Perancangan Proses
1. Make-to-stock
Memproduksi produk standar untuk segera dikirimkan. Fungsi penyimpanan ada pada akhir
aliran ketika barang telah jadi
2. Assemble-to-order
Memproduksi komponen standar yang siap dirangkai saat ada permintaan pelanggan. Fungsi
penyimpanan ada pada tengah proses ketika barang masih setengah jadi.
3. Make-to-order
Memproduksi produk sesuai spesifikasi pelanggan seluruhnya setelah ada permintaan. Tidak
ada funsi penyimpanan, barang dibuat dan langsung diberikan pada pelanggan.
2. MENURUT BUKU MATERIAL SELECTION IN MECHANICAL DESIGN
HANDBOOK
Gambar 1 desain flowchart. Desain berproses dari satu identifikasi dan klarifikasi tugas
melalui konsep,spesifikasi produk. perwujudan dan analisa rinci kepada satu
gambar 2 The analysis of a technical system as a breakdown into assemblies and components.
Material and process selection is at the component level.
gambar 2.3 sebuah pendekatan sistem pada analisa dari satu sistem teknis, dilihat sebagai
transformasi dari energi, bahan dan informasi(sinyal).
Fase 0, Perencanaan
Fase 0 ini merupakan tambahan dari fase yang pada tahun 1995 juga dikembangkan
oleh Ulrich dan ditulis pada buku dengan judul yang sama. Kegiatan yang dilakukan pada fase
ini merupakan pendahuluan dari proses perancangan dan pengembangan produk. Fase ini lazim
juga disebut sebagaizero phase. Tujuan dari fase 0 adalah sebagai pertimbangan portofolio
suatu pengembangan produk atau alokasi fokus pengembangan. Selain itu fase perencanaan
bertujuan sebagai jaminan berjalannnya proyek dapat dilakukan sejalan dengan strategi bisnis
utama. Yang dilakukan dari fase ini diantaranya penerjemahan peluang pasar serta
pendefinisian segmen yang dituju, perencanaan arsitektur produk secara inisial beserta
teknologi yang akan diterapkan, sampai dengan perencanaan keuangan dan alokasi sumber
daya untuk pengembangan produk yang akan dilakukan.
Pernyataan misi dari desainer akan menjadi awal dalam proses perancangan produk tersebut.
Dimulai dari tahap identifikasi kebutuhan konsumen, pengembang dapat menjaring suara calon
konsumen dengan metode penyebaran kuesioner, etnografi, dan sebagainya. Kebutuhan
konsumen harus dapat dipahami pada tahap ini. Setelah suara konsumen teridentifikasi,
dilanjutkan proses penerjemahan kebutuhan konsumen menjadi kebutuhan secara teknis pada
tahap Penetapan Target Spesifikasi. Target spesifikasi ditentukan oleh pengembang
berdasarkan suara konsumen yang telah diperoleh. Setelah target spesifikasi ditentukan
dibuat berbagai alternatif konsep yang mungkin dapat digunakan sebagai acuan desain produk.
Dari berbagai alternatif konsep tersebut dianalisa dan dieliminasi beberapa konsep sehingga
diperoleh konsep yang paling menjanjikan. Satu atau beberapa konsep terpilih akan diuji untuk
diketahui apakah konsep tersebut relevan dengan suara konsumen. Setelah pengujian konsep
tersebut, dilakukan peninjauan kembali target spesifikasi yang ditentukan di awal proses
terhadap hasil pengujian yang ada untuk kemudian dibuat rencana alur pengembangan produk.
Dalam setiap tahapan dalam fase pengembangan konsep tersebut perlu dilakukan analisa
ekonomi secara generik. Model ekonomi yang dibuat berguna untuk menjustifikasi kontinuitas
dari keseluruhan program pengembangan dan me-resolve trade off yang terjadi. Pemahaman
mengenai kompetisi dengan produk sejenis atau benchmark juga perlu diperhatikan karena
merupakan hal yang kritis dalam penentuan keberhasilan rancangan. Setiap tahap yang dalam
fase ini harus dapat dihasilkan output yang memperhatikan benchmarkproduk. Di samping itu,
setiap tahapan proses pada fase ini melibatkan model dan prototipe yang bervariasi. Dalam hal
ini dibutuhkan model konsep pembuktian yang dapat digunakan untuk membantu pengembang
menunjukkan kelayakan produk secara umum.
Tahap ketiga adalah pembuatan susunan geometri produk. Susunan geometri dalam tahap ini
dapat dibuat dalam bentuk gambar, model komputer, atau model fisik. Dilakukan
penggambaran fisik layout produk sesuai dengan chunk yang telah ditentukan pada tahap 2.
Dapat dimungkinkan pada tahap ini pengembang menemukan ketidak layakan
pengelompokan yang dilakukan pada tahap 2 sehingga dilakukan proses pengelompokan
elemen skema ulang.
Tahap akhir yaitu identifikasi interaksi yang fundamental dan insidental pada produk tersebut.
Setiap chunk dalam rancangan yang telah dibuat perlu dilakukan pengidentifikasian interaksi
satu sama lain. Hal ini dilakukan dengan penggambaran diagram dengan identifikasi interaksi
yang dimungkinkan akan terjadi pada produk tersebut. Tahap ini dilakukan sebagai pencegahan
malfungsi produk akibat ketidak selarasan antar komponen utamanya (chunk).
Tata cara pembuatan produk ditentukan pada fase ini, yaitu perancangan rinci atau
detail. Dimulai dari proses pembuatan komponen, perakitan, hingga penyempurnaan, fase ini
mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi dari komponen produk yang
akan digunakan serta identifikasi dari keseluruhan komponen yang dirancanakan akan dibeli
dari pemasok. Output dari fase ini adalah recording terhadap pengendalian produk. Dalam
perancangan detail, desain yang akan dibuat sangat perlu untuk dipahami. Terdapat beberapa
konsep desain perancangan diantaranya yang paling populer adalah sebagai berikut:
1. Design for Manufacturing
2. Design for Assembly
3. Design for Environment
4. Design for Maintenance
Setiap konsep desain memiliki tujuan masing-masing baik desain yang ditujukan agar proses
manufaktur dapat dilakukan dengan mudah, agar proses assembly dapat dilakukan dengan
mudah, agar produk tersebut ramah lingkungan, atau agar produk tersebut mudah untuk
dirawat.
Fase ini akan terkait dengan evaluasi konstruksi produk dari bermacam-macam versi
produksi awal produk. Prototipe pada awalnya dibuat dengan menggunakan komponen-
komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya untuk
kemudian diuji untuk verifikasi kerja produk sesuai dengan yang direncanakan dan apakah
produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe awal tersebut dapat disebut
dengan istilah Prototipe Alfa. Sedangkan prototipe berikutnya dibuat dengan komponen yang
dibutuhkan pada saat akan diproduksi sesungguhnya namun tidak dirakit dengan proses
perakitan akhir yang sesungguhnya. Prototipe tersebut akan dievaluasi secara internal dan diuji
oleh pengguna dengan percobaan penggunaan secara langsung. Prototipe tersebut dinamakan
prototipe beta. Sasaran dari prototipe beta adalah untuk menjawab pertanyaan tentang kinerja
dan keandalan produk sebagai bahan identifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara
teknik untuk produk akhir.
Fase paling akhir adalah persiapan peluncuran produk dimana akan dibuat dengan
sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal tersebut adalah untuk
membiasakan pekerja pada produsen produk dalam memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul pada proses produksi. Produk-produk yang dihasilkan pada saat produksi awal sering
kali disesuaikan dengan keinginan konsumen dan dievaluasi untuk diidentifikasi kekurangan-
kekurangan yang timbul dengan lebih detail.