PEMBAHASAN
klien dengan Cedera Kepala Berat Berdasarkan tinjauan teoritis dengan tinjauan
kasus yang telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam
A. Pengkajian
kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah
pengkajian pada Tn. R sudah cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang
Pada saat dilakuakn pengkajian, pasien dibawa ke IGD RSAM oleh Satpol PP
dan Polisi pada tanggal 4 oktober 2019 dengan penurunan kesadaran karena
dipukul masa. Berdasarkan hasil observasi dan data yang ditemukan saat
pengkajian pada tanggal 4 Oktober 2019 di ruang IGD didapatkan pasien GCS 6
E4 V1 M1, luka robek di pelipis mata kiri ,kepala belakang. Kaki kanan patah,
luka lecet ditangan kiri, lutut kiri dan mata kaki kiri. TD: 130/79 N:91 RR: 24
S:36,6 satO2: 97%. Pupil isokor, reflek cahaya (+), paru: vesikuler +/+,
B. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan data objektif dan data subjektif klien maka dirumuskan
tulang
C. Intervensi Keperawatan
keperawatan yang telah disusunkan oleh SDKI, SLKI dan SIKI sebagai standar.
Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasar kan teori yang
peningkatan TIK. Diagnosa kedua yaitu Gangguan mobilitas fisik dengan fokus
ketiga yaitu gangguan integritas kulit serebral dengan fokus intervensinya yaitu
membersihkan luka.
D. Implementasi Keperawatan
TIK dengan mengindetifikasi tanda dan gejala penigkatan TIK dan memposisikan
semi fowler 30°, memberikan terapi O2, memantau respon neurologis pasien,dan
adalah melakukan stabilisasi dengan pemasangan spalak pada kaki yang fraktur.
mengkaji kondisi pasien dengan dengan prinsip ABC (Airway, Breathing and
menghitung GCS (Glasgow Coma Scale) dan tanda – tanda vital serta keluhan
utama.
otak sekunder. Pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik
dan adekuat untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling utama dan
terutama untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder yang
akhirnya akan memperbaiki hasil akhir penderita. Pada pasien cedera kepala
hendaknya diberikan terapi oksigen dengan menggunakan masker atau pun
berperan besar dalam menjaga agar TIK tidak meninggi yaitu mengatur posisi
kepala lebih tinggi sekitar 30-45°, mengusahakan tekanan darah yang optimal,
tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema serebral, sebaliknya
tekanan darah terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga
Adapun teori lainnya ialah setiap pasien yang mengalami cedera kepala harus
kelainan pada kepala pasien (otak) dan fisik pasien, seperti resiko adanya cedera
terhadap Outcome Pasien Cedera Kepala antara skor GCS awal, tekanan darah
sistolik dan suhu adalah tekanan darah sistolik. Cedera kepala menyebabkan
yang umum terjadi pada pasien cedera kepala, terutama mereka dengan kondisi
yang parah. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg merupakan efek sekunder dari
cedera otak, dan dilaporkan sebanyak 73% dari total 67 kasus memiliki outcome
buruk.
E. Evaluasi
pasien masuk jam 21.24 pengkajian didapatkan bahwa kesadaran pasien sopor
dengan GCS 6, dengan tekanan darah yang meningkat yaitu 130/79 , fraktur tibia
dextra, luka robek dikening dan kepala belakang, luka lecet ditangan kiri dan
mata kaki kiri. Kemudian jam 21.50 GCS menurun menjadi 3, dengan Tanda-
tanda vital normal TD: 125/77mmHg, HR: 88 x/I, RR: 18 x/I, pemasangan spalak
sudah dilakuakn dan neckollar, kemudian membersihkan luka dan luka terbuka
Pada jam 22.30 pasien membuka mata, tahu namanya bisa mengikuti dan
www.sign.ac.uk