasiklin,
sulfonamida dan kotrimoksasol, dan terapi dengan salah satu atau kombinasi obat-obat ini,
namun kepekaan kumannya sendiri dan hasil suatu terapi tidak dapat diperkirakan. Terapi untuk
anak atau bayi yang terinfeksi meningitis karena Hbi dapat diberikan dexamethasone atau
campuran dari cefotaxime sodium/ceftriaxone sodium/ampicillin dengan chloramphenicol.

Sementara untuk pencegahannya, dapat digunakan vaksin khas polisakarida simpai


(vaksin PRP). Disarankan juga untuk menjaga pola hidup bersih di daerah yang padat penduduk.

4. Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus)

Klasifikasi

Kingdom : Bakteri

Filum : Frimicutes

Kelas : Cocci

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcac eae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pneumonia


Karakteristik umum

Kuman ini merupakan positif Gram berbentuk diplokokus dan seperti lanset. Namun pada
perbenihan tua dapat nampak sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak
(tidak berflagel). S. pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu dan merupakan
alfa hemolitis. Selubungnya terutama dibuat oleh jenis yang virulen.

S. pneunomiae tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat tumbuh pada
suhu di bawah 25°C dan di atas 41°C, melainkan tumbuh dengan suhu optimum 37,5°C. Glukosa
dan gliserin meningkatkan perkembangbiakannya, tapi bertambahnya pembentukan asam laktat
dapat menghambat dan membunuhnya, kecuali jika ditambahkan kalsium karbonat 1% untuk
menetralkannya.

Pneumokokus tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Penyimpanan bakteri ini
adalah baik jika dalam keadaan liofil. Kuman ini lebih mudah mati dengan fenol, HgCl2, kalium
permanganat dan antiseptikum lainnya daripada Mikrokokus dan Streptokokus lain.
Pneumokokus juga rentan terhadap sabun, empedu, natrium oleat, zat warna dan derivat kuinin.
Sulfadiazin juga dapat menghambatnya, namun sering terjadi resistensi sesudah beberapa hari.

Patologi

Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan keadaan umum
penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada
tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-faktor lainnya.

Pengobatan

Penisilin merupakan obat yang sangat efektif. Yang berbahaya bila terjadi infeksi
sekunder oleh Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotika lainnya. Dosis yang
lebih tinggi diperlukan untuk mengobati meningitis agar dapat mencapai selaput otak. Namun,
akhir-akhir ini pneumokokus sudah resisten terhadap banyak preparat antibiotika, misalnya
tetrasiklin, eritromisin, dan linkonmisin. Peningkatan resistensi terhadap penisilin juga terlihat
pada Pneumokokus yang diisolasi dari New Guinea.
5. Legionella pneumophila

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma proteobacteria

Ordo : Legionellales

Famili : Legionellaceae

Genus : Legionella

Spesies : Legionella pneumophila

Legionella adalah bakteri tipis, pleomorfik, berflagel dan merupakan bakteri gram
negative. Bakteri yang berasal dari genus legionella ini merupakan bakteri yang menyebabkan
penyakit legionellosis. Legionellosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat
new emerging disease. Secara keseluruhan baru dikenal 20 spesies.
Patogenesis

Legionellosis yang disebabkan oleh Legionella pneumophila bisa menjadi penyakit


pernafasan ringan atau dapat cukup parah untuk dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini bisa
menjadi sangat serius dan menyebabkan kematian dari 5%-30% kasus yang ada. Dari 10%-40%
orang dewasa yang sehat memiliki antibody menunjukkan paparan sebelumnya terhadap
organism, namun hanya sebagian kecil yang memiliki riwayat pneumonia sebelumnya.Gejala

Gambar : Sakit kepala dan nyeri otot.

Pencegahan dan Pengobatan

Pengobatan legionellosis dengan menggunakan antibiotic seperti eritromisin, levaquin


atau azitromisin bisa dikatakan cukup efektif dalam menangani penyakit ini. Sedangkan
makrolid (azitromisin) atau fluoroquinolones (moxifloxacin) merupakan pengobatan standar
untuk pneumonia legionella pada manusia

Pencegahan perkembangan bakteri legionella bisa dilakukan dengan cara minimal


seminggu sekali dilakukan pemeriksaan penampungan air terhadap kerusakan fisik, bau dan zat
organic serta keberadaan serbuk-serbuk yang mengandung legionella.

Anda mungkin juga menyukai