Anda di halaman 1dari 2

Ekonomi Dunia Gonjang-ganjing, Indonesia Bagaimana?

Perkembangan ekonomi dunia saat ini dinilai kurang memberikan support terhadap ekonomi
nasional beberapa waktu terakhir. Hal ini karena lembaga internasional memperkirakan
pertumbuhan tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Panji Irawan mengungkapkan, International
Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan tahun ini 3,2% atau lebih rendah
dibandingkan perekonomian tahun lalu 3,6%. Kemudian prospek ekonomi global yang masih
dibayangi ketidakpastian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Panji menjelaskan perang dagang ini berdampak negatif terhadap ekonomi global karena
menurunkan volume perdagangan dunia, sehingga bisa menekan pertumbuhan ekonomi
global.
Dia menyebutkan, bagi Indonesia, perang dagang antara Amerika Serikat dan China telah
berdampak negatif terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan harga-harga
komoditas. Harga minyak Kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terus tertekan ke tingkat harga
sekitar US$ 500 per ton, padahal harga rata-rata 2017 sebesar US$ 648 per ton dan tahun lalu
turun lagi menjadi US$ 556.
Panji menjelaskan yang sama juga terjadi pada harga batubara, menurutnya, komoditas ini
terus menurun pada harga US$ 65 per ton. Padahal harga rata-rata pada 2017 di atas US$ 100
per ton dan tahun lalu sebesar US$ 88,3 per ton.
"Namun stabilitas ekonomi nasional masih terjaga, dengan pertumbuhan yang relatif masih
lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging market lainnya. Pada kuartal dua
tahun ini, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,05% sementara pertumbuhan ekonomi
kuartal satu tahun ini sebesar 5,07%," kata Panji dalam acara Media Gathering Macro
Economic Outlook 2019 di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Dia mengungkapkan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal 1 dan 2 memang di
bawah ekspektasi banyak pihak. Tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik
dibandingkan dengan beberapa negara emerging market lainnya.
"Turki pada kuartal 2 tahun 2019 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif atau terkontraksi
sebesar 1,5% (year on year), menyusul pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1 tahun 2019
yang juga terkontraksi 2,4%," jelasnya.
Selain itu, beberapa negara berkembang lainnya pada saat yang bersamaan juga mencatatkan
pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia, antara lain Malaysia yang tumbuh
4,9%, Thailand 3,7%, Brazil 1,01% dan Rusia 0,9%.
Sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4698993/ekonomi-dunia-gonjang-
ganjing-indonesia-bagaimana
Kondisi perekonomian dalam suatu negara setiap tahunnya akan diprediksi berdasarkan hasil
evaluasi yang dilakukan pada akhir tahun, maupun ekonomi kondisi ekonomi secara global.
Penurunan pertumbuhan ekonomi saat ini disebabkan adanya ketidakpastian dalam
penyelesaian sengketa dagang antara Amerika Serikat dengan China dan Keluarga Inggris
dengan Uni Eropa. Isu-isu tersebut berpengaruh besar terhadap kegiatan perdagangan
internasional, sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan China.
Meskipun keadaan ekonomi global sedang mengalami penurunan atau melemah, prediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 ini justru masih meningkat dari tahun lalu,
yang dilihat dari sejumlah perkembangan proyek-proyek infrastruktur yang sudah atau yang
sedang berjalan.
Namun, dari sisi ekspor dan Penanaman Modal Asing pertumbuhan ekonomi di Indonesia
masih bisa terkoreksi akibat adanya perang dunia yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih bisa didorong oleh konsumsi masyarakat dan juga investasi, pemerintah pun
juga harus terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor melalui pengembangan pasar baru
dengan misalkan memanfaatkan pasar Asia dengan populasi banyak sebagai pengganti pasar-
pasar ekspor tradisional.
Lalu, langkah yang harus diambil untuk menjaga perekonomian di Indonesia agar tetap stabil
dan tidak berpengaruh oleh ekonomi global yang turun yaitu dengan membuat sumber
pertumbuhan dalam negeri dari berbagai sektor yang mampu menghasilkan dengan kualitas
performa yang baik.
Pemerintah harus mendorong para pelaku industri untuk meningkatkan daya saing produknya
sehingga bisa bersaing di pasar global dan nilai ekspor RI bisa meningkat tajam, dengan
emberikan jaminan terhadap ketersediaan bahan baku dan insentif agar ekspor bisa digenjot,
guna menjaga agar produk dalam negeri digunakan dalam jumlah besar
Membantu upaya menjaga kekuatan ekonomi Indonesia dalam bentuk investasi di tengah
kelemahan ekonomi global saat ini, dengan melibatkan swasta dalam upaya investasi
Memaksimalkan potensi wisata dengan mengembangkan bandara dan maskapai berbiaya
hemat

Anda mungkin juga menyukai