Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu ciri khas
yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara
modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
macam suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu, di Indonesia juga
tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga
membentuk negara Indonesia untuk mempersatukan berbagai unsur yang beraneka ragam
tersebut dalam suatu negara.
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara yang memiliki suatu karakteristik dan ciri khas tertentu,
karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan
suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu negara persatuan, suatu negara
kebangsaan serta negara yang bersifat integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam
hubungannya dengan bentuk negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1) Undang-
Undang Dasar 1945 berbunyi: “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik”. Para pendiri Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-
liberalisme tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Esensi negara kesatuan
adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat manusia sebagai subjek pendukung
negara. Hakikat negara kesatuan adalah masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan ini negara
tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada di luar negara, melainkan
sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur dalam negara yang tumbuh
bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan
hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima antar warganya.
Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian
(federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental. Oleh karena itu, sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis
ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME.
Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada
salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat adalah
produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya, dengan demikian negara
adalah produk dari interaksi antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang
demikian maka logic in it self bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap
golongan yang ada dalam masyarakat
BAB 2
TATA NEGARA INDONESIA DAN NKRI

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut suatu
sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa indonesia,
namun sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari ajaran Trias Politica
Montesquieu. Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang pemisahan kekuasaan negara
menjadi tiga yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif yang kemudian masing-masing
kekuasaan tersebut dalam pelaksanaannya diserahkan kepada satu badan mandiri, artinya
masing-masing badan itu satu sama lain tidak dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat
saling meminta pertanggung jawaban .
Apabila ajaran trias politika diartikan suatu ajaran pemisahan kekuasaan maka jelas Undang-
undang Dasar 1945 menganut ajaran tersbut, oleh karena memang dalam UUD 1945 kekuasaan
negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara tersebut pelaksanaannya
diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara.
Chart Flow di bawah adalah perbedaan struktur pemerintahan Indonesia sebelum
amandemen UUD 1945 dan setelah amandemen UUD1945. Perbedaan mendasarnya adalah
kedudukan MPR yang bukan lagi menjadi lembaga tertinggi negara.

Gambar 1. Struktur Pemerintah Indonesia


 Eksekutif(Presiden, wakil dan menteri kabinet) memiliki fungsi pelaksana undang-
undang dalam menjalankan negara
 Legislatif(DPR) memiliki fungsi membuat undang-undang
 Yudikatif(MA) memiliki fungsi memertahankan pelaksanaan undang-undang.

Lembaga lainnya adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR), Komisi


Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi(MK). Setelah amandemen tidak ada lagi
Dewan Pertimbangan Agung dan diganti sebuah dewan pertimbangan yang bertugas
memberi nasihat dan pertimbangan kepada Presiden.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan
berbentuk Republik dengan sistem desentralisasi (Pasal 18 UUD 1945), di mana
pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diatur dalam Pasal 25 A “Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.
Di dunia terdapat banyak bentuk negara yang berbeda-beda antara lain negara
kesatuan, negara serikat, perserikatan negara (Konfederasi), UNI yang dibagi menjadi
dua yaitu Uni Riil dan Uni Personil, Dominion, Koloni, Protektorat, Mandat, Trust. Pada
awal kemerdekaan Indonesia, muncul perdebatan mengenai bentuk negara yang akan
digunakan Indonesia apakah negara kesatuan atau negara federal. Namun, akhirnya
disepakati bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan kemudian ditetapkan dalam
UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Presiden Soekarno, dalam pidatonya pada
1 Juni 1945 megatakan bahwa “Nasionalisme Indonesia atau negara kesatuan merupakan
sebuah takdir”.
Bangsa Indonesia harus mengatasi badai besar ketika Belanda kembali datang
untuk melakukan Agresi Militer tahun 1948-1949 hingga akhirnya berkat perjuangan
bangsa Indonesia melalui perjanjian-perjanjian dengan Belanda, bentuk negara Indonesia
berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Tujuan Belanda membentuk negara
serikat adalah untuk melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada waktu
itu. Banyak timbul pergolakan parlemen di Indonesia yang menjadi awal pemicu
diubahnya bentuk negara dari serikat menjadi kesatuan. Melalui Mosi Natsir yang
didukung oleh banyak fraksi di parlemen ini akhirnya mengantarkan Indonesia menjadi
negara kesatuan sejak 17 Agustus 1950. Meskipun telah kembali menjadi negara
kesatuan sesuai dengan konstitusi yang berlaku UUDS 1950 Pasal 1 Ayat (1) banyak
sekali timbul upaya pemberontakan di berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini
membuat penyelenggaraan negara tidak optimal sehingga presiden harus mengambil
tindakan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali menggunakan Undang-Undang
Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini mampu meyakinkan kembali
bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik dan menghilangkan keraguan akan
pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 Ayat (1) UUD negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa “Negara Indonesia
ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik” dan Pasal 37 Ayat (5) “Khusus
mengenai bentuk negara kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.
BAB 3
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA

Gambar 2. Garuda Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa Indonesia. Rumusnya tercantum dalam


Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 untuk sepanjang masa, yaitu: ke-Tuhannan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini telah menunjukkan
bahwa Pancasila merupakan suatu tatanan yang dijadikan rujukan oleh bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesatuan antara sila-sila Pancasila tidak hanya kesatuan
yang bersifat logis saja, kesatuan menurut isi, atau kesatuan formal logis lainnya, namun sila-
sila Pancasila memiliki suatu kesatuan meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis,
dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan
sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis sendiri yang
berbeda dengan sistem filsafat lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme, dan lain paham filsafat di dunia
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya menyangkut sila-silanya
saja melainkankan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau yang disebut juga
dengan dasar ontologis sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri dari lima sila memiliki satu
kesatuan dasar ontologis. Selain itu, Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah
manusia, yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia, hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yag berkeadilan sosial
pada hakikatnya adalah manusia. Demikian juga jikalalu kita pahami dari filsafat negara bahwa
Pancasila adalah dasar filsafat negara, adapun pendukung pokok negara adalah rakyat dan
unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila
bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia.
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan manusia dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan
Pancasila, sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-
nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukan hanya
merupakan perenungan serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja namun dirumuskan
oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Oleh karena sumber pengetahuan
Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai, adat istiadat, dan
kebudayaan dan nilai religius, maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila
Pancasila dengan Pancasila sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kessuaian yang
bersifat korespondensi.
Substansi dari Pancasila merupakan nilai-nilai dan norma-norma. Substansi Pancasila
dengan kelima silanya terdapat pada Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Prinsip-prinsip tersebut telah menjelma ke tertib sosial, masyarakat, bangsa
Indonesia, yang dapat ditemukan pada adat istiadat, kebudayaan serta kehidupan bangsa
Indonesia. Nilai yang terkandung dalam sila pertama hingga sila kelima merupakan cita-cita,
harapan, dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupan. Bangsa
Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung dari niali-nilai Pancasila. Sebagai pendukung
Pancasila, maka sudah seharusnyalah bangsa Indonesia menghargai, mengakui, dan menerima,
serta memandang Pancasila sebagai sesuatu yang benar-benar bernilai dan berharga.
Penghargaan, pengakuan, penerimaan, dan pemandangan tersebut akan tampak jika telah
mendarah daging ke dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau
keempat hal diatas telah mendarah daging ke dalam seluruh rakyat Indonesia maka akan
terbentuklah manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila.
Pancasila menjadi rumusan dan pedoman kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam berbangsa dan bernegara agar tidak menjadi penyebab tindakan penyalahgunaan
kewenangan sehingga kita harus memahami fungsinya dengan baik. Ada beberapa fungsi
Pancasila sebagai dasar hidup Negara Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Fungsi Pancasila yang pertama adalah sebagai dasar Negara. Dasar negara di sini
diartikan sebagai dasar falsafah atau filosofi negara. Sehingga Pancasila dalam hal ini
digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang sesuai
dengan bunyi dan isi yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kedua adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dalam hal ini Pancasila berperan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, yang juga merupakan
satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang lain. Artinya
bersatu dalam satu Negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Kepribadian Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang ketiga adalah sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Fungsi
yang satu ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap mental maupun tingkah lalu atau
perilaku beserta amal perbuatan dari sikap mental tersebut. Kepribadian yang dimaksudkan
adalah ciri khas masyarakat bangsa Indonesia. Artinya suatu sikap mental dan tingkah laku
yang mempunyai ciri khas tersendiri sehingga mampu dibedakan dengan bangsa lainnya di
seluruh dunia. Itulah yang dinamakan kepribadian bangsa Indonesia.
4. Jiwa Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang keempat adalah sebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila
dijelaskan berdasarkan teori Von Savigny yang artinya adalah setiap bangsa mempunyai
jiwanya masing-masing yang disebut dengan Volkgeist yang berarti jiwa bangsa atau jiwa
rakyat. Pancasila merupakan jiwa bangsa yang lahir bersamaan dengan adanya atau
terbentuknya bangsa Indonesia, yaitu pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Hal ini
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Mr. A. G. Pringgodigdo dalam tulisannya
yang berjudul Pancasila. Dalam tulisan tersebut, juga menyebutkan Pancasila sendiri sudah
ada sejak adanya bangsa Indonesia berdiri dan berkembang di zaman kerajaan. Meskipun
istilah atau nama Pancasila baru dikenal pada 1 Juni 1945.
5. Sumber dari Segala Sumber Hukum
Fungsi Pancasila yang kelima adalah sebagai sumber dari segala hukum. Pancasila
merupakan sumber hukum bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumber
hukum Indonesia ini bermakna sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
beserta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia. Cita-
cita yang dimaksud adalah cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa
atau Negara, perikemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian Nasional yang merupakan
hak dan kewajiban warga negara. Cita-cita hukum atau politik ialah tentang sifat, bentuk dan
tujuan Negara Indonesia. Dan terakhir cita-cita moral adalah hukum tentang kehidupan rakyat
yang terkait dengan keagamaan dan kemasyarakatan.
6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kelima adalah sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia.
Perjanjian luhur di sini adalah menyangkut ikrar yang telah dibuat saat memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia bersama sama oleh para pendiri bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia memutuskan untuk merdeka menjadi sebuah Negara pada tanggal 17 Agustus
1945. 18 Agustus 1945 disahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI pada saat itu merupakan wakil-
wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur yang tertulis tersebut
(UUD 1945) untuk membela Pancasila sebagai dasar Negara selama-lamanya.
7. Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa
Fungsi Pancasila yang ketujuh adalah sebagai falsafah hidup yang mempersatukan
bangsa. Indonesia negara yang kaya akan budaya dan etnis yang berbeda. Pancasila di sini
merupakan sarana atau alat yang sangat ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar
tidak terjadinya penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multikultural. Pancasila
merupakan falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai
dan norma-norma luhur serta diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat bagi bangsa
Indonesia untuk bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
8. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kedelapan adalah sebagai cita cita dan tujuan bangsa Indonesia.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia termuat tegas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Hal ini dikarenakan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan media
penuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila yang tertulis di dalamnya. Sehingga
Pancasila dapat dikatakan sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Cita-cita luhur inilah
yang kelak akan dicapai oleh bangsa Indonesia selaku bangsa atau Negara.
9. Ideologi Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kesembilan adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
Pancasila menjadi cita-cita normatif dalam proses penyelenggaraan Negara.
Berikut nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari setiap butir-butir bunyi
Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai Ketuhanan: Mengandung makna bahwa kita segenap bangsa indonesia menyakini
adanya tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan
juga memiliki arti adanya pengakuan dan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku
deskriminatif antar umat beragama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Nilai Kemanusian: Mengandung makna, kesadaran sikap dan prilaku sesuai dengan
nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
3. Persatuan Indonesia
Nilai Persatuan: mengandung makna bersama membangun/membina rasa persatuan
dan nasionalisme dalam keberagaman/keanekaragaman Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/ perwakilan.
Nilai kerakyatan: mengandung makna bahwa dalam suatu pemerintahan itu berasal dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang dilaksanakan dengan cara-cara musyawarah
mufakat dan semangat gotong royong.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai keadilan: mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil, makmur secara lahiriah maupun batiniah.
BAB 4
UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI DI INDONESIA

Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau konstitusi negara
yang mejadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau perundang-udangan lain yng
berlaku di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Undang- Undang Dasar 1945
merupakan sebuah naskah yang meliputi :

a. pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea; batang tubuh, yang terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4
pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan dan penjelasan, yang terdiri dari
penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.

b. ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,

c. diundangkan dalam berita RI tahun II nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.

Dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 karena Undang-undang Dasar tersebut


disusun dan ditetapkan pada tahun 1945. Undang-Undang Dasar lain yang pernah dimiliki dan
digunakan oleh bangsa Indonesia adalah:

1) Undang-Undang Dasar 1949 Konstitusi RIS 1949);

2) Undang-Undang Dasar 1950 (UUDS 1950).

UUD 1945 bukanlah hukum biasa, malainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar maka
UUD merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum seperti Undang-undang, peraturan atau
keputusan pemerintah, dan setiap tindakan kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan
bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat
dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.

Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya dapat berarti pertama


lebih luas dari undang-undang dasar karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi
konstitusi tertulis saja pada hal masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup
dalam undang-undang dasar. Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar
karena hanya berisi aturan tertulis. Dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia
konstitusi sama dengan pengertian undang-undang dasar. Hal ini terbukti dengan
disebutkannya istilah konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi undang-undang dasar
Republik Serikat. Di Indonesia Undang-Undang Dasar pada dasarnya adalah suatu hukum
dasar tertulis (konstitusi negara). Pengertian hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang
dipakai sebagai landasan dasar dan sumber bagi berlakunya seluruh
hukum/peraturan/perundang-udangan dan penyelenggaraan pemerintahan negara pada suatu
negara. Hukum dasar dibedakan menjadi dua, seperti berikut ini. Pertama hukum tertulis adalah
suatu konstitusi negara yang menjadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau
perundang-undangan lain yang berlaku di suatu negara, atau aturan dasar yang mengatur
penyelenggaran negara yang dituangkan dalam bentuk tertulis, contohnya UUD 1945. Oleh
karena sifatnya yang tertulis maka Undang-Undang Dasar itu rumusnya tertulis dan tidak
mudah berubah.

Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai


dasar hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan hukum
diatas segala hukum (staats fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum,
dalam pembuatannya tidak boleh beretentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat
pada Pancasila, sebab UUD 1945 adalah hukum yang setingkat di bawah Pancasila (walaupun
tidak tertera secara langsung dalam UU). Maka dari itu, dikenal lah sebuah asas yang berbunyi
lex superior derogat legi inferior, artinya, hukum yang lebih tinggi menjadi acuan hukum yang
lebih rendah. UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat sattis/absolut. UUD 1945
dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal perubahan
UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37. Dalam perubahannya
ini juga UUD 1945 harus tetap mematuhi asas lex superior derogat legi inferior. Sampai saat
tulisan ini ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4 kali amandemen. Setiap warga negara
Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab
dengan cara ini, tujuan negara dalam menyelenggarakan kepentingan umum tanpa
menyingkirkan kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana.

Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dan menentukan pokok-
pokok cara kerja badan tersebut. Prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan
diatur dalam Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana
pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain dan
UndangUndang Dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan satu sama lain. Di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 hanya berisi 37 pasal, maka sifat Undang-Undang Dasar adalah
singkat dan supel. Maknanya Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokoknya
saja. Supel mengandung makna masyarakat itu selalu berubah dan mengalami perkembangan,
maka kita harus menjaga supaya tidak ketinggalan zaman. UndangUndang Dasar 1945 dalam
tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi, disamping sebagai
alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarkis tertib
hukum Indonesia. Sifat hukum dasar tertulis tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a. peraturan perundangan yang tertinggi dalam negara,

b. memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan,

c. mengikat hak pada pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan, lembagalembaga


kemasyarakatan, warga negara dan penduduk dimana saja berada,

d. menjadi alat pengontrol dan alat pengecek apakah peraturan hukum dan peraturan
perundang-undangan dibawahnya sesuai dengan ketentuan UndangUndang Dasar,

e. menjadi dasar dan sumber hukum bagi peraturan hukum dan peraturan perundangan
dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma.

Miriam Budiardjo, 1981, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

M. Iqbal Hasan,2002, Pokok-Pokok Materi Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Anda mungkin juga menyukai