Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam tubuh organisme pasti ada mekanisme regulasi untuk mencapai keadaan
yang homeostatik. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya mempertahankan
atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (steady state) yang menjamin optimalisasi
berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan tersebut, tubuh
melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai homeostatis
yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan komunitas
dalam suatu ekosistem (Campbell dan Reece, 2010).
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi
dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, regulasi nutrisi, dan regulasi suhu tubuh. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan
oleh saraf dan hormon, karena kedua komponen merupakan pengendali utama dalam
proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan metabolisme, nutrisi dan suhu tubuh merupakan
elemen-elemen dari homeostatis (Campbell dan Reece, 2010).
Salah satu ciri dari mahluk hidup ialah melakukan proses di dalam tubuhnya. Proses
tersebut ialah proses penguraian nutrisi dalam bentuk makanan yang dikonsumsi oleh
mahluk hidup. Makanan tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ pencernaan. Setelah
masuk ke dalam tubuh, makanan tersebut akan mengalami proses perombakan. Zat-zat
yang terkandung dalam makanan diuraikan menjadi sumber energi. Hasil dari penguraian
zat-zat makanan tersebut yang menjadi sumber tenaga untuk melakukan aktivitas
kehidupan. Proses inilah yang dikenal dengan proses metabolisme. Dalam proses
metabolisme, nutrisi dalam makanan menjadi peranan yang utama untuk terjadinya
keseimbangan metabolisme (Campbell dan Reece, 2010).
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Regulasi nutrisi berkaitan dengan
proses pengelolaan nutrisi di dalam tubuh manusia, yaitu cara mengonsumsi, mencerna,
memetabolisme, menyimpan nutrisi, dan bagaimana nutrisi memengaruhi tubuh manusia.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh secara garis besar meliputi karbohidrat, lemak,
dan protein (Thompson dan Manore, 2012; Irianto, 2014).

1
Metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu optimum dalam
bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim
tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya. Suhu berpengaruh kepada tingkat
metabolisme. Maka dari itu regulasi suhu sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
(Campbell dan Reece, 2010; Murray et al., 2014).
Regulasi suhu adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin
besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain
semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah
seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja (Campbell dan Reece, 2010;
Murray et al., 2014).
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan atau manusia harus mengatur panas yang
diterima atau yang hilang ke lingkungan. Makhluk butuh suhu lingkungan yang cocok,
agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah,
manusia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas
(Sherwood, 2010).
Berdasarkan penjelasan latar belakang, pengaturan metabolisme, nutrisi, dan suhu
tubuh saling berkaitan dalam tubuh manusia untuk menjamin optimalisasi berbagai proses
fisiologis dalam tubuh, sehingga penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaturan
metabolisme, nutrisi, dan suhu tubuh pada manusia dan keterkaitannya satu sama lain.
Maka dari itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Pengaturan Metabolisme, Nutrisi,
dan Suhu Tubuh”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah yang akan
dibahas, antara lain:
1. Bagaimana lintasan metabolisme sentral di dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana proses pengelolaan nutrisi di dalam tubuh manusia?
3. Bagaimana pengaturan suhu di dalam tubuh manusia?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui lintasan metabolisme sentral di dalam tubuh manusia.
2. Untuk mengetahui proses pengelolaan nutrisi di dalam tubuh manusia.
3. Untuk mengetahui pengaturan suhu di dalam tubuh manusia.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan penulis terkait disiplin ilmu yang
ditulis dalam makalah ini.
2. Bagi pelajar dan mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu data dan
fakta sebagai bahan acuan yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Bagi masyarakat, makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan
masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lintasan Metabolisme Sentral


Metabolisme melibatkan semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh dan
menggunakan nutrien untuk menyediakan energi melalui oksidasi nutrien secara kimia dan
membuat kembali atau mengganti substansi tubuh. Dua jenis proses yang terlibat adalah
katabolisme dan anabolisme (Waugh dan Grant, 2011).
Katabolisme merupakan proses pemecahan molekul besar menjadi molekul kecil yang
melepaskan energi kimia, disimpan sebagai adenosine trifosfat (ATP) dan panas. Panas
digunakan untuk menjaga suhu tubuh inti pada tingkat yang optimum untuk aktivitas kimia
(36,8° C). Kelebihan panas diredakan, terutama melalui kulit. Sedangkan, anabolisme
merupakan pembentukan atau sintesis molekul-molekul besar dari molekul kecil dan
memerlukan suatu sumber energi, biasanya ATP (Waugh dan Grant, 2011).
Anabolisme dan katabolisme biasanya terlibat dalam serangkaian reaksi kimia, yang
disebut lintasan metabolisme. Jalur ini terdiri atas sedikit tahap yang bukan aktivitas
pemecahan intraseluler yang besar dan seketika. Molekul bahan bakar masuk ke lintasan
metabolisme ini dalam serangkaian tahap yang menghasilkan energi. Hasil akhir proses ini
adalah produksi energi dan karbondioksida serta air. Tiap bahan bakar ini dapat memasuki
lintasan penghasil energi sentral serta diubah menjadi energi, karbondioksida, dan air. Tiga
lintasan metabolisme ini adalah glikolisis, siklus asam sitrat (Krebs), dan fosforilasi
oksidatif (Waugh dan Grant, 2011).

Gambar 2.1 Lintasan Katabolisme Unsur Makanan (Waugh dan Grant, 2011)

4
1. Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat yang dicerna, terutama glukosa, diabsorpsi di kapiler darah dari vili usus
halus. Glukosa diangkut oleh sikulasi porta ke hati dimana glukosa mengalami beberapa
tahap berikut.
a Glukosa dapat dioksidasi untuk memberikan energi kimia dalam bentuk ATP yang
diperlukan untuk berbagai aktivitas metabolik yang berlangsung di hati.
b Sebagian glukosa dapat tetap berada di darah yang beredar untuk menjaga glukosa
darah yang normal sekitar 3,5-8 mmol/liter (63-144 mg/100 ml).
c Sebagian glukosa, jika jumlahnya lebih dari yang dibutuhkan, dapat diubah menjadi
polisakarida yang tidak dapat larut yaitu glikogen yang terletak di hati dan otot rangka.
Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan glukosa yang digunakan hati untuk
aktivitasnya dan untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen otot
menyimpan glukosa yang digunakan untuk aktivitas otot.
d Jumlah karbohidrat yang lebih dari kebutuhan tubuh di jaringan diubah menjadi lemak
dan disimpan di depot lemak (Waugh dan Grant, 2011).
Glukosa yang dipecah di dalam tubuh memberikan energi, karbondioksida, dan air
metabolik. Katabolisme glukosa terjadi dalam serangkaian tahap dengan serangkaian tahap
dengan sedikit energi yang dilepaskan pada tiap tahapnya. Jumlah total molekul ATP yang
dapat dihasilkan dari pemecahan lengkap satu molekul glukosa adalah 38, melalui proses
aerob (Waugh dan Grant, 2011).

2. Pencernaan dan Penyerapan Protein


Pencernaan memecah protein menjadi asam amino agar dapat diabsorpsi di kapiler
darah dari vili yang berada di usus halus. Asam amino diangkut ke sirkulasi porta ke hati
dan kemudian ke sirkulasi umum, dengan demikian asam amino tersedia bagi semua sel
dan jaringan tubuh. Asam amino berguna untuk membangun dan memperbaiki jenis
jaringan spesifik dan untuk menyintesis sekresi dari berbagai sel, misal antibodi, enzim
atau hormon (Waugh dan Grant, 2011).
Terdapat dua kelas utama enzim pencernaan proteolitik (protease), dengan spesifitas
yang berbeda untuk asam amino yang membentuk ikatan peptida yang akan dihidrolisis.
Endopeptidase menghidrolisis ikatan peptida antara asam-asam amino spesifik di seluruh
molekul. Eksopeptidase mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida, satu per satu, dari ujung
peptida (Murray et al., 2014).

5
Asam amino yang tidak diperlukan untuk membangun dan memperbaiki jaringan
tubuh tidak dapat disimpan dan dihancurkan di hati. Protein dalam bentuk asam amino,
merupakan molekul bahan bakar potensial yang digunakan oleh tubuh hanya saat sumber
energi lain rendah, misal saat kelaparan. Untuk menyuplai asam amino sebagai bahan
bakar, dalam situasi ekstrem, tubuh mengambilnya dari otot, menjadikannya sumber utama
protein. Sebagian asam amino diubah secara langsung menjadi glukosa, memasuki fase
glikolisis. Asam amino lain diubah menjadi senyawa lintasan metabolisme sentral, misal
asetil koenzim A atau asam oksaloasetat (Waugh dan Grant, 2011).

INPUT (SUMBER) KOLAM OUTPUT (HASIL)

Endogen: protein
tubuh Untuk membangun dan
memperbaiki sel tubuh

Asam amino

Untuk membentuk
Eksogen: protein
enzim, beberapa hormon
dalam diet
Kolam asam dan antibodi
amino

Asam amino
Untuk deaminasi dengan
Sintetis: oleh (a) mengekskresikan
transaminasi bagian nitrogen (b)
sisanya digunakan untuk
memberi energi sekrang
Hanya asam amino dan yang mendatang
non-esensial
Gambar 2.2 Sumber dan Penggunaan Asam Amino di Tubuh (Waugh dan Grant,
2011)
3. Pencernaan dan Penyerapan Lipid
Lemak disintesis dari kelebihan karbohidrat dan protein dalam diet. Lemak yang telah
dicerna dan diabsorpsi sebagai asam lemak dan gliserol di lacteal diangkut via kili sisterna
dan duktus toraksik ke aliran darah, sama halnya ke hati (Waugh dan Grant, 2011).

6
Asam lemak dan gliserol yang beredar di darah digunakan untuk memberikan energi
dan panas, serta sebagian lagi direkombinasi membentuk trigliserida, bentuk lain dari
lemak yang disimpan. Trigliserida terdiri atas tiga asam lemak yang secara kimia
dikombinasikan dengan molekul gliserol (Waugh dan Grant, 2011).
Asam lemak dapat diubah menjadi asetil koenzim A, lalu masuk ke lintasan
metabolisme. Akibatnya, terjadi akumulasi badan keton yang diproduksi di hati yang
berasal dari asetil koenzim A saat kadarnya terlalu tinggi diproses melalui siklus Krebs.
Badan keton kemudian masuk ke darah dan dapat digunakan oleh jaringan tubuh lainnya,
termasuk otak sebagai sumber bahan bakar. Akan tetapi, pada konsentrasi tinggi, badan
keton bersifat toksik, terutama di otak (Waugh dan Grant, 2011).
Badan keton terdiri atas keton (aseton) dan asam lemak lemah, oleh karena itu bersifat
asam. Normalnya, kadar keton rendah karena langsung digunakan segera saat dapat terjadi
ketosis. Keton kemudian diekskresikan melalui urin (ketonuira) dan paru (menyebabkan
bau napas seperti aseton) (Waugh dan Grant, 2011).

2.2 Proses Pengelolaan Nutrisi di Dalam Tubuh Manusia


Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Terutama untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas sel diperlukan nutrisi yang cukup sehingga sel
tubuh dapat tumbuh dan berkembang serta dapat menjalankan fungsinya. Nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh secara garis besar meliputi karbohidrat, lemak, dan protein,
serta nutrisi pendukung, vitamin, mineral, dan air (Irianto, 2014).

Gambar 2.3 Piramida Gizi Seimbang (Irianto, 2014)

7
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4
kilokalori (kkal). Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan
(Irianto, 2014).
Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut
dalam air, mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Nilai energi
karbohidrat adalah 4 kkal/g. Berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan
menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida, seperti glukosa
(dektrosa) atau fruktosa tidak dapat dipecah menjadi gula lebih besar. Disakarida seperti
sukrosa, laktosa, dan maltosa dibentuk dari monosakarida dan air. Polisakarida seperti
glikogen dibentuk dari banyak unit gula (Irianto, 2014).
Beberapa polisakarida tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim yang
dapat memecahkan polisakarida. Namun demikian, polisakarida memiliki peranan dalam
nutrisi manusia karena menambahkan serat untuk diet. Serat mendapat perhatian sebagai
faktor diet dan penyembuhan penyakit dan dalam pencegahan diare selama pemberian
makan melalui selang (Irianto, 2014).
Fungsi karbohidrat adalah (1) sebagai sumber energi utama, (2) sebagai bahan
pembentuk senyawa kimia lain, misalnya asam lemak dan asam amino sebagai penyusun
protein, (3) sebagai komponen penyusun gen dalam inti sel yang sangat penting dalam
pewarisan sifat, dan (4) sebagai senyawa yang membantu proses berlangsungnya BAB
(Irianto, 2014).
Kelebihan kalori karbohidrat disimpan sebagai lemak. Metabolisme karbohidrat terdiri
dari 3 proses utama, yaitu (1) katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbondioksida, dan
air (glikogenolosis), (2) anabolisme glukosa menjadi glikogen untuk penyimpanan
(glikogenesis), dan (3) perubahan asam amino dan gliserol menjadi glikogen untuk energi
(glukomeogenesis) (Irianto, 2014).

2. Lemak
Lemak merupakan senyawa organik majemuk, sebagai nutrisi padat yang paling
berkalori dan menyediakan 9 kkal/gram. Lipid termasuk lemak pada suhu ruangan dan
minyak yang cair pada suhu ruangan. Lipid terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O) dan terkadang tersusun oleh fosfor (P) dan nitrogen (N). Lemak diserap oleh
tubuh dalam bentuk gliserol dan asam lemak (Irianto, 2014).

8
Fungsi lemak bagi tubuh adalah sebagai pelindung tubuh dari pengaruh suhu rendah,
pelarut vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, sebagai pelindung alat-alat tubuh
yang vital, sebagai penghasil energi tertinggi, karena setiap gram lemak menghasilkan 9,3
kkal, sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan vitamin (khusus untuk sterol),
sebagai bahan penyusun membran sel, dan sebagai salah satu bahan penyusun garam
empedu, asam kolat, dan hormon seks (Irianto, 2014).

3. Protein
Protein adalah salah satu senyawa organik yang tersusun oleh unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan terkadang juga mengandung unsur fosfor dan belerang.
Komponen dasar dari senyawa protein adalah asam amino yang dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu asam amino esensial, semiesensial, dan non esensial (Irianto, 2014).
Asam amino dapat digabungkan bersama membentuk tripeptida dan oligopeptida.
Albumin dan insulin merupakan protein sederhana karena hanya mengandung asam amino.
Asam amino dianabolisasi (dikombinasi dan diubah) menjadi jaringan, hormon, dan
enzim.Asam amino juga dapat diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai jaringan
adiposa atau dikatabolisasi (dipecahkan) menjadi energi melalui glikoneogenesis (Irianto,
2014).
Protein dapat digunakan di dalam tubuh sebagai zat pembangun tubuh, menyusun sel-
sel baru untuk pertumbuhan dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sebagai bahan
baku enzim, antibodi, dan hormon, menjaga kestabilan tekanan osmotik cairan di dalam
rongga tubuh, dan sebagai penghasil energi apabila penghasil energi utama (karbohidrat
dan lemak) tidak mencukupi (Irianto, 2014).

4. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial
untuk metabolisme normal. Vitamin dapat dikelompokkan menjadi vitamin yang larut
dalam air, yaitu vitamin yang tidak dapat disimpan dalam tubuh dan harus tersedia sebagai
asupan makanan setiap hari (vitamin B dan C) (Irianto, 2014).
Namun apabila kelebihan mengkonsumsi vitamin dapat menyebabkan
hipervitaminosis. Selain itu juga menyebabkan vitamin larut dalam lemak, vitamin A,
vitamin D, vitamin E, dan vitamin K yang disimpan dalam tubuh. Fungsi vitamin bagi
tubuh adalah memperlancar metabolisme tubuh, dan sebagai biokatalisator reaksi dalam
tubuh (Irianto, 2014).

9
5. Mineral
Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai katalis dalam
rekasi biokimia. Garam mineral yang dibutuhkan oleh tubuh (baik terpisah maupun secara
golongan antar unsur) adalah:
a. Zat kapur (Ca), berfungsi untuk membantu proses penggumpalan darah,
mempengaruhi penerimaan rangsang pada saraf, bersama fosfor membentuk matriks
tulang.
b. Fosfor, berfungsi dalam pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat keturunan,
mempengaruhi semua proses perombakan dan pembentukan zat.
c. Zat besi, berfungsi sebagai komponen dalam hemoglobin untuk mengikat oksigen
dalam eritrosit.
d. Flour, berfungsi untuk menguatkan gigi.
e. Kalium, berfungsi sebagai komponen anorganik yang penting penting di dalam cairan
intraseluler, komponen penting dalam transmisi impuls saraf dan kontraksi otot.
f. Natrium dan klor, berfungsi untuk membantu iritabilitas dari sel-sel otot, natrium
sebagai buffer.
g. Iodium, berfungsi sebagai pembentukan tiroksin (Irianto, 2014).

6. Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel bergantung pada
lingkungan cair. Air menyusun 60% hingga 70% dari seluruh tubuh. Air tergolong sebagai
zat makanan karena air selalu diperlukan sebagai bahan pelarut dalam metabolisme tubuh.
Air tidak menghasilkan energi. Air yang dibutuhkan oleh tubuh tergantung berat badan,
jenis kelamin, aktivitas, dan suhu lingkungan. Didalam tubuh air digunakan untuk
melarutkan senyawa lain, mengangkut zat dari sel ke sel atau jaringan ke jaringan, dan
menjaga stabilitas suhu tubuh (Irianto, 2014).
Zat makanan atau nutrisi yang dikonsumsi akan diproses oleh sistem pencernaan
makanan yang terdiri atas rongga oral, faring, esofagus, lambung, usus halus, pankreas,
hati dan kandung empedu, usus besar, rektum, dan anus. Makanan atau nutrisi yang telah
diproses dalam system pencernaan akan diangkut oleh sistem sirkulasi yang diatur oleh
sistem kardiovaskuler yang membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ, dan
sistem organ serta membawa produk akhir metabolik keluar dari sel, jaringan, organ dan
sistem organ (Irianto, 2014).

10
Transport nutrisi, gas, hormon, enzim dan zat-zat vital lainnya dibawa darah melalui
pembuluh darah kapiler ke seluruh tubuh, kemudian zat-zat sisa dibawa darah menuju
paru-paru, ginjal atau kulit untuk dikeluarkan oleh tubuh. Seluruh jaringan (kumpulan dari
beberapa sel) memiliki pembuluh darah kapiler kecuali kartilago, rambut, kuku, dan kornea
mata. Hormon yang terkait dengan kebutuhn nutrisi sel diantaranya adalah hormon insulin,
glukagon, pertumbuhan, tiroksin, somatostastin, dan epinefrin/norepinefrin (Irianto, 2014).

2.3 Pengaturan Suhu di Dalam Tubuh Manusia


Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh
mereka, tetapi mereka terus menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu
mempertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan
bakar metabolik yang berasal dari makanan (Sherwood, 2010).

Gambar 2.4 Skema Termoregulasi (Sherwood, 2010).

11
Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel yaitu peningkatan suhu
mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-
reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara
homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel
berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan. Bahkan
peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi
protein ireversibel. Sebagian besar orang mengalami kejang ketika suhu tubuh internal
mencapai sekitar 106ºF (41ºC) dan 110ºF (43,3ºC) dianggap sebagai batas atas yang
memungkinkan kehidupan (Sherwood, 2010).
Hipotalamus merupakan termostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan
memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme
penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap
penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Hipotalamus dapat berespons terhadap
perubahan suhu darah sekecil 0,01ºC (Sherwood, 2010).
Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan mekanisme pembentuk
dan penghemat panas, hipotalamus harus diberi informasi secara terus menerus tentang
suhu inti dan suhu kulit oleh reseptor peka-suhu khusus yang disebut termoreseptor. Suhu
inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di
organ abdomen dan tempat lainnya. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh
tubuh (Sherwood, 2010).
Sebaliknya, sebagian besar jaringan tubuh dapat menahan sementara pendinginan yang
substansial. Sifat ini bermanfaat selama bedah jantung ketika jantung harus dihentikan.
Pada bedah semacam ini, suhu tubuh pasien dengan sengaja diturunkan, jaringan yang
telah didinginkan membutuhkan nutrisi yang lebih sedikit daripada ketika suhunya normal,
karena berkurangnya aktivitas metabolik. Namun, penurunan suhu tubuh yang mencolok
dan berkepanjangan memperlambat metabolisme ke tingkat yang mematikan (Sherwood,
2010).
Selain itu, tidak ada suhu tubuh tunggal karena suhu bervariasi dari organ ke organ.
Dari sudut pandang termoregulasi, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti sentral yang
dikelilingi oleh selubung luar (Sherwood, 2010).

12
Suhu di dalam inti sentral, yang terdiri dari organ abdomen dan toraks, susunan saraf
pusat, dan otot rangka, umumnya relatif konstan. Suhu inti internal ini berada di bawah
regulasi ketat untuk mempertahankan kestabilan homeostatik. Jaringan inti berfungsi
paling baik pada suhu relatif konstan sekitar 100ºF (37,8ºC) (Sherwood, 2010).
Kulit dan jaringan subkutan membentuk selubung luar. Berbeda dari suhu inti yang
konstan tinggi, suhu di selubung ini umumnya lebih dingin dan dapat cukup bervariasi.
Sebagai contoh, suhu kulit dapat berfluktuasi antara 68ºF dan 104ºF (20ºC dan 40ºC) tanpa
mengalami kerusakan. Seperti suhu kulit secara sengaja diubah-ubah sebagai tindakan
kontrol untuk membantu mempertahankan suhu inti yang konstan (Sherwood, 2010).
Meskipun suhu inti dijaga relatif konstan, beberapa faktor menyebabkannya sedikit
bervariasi.
a Suhu inti sebagian besar orang normalnya bervariasi sekitar 1,8ºF (1ºC) di siang hari,
dengan suhu terendah pada pagi hari sebelum bangun (jam 6 hingga 7 pagi) dan
tertinggi pada sore hari (jam 5 hingga 7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama
biologis bawaan atau “jam biologis”.
b Wanita juga mengalami irama bulanan pada suhu intinya yang berkaitan dengan daur
haid mereka. Suhu inti rerata 0,9ºF (0,5ºC) lebih tinggi selama paruh terakhir daur
sejak saat ovulasi hingga haid. Peningkatan ringan suhu yang menetap selama periode
ini semula diperkirakan disebabkan oleh peningkatan sekresi progesteron, salah satu
hormon ovarium, tetapi tampaknya sekarang tidak demikian. Penyebab sebenarnya
masih belum diketahui.
c Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan mencolok produksi panas
oleh otot. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat hingga 104ºF (40ºC). Pada
keadaan istirahat, suhu ini dianggap demam, tetapi normal selama olahraga berat.
d Semakin tua semakin dingin. Orang lanjut usia biasanya memiliki suhu yang lebih
rendah, dengan rerata pada pertengahan hari 97,7ºF (36,4ºC).
e Karena mekanisme pengendali suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit
bervariasi jika tubuh terpajan ke suhu ekstrim. Sebagai contoh, suhu inti dapat turun
beberapa derajat pada cuaca dingin atau meningkat sekitar satu derajat pada cuaca
panas (Sherwood, 2010).
Karena itu, suhu inti dapat bervariasi dari sekitar 96ºF hingga 104ºF tetapi biasanya
menyimpang kurang dari beberapa derajat. Suhu yang relatif konstan ini dimungkinkan
oleh adanya mekanisme termoregulasi multipel yang dikoordinasikan oleh hipotalamus
(Sherwood, 2010).

13
Suhu inti adalah cerminan dari kandungan panas total tubuh. Asupan panas ke tubuh
harus diseimbangkan dengan pengeluaran panas agar kandungan panas total konstan
sehingga suhu inti juga konstan. Asupan panas berasal dari panas yang diperoleh dari
lingkungan luar dan produksi panas internal, dengan yang terakhir merupakan sumber
terpenting panas tubuh. Sebagian besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai
panas. Panas ini penting untuk mempertahankan suhu inti. Panas yang dihasilkan biasanya
lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh pada kisaran
normal sehingga kelebihan panas harus dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran panas terjadi
melalui terpajannya permukaan tubuh ke lingkungan eksternal (Sherwood, 2010).
Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran panas sering terganggu oleh (1)
perubahan produksi panas internal untuk tujuan yang tidak berkaitan dengan regulasi suhu
tubuh, terutama oleh olahraga, yang sangat meningkatkan produksi panas, dan (2)
perubahan suhu lingkungan eksternal yang memengaruhi derajat penambahan atau
pengurangan panas yang terjadi antara tubuh dan lingkungan sekitar. Harus dilakukan
penyesuaian-penyesuaian kompensatorik pada mekanisme pembentukan dan pengeluaran
panas agar suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran yang sempit meskipun produksi
panas metabolik dan suhu lingkungan mengalami perubahan (Sherwood, 2010).
Semua penambahan atau kehilangan panas antara tubuh dan lingkungan eksternal
harus berlangsung antara permukaan tubuh dan lingkungannya. Hukum-hukum fisika yang
sama yang mengatur pemindahan panas antara permukaan tubuh dan lingkungan. Suhu
suatu benda merupakan ukuran konsentrasi panas di dalam benda tersebut. Panas selalu
mengalir menuruni gradien konsentrasinya yaitu menuruni gradien termal dari bagian
panas ke yang lebih dingin. Tubuh menggunakan empat mekanisme untuk memindahkan
panas, yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a Radiasi adalah pemindahan panas dari suatu benda yang lebih panas ke benda yang
lebih dingin dalam bentuk gelombang elektromagnetik (gelombang panas), yang
merambat melalui ruang.
b Konduksi adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang
berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni gradien suhu dari
benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin. Laju pemindahan panas melalui
konduksi bergantung pada perbedaan suhu antara benda-benda yang bersentuhan dan
konduktivitas termal bahan-bahan yang terlibat (yaitu, seberapa mudah panas
dihantarkan oleh bahan).

14
c Konveksi adalah pemindahan energi panas oleh arus udara (atau air). Sewaktu tubuh
kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang
berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih
ringan (kurang padat) daripada udara dingin, udara yang telah dihangatkan tersebut
naik, sementara udara yang lebih dingin masuk ke samping kulit menggantikan udara
yang telah hangat tersebut.
d Evaporasi adalah perubahan suatu cairan misalnya keringat menjadi uap air, suatu
proses yang memerlukan panas (panas penguapan), yang diserap dari kulit.
Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporatif aktif di bawah kontrol saraf
simpatis (Sherwood, 2010).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Metabolisme melibatkan semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh dan
menggunakan nutrien untuk menyediakan energi melalui oksidasi nutrien secara kimia
dan membuat kembali atau mengganti substansi tubuh. Dua jenis proses yang terlibat
adalah katabolisme dan anabolisme. Molekul bahan bakar masuk ke lintasan
metabolisme ini dalam serangkaian tahap yang menghasilkan energi. Hasil akhir
proses ini adalah produksi energi dan karbondioksida serta air. Tiap bahan bakar ini
dapat memasuki lintasan penghasil energi sentral serta diubah menjadi energi,
karbondioksida, dan air. Tiga lintasan metabolisme ini adalah glikolisis, siklus asam
sitrat (Krebs), dan fosforilasi oksidatif.
2. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Regulasi nutrisi berkaitan
dengan proses pengelolaan nutrisi di dalam tubuh manusia, yaitu cara mengonsumsi,
mencerna, memetabolisme, menyimpan nutrisi, dan bagaimana nutrisi memengaruhi
tubuh manusia. Nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh secara garis besar meliputi
karbohidrat, lemak, dan protein.
3. Regulasi suhu adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir. Suhu berpengaruh kepada
tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul
semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya
tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi,
kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu
hingga batas tertentu saja.

3.2 Saran
Untuk menjaga keseimbangan proses metabolisme, nutrisi, dan suhu tubuh, sangat
disarankan menjaga pola makan yang baik, rajin berolahraga, tidak mengonsumsi obat-
obatan terlarang serta menjaga pola hidup yang bersih dan sehat.

16

Anda mungkin juga menyukai