Anda di halaman 1dari 9

Konsentrasi Perekat Pati Sagu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang dari

Limbah Kulit Buah Durian

Concentration Sago Starch Adhesive To Briquet Characteristics of


Durian Fruit Leather Waste

Yulia Citra 1, Farida Hanum Hamzah2, Yelmira Zalfiatri2


1
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Email korespondensi: citrayulia596@gmail.com

ABSTRAK
Meningkatnya kebutuhan energi dan berkurangnya pasokan bahan bakar
membutuhkan manusia untuk menemukan sumber energi alternatif. Oleh karena
itu, harus ada penelitian untuk menemukan sumber energi yang dapat
diperbaharui seperti kulit durian. Durian merupakan biomassa yang memiliki
potensi yang besar untuk dijadikan biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat konsentrasi perekat yang tepat pada pati sagu, yaitu 3%, 5%,
dan 7%. Berdasarkan hasil analisis penelitian arang kulit durian, kualitas terbaik
adalah konsentrasi perlakuan P1 3%, memiliki kadar air 4,04%, kandungan abu
19,14%, nilai kalor 5.502 kal/g, 0,0017 g/detik daya bakar.

Kata Kunci: briket, kulit buah durian, pati sagu.

ABSTRACT
Increasing need of energy and decreasing of fuel supply requires human to
discover alternative energy resources. Consequently, there should be a research to
discover a new renewable energy source such as durian fruit leather. Durian is
biomass that has great potential for bio-briquet. This research aims to discover the
precise adhesive consentration rate in sago’s starch , which are 3%, 5%, and 7%.
Based on analytical result of durian leather charcoal briquet research, the best
quality briquet is the P1 consentration which composed rate are 3%, has 4.04%
water content, 19.14% ashes content, 5.502 cal/g heat value, and 0.0017 g/sekon
combustion rate.

Keywords: briquet, durian fruit leather, sago starch.

PENDAHULUAN fosil, seperti minyak bumi, batu bara


dan gas. Penggunaan bahan bakar
Energi merupakan salah satu
fosil secara terus menerus
kebutuhan manusia dan digunakan
mengakibatkan menipisnya bahan
dalam berbagai bentuk kegiatan.
bakar fosil. Menipisnya cadangan
Sebagian besar sumber energi yang
bahan bakar fosil disebabkan karena
digunakan berasal dari bahan bakar

3. Mahasiswa Teknologi Pertanian


4. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1


tidak dapat diperbaharui sehingga Jenis bahan perekat
akan semakin mahal dan langka. berpengaruh terhadap parameter
Dalam hal ini mendorong kita untuk mutu briket diantaranya kadar air,
mencari sumber energi alternatif kadar abu, nilai kalor, dan daya
yang dapat diperbaharui, bernilai bakar. Jumlah perekat yang
ekonomis, serta ramah lingkungan. digunakan harus diperhatikan, karena
Salah satu sumber energi semakin banyak perekat yang
alternatif tersebut yaitu briket yang digunakan maka asap yang
berasal dari biomassa. Biomassa dihasilkan akan semakin banyak.
merupakan suatu limbah padat Apabila perekat yang digunakan
maupun cair yang berasal dari terlalu sedikit maka briket akan
limbahpertanian/perkebunan/kehutan mudah hancur. Komposisi perekat
, yang merupakan komponen organik juga akan mempengaruhi produk
dari industri dan rumah tangga yang briket yang diperoleh (Gandhi,
belum termanfaatkan secara optimal. 2010).
Limbah pertanian kaya akan selulosa Beberapa penelitian yang
dan lignin, sehingga sangat pernah dilakukan antara lain
berpotensi untuk dimanfaatkan Rahmadani (2016), pembuatan briket
sebagai salah satu sumber bahan arang daun kelapa sawit, dengan
bakar alternatif. Salah satunya adalah perekat pati sagu 3% dan arang daun
kulit buah durian. Produksi buah kelapa sawit 97% diperoleh hasil
durian menurut Badan Pusat Statistik terbaik nilai kalor sebesar 5.114
tahun 2015 di Kabupaten Kampar kal/g. Kemudian Yusuf (2013),
berkisar 2.550 ton/tahun. Produksi pemanfaatan pelepah kelapa sawit
buah durian yang cukup tinggi maka dalam pembuatan briket arang,
akan menghasilkan limbah kulit buah dengan perekat tapioka 5% dan arang
durian yang cukup besar, pelepah kelapa sawit 95% diperoleh
dikarenakan 60-70% merupakan hasil terbaik nilai kalor sebesar 5.687
kulit dari buah durian tersebut kal/g. Selanjutnya Suprapti dan
(Setiawan, 2011). Ramlah (2013), pemanfaatan kulit
Briket merupakan bahan buah kakao dalam pembuatan briket
bakar alternatif yang berupa arang arang, dengan perekat tapioka 7%
dan memiliki kerapatan lebih tinggi. dan arang kulit buah kakao 93%
Briket sebagai salah satu bahan bakar diperoleh nilai kalor sebesar 4.372
yang sederhana, baik dalam proses kal/g.
pembuatan ataupun dari segi bahan Berdasarkan penelitian-
baku yang digunakan, sehingga penelitian yang pernah dilakukan,
briket memiliki potensi yang cukup telah dilakukan penelitian dengan
besar untuk dikembangkan. Kualitas judul Konsentrasi Perekat Pati
briket dapat dilihat dari sifat seperti, Sagu Terhadap Karakteristik
ramah lingkungan, tidak mudah Briket Bioarang dari Limbah
pecah, tekstur halus, mudah menyala, Kulit Buah Durian.
asap sedikit dan nilai kalor yang Penelitian ini bertujuan untuk
tinggi (Jamilatun, 2008). Pembuatan mendapatkan karakteristik briket
briket memerlukan perekat untuk bioarang kulit durian yang terbaik
menyatukan arang agar mudah dengan perbedaan konsentrasi
dibentuk dan tidak hancur saat perekat pati sagu.
pengempaan.
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2


BAHAN DAN METODE P3 = 93% arang kulit durian dan 7%
perekat sagu
Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilakukan di Pelaksanaan Penelitian
Laboratorium Pengolahan Hasil Pemilihan Bahan Baku
Pertanian, Laboratorium Analisis Bahan baku briket berupa kulit
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian durian. Kulit durian yang dipilih
Universitas Riau, dan UPT yaitu kulit durian yang masih segar
Laboratorium dan Peralatan ESDM dan belum mengalami pembusukan
Jl. Sudirman. Penelitian telah kurang dari 24 jam setelah dibuka.
dilaksanakan pada bulan Mei sampai Bahan perekat yang digunakan
September 2017. berupa pati sagu yang masih bagus
dan tidak kadaluwarsa. Ciri-ciri pati
Bahan dan Alat sagu berkualitas baik yaitu tidak
Bahan-bahan yang digunakan berbau, bersih, dan bewarna putih.
dalam penelitian ini adalah kulit
durian dari kampar, pati sagu merk Pembuatan Bubuk Arang Kulit
Alini dan air sebagai pelarut. Durian
Alat-alat yang akan Kulit durian dipotong kecil-
digunakan dalam penelitian ini kecil, selanjutnya dilakukan
adalah pisau, ember, ayakan 60 pengeringan dengan oven selama 12
mesh, sendok, nampan, kompor, jam pada suhu 1050C. Pengeringan
panci, timbangan analitik, desikator, bertujuan untuk menurunkan kadar
spatula, cawan porselen, cetakan air yang terdapat dalam bahan baku,
briket berbentuk silinder dengan agar mempermudah karbonisasi.
ukuran diameter 2 inci dan tinggi 4 Proses karbonisasi menggunakan
cm, bom kalorimeter, tanur, oven, sebuah drum dengan penutup bagian
gelas ukur, kamera, alat tulis, pipet atasnya. Proses karbonisasi
tetes, seng, drum, dan blender. dilakukan dengan cara membakar
kulit durian didalam drum, setelah
Metode Penelitian api menyala dan api membakar
Penelitian telah dilaksanakan keseluruhan dari kulit durian, maka
secara eksperimen menggunakan dilakukan penutupan pada drum
metode rancangan acak lengkap tersebut sehingga oksigen berkurang,
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 kali dan menyebabkan api padam dan
ulangan, sehingga diperoleh 15 unit meninggalkan arang yang berwarna
percobaan. Perlakuan penelitian kehitaman. Setelah pengarangan
mengacu pada penelitian sebelumnya dilakukan penghalusan dengan
yaitu Rahmadani (2016), Yusuf menggunakan blender. Selanjutnya
(2013), dan Suprapti dan Ramlah dilakukan pengayakan dengan
(2013) yang menggunakan menggunakan ayakan 60 mesh,
konsentrasi perekat 3%, 5%, dan 7%. sehingga diperoleh bubuk arang kulit
Perlakuan dalam penelitian ini durian.
adalah sebagai berikut:
P1 = 97% arang kulit durian dan 3% Persiapan Perekat
perekat sagu Perekat dibuat dengan
P2 = 95% arang kulit durian dan 5% mencampurkan pati sagu dan air
perekat sagu dengan perbandingan 1 : 10. Pati
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3


sagu sesuai perlakuan ditambahkan Keterangan :
air 10 kali lipat dari berat pati sagu, Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-
kemudian dimasak dengan api kecil i dan ulangan ke-j
sambil diaduk hingga merata, maka m : Rata-rata nilai dari seluruh
diperoleh perekat pati sagu (Triono, perlakuan
2006). τi : Pengaruh perlakuan ke-i
Σ ij: Pengaruh galat perlakuan ke-i
Pembuatan Briket Arang Kulit dan ulangan ke-j
Durian
Bubuk arang yang diperoleh Data yang diperoleh pada
dari pengayakan lalu dicampur analisis kimia akan dianalisa secara
dengan perekat pati sagu. statistik dengan menggunakan
Pencampuran bahan baku dilakukan Analysis of Variance (ANOVA). Jika
dengan total berat bahan bubuk arang Fhitung ≥ Ftabel pada taraf uji 5%
kulit durian dan perekat setiap maka perlakuan berpengaruh nyata
perlakuan yaitu 40 g. Formulasi dan analisis akan dilanjutkan dengan
perlakuan 1 adalah 38,8 g bubuk uji DNMRT pada taraf 5%, jika
arang kulit durian dan 1,2 g perekat; Fhitung ≤ Ftabel pada taraf uji 5%
perlakuan 2 adalah 38 g bubuk arang maka perlakuan berbeda tidak nyata
kulit durian dan 2 g perekat; maka analisis tidak dilanjutkan.
perlakuan 3 adalah 37,2 g bubuk
arang kulit durian dan 2,8 g perekat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya dilakukan pencetakan,
Kadar Air
mengacu pada Triono (2006).
Kadar air adalah jumlah air
Cetakan yang digunakan adalah
yang terkandung dalam suatu bahan
cetakan berupa silinder yang
yang dinyatakan dalam persen.
berukuran diameter 2 inci dan tinggi
Kadar air merupakan salah satu
4 cm. Proses pencetakannya dimulai
parameter penting yang menentukan
dengan memasukkan campuran
kualitas briket arang yang dihasilkan.
bahan briket dalam cetakan silinder
Hasil sidik ragam menunjukkan
kemudian ditekan. Briket yang sudah
bahwa perbedaan konsentrasi perekat
dicetak masih mengandung kadar air
dalam pembuatan briket memberikan
yang cukup tinggi, sehingga perlu
pengaruh nyata terhadap kadar air
melakukan pengeringan. Proses
briket. Nilai rata-rata kadar air
pengeringan dapat dilakukan dengan
setelah diuji lanjut dengan DNMRT
oven. Pengeringan briket dilakukan
taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan menggunakan suhu 60°C
Berdasarkan Tabel 1 dapat
selama 12 jam.
diketahui bahwa nilai kadar air
cenderung meningkat seiring dengan
Analisis Data
penambahan bahan perekat. Semakin
Model rancangan percobaan
tinggi konsentrasi perekat, semakin
yang digunakan dalam penelitian ini
tinggi pula kadar air, hal ini
adalah Rancangan Acak Lengkap.
disebabkan karena adanya
Model matematis Rancangan
penambahan kadar air dari bahan
Acak Lengkap yaitu:
perekat itu sendiri sehingga kadar air
briket akan meningkat pula. Hal ini
Yij = μ + τi + Σ ij
sesuai dengan pendapat Riseanggara

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4


(2008), menyatakan bahwa sebesar 60% dan lignin yaitu sebesar
kandungan air yang ada dalam 5%, jika selulosa dan ligninnya
perekat akan menambah kadar air tinggi, maka kadar airnya rendah
briket saat dilakukan pengujian, karena selulosa bersifat mudah
sehingga semakin banyak perekat menyerap air.
yang ditambahkan maka akan Pati sagu memiliki kadar air
semakin tinggi kadar air yang yaitu sebesar 14%, sedangkan arang
terkandung dalam briket. kulit durian memiliki kadar air yaitu
Perekat pati memiliki sebesar 3,01%. Tingginya kandungan
kandungan amilosa yaitu sebesar air yang tedapat dalam bahan baku,
23,94% dan amilopektin yaitu akan mempengaruhi kadar air briket
sebesar 76,06%. Tingginya yang dihasilkan. Hal ini sesuai
kandungan amilopektin yang dengan pendapat Faizal (2014), yang
terdapat pada pati, mengakibatkan menyatakan bahwa kadar air briket
briket yang dihasilkan lebih basah arang dapat dipengaruhi oleh
seiring dengan penambahan perekat kandungan air yang terdapat pada
yang digunakan, karena pati bersifat bahan baku serta bahan perekat yang
tidak larut air. Hal ini sesuai dengan mengandung sejumlah air. Demikian
pendapat Thoha dan Fajri (2010), juga dengan Sunyata (2004), bahan
semakin besar kandungan perekat mempengaruhi kadar air
amilopektin maka pati akan lebih briket, hal itu disebabkan perekat
basah dan cenderung menyerap air. pati menahan air yang ada dalam sel
Dalam hal ini kulit durian juga untuk keluar.
memiliki kandungan selulosa yaitu

Tabel 1. Karakteristik
Perlakuan
Parameter
P1 (3%) P2 (5%) P3 (7%)
Kadar air (%) 4,040 5,3900 7,0100
Kadar abu (%) 19,14000 17,51000 16,11000
Nilai kalor (kal/g) 5502 5465 5456
Laju pembakaran (g/detik) 0,001700 0,0015000 0,00130
Ket: angka bercetak tebal menandakan memenuhi persyaratan karakteristik briket

Hasil penelitian ini pengeringan briket itu sendiri.


menunjukan bahwa perbedaan Semakin lama pengeringan yang
konsentrasi perekat pati sagu dilakukan maka semakin banyak air
mempengaruhi kadar air briket yang yang terbuang, sehingga kadar air
dihasilkan. Kadar air briket yang briket arang yang dihasilkan semakin
dihasilkan yaitu berkisar antara 4,04- rendah (Sunyata, 2004).
7,01%. Secara keseluruhan kadar air
yang dihasilkan pada penelitian ini Kadar Abu
telah memenuhi standar mutu briket Kadar abu merupakan bagian
arang SNI 01-6235-2000 yaitu yang tersisa setelah proses
maksimal 8%. Faktor lain yang dapat pembakaran yang tidak memiliki
menyebabkan rendahnya kadar air kadar karbon lagi. Unsur utama abu
suatu briket adalah lamanya waktu adalah silika dan pengaruhnya

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5


kurang baik terhadap nilai kalor yang abu briket dan penurunan konsentrasi
dihasilkan, sehingga semakin tinggi arang akan menurunkan nilai kadar
kadar abu yang dihasilkan maka abu briket
kualitas briket akan semakin rendah. Selain faktor perekat, kadar
Menurut Jamilatun (2011), abu yang abu briket juga dipengaruhi oleh
terkandung dalam bahan bakar padat bahan baku yang digunakan.
adalah mineral yang tidak dapat Menurut Hendra (2011), menyatakan
terbakar tertinggal setelah proses faktor jenis bahan baku sangat
pembakaran. Demikian juga dengan mempengaruhi kadar abu briket yang
Thoha dan Fajri (2010), menyatakan dihasilkan. Pada penelitian ini jenis
mineral yang tidak terbakar akan bahan baku yang digunakan yaitu
menjadi abu, abu dapat menurunkan kulit durian. Kulit durian memiliki
nilai kalor dan meninggalkan sisa kadar air yang cukup tinggi,
kerak pada peralatan sehingga sehingga pada saat proses
persentase abu tidak boleh terlalu karbonisasi lumayan lama. Proses
besar. Hasil sidik ragam karbonisasi yang semakin lama
menunjukkan bahwa perbedaan terjadi proses penguapan air dan
konsentrasi perekat dalam penguraian dari komponen yang
pembuatan briket memberikan terdapat didalam kulit durian yaitu
pengaruh nyata terhadap nilai kadar selulosa dan lignin. Menurut hasil
abu briket. Nilai rata-rata kadar abu penelitian Junary (2015) bahwa
setelah diuji lanjut dengan DNMRT semakin lama waktu karbonisasi
taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. maka semakin tinggi kadar abu yang
Berdasarkan Tabel 1 dapat dihasilkan karena karbon akan habis
diketahui bahwa kadar abu yang terbakar dan menyisakan abu yang
dihasilkan dari briket cenderung merupakan hasil pembakaran.
menurun. Menurunnya kadar abu Nilai kadar abu pada penelitian
pada briket disebabkan oleh ini berkisar antara 16,11-19,14%.
konsentrasi perekat yang tinggi dan Dalam hal ini nilai kadar abu yang
persentase arang yang semakin dihasilkan cukup tinggi. Tingginya
menurun. Hal ini sependapat dengan kadar abu yang dihasilkan
Ismayana (2011) yang menyatakan dipengaruhi oleh proses karbonisasi
semakin tinggi konsentrasi perekat yang kurang optimal dan alat yang
yang ditambahkan maka kandungan digunakan untuk karbonisasi masih
abu yang dihasilkan briket semakin sederhana, sehingga adanya
menurun. Penurunan konsentrasi kecenderungan berinteraksi dengan
arang yang digunakan menyebabkan udara disekitar. Penelitian Faizal
kandungan abu menurun, karena (2014) menyatakan bahwa
kandungan zat anorganik yang karbonisasi secara konvensional
terkandung dalam aranglah yang memberikan hasil analisis kadar abu
menghasilkan abu, sehingga ketika yang tinggi dibandingkan karbonisasi
konsentrasi arang yang digunakan pada suhu 500°C. Hal ini disebabkan
sedikit maka kandungan abu pada oleh bahan yang dibakar dalam
briket juga akan sedikit. Hal ini proses karbonisasi secara
sesuai dengan penelitian Triono konvensional memiliki
(2006) yang menyatakan bahwa kecenderungan berinteraksi dengan
penambahan konsentrasi arang akan udara dilingkungan karena
menyebabkan naiknya nilai kadar keterbatasan alat yang digunakan,
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 6


sehingga biomassa terdekomposisi rendah.
menjadi abu. Nilai kadar abu yang Penambahan perekat
dihasilkan pada penelitian ini secara menyebabkan nilai kalor briket arang
keseluruhan tidak memenuhi kulit durian semakin berkurang
standar mutu SNI No. 01-6235-2000 karena bahan perekat memiliki sifat
yaitu maksimal 8%. thermoplastik serta sulit terbakar dan
membawa lebih banyak air sehingga
Nilai Kalor panas yang dihasilkan terlebih
Nilai kalor adalah besarnya dahulu digunakan menguapkan air
panas yang diperoleh dari dalam briket, hal ini dibuktikan dari
pembakaran suatu jumlah tertentu uji kadar air yang menunjukkan
bahan bakar. Semakin tinggi berat semakin banyak bahan perekat, kadar
jenis bahan bakar, maka semakin airnya juga semakin tinggi. Selain
tinggi pula nilai kalor yang bahan perekat, faktor lain yang
diperoleh. Nilai kalor merupakan mempengaruhi nilai kalor yaitu
parameter yang sangat penting untuk kadar air dan kadar abu briket yang
menentukan kualitas briket arang dihasilkan. Penurunan nilai kalor
yang dihasilkan. Menurut Arganda tersebut juga seiring dengan
(2007) bahwa semakin tinggi nilai penurunan kadar abu dan
kalor yang dihasilkan bahan bakar peningkatan kadar air. Hal ini sesuai
briket maka semakin baik pula dengan pendapat Masturin (2002),
kualitas briketnya. Nilai kalor menyatakan bahwa nilai kalor sangat
merupakan sifat yang sangat penting dipengaruhi oleh kadar air dan kadar
dari briket arang, hal ini dikarenakan abu. Nilai kalor pada penelitian ini
nilai kalor akan menentukan berkisar antara 5.456-5.502 kal/g dan
kelayakan briket untuk dijadikan telah memenuhi standar mutu briket
sebagai bahan bakar. Hasil sidik berdasarkan SNI No. 01-6235-2000
ragam menunjukkan bahwa yaitu minimal 5.000 kal/g.
perbedaan konsentrasi perekat
memberikan pengaruh nyata Daya Bakar
terhadap nilai kalor. Nilai rata-rata, Daya bakar merupakan
nilai kalor briket setelah diuji lanjut kecepatan bahan habis sampai
dengan DNMRT taraf 5% disajikan menjadi abu. Daya bakar dihitung
pada Tabel 1. dengan perbandingan berat bahan
Berdasarkan Tabel 1 dapat yang terbakar terhadap waktu yang
diketahui bahwa dengan penambahan diperlukan untuk membakar bahan
konsentrasi perekat pada pembuatan tersebut. Daya bakar
briket menghasilkan nilai kalor yang menggambarkan berkurangnya bobot
cenderung menurun. Semakin tinggi per menit selama pembakaran.
konsentrasi perekat maka semakin Pengurangan bobot yang semakin
rendah nilai kalor, hal ini disebabkan cepat memberikan laju pembakaran
karena tingginya kadar air yang yang besar pula. Semakin besar daya
terkandung dalam perekat pati sagu. pembakaran, maka nyala briket akan
Hal ini sesuai dengan pendapat semakin singkat. Hasil sidik ragam
Tobing dan Brades (2007) yang menunjukkan bahwa perbedaan
menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi perekat dalam
persentase perekat, maka nilai kalor pembuatan briket memberikan
yang dihasilkan akan semakin pengaruh nyata terhadap daya bakar
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 7


briket. Nilai rata-rata daya bakar mudah terbakar dan memiliki daya
briket setelah diuji lanjut dengan bakar yang tinggi, namun belum ada
DNMRT taraf 5% disajikan pada ketetapan dalam SNI mengenai
Tabel 1. standarisasi nilai daya bakar briket.
Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa dengan penambahan KESIMPULAN
konsentrasi perekat pada pembuatan Berdasarkan hasil penelitian
briket menghasilkan nilai daya bakar dapat disimpulkan bahwa perbedaan
yang cenderung menurun. Semakin konsentrasi bubuk arang kulit durian
tinggi konsentrasi perekat maka dan perekat sagu pada briket
semakin turun daya bakar briket memberikan pengaruh nyata
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan terhadap kadar air, kadar abu, nilai
karena bahan perekat mengandung kalor, dan daya bakar. Perlakuan
kadar air yang cukup tinggi, terpilih pada penelitian ini yaitu
sehingga briket sulit dibakar pada perlakuan P1 (97% bubuk arang kulit
saat proses pembakaran. Hal ini durian : 3% perekat sagu)
sesuai dengan pendapat Riseanggara menghasilkan kadar air sebesar
(2008) menyatakan bahwa rendahnya 4,04%, kadar abu 19,14%, nilai kalor
daya bakar disebabkan oleh 5.502 kal/g dan daya bakar 0,0017
kandungan bahan organik yang ada g/detik.
pada perekat itu sendiri, sehingga
menyebabkan briket menjadi padat DAFTAR PUSTAKA
dan menyulitkan proses pembakaran.
Daya bakar juga dipengaruhi Arganda ,M. 2007. Pemanfaatan
oleh faktor nilai kalor dan kadar air Tandan Kosong dan
pada briket. Briket yang memiliki Cangkang Kelapa Sawit
nilai kalor yang tinggi dan kadar air Sebagai Briket Arang. Tesis.
yang rendah akan menghasilkan daya Universitas Sumatera Utara.
bakar yang tinggi. Struktur arang Medan.
juga mempengaruhi daya bakar,
karena kulit durian termasuk limbah Badan Standarisasi Nasional
organik sehingga oksigen juga akan Indonesia. Briket Arang
cepat masuk yang kemudian akan Kayu. SNI Nomor 01- 6235-
mempengaruhi daya bakar 2000.
(Hendra dan Winarni, 2003).
Tingginya kadar air dalam Faizal, M. 2014. Pengaruh komposisi
briket akan menyebabkan waktu arang dan perekat terhadap
yang dibutuhkan untuk kualitas biobriket dari kayu
menghilangkan kandungan air akan karet. Jurnal Teknik Kimia.
semakin lama, sehingga penyalaan 20 (2) : 36-44.
briket akan semakin lama pula, Hendra. 2011. Pengaruh Bahan
karena panas yang ada akan Baku, Jenis Perekat dan
digunakan untuk menguapkan air Tekanan Kempa Terhadap
terlebih dahulu lalu diikuti dengan Kualitas Briket Arang. Pusat
pembakaran bahan. Nilai daya bakar Penelitian dan Pengembangan
pada penelitian ini berkisar antara Hasil Hutan. Bogor.
0,0013-0,0017 g/detik. Kualitas
briket yang baik adalah briket yang Hendra, D. dan I. Winarni. 2003.
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 8


Sifat Fisis dan Kimia Briket Limbah Biomassa. Skripsi.
Arang Campuran Limbah Institut Pertanian Bogor.
Kayu Gergajian dan Sabetan Bogor.
Kayu. Buletin Penelitian
Hasil Hutan. 21(3) : 211- Sunyata A. 2004. Pengaruh
226. Pusat Penelitian dan Kerapatan dan Suhu Pirolisa
Pengembangan Hasil Hutan. Terhadap Kualitas Briket
Bogor. Arang Serbuk Kayu Sengon.
Skripsi. Institute Pertanian.
Ismayana, A dan R. M. Afriyanto. Yogyakarta.
2011. Pengaruh jenis dan
kadar bahan perekat pada Suprapti, dan S. Ramlah. 2013.
pembuatan briket blotong Pemanfaatan kulit buah kakao
sebagai bahan bakar untuk briket arang. Jurnal
alternatif. Jurnal Teknologi Industri Balai Besar Industri
Industri Pertanian. 21 (3): Hasil Perkebunan Makasar. 4
186-193. (2): 65-72.

Junary. 2015. Pengaruh konsentrasi Thoha, Y. M, dan E. D. Fajrin. 2010.


perekat tepung tapioka dalam Pembuatan briket arang dari
pembuatan briket arang daun jati dengan sagu
berbahan baku tongkol aren sebagai perekat. Jurnal
jagung. Jurnal Teknik Kimia. Teknik Kimia.17 (1): 34-43.
4 (2): 24-28.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket
Jamilatun, S. 2008. Sifat-sifat Arang dari Campuran Serbuk
penyalaan dan pembakaran Gergajian Kayu Afrika dan
briket biomassa, briket Sengon dengan Penambahan
batu bara dan arang kayu. Tempurung Kelapa. Skripsi.
Jurnal Rekaya proses. 2 (2). Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan
Kimia Briket Arang dari Tobing, F. S, dan Brades. 2007.
Campuran Arang Pembuatan Briket Arang dari
Limbah Gergajian Kayu. Enceng Gondok (Eichornia
Skripsi. Institut Pertanian Crasipess Solm) dengan Sagu
Bogor. Bogor. sebagai Pengikat. Skripsi.
Universitas Sriwijaya.
Rahmadani. 2016. Pembuatan Briket Indralaya.
Arang Daun Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis
Jacq.) dengan Perekat Pati
Sagu (Metroxylon sago
Rott.). Skripsi. Universitas
Riau. Pekanbaru.

Riseanggara, R. R. 2008. Optimasi


Kadar Perekat pada Briket
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 9

Anda mungkin juga menyukai