Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR DENGUE HAEMMOROGI FEVER

1. DEFINISI

Dengue haemmoragi fever adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk

setelah dua hari pertama (Carpenito;2000) Dengue haemmoragi fever adalah infeksi akut

yang disebabkan oleh orbovirus (arthropodbora virus) ditularkan melalui gigitan nyamuk

aedes (aedes albopictus dan aedes agypty) (NANDA,2000) Dengue haemmoragi fever

adalah penyakit yang terutama pada anak remaja atau orang dewasa dengan tanda – tanda

klinis demam (Budi santosa;2000) Dengue haemmoragi fever adalah penyakit demam yg

disebabkan oleh virus disertai demam akut, pendarahan tendensi syok (Suryanah;2002)

2. ETIOLOGI

Menurut Arif Mansjoer 2000 Penyebab Dengue haemmoragi fever adalah

sebagai berikut : virus dengue serotip 1,2,3,dan 4 ditularkan melalui nyamuk aedes

agypty, nyamuk aedes albopictul, aedes polynesiensis dan beberapa spisies lain

merupakan vector yang kurang berperan, infeksi dengan salah satu serotip akan

menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotip bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotip lain.

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN

3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses
(arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di

masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga 3. (Carpenito,2000)

3. PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan

dan gejala karena viremia, seperti demam sakit kepala, mual, nyeri otot, pegel seluruh

badan, hyperemia ditenggorokan, timbul ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada

system retikuloedotelial seperti pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati dan

limpe, ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.

Fenomena patofisiologi yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF

dengan DHF ialah meningginya permiabelitas dinding kapiler pelepasan zat

anafiloktosin, hitamin dan serotin hal ini mengakibatkan berkurangnya volum plasma,

terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan plasma merembes

selama perjalanan penyakit mulai saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada

saat syok pada pasien dengan syok berat volume plasma dapat menurun sampai lebih dari

30%

Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura dan perikard

yang pada autopsy ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya

melalui infus. renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma bila

tidak segera diatasi dapat berakibat anoreksia jaringan, asidosis metabolik, dan kematian
Syok yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang dratis setelah pembesaran

plasma atau ekspander yang efektif, sedangkan pada autopsy ditemukan kerusakan

dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa

perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator

farmakologis yang bekerja singkat. sebab lain kematian pada DHF adalah pendarahan

hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.

pendarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan system koagolasi.

Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya destruksi trombosit.

penyelidikan dengan radio isotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi

dalam system retikuloendotelial.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan imunologis terbukti

dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran darah. kelainan system koagulasi

disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu

oleh aktivasi system koagulasi masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF atau DSS

terutama pada pasien dengan pendarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan debatan.

Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien

DHF tanpa renjatan. dikatakan pada masa dini DHI, peran DIC tidak menonjol

dibandingkan dengan rembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya

asidosis dan syok, maka syok akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.

(Carpenito ;1996)
4. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda dan gejala Dengue haremoragik fever

1. Demam tinggi yg mendadak 2-7 hari 380c – 400 c

2. Pendarahan dengan bentuk uji tourniquen positif, purpura, pendarahan kunjungtiva,

epitaksis, melena, dsb

3. Hepatomegali

4. Syok

5. Trombositopenia

6. Hemokonsentrasi

7. Gejala klinik lainnya : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan

sakit kepala

8. Pendarahan pada hidung

9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik – bintik merah pada kulit akibat

pecahnya pembuluh darah. (Hendarwanto ;1996 ; 420)

Mengingat drajatnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya dengan

pengololaan dan prognase, maka WHO (1975) membagi DBD dalam 4 drajat setelah

kreteria laborik terpenuhi yaitu :

 Derajat I demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala tidak khas dan satu – satunya

manifastasi pendarahan tourniquet ± positif

 Derajat II derajat I disertai dengan perdarahan spontan diikuti atau perdarahan

lainnya
 Derajat III derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan

lemah, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) hipotensi, sianosis di sekitar mulut,

kulit dingin dan lembab, gelisah.

 Derajat IV syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak teratur

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (380C- 400C)

2. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura

pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.

Hepatomegali (pembesaran hati).

Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik

sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

3. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai

100.000 /mm.

Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual,

muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.

Pendarahan pada hidung dan gusi

4. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat

pecahnya pembuluh darah. (NANDA,2000)


5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan penunjang menurut Suriadi 2000 ; 60 adalah :

 pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit uji serologi

 trombositopenia (<100.000/mm3 )

 hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih dari 20 % dari normal )

6. KOMPLIKASI

 Perdarahan spontan

 syok hipovolemik

 Efusi pleura

7. PENATALAKSANAAN

Pengobatan demam berdarah adalah dengan cara :

 Penggantian cairan tubuh

 Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter – 2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula

sirup atau susu)

 Gastoenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit) kalau perlu

1 sendok makan setiap 3 – 5 menit (Carpenito,2000)


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN DATA DASAR

a.Biodata

Informasi biografi sangat membantu menyusun riwayat pada tempatnya.

informasi tersebut meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan

dan asal enik individu .dengan maksud untuk memperoleh profil yang lebih lengkap

dan membina hubungan saling percaya (Smeltzer ; 2002)

Mengajukan pertanyaan mengenai pekerjaan sekarang dapat

mengungkapkan mengnai status ekonomi dan latar belakang pendidikannya. Alamat

berhubungan dengan untuk mengidentifikasi bahaya lingkungan seperti isolasi,

perlindungan yang tidak adekuat resiko bahaya kebakaran polusi (suara, udara, air) dan

fasilitas sanitasi yang tidak memadai yang berhubungan dengan kasus ini. gama erat

hubungannya dengan tingkat pemahaman yang dapat mengarahkan bagaimana

seseorang manghadapi kesakitan ( Smeltzer ; 2002 )

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Perawat dapat menentukan kapan gejala timbul, apakah gejala timbul secara

mendadak dan bertahap dan apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul lagi.

perawat juga menanyakan tentang durasi gejalanya. Pada riwayat penyakit saat ini,

perawat mencatat informasi yang spesifik seperti lelah intensitas dan kwalitas gejala

Pada riwayat pasien DHF mempunyai tanda – tanda seperti panas antara 2 – 7

hari, mual, muntah anoreksia adanya petekie.


c.Riwayat kesehatan Dahulu

Memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien perawat

mengkaji apakah klien pernah dirawat da RS atau pernah menjalanin operasi, apakah

pasien mempunyai riwayat alergi (obat, makanan, ataupun polutan) serta

mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup pasien misal penggunaan alkohol,

kafein, obat – obatan yg bersiko terhadap organ penting dalam tubuh

Adapun pada riwayat pasien DHF, pasien tidak pernah menderita sakit seperti

saat ini pasien baru pertama kali diopname dan tidak pernah dioperasi, pasien biasanya

hanya sakit panas lalu sembuh setelah minum obat.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mendapatkan data tentang hubungan keluarga langsung dan hubungan

darah. sasarannya adalah untuk menentukan penyakit tersebut bersifat genetik atau

familiar serta memberikan informasi tentang struktur keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit

yg menderita pada pasien DHF saat ini dan keluarga tidak ada yg mempunyai penyakit

menular dan menurun. (Potter ; 2005)

f. Pola fungsional

Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia

Handerson karena teori keperawatan Virginia Handerson (Harmer dan Handerson,

1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Membantu individu yang

sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhannya, dimana individu tersebut akan mampu

mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan

yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali

kemandiriannya secepat mungkin. 14 kebutuhan dasar handerson memberikan kerangka

kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Handerson, 1996)

1. Bernafas secara normal

Bantuan yang dapat diberikan kepada pasien oleh perawat adalah

membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal

alas dan sejenisnya sebagai alat bantu klien agar dapat bernafas dengan normal

dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruh kepada pasien.

Perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan siap

memberikan bantuan dalam keadaan tertentu

2. Kebutuhan akan nutrisi

Perawat harus mampu menjelaskan mengenai tinggi dan berat badan

yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Pemilihan dan penyediaan

makanan. Pendidikan kesehatannya akan berhasil bila diperhatikan latar

belakang kultural dan sosial kultur. Untuk itu perawat harus mengetahui

kebiasaan kepercayaan pasien tentang nutrisi disamping perawat harus

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nutrisi dan tumbuh kembang.

3. Kebutuhan eliminasi

Perawatan pada dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh. Perawat

harus memengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak


waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran yang meliputi keringat, udara

pada saat bernafas, menstruasi, muntah, buang air besar dan buang air kecil.

4. Gerak dan posisi tubuh

Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh

mirig dan bersandar. Artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman

dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring terlalu lama pada satu

posisi. Perawat harus dapat melindungi pasiennya selama sakit dan berhati-hati

saat memindahkan atau mengangkat.

5. Kebutuhan istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur sebagai tergantung pada relaksasi otot. Untuk itu

perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik, disamping itu

juga dipengaruhi oleh emosi (stress). Dimana stress merupakan keadaan normal

dari aktifitas kreatifitas dianggap patologis apabila ketenangan dapat diatasi atau

tidak terkontrol dengan istirahat atau dengan secukupnya.

6. Kebutuhan pakaian

Perawatan pada dasarnya meliputi membantu pasien memilihkan

pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk

memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan pasien pakaian yang tidak

disukainya. Karen hal itu dapat menghilangkan rasa kebebasan pasien

7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal

Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah

tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperatur ,


kelembaban atau pergerakan udara dengan mengetahui pasien untuk

meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya berupa makanan dan pakaian yang

dikenakan ikut mempengaruhi dalam hal ini.

8. Kebutuhan akan personal hygiene

Pasien harus disediakan fasilitas perawatan dan bantuan dari perawat

sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut kuku, hidung, mulut dan

giginya. Konsep-konsep untuk mengenai kebersihan berbeda tiap pasien tetapi

tidak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya harus bisa menjaga

pasiennya tetap bersih terlepas dari besarnya badan pasien. Kedudukan keadaan

fisik dan jiwanya.

9. Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.

Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya

atau mengubah keadaan itu bila baranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit

sikap tersebut tidak bisa dilakukannya lagi. Ketidaktahuan dapat menimbulkan

kekhawatiran yang tidak perlu, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Seorang klien mungkin mempunyai pantangan-pantangan yang tidak diketahui

petugas kesehatan. Karena adat istiadat kepercayaan dan agama mempengaruhi

perawat pada dasarnya melindungi klien dari trauma dan batasan yang timbul

dari mikroorganisme patogen

10. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa

takut dan pendapat

Keinginan, rasa takut, dan pendapat dalam keadaan sakit tiap gerakan

emosi nampak pada ekspresi fisik. Bertambah cepatnya denyut jantung atau
pernafasan atau muka yang mendadak berwarna merah di interprestasikan

sebagai pernyataan jiwa atu emosi perwat mempunyai tugas-tugas kompleks

baik-baik bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas

dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan

kesehatannya

11. Kebutuhan spiritual

Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan

kebutuhan spiritual klien harus dihormati dan perawat harus membantu dalam

pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama

merupakan faktor yang penting bagi seseorang maka saat sakit hal itu menjadi

lebih penting. Perawat dan petugas kesehatan lainnya harus menyadari bahwa

keyakinan, kepercayaan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya

penyembuhan.

12. Kebutuhan bekerja

Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap

kebutuhan klien adalah sangat penting. Sakit bisa menjadi lebih ringan apabila

seseorang dapat terus bekerja.. rasa keberatan terhadap terapy bedrest

didasarkan pada peningkatannya perasaan tidak berguna karena tidak aktif.

Rehabilitasi pada klien berati menempatkan kembali pada pekerjaanya yang

produktif. Makin singkat waktu tidak bekerja makin mudah dilaksanakan.

13. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Sering kali keadaan sakit mengakibatkan seseorang kehilangan

kesempatan menikmati variasi dan udara segar serta rekreasi. Untuk itu perlu
dipilhkan beberapa aktifitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur,

kecerdasan, pengalaman dan serta klien dan keadaan penyakitnya

14. Kebutuhan belajar

Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan sebagian dari pelajaran

dasar. Fungsi perawat adalah membantu klien belajar dalam mendorong usaha

penyembuhan dan meningkatkan rencana tetapi yang diberikan fungsi perawat

sebagai pendidik tampak dalam pemberian bimbingan dengan memberikan

contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Dan ini dapat dilakukan

dengan sadar maupun tidak sadar.berencana maupun tidak secara kreatif

maupun serampangan, bimbingan dapat dilakukan setiap saat ketika perawat

memberikan asuhan

g. Fokus Pengkajian

1. Aktivitas atau Istirahat

Tanda : Malaise

2. Sirkulasi

Tanda :Syok yang ditandai nadi lemah, cepat disertai nadi menuru, pasien menjadi

gelisah, demam akut yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun,

peningkatan hemotokrit ± 20 % lebih, trobosit berkurang dari 100.000 /ml

3. Eliminasi

Tanda : Nyeri tekan pada gaster

Gejala :Perubahan pola defekasi atau karakteristik misalnya kosentrasi akibat

perdarahan melena

4. Makanan dan cairan


Tanda : Anoreksia, mual, muntah

Gejala : Penurunan cacat badan, kontrasi urin

5. Nyeri

Tanda : Wajah berkerut, berkeringat, pucat, perhatian berkurang

Gejala : Nyeri yang digambarkan sebagai tajam dangkal perih nyeri hebat ditandai

perforasi

6. Neusensori

Gejala : kelemahan, pusing, sakit kepala, status mental (tingkat kesadaran terganggu,

koma)

7. Integumen

Tanda : hasilnya dikatakan positif jika tampak adanya bintik merah dibawah kulit

dengan diameter 28 cm terdapat 20 bintikan

8. Kenyamanan

Tanda : peningkatan suhu tubuh atau lebih tinggi dari 37,80c pedinal 38,80c

(Doengos ; 2000)

2. FOKUS INTERVENSI DAN CLINIKAL PATHWAYS

a. Clinikal Pathways

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

KH : suhu tubuh normal

pasien bebas dari demam

Kemungkinan dibuktikan oleh :


Peningkatan suhu tubuh yang lebih dari jangkuan normal,

Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh, peningkatan tingkat pernapasan,

takikardia.

Intervensi

a. Mengkaji saat timbulnya damam

R/ Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. Mengobservasi tanda – tanda vital lebih sering

R/ Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien

c. Memberi penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

R/ Penjelasan tentang kondisi yg dialami pasien dapat membantu pasien atau

keluarga mengurangi kecemasan yg timbul

d. Memberikan kompres hangat (pada daerah axsila dan lipatan paha)

R/ Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh

e. Mengnjurkan pasien untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

R/ Pakaian yang tipis dapat membantu menyerap keringat

f. Menganjurkan pasien untuk minum banyak ± 2,5 liter dan jelaskan manfaatnya

bagi pasien

R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh mengingat

serta perlu diimbangi dengan asupan cairan yg banyak

g. Memberikan cairan intravena dan obat – obatan sesuai dengan program dokter

R/ pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh tinggi

2 Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia


KH : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhin

pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

atau dibutuhkan

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Penurunan berat badan total, kehilangan massa otot / lemak subkutan, dan terjadi

keseimabangan nitrogen negatif.

Intervensi :

a. Mengkaji keluhan mual, muntah yang dialami pasien

R/ Untuk menetapkan cara mengatasinya

b. Mengkaji bagaimana atau cara makanan dihidangkan

R/ Cara menghingkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan

c. Memberikan makanan yg mudah ditelan dan dihidangkan selagi hangat

R/ Meningkatkan ataupun makanan karena mudah ditelan

d. Meberikan makanan dalam porsi kecil dan freluensi sering

R/ Untuk menghindai mual dan muntah

e. Menjelaskan manfaat makanan atau nutrisi bagi pasien terutama saat sakit

R/ meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga memotivasi untuk

makan meningkat

f. Mengukur berat badan pasien setiap hari

R/ Untuk mengetahuistatus gizi pasien

3 Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia

KH :Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut

Jumlah trobosit meningkat


Intervensi

a. Memonitor tanda – tanda penuruna trobsit yang disertai tanda – tanda klinis

R/ Menurunkan jumlah trobosit merupakan adanya tanda kebocoran pembuluh

darah

b. Memberikan penjelasan tentang trobositpenia pada pasien

R/ Agar pasien atau keluarga mengetahui dan membatu mengatasi terjadinya

perdarahan

c. Memonitor jumlah trombosit setap hari

R/ Dengan jumlah trombosit yang di pantau setiap hari dapat diketahui tingkat

kebocoran pembuluh darah

d. Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat

R/ Aktivitas pasien yang tidak terkonterol dapat menyebabkan perdarahan

e. Memberikan penjelasan pada pasien atau keluarga untuk melaporkan jika terjadi

perdarahan seperti hematemesis, melena, epitaksis

R/ Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan

f. Kaji tanda – tanda dan perdarahan spontan

R/ Pemantauan secara kontans yg dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini

adanya perdarahan

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan mekanisme patologis (proses

penyakit)

KH : Rasa nyaman pasien terpenuhi

Nyeri berkurang atau manghilang


Kemungkinan dibuktikan oleh :

Laporan nyeri, nyeri tekan, hati-hati pada bagian yang sakit, gelisah, perilaku

distraksi.

Intervensi

a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialamin pasien

R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pesien

b. Memberikan posisi yang nyaman

R/ Mengurangi rasa nyeri

c. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa

nyeri seperti membaca buku, mendengarkan musik, nonton TV mengalihkan

perhatian

R/ Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat melupakan nyeri yang dialami

d. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomonikasi dengan teman–

teman atau orang terdekat

R/ Dapat membuat gembira pasien

e. Memberikan obat – obat analgetik

R/ Dapat mengurangi nyeri

5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat

KH :Tidak terjadinya syok hipovolemik

Tanda – tanda vital dalam batas normal

Keadaan umum baik


Kemungkinan dibuktikan oleh :

Hipotensi, hipovolemia, infeksi.

Intervensi

a. Menitor keadaan umum pasien

R/ Untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama saat terjadi

perdarahan

b. Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 5 jam

R/ Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum pasien baik

c. Monitor tanda – tanda perdarahan

R/ Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi

d. Anjurkan pasien atau keluarga untuk segera melaporkan jika ada tanda – tanda

perdarahan

R/ Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan

e. Pasang infus, beri cairan intravenajika terjadi perdarahan

R/ Pemberian cairan interavena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan

organ tubuh

f. Cek Hb, Ht, trobosit

R/ Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien

g. Berikan transfusi sesuai dengan program dokter

R/ Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yg hilang

h. Bila terjadi tanda – tanda syok hipovelemik , baringkan pasien terlentang atau

posisi datar

R/ Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk


i. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan

R/ Pemberian o2 akan membantu oksigenasi jaringan

6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler

KH : Mempertahankan volume sirkulasi adekuat yang dibuktikan dengan tanda –

tanda vital dalam batas normal

Kemungkinan ditandai oleh :

Mual / muntah, kelemahan, haus, kehilangan berat badan, diare, pengeluaran urin

banyak, takikardia, lelah, tekanan nadi lemah.

Intervensi

a. Ukur atau catat haluaran urin dan berat jenis

R/ Penurunan haluaran urin dan berat jenis urin akan menyebabkan

hipovolemia

b. Pantau tekanan darah dan denyut jantung

R/ Pengeluaran dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah

c. Palpasi denyut jantung

R/ Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia

d. Kaji membra mukosa kering, turgor kulit yang kurang baik dan rasa haus

R/ Hipovolemia atau cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda–tanda

dihidrasi

e. Berikan cairan IV

R/ Sejumlah cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia

7. Gangguan aktifitas sehari – hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
KH : Kebutuhan aktivitas sehari – hari terpenuhi

Pasien mampu mandiri setelah bebas demam

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Keluhan kelemahan, / keletihan/perubahan dalam tanda vital karena aktivitas.

Intervensi

a. Kaji keadaan umum pasien

R/ Untuk mengetahui keadaan sewaktu – waktu

b. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktifitasnya sehari – hari seperti mandi,

makan, eliminasi

R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya

lemah

c. Membantu pasien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan

fisiknya

R/ Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami

ketergantungan pada perawat

d. Memberikan penjelasan tentang hal – hal yang dapat membantu dan

meningkatkan kekuatan fisik pasien

R/ Dengan penjelasan yang diberikan pada pasien, maka pasien termotivasi

untuk kooperatif selama perawatan

e. Meletakkan barang – barang di tempat yang mudah dijangkau pasien

R/ Dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan

orang lain
8. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi

KH : Penetahuan pasien atau keluarga tentang proses penyakit

Kemungkinan dibukikan oleh:

Permintaan informasi, kegagalan membaik, terulangnya / komplikasi yang dapat di

cegah.

Intervensi

a. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien atau keluarga tentang penyakitnya

R/Untuk memberikan informasi pada pasien atau keluarga

b. Mengkaji latar belakang pendidika pasien atau keluarga

R/ Agar perawat memberikan penjelasan sesuai dengan pendidikan mereka

sehingga penjelasan dapat dipahami

c. Menjelaskan tentang proses penyakiyit, diet, perawatan dan obat-obatan yang

mudah dimengerti

R/ Dengan mengetahui prosedur atau tindakan yang dialami pasien lebih

kooperatifdan kecamasan menurun

d. Menggunakan reaflet atau gambaran dalam memberikan penjelasan

R/ Gambar atau media reaflet dapat membantu mengingat penjelasan

9. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

KH : Menunjukan adekuat yang dibuktikan dengan tanda – tanda vital, nadi perifer

jelas ,kulit hangat, dan kering, tingkat kesadaran umum, haluaran urinarius,

individu yang sesuai dan bising usus aktif .

Kemungkinan dibuktikan oleh :


tidak dapat diterapkan, tanda – tanda dan gejala actual membuat diagnosa.

Intervensi

a. Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktifitas perawat

R/ Menurunkan beban miokard konsmsi o2 memasimalkan efektifitas dari

perfusi jaringan

b. Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi

dan perubahan pada tekanan denyut

R/ Hipotensi akan berkembang bersama dengan mikroorganisme menyerang

aliran darah

c. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas

R/ Peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek–efek

langsung dari endotoksin pada pusat pernapasan di dalam otak dan juga

perkembangan hipoksi, stres dan demam

d. Pantau PH gaster sesuai petunjuk, hamatest sekresi gaster atau feses darh

samar

R/ Stres dari penyakit dan penggunaan steroid meningkatkan resiko erosi atau

perdarahan mukosa gaster

e. Pantau tanda – tanda perdarahan misalnya rembesan dari lokasi penusukan

atau lajur penjahitan, petekie, ekomeses, hematuria, hematesis

R/ Keagulopati dapat terjadi dihubungkan dengan akselerasi pada

mikrosirkulasi

10. Kecemasan ringan sedang berhubungan dengan kondisi yang memburuk


KH : Kecemasan berkurang , menyatakan kesadaran perasaan ansietas, melaporkan

penurunan/ terkontrol, menunjukan relaksasi, menunjukan perilaku untuk

menangani stress.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

rangsangan simpatis, gelisah, insomnia, peningkatan ketegangan, ketakutan,

peningktan ketidak berdayaan, takut konskuensi yang tak khusus,

Intervensi

a. Mengkaji rasa cemas yang dialami pasien atau keluarga

R/ Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pesien atau keluarga

b. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

R/ Agar pasien atau keluarga bersikap terbuka dengan perawat

c. Menunjukan sikap empati

R/ Sikap empati akan membuat pasien atau keluarga merasa diperhatikan

dengan sungguh – sungguh

d. Memberikan kesempatan pada pasien atau keluarga erasa diperhatikan

dengan sungguh – sungguh

R/ Meringankan beban pikiran pasien atau keluarga

e. Memberikan keyakinan pada pasien atau keluarga bahwa perawat dan

dokter serta tim kesehatan yg lain selalu memberikan pertolongan yg baik

dan optimal pada pasien

R/ Sikap positip yang ditunjukan tim kesehatan akan membantu

menurunkan kecemasan

(Doengoes; 2000)

Anda mungkin juga menyukai