File Sisa
File Sisa
1) Menurut Tahun
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (tahun) di Puskesmas
Pampang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahun
Kelurahan 2013 2014 2015
n % n % n %
Pampang 36 57.1 25 44.6 39 21.0
Panaikang 20 31.7 21 37.5 20 10.8
Karampuang 6 9.5 4 7.1 7 3.8
Luar Wilayah
1 1.6 6 10.7 1 0.5
Kerja
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013persentase penderita
penyakit tuberkulosis yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Pampangdari tahun ke tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal
di Kelurahan Pampang yaitu sebesar 57,1%atau 36 orang pada tahun
2013,sebesar 44,6% atau 25orang pada tahun 2014, dan sebesar 21%atau
39orang pada tahun2015. Persentase yang paling rendah dari tahun 2013–
2015adalahpada penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Luar Wilayah
Kerja.
Asumsi dari pengamat menyatakan bahwa kebanyakan penderita
tuberkulosis berasal dari Kelurahan Pampang karena letak Puskesmas Pampang
bertempat di Kelurahan Pampang sehingga lebih mudah diakses oleh
masyarakat setempat.Adanya masyarakat yang bertempat tinggal di luar wilayah
kerja Puskesmas Pampang dan berobat di Puskesmas tersebut dikarenakan
puskesmas ini mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada di sekitar wilayah
kerja puskesmas tersebut dan bisa saja merupakan pasien rujukan dari
puskesmas lain ataupun dari rumah sakit tertentu.
c. Distribusi MenurutOrang
1) Menurut Umur
Gambaran distribusi penderita penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang berdasarkan kelompok umur ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Kelompok Umur di
Puskesmas Pampang Kecamatan Panakukkang
Kelompok Tahun
Umur 2013 2014 2015
(Tahun) n % n % n %
0-14 0 0.00 4 7.1 3 4.5
15-24 15 23.8 12 21.4 12 17.9
25-34 14 22.2 8 14.3 15 22.4
35-44 12 19.0 12 21.4 14 20.9
45-54 12 19.0 10 17.9 15 22.4
55-64 8 12.7 6 10.7 7 10.4
65-74 2 3.2 1 1.8 1 1.5
≥ 75 0 0.00 3 5.8 0 0
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase jumlah penderita penyakit
tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat pada kelompok umur
15-24 tahun yaitu sebesar23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada
kelompok umur 0-14 tahun dan ≥ 75 tahun dengan persentase masing-
masing sebesar 0%. Pada tahun 2014persentase jumlah penderita
tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan
35-44 tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada
kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun
2015persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada
kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15
orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun dengan
persentase sebesar 0%.
Pada masa prediksi yaitu tahun 2016 - 2020, diprediksikan
bahwa kasus TB Paru BTA Positif akan terus meningkat dan
diperkirakan pada tahun 2020 jumlah kasus tertinggi terdapat pada
kelompok umur 15-64 tahun sebesar 749 kasus, kemudian kelompok
umur ≥ 65 tahun yaitu sebesar 35 kasus, dan terakhir pada kelompok
umur 0-14 tahun sebesar 50 kasus. Hasil yang serupa juga
dikemukakan oleh Pujianti (2014) bahwa hasil peramalan (forecasting)
menunjukkan kelompok umur produktif lebih banyak mengalami
kejadian TB Paru dan jumlah angka morbiditas TB Paru berdasarkan
spesifikasi usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
(Pujianti.,dkk, 2014).
Prevalensi tinggi infeksi di kelompok usia 15- 49 tahun ini juga
bisa dikaitkan dengan peningkatan kegiatan diluar ruangan,
kepadatan penduduk di sebagian besar pemukiman dan kurangnya
higiene personal (Kurniawan.,dkk, 2015).
penyakit TB Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif, yaitu 15-49 tahun, hal ini dapat diasumsikan karena kelompok usia
15-49 tahun adalah kelompok usia yang mempunyai mobilitas yang sangat
tinggi sehingga kemungkinan terpapar dengan kuman Mikobakterium
Tuberkulosis paru lebih besar selain itu reaktifan endogen (aktif kembali yang
telah ada dalam tubuh) dapat terjadi pada usia yang sudah tua (Paramani,
2013).
b. Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP-Pus
(Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas) harian bersumber dari register rawat
jalan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan
pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi
tindak lanjut serta distribusi data.Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis bulanan terhadap tuberkulosis di daerahnya dalam bentuk tabel menurut
kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, jika sudah tiga kali
kunjungan dimasukkan kedalam kasus lama, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah
setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini TB di Puskesmas. Apabila
ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita TB, maka
Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebulan sekali.
Petugas Surveilans di Puskesmas Pampang tidak melakukan
pengolahan data karena mereka langsung menyetor data mentah ke Dinas
Kesehatan kota Makassar.Data yang dimiliki oleh petugas puskesmas tidak
diolah berdasarkan waktu, tempat dan orang, sehingga dalam tahap pengolahan
data, puskesmas belum mampu menyajikan hasil pengolahan baik secara
mingguan, bulanan maupun secara rutin pertriwulannya.Hal ini menyebabkan
tahap pengolahan data di Puskesmas Pampang masih kurang baik.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Unit surveilans Puskesmas seharusnya melaksanakan analisis tahunan
perkembangan TB dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan
lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan
Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Surveilans dan
petugaspemegang program TB, Kegiatan analisis tidak dilakukan di Puskesmas
Pampang. Petugaspemegang program TB hanya menyetor data mentah yang
berupa buku Register TB 03.Kegiatan analisis untuk penyakit tuberculosis
dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Di puskesmas Pampang, juga tidak melakukan analisis trend dari tahun
ke tahun adahal jika ingin menganalis kejadian tuberkulosis sangatlah mudah
karena di puskesmas Pampang telah tersedia Software SITT (Sitem Informasi
Tuberkulosis Terpadu) namun, tidak pernah dilakukan oleh petugas pemegang
program TB maupun Petugas Surveilans puskesmas pampang sehingga, di
puskesmas pampang tidak memiliki bentuk penyajian informasi hasil analisis dan
interpretasi data
d. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data/diseminasi informasi dapat disampaikan dalam
bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk
publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana
teknologi informasi yang mudah diakses.Diseminasi informasi dapat juga
dilakukan apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan
menyampaikan hasil analisis.
Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang dilaporkan
menggunakan formkhusus buku register TB (TB 03).Pelaporan dilakukan
sebelum tanggal 5 setiap 3 bulan sekali dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan
Kota Makassar.
Puskesmas Pampang tidak pernah kekurangan formulir pencatatan dan
pelaporan untuk kegiatan surveilans selama 4 bulan terakhir.Karena Dinas
Kesehatan Kota Makassar langsung memberikan formulir sesuai kebutuhannya,
biasanya untuk satu buku register (formulir) digunakan untuk pertahun.Proses
pengiriman laporan STP tuberkuosis ke Dinkes Kota melalui laporan
langsung,untuk mengarsipkannya petugas surveilans menyimpan hardcopy STP
tuberkulosis.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui
efektifitas program. Secara umum tujuannya untuk menjelaskan kegunaan dari
sumber kesehatn masyarakat (public health resource) melalui pengembangan
sistem surveilans yang efektif dan efisien. Pedoman ini dapat dipakai sebagai
pedoman perorangan dalam melakukan evalaluasi dan sebagai bahan acuan
untuk mereka yang sudah biasa dengan proses evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans Kesehatan
yang telah dilaksanakan dalam perode waktu tertentu.Disebabkan banyaknya
aspek yang berpengaruh dalam pencapaian suatu hasil, maka evaluasi objektif
harus dapat digambarkan dalam menilai suatu pencapaian program. Peran dan
kontribusi Surveilans Kesehatan terhadap suatu perubahan dan hasil program
kesehatan harus dapat dinilai dan digambarkan dalam proses evaluasi.
Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Pampangtidak berjalan sebagaiman
mestinya, karena evaluasi yang dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui
berapa jumlah kejadian tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas.Adapun kegiatan
evaluasi yang lainnya mengenai penyakit tuberkulosis dilakukan dalam bentuk
kegiatan Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan kota
Makassar setiap 6 bulan sekali.Adapun bentuk feedback (umpan balik) dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar kepada puskesmas berupa bulletin dan pertemuan
rutin setiap bulannya untuk membahas angka kejadian penyakit tuberkulosis
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu (time), tempat (place) danorang
(person) di Puskesmas PampangKota Makassar tahun 2013-2015.
a. Berdasarkanwaktu (bulan), penderita tuberkulosistertinggi yang ditemukan pada
pada tahun 2013 distribusi penyakit tuberkulosis dengan persentase terbesar
terjadi pada bulan April, September dan Desember sebesar 3,6% atau 53
penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada bulan Maret sebesar
1,0% atau2 penderita. Pada tahun2014 distribusi penyakit dengan persentase
terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar 4,1% atau8 penderita, sedangkan
persentase terendah terjadi pada bulan Juli dan September sebesar 0,5% atau1
penderita. Pada tahun 2015 persentase terbesar terjadi pada bulan Maret
sebesar 6,2% atau 12 penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada
bulan Mei dengan persentase 0,5% atau 1 penderita. Sedangkan bedasarkan
tahun kejadian tuberkulosis mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun
2013 terdapat 63 penderita (33,9%), kemudian pada tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 56 penderita (30,1%). Namun pada tahun 2014 meningkat
menjadi 67 penderita (36,0%).
b. Berdasarkan tempat, penderita penyakit tuberkulosis yang datang melakukan
pemeriksaan di Puskesmas Pampang dari tahun ke tahun adalah
kebanyakanpenderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Pampang, dan yang
terendah adalah di Luar Wilayah Kerja Puskesmas Pampang.
c. Berdasarkan orang, dari data yang diperolehmenunjukkan bahwapersentase
jumlah penderita penyakit tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat
pada kelompok umur 15-14 tahun yaitu sebanyak 23,8% atau 15 orang dan
paling sedikit pada kelompok umur 0-14 tahun dan ≥ 75 tahun dengan
persentase sebesar 0%. Pada tahun 2014persentase jumlah penderita
tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-44
tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada kelompok
umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun
2015persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada
kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15
orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun dengan persentase
sebesar 0%. Sedangkan menurut jenis kelamin,distribusi penderita penyakit
tuberkulosis dari tahun 2013-2015 paling banyak terjadi pada orangjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak57,1% atau 36orang ,62,5% atau 35orang dan 21,5%
atau 40 orang.
2. Pelaksanaan Surveilans tuberkulosis di Puskesmas Pampang tahun 2013-
2015belum cukup baik karena ada yang seharusnya di lakukan di Puskesmas
namun tidak dilaksanakan.
3. Atribut sistem surveilans tuberkulosis di PuskesmasPampang tahun 2013-2015telah
dilaksanakan dengan cukup baik mulai dari kesederhananaan (simplicity),
fleksibilitas (flexibility), dan ketepatan waktu (timeliness).
5.2 Saran
1. Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan, pencatatan
dan pelaporan secara lengkap dan akurat agar data yang dikumpulkan mengenai
distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu lebih baik. Selain itu, dalam
pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang Kota Makassar, sebaiknya pihak
Puskesmas Pampang menganalisis data berdasarkan tempat secara rinci per Rukun
Warga (RW) sehingga apabila ada program pencegahan atau penanggulangan
penyakit tuberkulosis dapat tepat sasaran.
2. Penyelenggaraan Surveilans penyakit tuberkulosis diharapkan dapat optimal, maka
diperlukan peran serta semua sektor, terutama seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
milik pemerintah ataupun masyarakat, instansi kesehatan baik di daerah maupun di
pusat.
3. Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang diharapkan ada
penambahan jumlah fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih mempermudah
dalam menganalisis data. Selain itu disarankan agar mengikuti pelatihan
penggunaan software bagi petugas surveilans untuk peningkatan keterampilan
dalam melakukan pengolahan data serta penggunaan komputer dalam pencatatan
dan pengolahan data.
4. Dokumen-dokumen hasil pencatatan penderita yang berkunjung di Puskesmas
Pampang hendaknya disimpan dengan baik agar mudah didapatkan apabila
dibutuhkan.
5. Distribusi epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang sangat perlu dilakukan
karena sangat penting dalam menentukan program dan intervensi yang akan
dilakukan selanjutnya. Misalnya distribusi berdasarkan waktu, dapat dilihat dari
peningkatan kasus pada musim hujan atau musim dingin perlu dilakukan antisipasi
dalam bentuk kegiatan penyuluhan dalam menghadapi perubahan musim
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA Press, 2012
Depkes. Laporan Nasional Riskesdas tahun 2007. Jakarta: pusat penelitian pengembangan
kesehatan
Dinkes Prov. Sulsel 2011, Rekapitulasi Laporamn Hasil P2 – TB Paru Melalui Laporan
Tribulan TB.07, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Last, JM. 2001. A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Mahdiana, Ratna. Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi.
Yogyakarta: Citra Pustaka, 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan .
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit.
Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. Keperawatan Medikal Bedah.vol 1. Jakarta: ECG,
2002
Suarni, Helda. 2009. Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit TB
BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Bulan Oktober Tahun 2008-April
Tahun 2009. Universitas Indonesia.
Zulkarnain, 2005. Analisis Drug Resistance Dan Multi Drug Resistance Tuberkulosis
Previously Treated Cases dengan Strategi Dots di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2004. Tesis FKM Unhas.
LAMPIRAN
Minggu 1 Minggu 2
Min
(15-21 Oktober) (22- 28 Oktober)
NO. NIM NAMA
2 2 2 2
17 18 19 21 22 23 25 28 29 30 1 2 3
0 4 6 7
Riska Zulfiah
1 K11114072 √ √ √ √ √
Ahmad
Men
getahui,
Petu
gas Surveilans Puskesmas Pampang
Haw
aedah, SKM
Pengumpulan
Data Survailans
Entry Data
Survailans
Cleaning Data
Survailans
Analisis Data
Survailans
Wawancara
dengan
Petugas
Survailans
Entry Data
Wawancara
Cleaning Data
Hasil
Wawancara
Analisis Data
Hasil
Wawancara
Penyusunan
Laporan
Pengumpulan
Laporan
Lampiran 4 Foto Kegiatan
Gambar 1 Gambar 2
Puskesmas Pampang Buku Register Tuberkulosis (TB)
Gambar 4
Gambar 3 Ruangan P2PL Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Laboratorium Puskesmas Pampang Makassar
Gambar 5 Gambar 6
Pertemuan Monitoring Evaluasi Program Proses Wawancara dan Pengambilan Data di Dinas
TB Tingkat Kota Makassar di Dinkes Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar
Kota Makassar