Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada

klien dengan Cedera Kepala Berat Berdasarkan tinjauan teoritis dengan tinjauan

kasus yang telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam

pelaksananan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang ada.

A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari

pasien. Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

format pengkajian keperawatan gawat darurat yang telah ditetapkan.

Pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi dan

dari pendokumentasian keperawatan diruangan.

Kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui

kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah

pengkajian pada Tn. R sudah cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang

dibuat. Data-data tersebut menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan

selanjutnya karna data sudah didapatkan jelas dan sesuai.

Pada saat dilakuakn pengkajian, pasien dibawa ke IGD RSAM oleh Satpol PP

dan Polisi pada tanggal 4 oktober 2019 dengan penurunan kesadaran karena

dipukul masa. Berdasarkan hasil observasi dan data yang ditemukan saat

pengkajian pada tanggal 4 Oktober 2019 di ruang IGD didapatkan pasien GCS 6

E4 V1 M1, luka robek di pelipis mata kiri ,kepala belakang. Kaki kanan patah,
luka lecet ditangan kiri, lutut kiri dan mata kaki kiri. TD: 130/79 N:91 RR: 24

S:36,6 satO2: 97%. Pupil isokor, reflek cahaya (+), paru: vesikuler +/+,

prgerakkan dada simetris,CRT< 2, akrar hangat, ROM terbatas.

B. Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan data objektif dan data subjektif klien maka dirumuskan

diagnosa keperawatan yang sesuai dengan keadaan klien yaitu :

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur

tulang

3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan faktor mekanis.

C. Intervensi Keperawatan

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa mengunakan rencana

keperawatan yang telah disusunkan oleh SDKI, SLKI dan SIKI sebagai standar.

Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasar kan teori yang

dapat diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien.

Intervensi yang kelompok lakukan dimulai dengan diagnosa pertama yaitu

resiko perfusi serebral fokus intervensinya yang utama adalah manajemen

peningkatan TIK. Diagnosa kedua yaitu Gangguan mobilitas fisik dengan fokus

intervensinya yaitu melakukan pembidaian dengan pemasangan spalak. Diagnosa

ketiga yaitu gangguan integritas kulit serebral dengan fokus intervensinya yaitu

membersihkan luka.
D. Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang

didelegasikan kepada klien. Dalam tahap implementasi dikerjakan sesuai dengan

fokus intervensi yang telah dibuat.

Implementasi yang Kelompok lakukan dimulai dengan diagnosa pertama

yaitu fokus intervensinya yang utama adalah melakukan manajemen peningkatan

TIK dengan mengindetifikasi tanda dan gejala penigkatan TIK dan memposisikan

semi fowler 30°, memberikan terapi O2, memantau respon neurologis pasien,dan

pemantauan Ttv. Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisk intervensinya

adalah melakukan stabilisasi dengan pemasangan spalak pada kaki yang fraktur.

Diagnosa keempat yaitu gangguan integritas kulit fokus intervensinya melaukan

pembersihan luka, menutup luka terbuka dengan menjahit luka.

Penanganan gawat darurat yang telah dilaksanakan perawat di IGD adalah

mengkaji kondisi pasien dengan dengan prinsip ABC (Airway, Breathing and

Circulation) dan memperhatikan tingkat kesadaran pasien dengan cara

menghitung GCS (Glasgow Coma Scale) dan tanda – tanda vital serta keluhan

utama.

Berdasarkan penelitian Suwandewi (2017) Fokus utama penatalaksanaan

pasien-pasien yang mengalami cedera kepala adalah mencegah terjadinya cedera

otak sekunder. Pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik

dan adekuat untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling utama dan

terutama untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder yang

akhirnya akan memperbaiki hasil akhir penderita. Pada pasien cedera kepala
hendaknya diberikan terapi oksigen dengan menggunakan masker atau pun

masker reservoir dengan konsentrasi oksigen 40-80%.

Kemudian penelitian Amri (2017) penatalaksanaan umum manajemen

peningkatan TIK bertujuan menghindari hipoksia (PaO2 < 60 mmHg) dengan

mengoptimalkan oksigenasi (Saturasi O2 >94% atau PaO2 >80 mmHg) dan

menghindari hipotensi (tekanan darah sistol ≤ 90 mmHg). Beberapa hal yang

berperan besar dalam menjaga agar TIK tidak meninggi yaitu mengatur posisi

kepala lebih tinggi sekitar 30-45°, mengusahakan tekanan darah yang optimal,

tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema serebral, sebaliknya

tekanan darah terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga

akan menyebabkan edema dan peningkatan TIK.

Adapun teori lainnya ialah setiap pasien yang mengalami cedera kepala harus

dilakukan penilaian GCS untuk mengetahui tingkat kesadaran dan penanganan

selanjutnya, termasuk melakukan CT scan atau rontgen untuk mengetahui adanya

kelainan pada kepala pasien (otak) dan fisik pasien, seperti resiko adanya cedera

tulang (Scottish, 2009).

Penelitian Widyaswara dkk (2016) menyatakan Faktor Paling dominan

terhadap Outcome Pasien Cedera Kepala antara skor GCS awal, tekanan darah

sistolik dan suhu adalah tekanan darah sistolik. Cedera kepala menyebabkan

perubahan sistemik pada pasien. ketidakstabilan hemodinamik merupakan hal

yang umum terjadi pada pasien cedera kepala, terutama mereka dengan kondisi

yang parah. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg merupakan efek sekunder dari
cedera otak, dan dilaporkan sebanyak 73% dari total 67 kasus memiliki outcome

buruk.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam kepada Tn.R,

terdapat perbaikan dengan intervensi yang dilakuakan. Sebelumnya saat pertama

pasien masuk jam 21.24 pengkajian didapatkan bahwa kesadaran pasien sopor

dengan GCS 6, dengan tekanan darah yang meningkat yaitu 130/79 , fraktur tibia

dextra, luka robek dikening dan kepala belakang, luka lecet ditangan kiri dan

mata kaki kiri. Kemudian jam 21.50 GCS menurun menjadi 3, dengan Tanda-

tanda vital normal TD: 125/77mmHg, HR: 88 x/I, RR: 18 x/I, pemasangan spalak

sudah dilakuakn dan neckollar, kemudian membersihkan luka dan luka terbuka

telah dijahit. Kemudian pasien dikonsulkan ke bedah saraf.

Pada jam 22.30 pasien membuka mata, tahu namanya bisa mengikuti dan

pasien mengetahui penyebab mengappa di pukul massa dengan GCS: 15 E4 V5

M6 kemudian pasien dipindahkan ke ruang rawat inap.


Daftar pustaka

Scottish Intercollegiate Guidelines

Network. (2009). Early

management of patients with

a head injury. diakses di

www.sign.ac.uk

Anda mungkin juga menyukai