Anda di halaman 1dari 13

TERAPI MASSAGE

Oleh :
Kelompok 4 (B11 – B)
1. Komang Aeny Suryati (183222977)
2. Lili Fredelika (183222978)
3. Luh Putu Widiapsari (183222979)
4. Ni Gusti Ayu Putu Lestariani (183222980)
5. Ni Kadek Ayu Diana Pratiwi (183222981)
6. Ni Kadek Putri Adi Wiryani (183222982)
7. Ni Kadek Sinta Purnama Febriasari (183222983)
8. Ni Ketut Rai Adriani (183222984)

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas
Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Massage”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak yang membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, 18 Februari 2019

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah
839 juta kasus hipertensi, dimana penderitanya lebih banyak dari wanita (30%) dibanding
pria (29%). Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNESIII), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 2010 – 2012 adalah
sekitar 39 – 51% yang berarti bahwa terdapat 58 – 65 juta orang menderita hipertensi
(Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg (Triyanto,
2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31, 7% dari populasi usia 18 tahun
keatas. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke – 3 setelah stroke dan tuberkolosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia. (Sunanto, 2009).
Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun
emosional yang berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh
(Judha, 2012). Berdasarkan penjelasan di atas kasus hipertensi harus segera diatasi,
penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis.
Penanganan secara farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat penurun
hipertensi. Sedangkan penanganan secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan
memberikan terapi yang memberikan manfaat relaksasi kepada tubuh. Manajemen
nonfarmakologi yang diberikan yaitu terapi alternatif komplementer. Ada berbagai cara
untuk membantu mengurangi nyeri antara lain relaksasi otot, masase kepala, pemberian
obat gosok, obat anti cephalgia, obat penenang ringan, akupuntur, dan injeksi tempat nyeri
dengan anestesi local (Triyanto, 2014).
Terapi alternatif komplementer merupakan sebuah kelompok dari bermacam –
macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan atau praktek dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Salah satu terapi alternatif
yaitu masase.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik dalam mengaplikasikan
pemberian masase kepala terhadap penurunan nyeri kepala pada asuhan keperawatan
Ny.W dengan hipertensi di Ruang Teratai RSUD Dr. Mangoen Soemarso Wonogiri.
4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, komplikasi, klasifikasi,


penatalaksanaan hipertensi ?

2. Bagaimana pengertian, manfaat, macam-macam gerakan massage?


3. Dimana saja trigger point massage untuk hipertensi
4. Apa saja kontraindikasi dari massage?
5. Jelaskan standar operasional prosedur massage?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, komplikasi,
klasifikasi, penatalaksanaan hipertensi ?

2. Untuk mengetahui pengertian, manfaat, macam-macam gerakan massage?


3. Untuk mengetahui trigger point massage untuk hipertensi
4. Untuk mengetahui Apa saja kontraindikasi dari massage?
5. Untuk mengetahui standar operasional prosedur massage?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan Suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan dan angka kematian (Triyanto, 2014). Hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah arteri yang persisten (Hardhi, 2013).

b. Etiologi

1. Hipertensi primer atau esensial yaitu kurang lebih Sembilan puluh persen hipertensi
yang ada di masyarakat termasuk golongan hipertensi ini, dan belum diketahui
penyebabnya, klien tidak menunjukan keluhan.
2. Hipertensi sekunder yaitu jenis hipertensi ini diketahui penyebabnya dan
penanganannya lebih mudah. Klien menunjukan gejala atau keluhan dari penyakit
yang mendasarinya misalnya kelainan ginjal : GNA/GGA, Hormon : Diabetes Millitus,
Neurologis : Tumor otak, lain-lain : Preeklamsi (Herlambang, 2013).

Penyebab hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Secara garis keturunan menyebabkan kelainan berupa : Gangguan fungsi barostat renal,
sensitifitas terhadap konsumsi garam, abnormalitas transportasi natrium kalium, respon
SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial, Gangguan metabolisme
(glikogen, lipid, dan resistensi urin).
b. Faktor lingkungan : Faktor psikososial yaitu kebiasaan hidup, stress mental, keturunan
dan kegemukan, Faktor konsumsi garam, dan Pengobatan obat-obatan seperti golongan
ankotirkosteroid.
c. Adaptasi dan struktual jantung serta pembuluh darah : pada jantung terjadi hypertropi dan
hyperplasia monosit, pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi (Pudiastuti,
2013).
6
c. Manifestasi klinik

Gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, Sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang , dan miisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan (triyanto, 2014).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan peruban pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil
(edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2005).

d. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu, jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil
(Arteriola). Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.Sebaliknya, jika aktifitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun.Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
normal. Ginjal juga bisa meningatkan tekanan darah dan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormone aldosterone. Ginjal merupakan organ
penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena berbagai penyakit dan kelainan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi (Triyanto, 2014).
7
e. Komplikasi

Berikut ini adalah penyakit yang ditimbulkan akibat hipertensi.Stroke dapat timbul akibat
perdarahan tekanan tinggi diotak, Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
darah kedaerah-daerah yang di perdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinann
terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba,seperti
orang bingung, bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterisklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang, menyebabakan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin,2000 dalam Triyanto 2014).

f. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah orang dewasa yaitu sebagai berikut.

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <130 <85


Normal Tinggi 130-139 85-89
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≤210 ≤120
8

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Sumber : Triyanto, 2014)

g. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu non farmakologis
dan farmakologis. Kondisi patologis hipertensi memerlukan penanganan atau terapi.
Terapi hipertensi dapat dikelompokan dalam terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan agen obat
dalam proses terapinya, sedangkan terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa
yang dalam kerjanaya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien. Pengelompokan terapi
farmakologis yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi
adalah Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker
(ARBs), beta-blocker, calcium chanel blocker, direct renin inhibitor, diuretic,
vasodilator.

Dalam algoritme penanganan hipertensi, terapi non farmakologis diantaranya modifikasi


gaya hidup termasuk pengelolaan stres dan kecemasan merupakan langkah awal yang
harus dilakukan. Penanganan non farmakologis dengan menurunkan obesitas,
menciptakan keadaan rileks, mengurangi asupan garam. Pada orang yang normal,
kecemasan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah sesaat. Pada pasien
hipertensi kecemasan dapat memicu kenaikan heart rate (HR), tekanan darah dan
ketegangan otot yang membutuhkan intervensi medis maupun intervensi keperawatan.

Manajemen nyeri melalui teknik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Penggunaan akupuntur dengan metode kiiko matsumoto
telah dilaporkan secara nyata menunjukan efektifitas terhadap penurunan tekananan
darah. Terapi dengan menggunakan trancendental meditation dan medical hypnosis
secara nyata berdampak pada penurunan tekanan darah dan dapat digunakan sebagai
terapi non farmakologis untuk membantu mengontrol tekanan darah.

Terapi non farmakologis harus diberikan kepada semua pasien hipertensi primer dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko serta penyakit
penyerta lainya. Ketidakpatuhan pasien terhadap modifikasi gaya hidup yaitu konsumsi
alkohol, pengendalian berat badan, termasuk pengendalian stres dan kecemasan
merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi resisten.
Berbagai cara untuk menciptakan keadaan rileks dengan terapi relaksasi seperti meditasi,
9
yoga atau hipnosis yang dapat mengontrol sistem saraf, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Hasil penelitian Ridjad (2005) tenyata olah raga seperti senam aerobik
selama 30-45 menit senyak 3-4 kali seminggu efektif menurunkan tekanan darah. Olah
raga dapat memperlancar peredaran darah, mengurangi obesitas dan mengurangi kadar
garam dalam tubuh berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit. Gaya hidup yang
kurang sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol berpengaruh dalam meningkatkan
resiko hipertensi
Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap komplek karena tekanan darah
cenderung tidak stabil. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya
pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungna ke dokter, perawatan dirumah
sakit, puskesmas, posyandu maupun praktik tenaga kesehatan. Namun demikian, angka
hipertensi masih saja tinggi yaitu urutan ke – 2 penyakit terbanyak. Hal ini dikaitkan
dengan kompleknya penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan karena tekanan
darah yang cenderung tidak stabil.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis dengan karakteristik tekanan darah
cenderung naik turun dalam waktu yang aman, sehingga diperlukan pengobatan yang
lama bahkan mungkin seumur hidup. Ketidakpatuhan dan stres yang berkepanjangan
dapat menambah parah hipertensi. Tidak bisa dipungkiri obat-obatan merupakan jenis
racun yang dalam batas-batas tertentu bisa merugikan dan berdampak negatif terhadap
tubuh manusia bila digunakan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, terapi non
farmakologis hanya kalau perlu saja, sedangkan terapi non farmakologis lebih diutamakan
yang berdasarkan banyak penelitian diyakini lebih aman dan memberikan efek positif.
Beberapa alasan ketidakpatuhan penderita hipertensi dalam pengobatan adalah kebosanan
minum obat karena tekanan darah masih naik turun. Terkadang akibat diet rendah lemak
dan garam bagi penderita hipertensi menyebabkan anggota keluarga lain merasakan tidak
enaknya menu makanan. Keberhasilan tindakan pencegahan dan kekambuhan
dipengaruhi oleh kepatuhan penderita hipertensi dalam mengontrol diet dan tekanan
darah. Healthy Peole 2010 for Hyperention menganjurkan perlunya pendekatan yang
lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara
optimal (Triyanto, 2014).

B.Massage
a. Pengertian masase
Massase merupakan pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh
manusia atau gerakan-gerakan tangan yang Mekanis terhadap tubuh manusia
dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau tehnik (wiyanto,
2012).
10
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,
tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri,menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004
dalam Andarmoyo 2013).
Berdasarkan hasil penelitian dan dikaitkan dengan teori didapatkan bahwa masase
kepala berpengaruh terhadap penurunan nyeri kepala dengan dilakukan nyeri kepala
semua pasien mengalami penurunan nyeri kepala. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan
tehnik masase yang benar dan tepat pada titik pemijatan sehingga peredaran darahnya
lancar, saraf-saraf dapat merangsang dan otot-otot yang kaku menjadi rileks.
Keberhasilan masase yang yang dilakukan pada pasien tidak lepas dari kepatuhan pasien
untuk mengikuti anjuran peneliti saat dilakukan masase kepala seperti pasien harus rileks,
posisi duduk atau berbaring dan pasien harus benar-benar percaya bahwa tindakan masase
dapat membantu proses penurunan nyeri kepala (Astuti, 2014).
Menurut Trisnowiyanto (2012) dalam enyastuti tehnik yang digunakan dalam
masase kepala yaitu eflourage (gosokan) dari tengah dahi sampai pada kepala belakang
melewati atas daun telinga, petrissage (pijatan) daerah kepala dari tepi menuju kebagian
tengah atas kepala (umbun-umbun atau parietalis), friction (gerusan) dari pelipis sampai
atas daun telinga dan friction (gerusan) dari bawah prosesus mastoideus dari sebelah kiri
menuju ke kanan yang bertujuan membantu melancarkan peredaran darah vena, relaksasi
dan mengurangi nyeri dan merangsang saraf-saraf dan otot-otot yang jauh letaknya dari
permukaan tubuh. Sehingga rangsangan akan dihantarkan melalui serabut saraf besar.
Menyebabkan inhibitory neuron dan projection neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron
mencegah projection neuron untuk mengirim sinyal terkirim ke otak. Sehingga gerbang
masih tertutup dan tidak ada persepsi nyeri.
b. Manfaat massage
Yang paling utama dari manfaat massage adalah memperlancar peredaran darah dan getah
bening. Dimana massage akan membantu memperlancar metabolism dalam
tubuh. Treatment massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi
keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran
oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu
hormone endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali
manfaat massage bagi peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
Efek kesembuhan secara holistikpun bisa didapatkan dari massage yaitu menimbulkan relaksasi
pada pikiran, menghilangkan depresi dan perasaan panic dengan meluangkan sedikit waktu untuk
melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan massage.
c. Macam-Macam Gerakan Massage Dan Manfaatnya
a. Mengusap (Efflurage/strocking)
11
Adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan.
Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar
getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.
b. Meremas (Petrisage)
Adalah gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan.
Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal.
c. Friction
Adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam menggunakan jari
atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh tertentu yang bertujuan untuk
penyembuhan ketegangan otot akibat asam laktat yang berlebih.
d. Menggetar (vibration)
Adalah gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh pangkal lengan dengan menggunakan telapak
tangan ataupun jari-jari tangan.
e. Memukul (tapotement/ tapotage)
Adalah gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan
dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit
pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan
tangan. Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol ataupun pada otot
yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri.
Variasi gerakan tapotement, yaitu :
 Memukul (beating)
 Mencincang (hacking)
 Menepuk (clapping)
d. Gerak ( movement ) dan Irama (rythme)
1) Gerak (movement) teknik massage
Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan massage maka harus dipahami dengan benar
bagaimana seseorang melakukan gerakan gerakan dari tiap teknik gerakan sesuai dengan tujuan
dan area tubuh yang dimassage.
2) Irama (rythme)
Adalah interval antara gerakan ke gerakan dimana hal tersebut akan sangat mempengaruhi
rangsangan pada bagian bagian tubuh yang dimassage maupun kenyamanan bagi klien itu
sendiri. Massage yang baik adalah bila irama gerakan teratur, stabil serta tidak terlalu cepat
ataupun lambat.
12
C. Trigger point

D. Kontraindikasi
Hal- Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Massage. Untuk mencapai hasil massage yang
semaksimal mungkin sesuai tujuaan dan manfaatnya, serta untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan terhadap keselamatan klien maka perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Cek kontra indikasi seperti Tumor (bengkak), colour (hematoma/ memar), dolor (suhu panas
tubuh), fraktur ,varises, awal kehamilan, penyakit kulit, jantung , diabetes, epilepsy (memerlukan
nasehat dokter)
b. Persyaratan therapist ; tidak boleh memelihara kuku jari panjang, tidak mengenakan perhiasan,
kondisi sehat dan melaksanakan sanitasi, menjaga konsentrasi dan fleksibilitas tangan harus
dikuasai selain pengetahuan-pengetahuan dasar yang berkaitan dengan massage. Sikap ramah
dan penuh perhatian sebagai pelayan pada klien.

E. Penatalaksanaan masase (SOP Massage)

1. Mengatur posisi klien senyaman mungkin duduk atau berbaring


2. Menyiapakan lotion secukup nya
3. Gosokan dari mulai tengah dahi sampai pada kepala belakang melewati atas daun
telinga
4. Pijat daerah kepala dari tepi menuju ke bagian tengah atas kepala (umbun-umbun)
5. Gerus dari pelipis sampai atas daun telinga kemudian gerus dari bawah prosesus
mastoideus dari sebelah kiri menuju ke kanan (Bambang, 2012).
13

Anda mungkin juga menyukai