Anda di halaman 1dari 10

MENETRALISIR RADIKALISME DI KALANGAN MAHASISWA

Annisha Sundari, Rena Melati Fadlillah, Via Silvia


Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak

Deradikalisme berasal dari kata ‘radikal’ dengan imbuhan ‘de’ yang berarti
mengurangi atau mereduksi, dan kata ‘isme’, di belakang kata radikal berarti suatu
paham. Deradikalisme merupakan semua upaya untuk mengubah dari keyakinan
radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan agama, sosial, budaya, dan lainnya.
Maka dari itu, artikel ini sebagai upaya untuk menghindari para pemuda maupun
pemudi dari paham radikal atau radikalisme yang dilakukan dengan cara pendekatan
sosial, budaya maupun agama.

Kata kunci : radikal, deradikalisme, dan pelajar.

Abstract

Deradicalisme comes from the word “radical” with the add “de” which means to
reduce. Deradicalisme is all eforts to change from radical to non-radical beliefs with
religious, social, culture and other approaches. Therefore, this article is an attempt to
prevent young people from understanding radicalism which is carried out by means of
socio-cultural and religious approaches.

Keywords : radical, deradicalisme, and student.


Pendahuluan
Menurut para ahli, Pengertian dari itu rentan terhadap informasi yang
Radikalisme adalah suatu ideologi (ide dapat menyesatkan atau yang biasa
atau gagasan) dan paham yang ingin disebut dengan ‹ hoax ›. Terlebih dalam
melakukan perubahan pada sistem sosial hal agama, sangatlah berbahaya jika
dan politik dengan menggunakan cara- mahasiswa tidak dapat mengambil
cara kekerasan/ ekstrim. keputusan yang tepat karena informasi
Inti dari tindakan radikalisme adalah yang diterimanya itu salah atau
sikap dan tindakan seseorang atau menyesatkan. Maka diperlukan tindakan
kelompok tertentu yang menggunakan untuk menetralisir radikalisme yang
cara-cara kekerasan dalam mengusung dianggap menyesatkan.
perubahan yang diinginkan. Kelompok Kampus merupakan salah satu tempat
radikal umumnya menginginkan atau fasilitas di mana semua mahasiswa
perubahan tersebut dalam tempo singkat berasal dari berbagai daerah. Pastinya
dan secara drastis serta bertentangan dengan pemahaman radikalisme yang
dengan sistem sosial yang berlaku. berbeda – beda. Hal ini bisa saja
Radikalisme sering dikaitkan dengan menjadi boomerang bagi beberapa
terorisme karena kelompok radikal dapat kalangan, karena kemungkinan tiap
melakukan cara apapun agar daerah memiliki paham yang berbeda.
keinginannya tercapai, termasuk Selain itu, kampus biasa terbuka untuk
meneror pihak yang tidak sepaham umum, bisa saja terjadi yang tidak
dengan mereka. Walaupun banyak yang diinginkan. Seperti ada yang mengaku
mengaitkan radikalisme dengan Agama dan menyerupai sebagai mahasiswa di
tertentu, pada dasarnya radikalisme kampus tersebut padahal ia sengaja
adalah masalah politik dan bukan ajaran datang untuk membawa
Agama. pemahaman/aliran yang dapat
Remaja (mahasiswa) dianggap masih menyesatkan demi kepentingan
labil dalam mengambil keputusan, maka pribadinya.
Metode Penelitian
Dalam artikel ini, peneliti Wawancara
mengambil metode penelitian kualitatif Esterberg dalam Sugiyono
berupa wawancara dan studi pustaka. (2013:231) mengatakan bahwa
wawancara merupakan pertemuan dua
Studi Pustaka orang untuk bertukar informasi dan ide
Nazir (1988) mengatakan bahwa melalui tanya jawab, sehingga dapat
studi pustaka adalah teknik dikontruksikan makna dalam suatu topik
pengumpulan data dengan melakukan tertentu.
penelaahan terhadap berbagai buku, Penelitian ini mencari suatu
literatur, catatan serta berbagai laporan perbandingan hasil wawancara dari 2
yang berkaitan dengan masalah yang narasumber yaitu mahasiswa UPI dan
ingin dipecahkan. mahasiswi ITB mengenai Deradikalisme
Dalam penelitian ini, peneliti Kampus. Metode ini lebih fokus dengan
menggunakan studi pustaka berupa buku jawaban narasumber sendiri yang
dan jurnal yang menekankan pada memiliki sudut pandang berbeda dari
proses penelitian mengenai lingkungan kampusnya.
deradikalisme kampus.

Temuan Penelitian
Tim kami melakukan wawancara ke disalahkan dengan cara yang mudah.
beberapa sumber, salah satunya Rizky Berbicara mengenai golongan atau
Maulana mahasiswa Universitas kelompok orang yang radikal pasti ada
Pendidikan Indonesia. yang benar kelompoknya dan ada juga
Berbicara tentang radikalisme tidak ada yang salah. Tetapi di luar itu paham
yang salah tetapi belum tentu ada radikalisme yang tersebar di sekitar kita
kebenarannya, karena berdasarkan itu lebih banyak ke paradigma
etimologi yang namanya radikalisme itu radikalisme itu salah.
mengakar. Jadi suatu paham atau Jika melihat di sekitar kampus, saya
ideologi yang mengakar, lantas jika ada melihat dengan sangat mudah masuk
ideologi yang benar sampai mengakar dan mengakar. Karena ketika
itu adalah suatu keunikan, tidak bisa mahasiswa masuk ke kampus, mereka
menganggap dirinya kosong yang baik UPI yaitu dengan keberadaan salah
notabene dalam SMA bisa dikatakan satu mahasiswi UPI yang keberadaannya
masih kurang baik dalam segi sempat disangkutpautkan dengan tragedi
pemahamannya. dan ketika masuk ke terorisme beberapa tahun belakangan.
kampus dapat dengan mudah, ada Langkah awal untuk mengatasi
paham – paham atau salah satu radikalisme :
organisasi yang menurut Rizky kurang 1. Memfilter bahan ajar atau
baik. karena dari segi pola pemahaman kurikulum dari pihak dosen ke
yang dibangun sangat salah. Seperti mahasiswa yaitu di salah satu
berbicara tentang hijrah padahal program akademik SPAI / PAI.
menurut Rizky itu kata yang tidak tepat, Sehingga yang diberikan tidak
mungkin yang dimaksud itu Taubat. semudah paham – paham yang
Contoh lain, berbicara tentang tersebar di organisasi.
perjuangan yang selalu disangkut 2. Diskusi yang santai dan tidak
pautkan dengan Jihad, menurut saya itu perlu terlalu serius.
sangat salah dalam pemahamannya, Di tataran birokarasi sudah berusaha dan
akan tetapi pemahaman itu tidak hanya mecoba untuk melakukan deradikalisme,
di UPI, mungkin di Unpad atau ITB ada. seperti mata kuliah yang di berikan dan
UPI merupakan kampus yang bermoto seminar – seminar kebangsaan seperti
religius, menurut Rizky sangat mudah tutorial. Tetapi apa daya kampus ini
mencari orang – orang yang bisa dihadapkan dengan birokrasi yang dapat
dikatakan mempunyai paham radikal dikatakan kampus ini sangat dekat
tapi tidak bisa dikatakan juga salah. dengan salah satu pesantren, paham –
Contoh ketika ia SMA tidak paham yang ada sangat liat. Karena
mengenakan kerudung sama sekali, dan kenyataanya yang ada dilingkungan ini,
ketika ia masuk ke kampus UPI banyak sekali organisasi yang mengakar
memakai hijab yang menutupi dada ideologinya, seperti paham – paham
bahkan ada yang memakai cadar. yang terlalu kanan. Harus banyak sekali
Menurut saya itu terlalu dini paham – komponen yang bisa mengikis paham
paham organisasi tersebut sehingga tersebut.
mahasiswi tersebut tidak bisa memfilter Dari segi birokrat mungkin ada beberapa
paham yang tidak benar. Bahkan yang yang mengetahui tentang paham
paling ngeri di UPI, pernah terjadi suatu radikalisme, tapi tidak semudah itu
kejadian yang sangat mencoreng nama untuk menonaktifkannya. Karena ini
merupakan ruang akademik, mahasiswa kita mempertanggungjawabkan
diberikan berpikir sejauh mungkin. di akhirat.
Mahasiswa ini diharapkan bisa 2. Perbanyak bertanya dan
memberikan perubahan yang signifikan, berdiskusi, baik sesama
akan tetapi yang terjadi ketika pulang mahasiswa/civitas akademik.
malah dikirim untuk berperang. Karena beliau sebagai orangtua
Yang perlu dilakukan yaitu kedua kita di kampus, sehingga
memonitoring kegiatan – kegiatan bisa dipertanggungjawabkan dari
tersebut yaitu mengenai isi nya, bukan segi keilmuannya. Sudah ada
hanya diberikan izinnya saja. Takutnya riwayatnya, mempelajari suatu
ada orang luar yang bisa saja ilmu itu mesti ada gurunya,
memberikan pemahaman yang salah karena ketika kita tidak memiliki
dengan mudah, dan dipahami oleh guru itu salah adanya, contoh
mahasiswa. ketika ada yang ingin ditanyakan
Cara menanggulangi paham radikalisme kita bingung sendiri, itu bisa
di kampus : dipertanggungjawabkan,
1. Kita harus mengetahui dan sehingga ide ide kita semakin
paham lingkungan dan teman meluas.
teman kita di kampus, sejauh 3. Perbanyak seminar kebangsaan,
mana ia pergi ke suatu pengajian berikan ruang atau wadah untuk
atau kajian. Kenapa?karena itu pemateri yang bisa memberikan
merupakan salah satu langkah pematerian yang matang dan
awal untuk mengkroscek lebih juga banyak sekali dosen – dosen
dalam pergaulan teman teman di UPI khususnya, yang
kita. Itu bukan berarti salah, memumpuni untuk berbicara
lebih dianjurkan dbandingkan tentang deradikalisme. Bisa
kita ke tempat hangout, lebih dengan mudah menemui dosen –
baik kita ke tempat pengajian. dosen tersebut di Masjid Al
Tapi kita harus tahu betul tempat Furqon UPI.
– tempat pengajian yang akan
kita datangi dan sekiranya bisa
Pembahasan
Berdasarkan penelitian kami, 2001, dimulai pembentukan opini
kami membahas dahulu asal muasal dari dengan adanya pemboman WTC (World
mana Radikalisme ini datang dari Trade Center) bahwa Islam itu berkaitan
kalangan pemuda berkemungkinan dengan kekerasan. Amerika selaku polisi
untuk mengalami apa yang disebut dunia memerangi yang dianggap
Quintan Wiktorowicz (2005) sebagai terorisme. Pada tahun 2008 sudah
cognitive opening (pembukaan kognitif), dikembangkan lagi menjadi War of
sebuah proses mikro-sosiologis yang Radicalism. Apa bedanya radikalisme
mendekatkan mereka pada penerimaan dengan terorisme? Yang membedakan
terhadap gagasan baru yang lebih dari kedua hal tersebut yaitu pemikiran
radikal. Alasan-alasan seperti itulah dan tindakannya. Radikalisme dihukum
yang menyebabkan mereka sangat karena pemikirannya, sedangkan
rentan terhadap pengaruh dan ajakan terorisme dihukum karena tindakannya.
kelompok kekerasan dan terorisme. Pada dasarnya Islam itu membawa
Sementara itu, kelompok teroris kedamaian antar manusia hingga hewan
menyadari masalah psikologis generasi sekalipun. Namun, sejak adanya
muda. Kelompok teroris memang pemboman yang dilakukan oleh ISIS
mengincar mereka yang selalu merasa (Islamic State in Iraq and Syria) maka
tidak puas, mudah marah dan frustasi dijadikan kesempatan untuk pihak yang
baik terhadap kondisi sosial maupun tidak suka Islam sebagai momen tepat
pemerintahan. Mereka juga telah agar bisa menyudutkan Islam dengan
menyediakan apa yang mereka butuhkan kekerasan. Dari hal inilah muncul
terkait ajaran pembenaran, solusi dan mengenai ‘bahaya radikalisme’. standar
strategi meraih perubahan, dan rasa radikalisme sendiripun ditentukan oleh
kepemilikan. Kelompok teroris juga orang-orang yang tidak memahami
menyediakan lingkungan, fasilitas dan Islam.
perlengkapan bagi remaja yang Dari hal tersebut, kita bisa mengetahui
menginginkan kegagahan dan ciri-ciri dari kelompok radikal, yaitu: 1)
melancarkan agenda kekerasannya. sering mengklaim kebenaran tunggal
Narasumber dari ITB yaitu dan menyesatkan kelompok lain yang
Yulianti mengatakan bahwa pada tahun tidak sependapat, 2) mengutamakan hal-
hal yang sekunder daripada primer menanamkan cinta dan kasih sayang
dalam ajaran Islam, 3) bersikap kasar kepada generasi muda dan menjadikan
pada interaksi dalam berdakwah, 4) keluarga sebagai unit konsultasi dan
mudah berburuk sangka kepada orang diskusi. Ketiga, komunitas: melalui
lain yang bukan kelompoknya. peran tokoh masyarakat di lingkungan
Berdasarkan ciri-ciri yang sudah masyarakat dalam menciptakan ruang
dipaparkan, terdapat juga faktor kondusif bagi terciptanya budaya
penyebab dari kemunculan adanya perdamaian di kalangan generasi muda.
paham radikalisme, antara lain: 1) Selain peran yang dilakukan secara
pemahaman akan pengetahuan agama institusional melalui kelembagaan
yang setengah-tengah, hanya mengambil pendidikan, keluarga dan lingkungan
beberapa batasan dalam kandungannya masyarakat, generasi muda juga dituntut
dan tidak dikaji kembali, 2) berlebihan mempunyai imunitas dan daya tangkal
dalam mengharamkan suatu hal yang yang kuat dalam menghadapi pengaruh
memberatkan dirinya sendiri, 3) dan ajakan radikal terorisme. Ada
perlawana terhadap ketidakadilan akan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
sosial, ekonomi, dan politik di tengah- kalangan generasi muda, dalam rangka
tengah masyarakat, 4) mengutamakan menangkal pengaruh paham dan ajaran
untuk melakukan beberapa hal yang radikal, yakni 1) menanamkan jiwa
tidak harus diutamakan, seperti nasionalisme dan kecintaan terhadap
menggerak-gerakan jari saat tasyahud, NKRI, 2) memperkaya wawasan
memanjangkan jenggot, daln lain keagamaan yang moderat, terbuka dan
sebagainya. toleran, 3) membentengi keyakinan diri
Selain itu, cara agar masyarakat dengan selalu waspada terhadap
khususnya mahasiswa bisa terhindar dari provokasi, hasutan dan pola rekruitmen
radikalisme ada tiga institusi sosial yang teroris baik di lingkungan masyarakat
sangat penting untuk memerankan diri maupun dunia maya, 4) membangun
dalam melindungi generasi muda. jejaring dengan komunitas damai baik
Pertama pendidikan; melalui peran offline maupun online untuk menambah
lembaga pendidikan, guru dan wawasan dan pengetahuan dan 5)
kurikulum dalam memperkuat wawasan sebagai contoh, bergabunglah di
kebangsaan, sikap moderat dan toleran (damai.id) sebagai media komunitas
pada generasi muda. Kedua keluarga; dalam rangka membanjiri dunia maya
melalui peran orang tua dalam
dengan pesan-pesan perdamaian dan saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami
cinta NKRI. tidak menetapkan kiblat yang menjadi
‫علَى‬ ُ ‫س ًطا ِلتَكُونُوا‬
َ ‫ش َهدَا َء‬ َ ‫َو َك َٰذَ ِلكَ َج َع ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬ kiblatmu (sekarang) melainkan agar
‫علَ ْي ُك ْم ش َِهيدًا ۗ َو َما َجعَ ْل َنا‬
َ ‫سو ُل‬ ُ ‫الر‬َّ َ‫اس َويَكُون‬ ِ ‫ال َّن‬ Kami mengetahui (supaya nyata) siapa
‫علَ ْيهَا إِ ََّّل ِلنَ ْعلَ َم َم ْن يَتَّ ِب ُع‬
َ َ‫ا ْل ِق ْبلَةَ الَّتِي ُك ْنت‬ yang mengikuti Rasul dan siapa yang
َ ‫ع ِقبَ ْي ِه ۚ َوإِ ْن كَانَتْ لَ َك ِب‬
‫يرةً إِ ََّّل‬ َ ‫ع َل َٰى‬ ُ ‫سو َل ِم َّم ْن يَ ْنقَ ِل‬
َ ‫ب‬ ُ ‫الر‬
َّ membelot. Dan sungguh (pemindahan
ۚ ‫َّللاُ ِليُ ِضي َع ِإي َمانَ ُك ْم‬
َّ َ‫كَان‬ َّ ‫علَى الَّ ِذينَ َهدَى‬
‫َّللاُ ۗ َو َما‬ َ kiblat) itu terasa amat berat, kecuali
‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫اس لَ َر ُء‬ ِ ‫َّللاَ بِال َّن‬
َّ َّ‫إِن‬ bagi orang-orang yang telah diberi
“Dan demikian (pula) Kami telah petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak
menjadikan kamu (umat Islam), umat akan menyia-nyiakan imanmu.
yang adil dan pilihan agar kamu Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi (Al-Baqarah ayat 143).

Kesimpulan mengenai radikal itu sendiri bagaimana


Radikalisme merupakan sebuah bisa ada dan masuk suatu ranah kampus.
paham ideologi yang dimana hal ini Untuk dapat menetralisirnya,
dikaitkan dengan suatu agama atau dibutuhkan peran lembaga pemerintahan
kepercayaan, yaitu Islam. Pada dalam dunia pendidikan agar bisa
dasarnya, ‘radikal’ itu mempunyai memberikan contoh yang baik bagi
tujuan yang baik untuk bisa masyarakatnya, pahami terlebih dahulu
memperdalam ilmu agama Islam, tetapi kandungan ilmu apa yang bisa kita dapat
seiring berjalannya waktu, radikal ini dan diterapkan dalam kehidupan kita
dikatakan bahkan sampai ditandai buruk sehari-hari, khususnya dalam beragama
oleh sebagian masyarakat yang masih yang menjadi suatu kepercayaan kita
kurang wawasan dan tidak memilah agar bisa hidup dengan sejahtera.
ilmu agama yang bisa dikatakan benar.
Kini, radikalisme lebih mengarahkan Rekomendasi
kepada tindakan yang kurang baik, Dalam menetralisir radikalisme di
sehingga munculnya suatu pencegahan kalangan mahasiswa, dibutuhkannya
yang dikenal dengan kata peran mahasiswa untuk melakukan
‘deradikalisme’. dalam menetralisir beberapa hal, yaitu: 1) mengikuti acara-
radikalisme, dibutuhkannya paham acara kebangsaan, seperti halnya sebuah
seminar untuk pemuda yang memiliki
potensi dalam meminimalisir adanya
suatu golongan radikal di sekitarnya, 2)
memilah segala ilmu yang didapat,
karena dalam mempelajari sebuah ilmu
dibutuhkan kemampuan untuk
memilahnya bagaimana suatu ilmu itu
bisa dicerna dan diterima pada suatu
pemikiran yang benar dalam lingkup
kita, dan 3) menjaga pergaulan di segala
tempat, hal ini yang bisa membuat kita
masuk ke paham radikalisme yang tidak
benar dengan ajaran Islam secara mudah
melalui proses pertukaran pemikiran.

Implikasi
Dalam suatu pembahasan artikel
mengenai radikalisme ini pastinya
terdapat beberapa hal yang memiliki
dampak untuk ke depannya, seperti: 1)
hilangnya rasa bertoleransi dalam
beragama sehingga bisa menimbulkan
rasa etnosentrisme terhadap agama
sendiri, 2) hancurnya generasi penerus
bangsa dalam hidup rukun, karena pada
dasarnya generasi pemudalah yang
menjadi sebuah titik acuan negara dalam
menyikapi kebijakan pemerintahan yang
ada, 3) hilangnya rasa kepedulian
terhadap sesama manusia, melihat hal
ini tentu saja hidup kita cenderung
menjadi individualisme dengan
mengagungkan paham yang kita anut
yang belum tentu benar di mata yang
lain.
Pustaka Acuan

Putra, Haidar. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia. Jakarta: Fajar Interpratama.
Abou, Khaled. 2004. Islam dan Tantangan Demokrasi. Jakarta: Ufuk Press.
Sobarna, Ayi. 2008. Islam Positif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rumadi. 2007. Renungan Santri. Jakarta: Erlangga.
Yumnah, Siti. Peranan Pemuda Islam dalam Menghadapi Era Globalisasi. Jurnal Studi
Islam Pancawahana (2015) : 4-7. [Online]. Tersedia di
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/view/2743
Diakses pada 8 Oktober 2019
Marduqi, Irwan. Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren.
Jurnal Pendidikan Islam (2013) : 3-6. [Online]. Tersedia di: http://ejournal.uin-
suka.ac.id/tarbiyah/index.php/JPI/article/view/1125/1021 Diakses pada 10 Oktober
2019
Rayendar. 2015. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013). [Online]. Tersedia di:
http://rayendar.blogspot.com/2015/06/metode-penelitian-menurut-sugiyono-
2013.html Diakses pada 10 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai