Takhrij Hadist - Studi Hadist
Takhrij Hadist - Studi Hadist
TAKHRIJ HADIST
KELOMPOK 7
DIVIANA AURIA 11850120402
PUTRI AZZAHRA 11850122487
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “Takhrij Hadist” dapat diselesaikan. Penyusunan
makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bimbingan dari Bapak Arif
Marsal, Lc. M.Ag, sebagai dosen pengampu mata kuliah studi hadist. Makalah ini
disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah studi hadist. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai acuan, maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui
“Takhrij Hadist”. Makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya:
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.
Dengan adanya perintah tersebut, Rasulullah SAW telah menjelaskan Al-
Qur’an pada umatnya secara terperinci maupun secara global, hal itu di
interpretasikan dengan perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang di
tetapkan olehnya, yang mana itu disebut hadits sehingga sempurnalah Al-Qur’an.
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima merupakan
hadits yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita untuk mengamati
hadits tersebut. Apakah hadits maqbul atau mardud, kegiatan takhrij hadits
sangatlah penting. Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di
takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis
tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut
menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.Serta akan menguatkan keyakinan
kita untuk mengamalkan hadits tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama akan
membahas tentang cara penyampaian hadits (takhrij hadits).
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Takhrij Hadist?
2. Bagaimana sejarah perkembangan dan kitab-kitab apa saja yang
mengandung takhrij hadist?
3. Bagaimana metode dalam men-takhrij hadist?
4. Bagaimana manfaat dan kegunaan dari takhrij hadist?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Al-Tahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits, terj. Ridlwan Nasir (Surabaya: Bina
Ilmu, 1995) , hlm. 1
2
Ibid., hlm. 5
3
Ibid., hlm. 8
3
2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab, kemudian sanad-sanadnya
disebutkan.
3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber (diwan hadits) dengan menyebut
mudawinnya serta dijelaskan martabat haditsnya.
4
Syaikh Manna Al-Qathan, Mahabits fi ‘Ulum al-Hadits, terj. Muhammad Ihsan (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2005), hlm. 189.
4
Iahaq Asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya, seperti Abu Al-Qasimi Al-Husaini dan
Abu Al-Qasim Al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya beberapa mahthuthah
(manuskrip) saja. Pada perkembangan selanjutnya, cukup banyak kemunculan kitab
yang berupaya men-takhrij kitab-kitab dalam berbagai ilmu agama5
5
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama), hlm. 115.
6
Syaikh Manna Al-Qathan, op.cit., hlm. 190.
5
sampai beberapa abad, hingga tradisi kecintaan terhadap hafalan dan kajian kitab-
kitab hadits serta sumber rujukan pokoknya menjadi lemah. Ketika tradisi ini
lemah, para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber
suatu hadits yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh, maka muncullah
segolongan ulama yang mulai melakukan Takhrij hadits terhadap karya-karya ilmu
tersebut dan menjelaskan kedudukan hadits itu apakah statusnya shohih. Hasan atau
dhoif. Waktu itulah muncul kutub at-takhrij (kitab-kitab takhrij).7
Kitab-kitab Takhrij generasi pertama, seperti yang dikemukakan oleh
Mahmud al-Thahhan adalah kitab-kitab buah pena al-Khatib al-Baghdadiy [w. 463
H]. Diantara ki tab yang terkenal adalah:
a. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Al-
Ghoroib.
b. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi
Qosim al-Mahrowani.
c. Kitab Takhrij hadits al-Muhazzab oleh karya Muhammad bin Musa al-
Hazimi.
7
Teungku Muhammad Hashbi Ash Shidqi., Sejarah & Pengantar ILMU HADITS (Semarang
:Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm.81.
6
Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang
dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan
kegiatan takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-
kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam mentakhrij adalah:
a) Usul al – Takhrij wa Dirasat Al – Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan,
b) Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al-
Gharami.
c) Turuq Takhrij Hadits Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn
`Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi.
7
Susunan hadits di dalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau
syuyukh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama
sahabat dapat memudahkan untuk merujuk haditsnya. Dan kitab mu’jam yang
dapat kita gunakan adalah; mu’jam Al Kabir, Mu’jam Al Awsat, dan Mu’jam
Al Saghir yang kesemuanya adalah karya Al Tabrani.
Kelebihan metode ini adalah bahwa proses takhrij dapat diperpendek. Akan
tetapi, kelemahan dari metode ini adalah ia tidak dapat digunakan dengan baik,
apabila perawi yang hendak diteliti itu tidak diketahui.
َ ع ِة ُلَي
ْس َ ص ْر
ُ ش ِديْدبِال
َّ ال
Untuk mengetahui lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang
harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan
yang memuat penggalan matan yang dimaksud.
Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadits yang dicari adalah:
ش ِد ْي ُد َ لَي: سلَّ َم قَا َ َل
َّ ْس ال َ علَ ْي ِه َو
َ ُللا
ّ صلَّى
َ ِللا ُ عَن ا َ ِب ْي ُه َري َْرةَ أَنَّ َر
ّ س ْول
ُش ِد ْيدُالَّ ِذ ْييَ ْم ِلك
َ ع ِةاِنَّ َماال
َ ص ْر
ُ ِباال
َ نَ ْف
ِ سهُ ِع ْندَالغَ ْي
.ب
Artinya:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang
yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi
yang disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya
tatkala dia marah”.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan
yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadits-hadits yang dicari
8
dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila
terdapat kelainan atau perbedaan lafadz pertamanya sedikit saja, maka akan sulit
untuk menemukan hadits yang dimaksud. Kitab-kitab hadits yang disusun
berdasarkan huruf kamus, misalnya: “Al-Jami’u Ash Shoghir min Ahadits Al-
Basyir An Nadzir” karya As Suyuti. 8
Dalam pencarian hadits di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-
kata naha ( )نَهَىta’am() َط َعام, yu’kal ( )يُؤْ َك ْلal-mutabariyaini (ين
ِ َ)ال ُمتَبَ ِاري. Akan tetapi
dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan
kata al-mutabariyaini ( )ال ُمتَبَ ِاريَي ِْنkarena kata tersebut jarang adanya. Menurut
َ )تَ َبdi dalam kitab induk
penelitian para ulama hadits, penggunaan kata tabara (ارى
hadits (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali. Penggunaan metode ini dalam
mentakhrij suatu hadits dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan
dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadits. Sebaiknya kata kunci yang dipilih
adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin asing kata tersebut akan semakin
8
Syuhud Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela dan Pemalsunya, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), hlm.45.
9
mudah proses pencarian hadits. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada
bentuk dasarnya. Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi
sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang akan kita temukan melalui Mu’jam
ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadits yang sedang dicari dalam
bentuk potongan-potongan hadits (tidak lengkap).
Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat
pencarian hadits dan memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja
yang terdapat dalam matan hadits. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu; Terkadang suatu hadits tidak didapatkan dengan satu kata
sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
10
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pokok
dari Takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:
1. Mengetahui eksitensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku hadits atau tidak.
2. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja.
3. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang berbeda
di dalam sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk hadits.
4. Mengetahui kualitas hadits (maqbul/ diterima atau mardud/ tertolak).
Faedah dan manfaat takhrij cukup banyak di antaranya yang dapat dipetik oleh
yang melakukannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui referensi beberapa buku hadits, dengan takhrij seseorang dapat
mengetahui siapa perawi suatu hadits yag di teliti dan di dalam kitab hadits
apa saja hadits tersebut di dapatkan.
2. Menghimpun sejumlah sanad hadits,dengan takhrij seseorang dapat
menemukan sebuah hadits yang akan diteliti di sebuah atau beberapa buku
induk hadits, misalnya terkadang di beberapa tempat di dalam kitab Al-
bukhari saja,atau di dalam kitab- kitab lain.Dengan demikian ia akan
menghimpun sejumlah sanad.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan
mengetahui kadar kemampuan perawi dalam mengingat hadits serta
kejujuran dalam periwayatan.
4. Mengetahui status suatu hadits.Terkadang ditemukan sanad suatu hadits
dha’if, tetapi melalui sanad lain hukumnya shahih.
5. Meningkatkan suatu hadits yang dhoif menjadi hasan li ghayrihi karena
adanya dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tahhan. 1995. Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits. Surabaya: Bina
Ilmu.
Al-Qathan, Syaikh Manna. 2005. Mahabits fi ‘Ulum al-Hadits. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Ash-Shidqi, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ismail, Syuhud. 1995. Hadits Nabi Menurut Pembela dan Pemalsunya. Jakarta:
Gema Insani Press.
Shidiqi, Teungku Muhammad Hashbi Ash. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
12