POLIMER
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
SIFAT OPTIK POLIMER
Gambar 4.1. Diagram yang menunjukkan hubungan antara medan listrik dan medan magnet
untuk bidang cahaya terpolarisasi
Kecepatan rambat (c ) adalah perkalian dari panjang gelombang (λ) dengan frekuensi
(υ), jumlah gelombang persatuan waktu, atau
𝑐 = 𝜆𝜐
c memiliki nilai 3,00 x 108 m/s pada ruang hampa. Spektrum elektromagnetik
meliputi luas panjang gelombang dengan rentang dari 10-10m, untuk daerah sinar x,
hingga 105 m, untuk daerah frekuensi gelombang radio lemah. Cahaya tampak dengan
panjang gelombang dari 300 nm (ungu) hingga 800 nm (merah) merupakan bagian
kecil dari spektrum elektromagnetik.
B. Refraksi
Interaksi antara medan listrik dan materi dapat dijelaskan dalam syarat-syarat dari
polarisasi. Momen dipol terimbas dalam materi oleh medan listrik dalam perambatan
gelombang. Hasil dari polarisasi pada level mikroskopik disebut refraksi (pembelokan
cahaya). Radiasi elektromagnetik melintasi media polarisasi dari kecepatan dalam
ruang hampa, c, menuju kecepatan yang lebih rendah dalam material, vm. indeks
refraksi (η) didefinisikan
𝑐
𝜂=
𝑣𝑚
Frekuensi dari perambatannya konstan dan tidak berubah antara ruang hampa dan
mediumnya, sehingga, dari persamaan 4.1 dan 4.2,
𝑐 𝜐𝜆0 𝜆0
𝜂= = =
𝑣𝑚 𝜐𝜆 𝜆
Dengan λ0 merupakan panjang gelombang dalam ruang hampa, dan λ merupakan
panjang gelombang dalam medium. Indeks refraksi untuk cahaya tamapak biasanya
lebih besar dari satu. Untuk polimer, η biasanya mencapai 1,5. Nilai yang lebih kecil
dari satu dapat ditemukan pada sinar x dan neutron.
Gambar 4.2. hubungan antara sudut datang dan sudut bias sebagai contoh dari Hukum
Snellius.
Dimana 𝜃𝐼 merupakan sudut datang dan 𝜃𝑟 , merupakan sudut refraksi (gambar 4.2).
Indeks refraksi berhubungan dengan polarisasi per satuan volume, P, dengan
menggunakan persamaan Lorentz
𝜂2 − 1 4
= ( ) 𝜋𝑃
𝜂2 + 2 3
dengan P = Nα= polarisasi persatuan volume
α= m/E = polarisasi molekuler
dan
N = jumlah molekul persatuan volume
C. Hamburan (scattering)
Hamburan dan polarisasi cahaya timbul dari fluktuasi dari indeks refraksi yang
berhubungan dengan elektron terluar. Hamburan sinar-X tergantung pada fluktuasi
kerapatan elektron di mana semua elektron memiliki kontribusi yang sama. Dengan
demikian, ada efek polarisasi dalam hamburan cahaya tetapi tidak dalam hamburan
sinar x. Hamburan neutron, sebaliknya, adalah terkait dengan fluktuasi neutron
hamburan panjang gelombang biasanya terkait dengan fluktuasi korelasi dari berbagai
jenis isotropik. Medan listrik E yang timbul pada sebuah atom memenuhi persamaan
𝐸 = 𝐸0 cos 𝜔𝑡
Dimana E0 adalah amplitudo dari medan insiden, dan 𝜔 adalah frekuensi sudut. Jika
polarisabilitas atom dalam medan gaya isotropik diberikan oleh α, momen dipol, m,
akan diinduksi
𝑚 = 𝛼𝐸 = 𝐸0 𝛼 cos 𝜔𝑡
Persamaan ini mengasumsikan bahwa frekuensi dari radiasi sangat kecil dibandingkan
dengan frekuensi resonansi sehingga dipol bergetar dalam fasa dengan medan.
Menurut teori elektromagnetik, osilasi dari dipol akan timbul sebagai sumber radiasi
sekunder dari amplitudo
Dimana c adalah kecepatan cahaya, dan r adalah jarak pengamat dari penghambur.
Sudut ψ merupakan sudut antara momen dipol dan bidang polarisasi yang dilihat oleh
pengamat. Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas, diperoleh
Dimana q merupakan pembawa muatan elektron dan m0 adalah massa elektron. Harus
diketahui bahwa hamburan Thomson tidak bergantung pada frekuensi dan polarisasi
sementara hamburan Reyleigh bergantung pada frekuensi dan polarisasi. Kemampuan
hamburan sinar X hanya bergantung pada jumlah elektron dari sebuah atom.
Hamburan neutron bergantung pada sifat-sifat nuklir. Karena itu, hidrogen merupakan
penghambur neutron yang kuat, meskipun ia juga merupakan penghambur elektron
yang lemah. Kedua kasus tersebut dapat diubah dari bentuk trigonometri menjadi
bentuk eksponensial kompleks
Ingat kembali A•B =AB cos θAB untuk perkalian skalar (gambar 4.12)
AxB = AB sin θABk untuk perkalian vektor
Gambar 4.12. Diagram yang menunjukkan hubungan angular antara vektor A dan B
h1, h2, dan h3 merupakan integer yang disebut indeks Miller (biasanya ditandai dengan h,k,l)
selesaikan perkalian produk a1 • H
Ingat bentuk
Karena (a3 x a1) tegak lurus terhadap a1, perkalian dotnya dengan a1 sama dengan nol.
Dengan demikian
Dan
Hal ini dapat dibandingkan dengan persamaan dari interferensi konstruktif untuk kristal tiga
dimensi
Jelas bahwa persamaan ini memiliki bentuk yang sama dan identik jika
dan
dimana
n= orde difraksi
d= jarak antar bidang kristal
θB= Sudut Bragg (θ/2)
jarak antar bidang kristal diberikan oleh persamaan
E. Penyerapan (absorption)
Dari sudut pandang mekanika kuantum, syarat absorbsi adalah bahwa energi foton
harus sama dengan selisih antara energi dari dua keadaan sistem,
ħ𝜐 = 𝐸2 − 𝐸1
dengan ħ merupakan konstanta Planck, E1 dan E2 merupakan energi dari keadaan
yang lebih rendah dan yang lebih tinggi dan υ merupakan frekuensi foton.
Koefiesien pemadaman, ε, dari sebuah material dengan ketebalan, 1, didefinisikan
sebagai
1 𝐼0
𝜀 = ( ) ln ( )
𝑙 𝐼𝑡
Dimana It adalah intensitas transmisi dan I0 adalah intensitas sinar datang.
F. Fluorescence
Fluoresensi adalah terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap sinar
atau radiasi elektromagnet lain. Radiasi yang diserap dapat kembali dipancarkan pada
frekuensi yang berbeda karena bagian dari energi dari sinar datang ditransfer ke
keadaan molekul atau elektron lain dan keseimbangan dapat dipancarkan sebagai
sebuah foton frekuensi yang lebih rendah. Perubahan energi untuk foton diberikan
oleh
ħ(𝑣𝑎 − 𝑣𝑐 ) = ∆𝐸
dengan va merupakan frekuensi getaran dan vc adalah frekuensi yang diemisikan. Jika
radiasi yang diserap terpolarisasi dalam arah vektor satuan P dan radiasi yang
diemisikan terlihat dengan sebuah analisis radiasi transmisi terpolarisasi sepanjang
vektor satuan A, maka intesitas dari cahaya yang diemisikan adalah
di mana Ma adalah vektor satuan sepanjang arah transisi penyerapan, Me vektor satuan
sepanjang arah momen transisi emisi (Gambar 4.15) dan K adalah konstanta
kesebandingannya.
Gambar 4.15. ilustrasi hubungan antara vektor-vektor pada fluorescence dan hamburan Raman
Teknik refraksi ganda mampu untuk mengukur tekanan dalam material. Hukum
Brewster menyatakan bahwa refraksi ganda dari sebuah material sebanding dengan
tekanan yang diterapkan pada material tersebut. Konstanta kesebandingannya
dihitung dari Hukum Brewster yang memenuhi syarat stress-optical coefficient (SOC)
atau koefisien tekanan optik dan diberikan oleh persamaan
Persamaan ini memprediksi bahwa refraksi ganda secara langsung sebanding dengan
tekanan yang diterapkan, sebaliknya berbanding terbalik dengan temperatur.
H. Hamburan dari Media tidak Homogen
Pernyataan dasar dari hamburan adalah
Gambar 4.18. sketsa dari sel Kerr yang mengilustrasikan aplikasi dari saklar pemecah cahaya
Sebuah sel Kerr dapat digunakan untuk beralih atau memodulasi sinar dengan
menempatkannya di antara kutub-kutub berseberangan ( Gambar 4.18 ) . Efek ini
ditemukan digunakan dalam perangkat listrik optik. Efek Kerr bisa sangat besar
dengan sistem kristal cair di mana orientasi bersama dapat terjadi . Hal ini ditemukan
pada penggunaannya dalam perangkat layar . Namun yang biasa digunakan adalah
polimer dengan bentuk kristal cair. Keuntungan dari polimer adalah dari integritas
mekaniknya.