Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN

PETI/PALKA BERINSULASI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN


INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
JAKARTA
1997 / 1998
KATA PENGANTAR

Upaya para nelayan dalam mempertahankan kualitas ikan pasca tangkap adalah
dengan menggunakan busa (stirofoam) pada peti atau palka. Namun demikian, kondisi ini
belum menunjukkan hasil yang memuaskan, karena udara panas yang ada diluar palka
atau peti masih dapat menerobos ke dalam sehingga es pun mudah mencair.

Balai Penelitian Perikanan Laut telah menghasilkan teknologi pembuatan Peti/Palka


Berinsulasi. Teknologi ini telah disampaikan kepada para nelayan yang ada di Kepulauan
Seribu, Jakarta Utara melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh IPPTP DKI Jakarta.

Brosur ini berisikan langkah kerja dalam pembuatan Peti/Palka Berinsulasi yang
telah dilaksanakan kegiatannya bersama-sama antara peneliti-penyuluh dan para nelayan
yang ada di Kepulauan Seribu.

Semoga brosur ini dapat dimanfaatkan dalam upaya untuk mempertahankan


kualitas ikan pasca tangkap atau kegiatan-kegiatan lainnya.
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. TAHAPAN PEKERJAAN

1. Pembuatan Konstruksi Peti

2. Pengecoran Bahan Polyuretan

3. Pelapisan Permukaan Dengan Serat Gelas (Fiberglass)

4. Pigmentasi/Pewarnaan

5. Pembuatan Tutup Peti

III. PENUTUP
PENDAHULUAN

Salah satu kendala yang dihadapi para nelayan tradisional dalam memperoleh nilai
tukar maksimum atas hasil tangkapannya adalah karena produk tangkapan yang buruk
ketika sampai di tempat pelelangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena sifat produknya
itu sendiri, yaitu ikan, yang cepat menjadi rusak atau busuk setelah diangkat dari dalam
air. Dalam keadaan yang telah rusak, harga ikan akan dinilai rendah, sebab telah menjadi
hukum pasar bahwa konsumen pada umumnya akan memilih produk yang segar, bahkan
jika mungkin yang masih hidup. Produk yang segar juga akan diminati oleh
pembeli/distributor di tempat pendaratan karena dengan demikian juga mereka dapat
mendistribusikannya kepada konsumen yang tinggal jauh dari pantai atau jauh dari tempat
pendaratan.

Upaya yang ditempuh untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah


menyimpannya dalam suhu dingin sejak ikan ditangkap dari dalam air. Kapal-kapal ikan
modern umumnya telah dilengkapi dengan ruang pendingin yang dapat menjamin
kesegaran ikan dalam waktu yang lama. Berbeda pada kapal-kapal kecil yang
dioperasikan oleh nelayan-nelayan tradisional, ruang atau tempat penyimpanan ikan
adalah palka atau peti. Untuk memperoleh suhu dingin, di dalam palka atau peti tersebut
juga disimpan es. Untuk menjaga agar es tidak terlalu cepat mencair, biasanya dinding
palka atau peti tersebut dilapisi dengan stirofoam (busa). Namun cara tersebut ternyata
masih belum maksimal hasilnya, udara panas di luar palka atau peti masih dapat
menerobos masuk ke dalam sehingga es pun lebih mudah mencair. Selain itu, bahan
stirofoam juga mudah rusak, terlebih jika air laut.

Upaya lain yang dikembangkan oleh Balitkanlut adalah menggantikan stirofoam


dengan bahan poly-uretan. Dengan bahan tersebut ternyata dinding palka atau peti dapat
kedap dan mampu menahan aliran udara panas dari luar. Palka atau peti yang
dikembangkan tersebut diberi nama Palka/Peti Berinsulasi.

Pengertian

Palka berinsulasi adalah tempat menyimpan ikan hasil tangkapan di bagian dalam
kapal yang menyatu dengan badan kapal, dinding-dindingnya dicor dengan bahan
polyuretan. Palka seperti ini pada umumnya terdapat pada kapal-kapal ikan berukuran
besar (10 GT atau lebih).

Peti berinsulasi adalah palka berbentuk peti untuk kapal-kapal ikan berukuran
kecil (5 GT), dinding-dinding peti tersebut dicor dengan bahan polyuretan. Pen berinsulasi
tidak permanen, melainkan dapat dilepas dari kapal dan diangkat untuk dibersihkan.

Pada brosur ini hanya akan dijelaskan bagaimana membuat peti berinsulasi.
Pemahaman terhadap cara-cara pembuatan peti tersebut akan memudahkan pula
pemahaman membuat lapisan insulasi pada palka. Perbedaan yang utama hanya terletak
pada bahan, yaitu pada palka bahan yang digunakan adalah kayu papan, sedangkan
pada peti adalah kayu multiplex 6 atau 9 mm.
TAHAPAN PEKERJAAN

Tahap pembuatan peti berinsulasi sebagai berikut:

1. Pembuatan konstruksi peti.


2. Pengecoran bahan polyuretan.
3. Pelapisan permukaan dengan serat gelas (fiberglass)
4. Pigmentasi/Pewarnaan.
5. Pembuatan tutup peti.

1. Pembuatan Konstruksi Peti

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat konstruksi peti sebagai berikut:


- kayu kaso 5 x 6 cm
- multiplex 6 mm atau 9 mm
- paku kapal 5 dan 7 cm
- lem kayu

Sedangkan peralatan yang diperlukan adalah peralatan pertukangan seperti


gergaji, palu, tang, bor, dan lain-lain.

Langkah Kerja

Setelah kayu dan multiplex dipotong sesuai dengan kebutuhan, yang


dilakukan kemudian adalah membentuk komponen atau bagian-bagian peti yaitu
keempat dinding peti dan bagian dasar peti yang masingmasing berongga. Pada
salah satu sisinya, sebaiknya sisi yang menghadap ke bawah, dibuat lubang untuk
memasukkan bahan polyuretan ke dalam rongga dinding. Biarkan masingmasing
bagian tersebut saling terlepas satu sama lain sebelum polyuretan dicorkan ke
dalam rongganya.
Agar kayu-kayu kaso dapat melekat erat dengan multiplex sebelum dipaku,
oleskan lem kayu. Selain menambah kuatnya ikatan, lem kayu juga menutup 'rapat
celah yang terbentuk di antara kayu dengan multiplex:

2. Pengecoran Bahan Polyuretan.

Bahan insulasi yang akan dicorkan terdiri dari polyuretan A (bahan A), polyuretan
B (bahan B), dan Freon-11. Bahan A berwarna coklat tua, bahan B berwarna coklat muda,
sedangkan Freon-11 tidak berwarna (Lihat Gambar 2). Ketiga jenis bahan tersebut jika
dicampurkan akan mengembang dan membentuk insulasi yang padat dan kedap udara.
Tetapi jika tanpa bahan B pengembangan tidak akan terjadi.

Dari hasil pengujian, komposisi terbaik bagi perbandingan ketiga bahan tersebut
adalah :

Bahan A : Bahan B : Freon-11

7 : 5 : 1

(jumlah nilai-nilai perbandingan = 13)

Perbandingan tersebut akan menghasilkan kerapatan insulasi 60 kg/m2. Manfaat


dengan mengetahui komposisi bahan diatas adalah untuk memperkirakan banyaknya
bahan-bahan insulasi yang akan digunakan.

Contoh
Rongga :
Panjang : 1.6 m
Lebar : 1.2 m
Tebal rongga : 5 cm (0.05m)
Volume rongga dinding : 1.6 x 1.2 x 0.05 = 0.096 m3
Total bahan yang diperlukan = 0.096 m3 x 60 kg/m3
= 5.76 kg yang terdiri dari :
7/13 x 5.76 kg = 3.1 kg Bahan A
5/13 x 5.76 kg = 2.2 kg Bahan B
1/13 x 5.76 kg = 0.4 kg Freon-11

Langkah Pengecoran

Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia tersebut, untuk mencegah


menempelnya insulasi pada wadah clan tangan, dianjurkan tangan clan wadah yang
digunakan untuk mencampur terlebih dahulu diolesi dengan minyak goreng.

Campurkan terlebih dahulu Freon- 11 dengan bahan A clan diaduk hingga merata.
Kemudian tuangkan ke dalamnya bahan B clan juga aduk hingga merata. Setelah bahan B
tercampur, pengembangan akan terjadi dengan segera. Karena itu setelah diaduk (3-5
detik) segera tuangkan campuran ketiga bahan tersebut ke dalam rongga dinding melalui
lubang dengan pasak kayu.

Bahan insulasi yang berkembang berkekuatan besar clan tekanannya dapat


membobol konstruksi dinding atau membengkokkan multiplex. Untuk mencegah hal
tersebut, dinding harus dijepit dengan kayu ketika bahan insulasi dicorkan. Kayu penjepit
tersebut dapat dilepas jika insulasi berhenti berkembang.

Setelah insulasi dicorkan langkah berikutnya adalah merakit lempengan-lempengan


menjadi peti. Gunakan paku yang cukup kuat untuk mengikat satu sisi dinding dengan sisi
lainnya. Sebelum dipaku, oleskan lem kayu pada permukaan yang akan dihubungkan. Hal
tersebut dimaksudkan selain menambah kuatnya ikatan, lem kayu juga akan mengisi rapat
sela-seta yang tidak rapat sehingga kecil kemungkinannya dapat ditembus udara.
3. Pelapisan Permukaan dengan Serat
Gelas (Fibre Glass)

Setelah peti terbentuk, langkah berikutnya adalah melapisi permukaan peti dengan
dempul. Aduk bahan dempul dengan katalis 1 - 2 %, kemudian poleskan pada permukaan
yang tidak rata dan berlubang-lubang. Lakukan hal tersebut pada permukaan luar dan
dalam.

Sudut peti ditumpulkan, sudut luar diserut, sedangkan sudut dalam ditumpulkan
dengan bantuan dempul. Setelah dempul kering, haluskan permukaan peti dengan
menggunakan gerinda atau ampelas.

Untuk pelapisan dengan serat gelas bahan yang diperlukan sebagai berikut :
• woven roving
• serat gelas standar (choppes standard matte)
• perekat resin (jenis 157 BQTN)
• katalis (jenis MEKPx)

Sedangkan peralatan yang diperlukan adalah gayung plastik, kuas, dan gunting.

Potong woven roving dengan menggunakan gunting sesuai dengan Was


permukaan peti. Siapkan serat gelas (matte) dalam ukuran kecil (± 60 x 60 cm2). Jangan
memotong serat gelas dengan gunting agar sambungan antar lapisan tidak terlihat.

PERHATIAN : Serat gelas (matte) akan menimbulkan gatal-gatal dan iritasi pada
kulit. Karena itu sebelum bekerja olesi tangan dengan minyak goreng dan pada saat
bekerja gunakan sarung tangan.
Resin adalah perekat yang digunakan untuk menempelkan woven roving clan serat
gelas ke permukaan peti. Secara alami resin tersebut dapat mengering tetapi prosesnya
sangat lama. Untuk mempercepat pengeringan perlu ditambahkan katalis, yang dalam hal
ini digunakan katalis jenis MEKPx.

Langkah Kerja

Setelah woven roving clan serat gelas disiapkan, berikutnya adalah menyiapkan
perekat. Tuangkan resin ke dalam gayung plastik clan tambahkan katalis sebanyak ± 2 %,
kemudian aduk hingga merata.

Tempelkan woven roving pada permukaan kemudian oleskan perekat resin dengan
bantuan kuas. Berikan tekanan agar perekat benar-benar mengisi seluruh permukaan.
Menyusul kemudian serat gelas (matte) dilapiskan di atas woven roving sambil diolesi
perekat. Begitu seterusnya sampai seluruh permukaan peti, baik permukaan luar maupun
dalam, terlapisi serat gelas (fibre glass).
Pekerjaan pelapisan tersebut harus dilakukan dengan cepat sebab perekat resin
yang telah di campur katalis akan segera mengering. Kuas yang digunakan untuk
mengoleskan perekat pun akan cepat menjadi kaku karena perekat yang mengering.
Karena itu pada pekerjaan pelapisan tersebut akan banyak menggunakan kuas.

4. Pigmentasi/Pewarnaan

Pigmen adalah bagian bahan yang digunakan untuk mewarnai lapisan serat gelas
(fibre glass). Di pasaran pigmen dijual dalam bentuk pasta. Pada proses pigmentasi
komposisi campuran bahan adalah : Resin + 3 % Pasta pigmen + 1 - 1 % katalis
MEKPx.

Setelah lapisan serat gelas kering, sebelum diwarnai, haluskan lapisan permukaan
dengan gerinda atau ampelas. Proses penghalusan ini dapat berjalan lama karena lapisan
serat gelas yang keras. Setelah permukaan halus, baik permukaan luar maupun dalam,
lakukan pewarnaan dengan pigmen seperti diterangkan di atas. Dianjurkan, bagian luar
peti diwarnai biru, sedangkan bagian dalamnya diwarnai putih supaya tampak bersih.

5. Pembuatan Tutup Peti

Pada prinsipnya konstruksi tutup peti sama dengan konstruksi dinding dan dasar
peti. Tutup peti juga harus dicor diinsulasi dan dilapisi serat gelas (fibre glass). Proses
pengerjaannya pun sama dengan proses pengerjaan bagian peti yang lainnya.

Hal yang perlu diperhatikan bagaimana membuat bagian tutup tersebut dapat
menutup rapat peti sehingga tidak memungkinkan sela-selanya dapat diterobos oleh aliran
udara. Caranya, tutup diberi karet list pada bagian yang bersinggungan dengan peti (Lihat
Gambar 8).
PENUTUP

Peti berinsulasi dapat digunakan selama lima tahun. Biaya pembuatannya memang
sedikit lebih mahal dibandingkan dengan peti berlapis busa (stirofoam), tetapi daya
insulasinya jauh lebih baik. Kemampuan peti sebagai insulator dapat diuji dengan es. Peti
yang baik ditandai jika potongan-potongan es yang dimasukkan ke dalamnya saling
mengikat.

Anda mungkin juga menyukai