Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Menurut WHO (1969) dalam Andarmoyo (2015), keluarga adalah
sekumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1988) dalam
Sudiharto (2014), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling berketergantungan.
Menurut Duval dan Logan (1986) dalam Andarmoyo (2015),
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
Dari ketiga pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keluarga
adalah sekumpulan individu yang mempuyai hubungan yang erat dan
mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup setiap anggota
keluarga.
2. Struktur Keluarga
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila
jujur, terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik
keluarga serta adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam
keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim pesan (sender)
yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas,
dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi,
berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan
(receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika dapt menjadi
pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat
memvalidasi pesan yang diterima.
2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan baik peran formal maupun
informal.
3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol
dan mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri
dari legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan
affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan
keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu
sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu.
b. Ciri-ciri Struktur Keluarga
1) Teroganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing
anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik
ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota
sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran
dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam
berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari
nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
c. Dominasi Struktur keluarga
1) Dominasi Jalur hubungan Darah
a. Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis
ayah. Suku-suku Indonesia rata-rata menggunakan struktur
keluarga patrilineal.
b. Matrilineal
Keluarga yag dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu.
Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur
keluarga matrilineal
2) Dominasi Keberadaan Tempat Tinggal
a. Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tingal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
b. Matrilokal
Keberadaan tempat tingal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
3) Dominasi pengambilan keputusan
a. Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
b. Matriakal
Dominasi dalam pengambilan keputusan ada pada pihak istri
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman(1999) dalam Effendi (2014), terdapat lima fungsi
keluarga, yaitu :
a. Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Kesehatan Keluarga
Sebagai dampak perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan
eksternal, maka dengan sendirinya keluarga akan melakukan kompensasi
sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut sehingga
fungsi kesehatannya dapat terjaga. Kesehtan keluarga dipengaruhi oleh
anggota keluaarga dalam menjalankan fungsinya dengan baik.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah :
a. Faktor fisik
Memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan
dengan kesehatn fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antara
lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa
bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa
alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang
memperhatikan dan pola makan lebih teratur berikut sebaliknya yang
terjadi pada istri.
b. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang
besar, perasaan nyaman kaarena saling memperhatikan, saling
memberiakn penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan
terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.Berdasarkan riset ternyata
tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami, hal ini
dimungkinkan karena bertambahnya bebab yang dialami istri setelah
bersuami.
c. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fugssi
kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf
kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima semakin baik taraf
kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak
pada pemahaman tentang pentingnya kesehatn, jenis pelayanan
kesehatan yang dipilih, dan bagaiman berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.Status sosial ekonomi yang
rendah memaksa keluarga utuk memarginalkan fungsi kesehatan
keluarganya, dengan alasan keluarganya, dengan alasan keluargannya
akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.
d. Faktor Budaya
1) Keyakinan dan praktek kesehatan
Setiap suku bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilain yang
berbes- beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga
terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan
keyakinan yang dibawa sebbelumnya.
2) Nilai - nilai keluarga
Nilai - nilai yag dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan
keluarga yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang kurang
memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan
upaya apapun kesehatan keluargannya terjaga, maka keluarga
tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang
diyakinkan ternyata salah dan terbukti bahwa kesehtan keluarganya
terganggu.
3) Peran dan pola komunikasi keluarga
Dampak budaya terhadap peran, kekuatan dan kominikasi keluarga
berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap
budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-
aturan, kekuatan dan pola komunikasi.
4) Koping keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan beruusaha
beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping diartikan sebagai
respon positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi
kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada
keluarga.

B. Konsep penyakit
1. Pengertian
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain.
Menurut Suratun, 2010 Gastritis adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik
anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah.
Sedangkan menurut Broker, 2009 gastritis adalah imflamasi mukosa yang
melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut ataupun kronis.
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Sedangkan gastritis kronik
adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H.pylory (Dermawan dan
Rahayuningsih, 2010).
2. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastritis
disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari
pada mukosa muskularis. Erosinya juga tidak mengenai lapisan otot
lambung.
b. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis
hipertrofik.
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal sel chief.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan
hemoragik.

3. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
a. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS
(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid,
kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat,
dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol, seperti: whisky, vodka, dan gin.
c. Infeksi bakteri, seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E.
coli, tuberculosis, dan secondary syphilis.

d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus


e. Infeksi jamur, seperti candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks ususlambung.
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
i. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

4. Patofiologi
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis
NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang
memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2000).

5. Manifestasi klinis
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis
adalah keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah,
kembung, sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa
panas seperti terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012).
a. Manifestasi gastritis akut
Manifestasi gastritis akut dan gejala-gejalanya adalah:
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdaraahan saluran cerna (hematemesis melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
b. Manifestasi gastritis kronis
Manifestasi gastritis kronis dan gejala-gejalanya :
1) Mengeluh nyeri ulu hati
2) Anoreksia
3) Nausea
6. Patofisiologi (Dermawan, 2010)
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses auto digesti acid,
prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier
ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini luka terjadilah perlukaan
mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic.
Kemudian HCL dapat berdifusi baik kedalma mukus dan menyebabkan
luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak,
perdarahan dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi
duodenal diketahui penghambat difusi barier.
Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kongesti vaskuler, edema, peradangan, sel supervisial. Manifestasi
patologi awal dari gastritis adalah penebalan, kemerahan pada membran
mukosa dengan adanya tonjolan atau terlipat. Sejalan dengan
perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan
mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik
menyebabkan fungsi sel utama dan parietal memburuk.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor
instrinsiknya hilang, vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam badan menipis secara merata yang
menyebabkan anemia berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel
utama dan parietal sekresi lambung menurun secara berangsur, baik
jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai hanya tinggal mukus dengan
air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan
meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi
setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh
gastritis kronis (Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2010).

7. Penatalaksanaan Medis (Ardiansyah, 2012)


a. Farmakologi
1) Pemberian antirematik dan pasang infus untuk mempertahankan
cairan tubuh pasien
2) Antasida untuk mengatasi perasaan penuh dan tidak enak di
abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung
3) Antagonis H2 (seperti ranitidine, simetidin) mampu menurunkan
sekresi asam lambung
4) Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
Helicobacter pylory

c. Non farmakologi
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, yakni makan lunak
yang diberikan dalam porsi sedikit tetapi lebih sering
2) Untuk menetralisir alkali, gunakan jus lemon encer atau cuka encer
3) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol

8. Komplikasi
a. Gastritis akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas, berupa hematemesis dan melena, yang berakhir
dengan syok haemoragic. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi
ulkus, namun jarang terjadi perforasi.
b. Gastritis kronis
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan
vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini
menyebabkan timbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zt
besi dan penyempitan daerah pilorus (pelepasan dari lambung ke usus
dua belas jari).
9. Pencegahan gastritis
a. Makan teratur
b. Hindari alkohol
c. Makan dalam porsi kecil tetapi sering
d. Menghindari stress
e. Menghindari rokok
f. Mengurangi konsumsi makanan yang asam
g. Mengurangi konsumsi makanan yang pedas
10. Makanan yang harus dihindari untuk penderita gastritis
a. Cokelat
Kandungan kakao, kafein dan stimulan lain di dalam cokelat seperti
theobromine dapat menyebabkan kadar asam lambung meningkat.
Selain itu cokelat juga banyak mengandung lemak, sementara lemak
juga dapat berpengaruh pada asam lambung.
b. Minuman yang mengandung soda
Minuman jenis ini sifatnya sangat asam, di tambah lagi dengan efek
karbonasi yang bisa membuat perut jadi kembung sehingga dapat
membuat kondisi jadi makin tidak nyaman dan meningkatkan asam
lambung.
c. Makanan yang di goreng
Gorengan bisa mempengaruhi asam lambung, karena gorengan
memiliki kandungan lemak yang tinggi.
d. Minuman yang mengandung alkohol
Minuman beralkohol seperti bir, minuman keras dan wine dapat
berpengaruh terhadap naiknya asam lambung. Selain itu para ahli
menyatakan bahwa alkohol juga dapat melemaskan saluran di bawah
esofagus (yang berhubungan dengan area perut) dan dapat
menyebabkan naiknya asam lambung.
11. Makanan yang boleh di makan bagi enderita gastritis
a. Sumber hidrat arang atau karbohidrat : bubur, kentang rebus biskuit
dan tepung-tepungan yang dibuat bubur atau puding.
1) Bubur ayam
Bagi penderita sakit magh akut sangat berguna untuk mencegah
dan meringan rasa sakit. Sebaiknya hindari sate jeroan yang sulit
dicerna, namun sebagai penambah rasa boleh ditambahkan telur
rebus, kecp dan sedikit kerupuk.
2) Kentang rebus
Sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa
kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus kentang yang
bersifatbasa di pagi hari bermanfaat untuk menetralisir asam
lambung sebelum anda menyantap makanan lain.
b. Sayur yang tidak berserat dan tidak menimbulkan gas seperti labu
kuning, labu siam, wortel brokoli
c. Buah-buahan yang tidak asam dan tidak beralkohol seperti pisang,
pepaya, tomat

d. Lidah buaya
Lidah buaya bermanfaat meredakan panas dalam dan mempercepat
penyembuhan luka. Kandungan soponin nya mempunyai kemampuan
antiseptik, sedangkan kandungan antrakuinon dan kuinonnya
berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang rasa sakitnya dn merangsang
pertumbuhan sel baru pda kulit.
12. Pemeriksaan diagnostik (Ardiyansyah, 2012)
a. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya
anemia
b. Pemeriksaan serum vitamin B12, yang bertujuan untuk mengetahui
defesiensi B12
c. Analisis feses, yang bertujuan mengetahui ada darah dalam feses
d. Analisis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL
lambung
e. Endoscopy, biopsi dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum
f. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sellambung.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. PENGKAJIAN (SETIADA, 2008)
Pengkajian adalah asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model
Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian
yaitu :
a. Data Umum Keluarga
1) Identitas Kepala Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga (KK)
1) Umur dan jenis kelamin (KK)
2) Pekerjaan kepala keluarga (KK)
3) Pendidikan kepala keluarga (KK)
4) Alamat dan nomor telepon (KK)
2) Komposisi keluarga
Komposisi ini biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin,
hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status imunisasi
dari masing –masing anggota keluarga nya yang dibuat dalam
bentuk tabel untuk memudahkan pengamatan.
3) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenisd tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
4) Genogram
Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram
untuk menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan
genogram adalah sebagai berikut :
a) Anggota keluarga yang lebih tua berada di sebelah kiri.
b) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau
perempuan.
c) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-
laki atau perempuan.
d) Paling sedikit disusun tiga generasi.
5) Suku bangsa
a) Latar belakang etnis keluarga atau amggota keluarga. Dikaji
asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
b) Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogen).
c) Kegiatan-kegiatan keaagamaan, sosial, budaya, rekreasi,
pendidikan (apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam
kelompok kultur/budaya keluarga).
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisioan atau
modern).
e) Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern.
f) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi, dikaji apakah keluarga mengujungi pelayanan
praktisi. Dikaji apakahb keluarga mengunjungi pelayanan
praktisi, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan
tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam
bidang kesehatan.
g) Penggunaan bahas sehari-hari dirumah.
6) Agama dan kepercayaan.
a) Apakah anggota keluarga berbeda dealam praktek keyakinan
beragamaan mereka.
b) Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan
agama atau organisasi-organisasi keagamaan lain.
c) Keluarga menganut agama apa.
d) Kepercayaan-kepercayaan dengan nilai-nilai keagamaan yang
dianut dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal
kesehatan.
7) Status sosial ekonomi keluarga.
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
8) Aktivitas reakreasi keluarga.
Reakreasi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat
reakreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas reakreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga
berdasarkn tahap kehidupan keluarga berdasarakan Duvall,
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji
sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan
perkembangan.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga
saat ini tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta
kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti
Dimana kita melihat seperti apa kehidupan keluarga asalnya,
hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua
orang tua.
a) Riwayat terbentuknya keluarga inti
b) Penyakit yang diderita orang tua (adanya penyakit menular
atau penyakit menular dikeluarga)
4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
Tahap inti dengan melihat riwayat perkembangan dan kejadian-
kejadian pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan
dengan kesehatan (perceraian,kematian,dll) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga.
a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular keluarga
b) Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi
kesehatan
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
1) Riwayat keluarga sebelumnya.
Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk
keluarga sampai saat ini.
2) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat keturunan, riwayat masing-masing
anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga.
d. Pengkajian Lingkungan
1) Karasteristik rumah
Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
dll) apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.
a) Ukuran rumah
b) Kondisi dalam dan luar rumah
c) Kebersihan rumah
d) Ventilasi rumah
e) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
f) Air bersih
g) Pengelolaan sampah
h) Kepemilikan rumah
i) Kamar mandi/wc
j) Denah rumah
2) Karasteristik tetangga dan komunitas.
Menjelaskan mengenai karasteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi
kesehatan.
a) Apakah ingin tingal dengan satu suku saja
b) Aturan dan kesepakatan dengan penduduk setempat
c) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat. Sudah berapa lama keluarga
tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan meliputi fasilitas fisik, psikologis atau
dukungan dari keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat dengan mengkaji siapa menolonng
keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, dukungan
konseling aktivitas-aktivitas keluarga.
e. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunkasi antar anggota keluarga, bahasa
apa yang digunakan dalam keluarga, bagaimana frekuensi dan
kualitas komunikasi yang berlangsung dalam keluarga, dan
adakah hal-hal atau masalah dalam keluarga yang tertutup
untuk diskusikan.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal dan siapa yang menjadi model
peran dalam keluarga dan apakah ada konflik dalam pengaturan
peran yang selama ini dijalani.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya
dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh maan keluarga menyiapkan makanan, pakaian dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan
keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggotra
keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan dan memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga.
g. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ±6 bulan dan jangka panjang yaitu yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi pemarsalahan.
h. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik diklinik.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk
dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Menurut
Suprajitno (2004) dalam komang (2009), perumusan diagnosis
keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang
dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan
masalah.
c. Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang
ditemukan sebagai komponen pandukung terhadap diagnosis
keperawatan actual dan risiko.
Menurut Suprajitno (2004) dalam Komang (2009) menyatakan
bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
oleh keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan
cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga
ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya
dan mempunyai sumber penunjang kesehatan.
Menurut Setiawan dan Dermawan (2008) diagnosa
keperawatan adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung, dan pengukuran dengan
menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi,
sampai masalah aktual. Setelah mengumpulkan data dan
menganalisa , maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin
terjadi pada keluarga dengan masalah gastritis menurut klasifikasi
NANDA dapat dirumuskan sebagai berikut
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitis pelayanan
kesehatan
b. Nyeri berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitis pelayanan
kesehatan
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitis pelayanan
kesehatan
d. Resiko terjadi serangan berulang berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitis pelayanan
kesehatan
e. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitis pelayanan
kesehatan
3. PRIORITAS MASALAH (Setiadi, 2008)
Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya adalah
memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaaan keluarga karena dalam
suatu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggynakan skala prioritas
(skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut:
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
x Bobot
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑐. Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5.

Tabel 2.1 Skala Baylon dan Maglaya


NO Kriteria Skor Bobot Pembenaran
1 Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
-Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat 2
diubah 2
Dengan mudah 1
Hanya sebagian 0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk 1
dicegah 3
Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolkan masalah 1
Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak
segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan

3. Intervensi Keperawatan.
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-
masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan.Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi.
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Nanda, 2011)
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali
perencanaanprogram yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang
cukup untuk merencanakan implementasi (Komang, 2009)
Kerja sama dengan keluarga sangat diperlukan untuk melaksanakan
intervensi. Perawatan kesehatan keluarga menuntut pelaksanaan
perawatan yang paling baik, hal ini adalah hasil dari kemauan yang besar
untuk menghadapi tuntutan mengingatkan kecakapan perawat dalam
merawat serta mengambil tindakan dan menggunakan segala kesempatan
untuk membantu keluarga dan mengevaluasi tindakan tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dngan
program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan,
karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Program evaluasi dilaksana
untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran
dan tujuan, memastikan biaya program, sumberdaya dan waktu
pelaksanaan program yang telah dilakukan (Komang, 2009).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
Subjektif : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara
subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
Objektif : adalah hal-hal yang ditemui langsung oleh perawat secara
objektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
Analisa : adalah analisa dari hasil-hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosa
Planning : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat
respon dari keluarga pada tahap evaluasi
E. Petanyaan Penelitian
2. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit
gastritis di Singkawang Barat tahun 2018?
3. Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga
dengan penyakit gastritis
4. Bagaimana intervensi keperawatan keluarga dengan penyakit gastritis?
5. Bagaimanakah hasil evaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit
gastritis di Singkawang Barat tahun 2018?

Anda mungkin juga menyukai