Dalam setiap perusahaan pasti memerlukan beberapa sistem untuk membantu berjalannya suatu
proses yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu proses yang terdapat dalam perusahaan adalah
proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini sangat penting dalam sebuah
perusahaan, karena pengambilan keputusan harus dilakukan secara benar agar tidak terjadi kesalahan
pada masa yang akan datang, karena setiap keputusan yang diambil akan sangat mempengaruhi proses
kedepannya.
Di zaman yang serba teknologi seperti sekarang, hampir semua hal dapat kita lakukan dengan
menggunakan teknologi. Seperti juga dalam hal pengambilan keputusan di suatu perusahaan. Saat ini
sudah banyak perusahaan yang menggunakan teknologi sistem informasi manajemen berupa DSS
(Decision Support System) untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dalam lingkungan Rumah sakit umumnya dilakukan di dua area, area pertama (lower level)
melibatkan manajemen pasien, diagnosa dan perawatan, pencatatan record, keuangan dan
manajemen inventori. Area kedua melibatkan keputusan level tinggi memberikan sebuah keunggulan
kompetitif.
DSS mencangkup semua fungsi dari manajemen pasien sampai manajemen inventori yang disusun
oleh UK General Practice dan sekarang dinamakan PRODIGY (Prescribing Rationally with Decision
support in General Practice Study), yang menyediakan akses pada clinical knowledgebase pada bukti
bukti terbaik yang ada tentang kondisi dan gejala yang dikelola utamanya oleh profesional kesehatan.
Data ini berupa panduan full text, referensi panduan cepat, leaflet informasi pasien, informasi pada obat
dan self help contacts.
Dilingkungan kompetitif seringkali sulit untuk dapat membuat keputusan yang paling baik, hal ini bisa
saja disebabkan karena kurangnya informasi, atau penerimaan suatu informasi yang terlambat, atau
bahkan terlalu banyaknya informasi yang diperoleh. Kondisi tersebut bisa bertambah buruk jika waktu yang
ada terlalu sempit untuk dapat melakukan analisa informasi ataupun untuk mengevaluasi alternative-
alternatif solusi, sehingga hal ini dapat mengakibatkan para pengambil keputusan sulit melakukan suatu
keputusan secara berkesinambungan dan juga sulit untuk melakukan pengambilan keputusan yang
optimal. Luasnya lingkup tanggung jawab keperawatan dan kehadiran perawat secara berkesinambungan
mendampingi pasien, menempatkan keperawatan pada posisi sentral bagi layanan kesehatan dan pusat
informasi pasien. Keadaan ini membangkitkan perkembangan informatika keperawatan yang dapat
menginformasikan perkembangan aplikasi multidisiplin yang terintegrasi pada berbagai tatanan
manajemen keperawatan bagi pelayanan pasien (Barton, 2008).
Keperawatan merupakan serangkaian aktivitas melingkupi pelayanan secara otonom dan kolaboratif
bagi individu dari segala usia, keluarga, kelompok dan komunitas, sakit maupun sehat dalam segala latar.
Pelayanan keperawatan merupakan pemasok utama layanan kesehatan bagi pasien, pengembangan
informatika keperawatan dalam lingkup manajemen keperawatan berpengaruh penting terhadap
rancangan dan implementasi system pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna computer
secara time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi
langsung dengan computer tanpa harus melalui spesialis informasi. Time sharing membuka peluang baru
dalam penggunaan computer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS, G Anthony Gorry dan
Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang
berjudul “A Framework for Management Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka
untuk menyalurkan aplikasi computer terhadap pembuatan keputusan manajemen.
Sejarah munculnya DSS, berikut ini adalah kajian singkatnya :
Tahun 1950, Teori Pengambilan Keputusan Organisasi dikembangkan di Carnegie Institute of
Technology.Tahun 1960 Implementasi DSS dalam bentuk sistem komputer interaktif dilakukan di
Massachusetts Institute of Technology,Tahun 1970. Konsep DSS menjadi area riset. dan pada Tahun
1980 dikembangkan executive information systems (EIS), group decision support systems (GDSS), dan
organizational decision support systems (ODSS) untuk single user berbasis model.Tahun 1990.
Dikembangkan data warehousing dan on-line analytical processing (OLAP).Tahun 2000. Dikembangkan
aplikasi analitik berbasis web
DSS (Decision Support System) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. DSS
sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh
ilmu-ilmu seperti operation research dan management science. Hanya bedanya adalah jika dahulu untuk
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual, maka
saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama
dalam waktu relative singkat. DSS dapat juga dikatakan sebagai sistem computer yang mengolah data
menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik. DSS menurut
Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad
hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan
digunakan pada saat-saat yang tidak biasa. Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dibuat sebagai suatu
cara untuk memenuhi kebutuhan seorang manajer dalam membuat keputusan yang spesifik dalam
memecahkan permasalah yang spesifik pula. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau decision support
system (DSS) merupakan salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi,
membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan
pengambilan keputusan dengan lebih baik dan berbasis evidence. DSS yang baik harus mampu menggali
informasi dari database, melakukan analisis serta memberikan interpretasi dalam bentuk yang mudah
dipahami dengan format yang mudah untuk digunakan (user friendly). DSS mendayagunakan resources
individu-individu secara intelek dengan kemampuan computer untuk meningkatkan kualitas keputusan.
Jadi, ini merupakan sistem pendukung berbasis computer yang dapat membantu dalam mengambil suatu
keputusan dari masalah-masalah yang semi terstriktur maupun tak terstruktur.
Telehealth juga bisa di aplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi satu bagian dengan
bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari praktisiperawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui
halaman web.
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segimanfaatnya. Beberapa manfaat
dari Telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan
produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan Telehealth yaitu :
2. Aspek legal Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas
kesehatan yang tidak baik.
4. Keamanan data Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record),yang rawan
akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehinggapenyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin
keamanan data.
Ada beberapa keunggulan computer based CDSS, diantaranya adalah kapasitas penyimpanan
knowledge based dan kecepatan menganalisa sebuah kasus, serta dalam memberikan rekomendasi
kepada klinisi dalam bentuk alert atau peringatan (Lee et al. 2014). Pada Umumnya CDSS elektronik
mengkombinasikan karakteristik klinis dan kondisi pasien, dengan basis pengetahuan elektronik
(computerized knowledge base), yang kemudian secara otomatis menghasilkan rekomendasi-
rekomendasi untuk bahan pertimbangan klinisi, baik dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain,
yang kemudian dapat membantu dalam menentukan diagnosis dan pemberian tindakan medis lainnya
(Parshutin & Kirshners 2013).CDSS merupakan media elektronik yang digunakan untuk menentukan
diagnosis, interpretasi klinis, pemberitahuan (alerting), pengingat (reminder), analisis prediktif dengan
sebuah aplikasi, yang terhubung dengan data (Aynes & Aplan 2001). Definisi lain mengatakan bahwa
CDSS menyediakan informasi bagi tenaga medis, pasien atau individu atau populasi tertentu, untuk
menghasilkan proses kesehatan yang lebih cepat, lebih efisien, lebih baik baik bagi layanan kesehatan
individual maupun bagi kesehatan suatu populasi (Sheikhtaheri et al. 2012).
Komponen Clinical Decision Suporrt System (CDSS)
1. Data base (Basis Pengetahuan dan Akuisisi Pengetahuan Medis)
Kumpulan data yang tersusun secara terstruktur dan dalam format elektronik yang
mudah diolah oleh program komputer (Aynes & Aplan 2001). Database ini menghimpun berbagai jenis
data baik yang berasal dari pasien, obat (jenis, dosis, indikasi, kontraindikasi dll), dokter/perawat dll.
3. Instrument
Alat yang dapat mengumpulkan data klinis seperti: alat pemeriksaan laboratorium, EKG, radiologis dan
lain-lain (Bradburn & Fox 2004).
4. Mesin inferensial (inference engine)
Merupakan program utama dalam suatu CDSS yang mengendalikan keseluruhan sistem, mulai dari
menangkap informasi yang berasal dari pasien, mengkonsultasikannya dengan knowledge base dan
memberikan hasil interpretasinya kepada pengguna (Wit et al. 2015).
1. Alerting
Alert otomatis akan muncul dan memberikan data serta informasi kepada dokter secara cepat pada
situasi kritis yang kadang membahayakan. Pada kondisi tersebut, informasi yang lengkap sangat penting
dalam pengambilan keputusan, misalnya: nilai laboratorium abnormal, kecenderungan vital sign,
kontraindikasi pengobatan maupun kegagalan prosedur tertentu. Sistem alert telah digunakan secara rutin
dalam program HELP (Health Evaluation through Logical Processing) mampu menurunkan laju infeksi
pasca operatif dari 13% ke 5.5% per hari dan menurunkan prosentase pemberian antibiotik berlebihan dari
35% ke 18%.
2. Critiquing
Jenis aplikasi ini akan memberikan kritik kepada pengguna untuk memverifikasi keputusan klinis yang
telah dipilih. Berbagai contoh aplikasi SPKK jenis ini dapat bermanfaat untuk mencegah permintaan
pemeriksaan klinis yang tidak tepat (seperti pada gambar 6), pemberian obat yang tidak sesuai dengan
indikasi maupun penerapan protokol klinik.
3. Interpreting
Interpretasi merupakan asimilasi dari data klinis untuk memahami data pasien. Contoh sederhana
adalah mesin penginterpretasi EKG, analisis gas datah maupun pemeriksaan radiologis. Predicting
4. Diagnosing
Merupakan contoh aplikasi SPKK yang paling populer dan banyak dipublikasikan sejak tahun 1970-
an. Tujuan aplikasi ini adalah memberikan daftar probabilitas berbagai differential diagnosis berdasarkan
data pasien yang diinputkan ke dalam komputer.
5. Assisting
Adalah contoh SPKK yang bertujuan untuk mempermudah atau mempercepat aktivitas klinis. SPKK
yang bersifat hibrid (campuran manual dan elektronik) akan memberikan hasil print out sintesis data pasien
yang mengarahkan kepada tindakan manajemen selanjutnya. Pada sistem yang online, SPKK akan
menampilkan seluruh data dalam tampilan grafis yang mudah dilihat dan komprehensif
Beberapa aplikasi CDSS lainya yang juga mulai dikembangkan antara lain :
1. ISABEL, merupakan suatu bentuk CDSS yang terintegrasi dengan internet yang menyediakan beberapa
fitur untuk diagnosis.
2. NEOSIS, merupakan sebuah platform untuk integrasi dan representasi visual dalam kecerdasan medis.
3. LISA, berupa sistem pendukung keputusan dan informasi klinis untuk perawatan menyeluruh bagi anak-
anak yang mengidap penyakit acute lympheblastic leukemia(Bury, 2008 )
4. EPIC, merupakan CDSS yang berperan sebagai mitra cerdas bagi staf klinisi dan memberikan panduan
yang terstruktur.
Latar Belakang
Sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan, Rumah Sakit sering mengalami kesulitan dalam pengelolaan informasi baik untuk
kebutuhan internal maupun eksternal. Sehingga perlu diupayakan peningkatan pengelolaan
informasi yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel. Salah satu
bentuk penerapannya melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui
penggunaan Sistem Informasi berbasis komputer.
Pesatnya kemajuan teknologi di bidang informasi telah melahirkan perubahan tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, peran dan fungsi pelayanan
data dan informasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah satu unit kerja pengelola
data dan Informasi dituntut untuk mampu melakukan berbagai penyesuaian dan perubahan.
Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi dengan
lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan efisien, khususnya
membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan dalam meningkatkan
sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia.
Dengan informasi sebuah lembaga, dalam hal ini rumah sakit dapat mengetahui
tingkat produktivitas, kemajuan, dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit tersebut. Oleh sebab
itu dalam rumah sakit tersebut diperlukan sebuah sistem informasi yang dapat mengolah dan
merangkum data yang berhubungan dengan pelayanan dan informasi mengenai rumah
sakit. Sistem informasi ini disebut Sistem Informasi Eksekutif (SIE). SIE harus mampu
menangani, mengolah dan merangkum data dari semua bagian yang ada di rumah sakit. SIE juga
perlu memberikan tingkatan pengguna dalam hal akses terhadap data-data tersebut, tidak semua
dapat mengakses data tertentu dan melakukan perubahan terhadapnya. Sehingga masing-masing
pengguna hanya akan memperoleh hak kuasa terhadap informasi yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Yang di maksud dengan organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang di bangun
oleh suatu elemen perusahaan atau dari rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan
juga memiliki tugas masing-masing dan mereka saling membutuhkan satu sama lain. Dan
organisasi tersebut berdiri di bawah naungan pemerintah maupun tidak (swasta).
A. Direktur
Direktur rumah sakit mempunyai tugas pokok :
Membantu dalam pengelolaan rumah sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur rumah sakit mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut
;
Perumusan kebijakan rumah sakit
Penyusunan rencana strategik rumah sakit
Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan
C. Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan, mempunyai Tugas Pokok :
Merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur,
mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas bidang pelayanan.
Dalam menyelenggarakan tugas, kepala bidang pelayanan mempunyai fungsi
Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medik
Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan
Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non medik.
Dalam bidang pelayanan, kepala bidang akan di bantu oleh beberapa seksi yang akan membantu
pekerjaan bidang tersebut, diantaranya adalah :
1. Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok :
Menyiapkan perumusan dan fasilitasi medis di rumah sakit
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :
Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik
Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.
2. Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan , mempunyai Tugas Pokok :
Menyiapkan perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai tugas :
Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan
Keperawatan.
3. Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok :
Menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di RS.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik mempunyai
tugas :
Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi
D. Bidang Penunjang
Kepala Bidang Penunjang
Kepala Bidang Penunjang, mempunyai Tugas Pokok :
Merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur,
mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas bidang penunjang.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Bidang Penunjang mempunyai tugas:
Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan diagnostic
Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan sarana dan Prasarana
Penyelenggaraan program dan kegiatan pengendalian instalasi
Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.
1. Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik
Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik, mempunyai Tugas Pokok :
Menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Logistik dan Diagnostik di RS.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik mempunyai tugas :
Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Logistik
dan Diagnostik..
2. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana
Kepala seksi Sarana dan Prasarana, mempunyai Tugas Pokok :
Menyiapkan perumusan dan fasilitasiPerlengkapan sarana dan Prasarana di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas :
Penyusunan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Sarana dan
Prasarana.
3. Kepala Seksi Pengendalian Instalasi
Kepala seksi Pengendalian Instalasi, mempunyai Tugas Pokok :
Mempersiapkan, memperbaiki, dan memelihara sarana dan prasarana Instalasi RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pengendalian Instalasi mempunyai tugas :
Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pengendalian Instalasi
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan Pengendalian
Instalasian
Ruang lingkup Sistem Informasi ini, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup
manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1. Registrasi Pasien,
Mencatat data atau status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan
statistik data dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru maupun
lama, pendaftaran rawat inap atau jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan atau Poliklinik yang
Mencatat ketersediaan layanan perawatan yang ada di rumah sakit, seperti: penyakit dalam,
bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi,
radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini
juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis
pasien.
3. Rawat Inap
Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan
dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis atau Laboratorium
Mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan,
Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran
Meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis
(laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor
dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain.
6. Apotik atau Farmasi
Meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Informasi Eksekutif (EIS) memiliki peranan yang sangat penting dalam
perkembangan sistem informasi dalam segala bidang tak terkecuali di bidang kesehatan. Sistem
Informasi Eksekutif (EIS) merupakan sistem terkomputerisasi yang memberi eksekutif akses yang
mudah ke informasi internal dan eksternal yang relevan dengan faktor keberhasilan kebutuhannya.
Sistem Informasi Eksekutif Rumah Sakit adalah sebuah sistem informasi yang mengolah
informasi yang ada di dalam rumah sakit yang di perolah dari subsistem rumah sakit yang saling
terintergrasi, yang menyediakan informasi rinci bagi manajer eksekutif sehingga digunakan oleh
pihak eksekutif untuk mengevaluasi rumah sakit dan mengambil keputusan atau tindakan untuk
kemajuan rumah sakit kedepannya.
3.2 Saran
Dalam sistem informasi komputerisasi atau elektronik dapat memungkinkan semua orang
untuk bisa mengakses informasi-informasi yang ada, baik informasi yang bersifat umum maupun
yang khusus (rahasia). Dengan demikian maka harus ada sistem pengaman data yang sangat baik
untuk menjaga informasi khusus atau data-data yang bersifat rahasia tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Medical error merupakan penyimpangan dari proses perawatan, yang dapat menyebabkan
kerugian bagi pasien. Definisi tersebut menggambarkan bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan, tetapi
tidak sesuai dengan rencana atau prosedur, sudah dianggap sebagai medical error. CDSS memiliki tujuan
utama untuk mendukung bermacam fungsi klinis, seperti misalnya: dokumentasi dan pengkodean klinis,
mengatur kompleksitas klinis, menyimpan dan memelihara database pasien, melakukan tracking order
pasien, monitoring dan tindak lanjut kesehatan, serta tindakan pencegahan suatu penyakit. Secara umum
CDSS, merupakan teknologi penunjang untuk mencegah terjadinya medical errors dan mendukung
implementasi patient safety di rumah sakit. Penggunaan Clinical Decision Support System (CDSS)
diantarnya ialah adanya penghematan 30% biaya pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan
obat, meningkatkan keselamatan (patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error yang
terjadi di rumah sakit. Sehingga sistem ini mulai diterapkan karena adanya dampak positif yang diberikan.
Suatu system pendukung keputusan harus mampu melayani berbagai format input atau output dari
pengguna, berbagai gaya dialog, mendukung komunikasi antar pengguna dan pengembang, mendukung
adanya pengetahuan dari pengguna.
Daftar Pustaka
1. http://faridapoteker20.blogspot.co.id/2012/05/sistem-pendukung-keputusan-decision.html?m=1
2. https://rindiyfratama.wordpress.com/spk/sejarah-dss-dan-pendukung-dss/
3. https://www.researchgate.net/publication/309655858_Sistem_Informasi_Admisi_Pasien_Membant
u_Ketepatan_Pengambilan_Keputusan_Admisi_Pasien
4. http://sim-septialutfi-11140345-putrirakhma.blogspot.co.id/2015/11/penerapan-decision-support-
system-dalam.html
5. http://www.permataindonesia.ac.id/2016/pemanfaatan-clinical-decision-support-system-cdss.html
6. http://88hariis.blogspot.co.id/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
7. https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/11/22/sistem-informasi-manajemen-rumah-sakit-
dalam-sistem-informasi-kesehatan-nasional-dan-tantangan-masa-depan-by-aep-nurul-hidayah_rekam-
medis-infokes/
8. https://anisfuad.wordpress.com/2005/09/13/sistem-pendukung-keputusan-klinik/
Rumah sakit