BAB I
Malpraktek berasal dari istilah yang umum sifatnya dan tidak selalu
yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek yang
berarti pelaksanaan atau tindakan. Sedangkan secara definisi malpraktek
kesehatan adalah kelainan dari seorang dokter atau tenaga keperawatan dan
kesehatan lainnya, untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim di pergunakan
terhadap pasien atau orang yang sakit. Kesalahan dari sudut pandang etika di
sebut ethica malpraktek atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga
berbeda, intinya tidak setiap ethical malpractice adalah yuridical malpraktek akan
tetapi semua bentuk yuridical malpracitce merupakan ethica malpraktek .
Untuk itu di perlukan adanya sebuah aturan yang mengikat dan mengatur
kinerja dari tenaga medis bukan hanya mengatur tetapi juga adanya hukum yang
melindungi tenaga kerja medis dalam melakukan tindakannya sesuai prosedurnya.
BAB II
Kesehatan merupakan salah satu hal penting dan mutlak dibutuhkan oleh
siapa saja, tanpa melihat status maupun derajat seseorang. Upaya peningkatan
kualitas hidup manusia di bidang kesehatan merupakan suatu usaha yang sangat
luas dan menyeluruh. Keberadaan hukum kesehatan membawa pengaruh yang
sangat besar terhadap pembangunan, khususnya di bidang kesehatan. Sorotan
masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang menyebabkan
ketidakpuasan masyarakat memunculkan isu adanya dugaan malpraktek medis.
Adapun permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah penanggulangan
malpraktek yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan dan apakah faktor penghambat
penanggulangan yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
1.3 Pembahasan
“Sudah saya ajukan surat permohonan untuk menjadi saksi ahli dari IDI Kota
Medan. Namun, pihak IDI bilang mau kordinasi dulu dengan pihak rumah sakit
Pirngadi Medan majelis hakim. Saya tidak mau,” kata Sobambowo Buulolo
sembari menunjukkan surat permohonan saksi ahli dari IDI Kota Medan kepada
Majelis hakim.
Akhirnya, Penasehat hukum itu menunjuk Jonkeli dari Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kesehatan (Stikes) Sumatera Utara, yang bukan saksi ahli. Hanya tahu ilmu
kesehatan secara teori.
“Ini bukan saksi ahli, melainkan saksi biasa ini. Tapi sudah disumpah sebagai
saksi ahli. Sudah lah, silakan kamu bertanya,” ucap Fauzol kepada Sobambowo
Buulolo.
“Saudara saksi secara Anda ketahui bagaimana penanganan terhadap pasien yang
salah transfusi darah B. Namun, diberikan dara AB. Bagaimana menurut saksi,”
ucap penasehat hukum korban kepada saksi.
“Salah itu, bisa berdampak dengan kondisi dari si pasien yang saya ketahui,”
jawab saksi.
Setelah, mendengarkan keterangan saksi, Mejelis hakim kembali komentar bahwa
saksi yang dihadirkan kurang berkompeten untuk memberikan keterangan dalam
sidang Malpraktik itu.
Atas hal itu, Majelis hakim menunda persidangan hingga dua pekan mendatang
dengan agenda kesimpulan persidangan.
Untuk diketahui, korban malpraktik ini dialami seorang pasien bernama Sontan
Marbun yang tewas diagnosa menderita penyakit Anemia dan Bronchitis. Pada
tahun 2007 pasien almarhum Sonta Marbun, pernah menjalani perawatan medis
dan melakukan periksa melaluli uji Labotorium Klinik RSSanta Elisabeth Medan,
yang dinyatakan sebagai golongan darah B.
“Untuk meringkan biaya perobatan, karena sebagai peserta Askes, merujuk pasien
ke RSU Pirngadi Medan, pada 13 Januari 2009. Dengan diagnosa penyakit
Anemia dan Bronchitis,” jelas Sombabowo.
Setelah itu, pihak RSU dr Pirngadi Medan memberikan transfusi darah dengan
golongan AB, yang dinilai tidak sesuai dengan golongan darah pasien. Setelah
dilakukan transfusi darah itu, pasien malah bertambah penyakitnya. Akhirnya,
suami pasien Sormin Siregar meminta keluarkan saja pasien dari rumah sakit itu.
Sonta Marbun pun, dirawat di rumahnya. Setelah beberapa hari kemudian, Sonta
semakin parah penyakit yang dialami hingga kritis. Selanjutnya, keluarga
membawa kembali ke RSU dr Pirngadi Medan.
”Setelah sempat dirawat di UGD, pada tanggal 28 Mei 2009. Sonta pun
menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal. Alang terkejutnya suami
pasien melihat hal itu,” katanya.
Atas korban malpraktik, keluarga pasien melaporkan hal tersebut kepada Badan
penyelesaian sengketan konsumen (BPSK) Kota Medan. Namum laporan tersebut
ditolak.
Tidak dapat tanggapan baik dari BPSK Kota Medan, keluarga pasien melaporkan
peristiwa malpraktik tersebut ke PN Medan, secara perdata dengan penggugat
mendaftarkan gugutan perdata di PN.Medan Reg No.348/Pdt.G/2013/PN.Medan
dengan menuntut kerugian material Rp200 juta dan imateriel Rp3,5 miliar.
(gus/ila).
Dalam hal ini kesalahan pada pasien yang tak di sengaja di karenakan
kelalain dan kurang kompetennya kinerja dari tenaga medis dalam melakukan
tugasnya sebagai seorang tenaga medis, juga dalalm tindakakn medisnya sehingga
menyebab kan adanya korban yang di duga meninggal sebab pertama dari pihak
RS yang memberikan donor darah dan di duga tidak sesuai dengan golongan
darah pasien.
BAB IV
Kesimpulan.
Sebagai seorang yang bekerja dalam dunia medis di perlukan kehati-hatian dan
tahunya mengenai hukum dan aturan yang mengatur dan melindungi setiap tenaga
medis sperti perawat, dokter, bidan dan lain sebagainya. Karena dalalm kasus
tersebut membuktikan pelanggaran dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran juga merupakan Undang-Undang yang bertujuan
untuk memberikan perlindungan bagi pasien. Hak-hak pasien diatur dalam pasal
52 UU No. 29/2004.
Daftar pustaka
1. Ari,Yunanto,Cs.,2009.HukumPidanaMalpraktik
Medik”.ANDI.Yogyakarta.hal.27
2. Ta’adi, 2012. Hukum Kesehatan “Sanksi & Motivasi Bagi
Perawat”.EGC.Yogyakarta.hal.23
3. .http://digilib.unila.ac.id/25747/20/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
4.https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk402017.pdf
5.https://sumutpos.co/2014/02/14/sidang-malapraktik-rsu-dr-pirngadi-
medan-digelar/
LAMPIRAN.
https://sumutpos.co/2014/02/14/sidang-malapraktik-rsu-dr-pirngadi-medan-
digelar/