Tata Surya1
Tata Surya1
a. Planet
Sebuah benda langit dikatakan planet jika memenuhi kriteria
sebagai berikut:
mengorbit Matahari
bentuk fisiknyanya cenderung bulat
orbitnya bersih dari keberadaan benda angkasa lain
b. • Planet-Kerdil
Sebuah benda langit dikatakan sebagai planet-kerdil jika:
mengorbit Matahari
bentuk fisiknya cenderung bulat
orbitnya belum bersih dari keberadaan benda angkasa lain
bukan merupakan satelit
2. Hukum Kepler
Hukum–hukum Kepler merupakan salah satu batu bata dasar ilmu
astronomi dan amat berguna dalam segenap bagian dalam jagat raya, mulai
dari sistem Bumi dan satelitnya (baik satelit alami maupun buatan), planet–
planet dan satelitnya, Matahari dan planet–planetnya hingga sistem tata
surya non–Matahari maupun sistem bintang kembar yang saling mengedari
serta sistem bintang–bintang mengedari pusat galaksi dalam sebuah galaksi
yang berputar. Aplikasi yang amat luas ini barangkali tidak pernah disadari
oleh seorang Johannes Kepler saat mempublikasikannya untuk yang
pertama kali di tahun 1609. Pada saat itu Kepler adalah astronom besar yang
juga merupakan asisten sekaligus rekan kerja astronom besar Tycho Brahe,
ia hanya berfikir untuk menerapkan hukum–hukum tersebut dalam sistem
tata surya Matahari saja.
Hukum–hukum Kepler terdiri dari tiga bagian, hukum-hukum ini
sering disebut juga sebagai Hukum Kepler 1, Hukum Kepler 2 dan Hukum
Kepler 3. Hukum Kepler 1 menyatakan setiap planet beredar mengelilingi
Matahari dalam orbit yang berbentuk ellips (lonjong), dengan Matahari
terletak pada salah satu dari dua titik fokus ellips tersebut. Sementara
Hukum Kepler 2 berbunyi vektor radius (yakni garis imajiner yang
menghubungkan pusat sebuah planet dengan pusat Matahari) menyapu area
dengan luas yang sama dalam ellips tersebut untuk interval waktu yang
sama. Dan Hukum Kepler 3 menyatakan kuadrat dari periode orbit sebuah
planet sebanding dengan dengan pangkat tiga setengah sumbu utama
orbitnya. Hukum Kepler 1 dan Hukum Kepler 2 dipublikasikan pada tahun
1609, sedang Hukum Kepler 3 baru dipublikasikan sepuluh tahun kemudian
setelah Kepler selesai menganalisis data posisi planet–planet hasil observasi
Tyco Brahe selama bertahun–tahun yang tercetak dalam “Rudolphine
Tables”
Untuk memahami hukum Kepler, perlu terlebih dahulu
memperhatikan lintasan orbit benda langit yang bentuknya secara umum
dinyatakan dalam irisan kerucut. Sebagian besar objek tata surya bergerak
dalam lintasan yang berbentuk elips kecuali komet yang memiliki bentuk
lintasan hiperbola atau parabola. Elips adalah sebuah bangun geometri
memiliki kelonjongan tertentu.
Gambar 2.2 Bentuk irisan kerucut
(1)
Gambar 2.6 Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih
cepat di dekat Matahari dan lambat di jarak yang jauh.
Sehingga, jumlah area adalah sama pada jangka waktu
tertentu.
Hukum Kepler yang kedua memberikan implikasi mengenai
kecepatan planet yang berbeda-beda pada saat mengelilingi matahari. Jika
jarak planet ke matahari dekat maka kecepatannya besar dibandingkan
ketika jaraknya dekat.
Adapun titik-titik sebuah planet saat mengorbit matahari, yaitu:
a. Aphelion
Aphelion adalah titik terdekat orbit sebuah planet dengan matahari.
Pada saat itu, kecepatan orbit planet lebih cepat karena gaya yang dihasilkan
lebih besar.
b. Perihelon
Perihelon adalah titik terjauh orbit sebuah planet dengan matahari.
Pada saat itu, kecepatan orbit planet lebih lambat karena gaya yang
dihasilkan lebih kecil. (Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak)
Pada selang waktu yang sangat kecil, garis yang menghubungkan
matahari dengan planet melewati sudut dθ . Garis tersebut melewati daerah
yang diarsir yang berjarak r, dan luas = . Laju planet ketika
vektor). Hal yang paling utama dalam hukum Kepler II adalah kecepatan
sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik sepanjang orbit yang
berbentuk ellips. Ketika planet berada di perihelion nilai r kecil, sedangkan
(2)
dimana ms adalah massa matahari dan me adalah massa bumi,
sedangkan G adalah konstanta gravitasi. Diasumsikan bahwa massa
matahari sangat besar dibandingkan dengan bumi sehingga gerakannya
diabaikan. Untuk menghitung posisi bumi sebagai fungsi waktu, melalui
hukum kedua Newton tentang gerak diperoleh bahwa:
(3)
dimana FG , x dan FG , y adalah gaya grafitasi pada komponen x
dan y. Selanjutnya FG, x dan FG, y dapat dinyatakan kembali sebagai:
(4)
Dari persamaan (4) kita peroleh persamaan diferensial orde
pertama sebagai berikut:
(5)
Selanjutnya kita akan mengubah persamaan gerak (5) ke dalam
persamaan beda yang siap untuk dilakukan komputasi. Jadi dari (5)
didapatkan:
(6)
Persamaan (12) adalah pendekatan Euler yang menjadi dasar bagi
penyelesaian orbit beberapa planet.