Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan 1

PENDIDIKAN IPS DI SD/MI


Paradigma Pendidikan IPS SD/ MI dalam Konteks Indonesia
Pengertian ips
• Sapriya (2009: 9), NCSS (National Council for the Social Studies): Wesley “The social studies are the social
sciences simplified for pedagogical purposes”.
• Ischak, dkk (2005: 1.36), IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan.
• NCSS (1993), social studies is the integrated study of social sciesnces and humanities promote civic
competence.
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau Social Studies.
Berikut paparannya:
• Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner
dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi,
budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk
tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
• Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk
pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat
kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan
kematangan berfikir siswa sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka
cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
• S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran
sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial.
Dengan demikian
IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang
dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis
keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat,
yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat
dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau
dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa
lampau. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali
pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
Sifat IPS
• sama dengan Studi Social yaitu:
1. Praktis,
2. Interdisipliner, dan
3. Dianjurkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Paradigma
• IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan
sosial yang diambil dari ilmu sosial.
• Ada tiga istilah yang termasuk bidang pengetahuan sosial yang digunakan menyebutkan IPS yaitu: Ilmu
Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
• Selain istilah tersebut ada juga istilah yang kadang-kadang digunakan dalam menyebut bidang studi IPS,
yaitu: Social Education dan Social Learning, yang menurut Cheppy kedua istilah tersebut lebih menitik
beratkan kepada berbagai pengalaman disekolah yang dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih
mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat.
Ilmu Sosial (Social Science)
• Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu
Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada
tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
• Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari
manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan
pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
• Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
• IIS lebih menitik beratkan kepada interdisiplin pada suatu bidang studi kajian disatu disiplin ilmu, seperti
contoh pada disiplin ilmu Antropologi.
Studi Sosial (Social Studies)
• Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis,
melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial
ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan dapat
berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial.
• Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih
merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial yang terjadi pada masyarakat.
Pengetahuan Sosial (IPS)
• Mulyono Tj. (1980: 8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-
disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-
ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik,
dan sebagainya.
• Saidiharjo (1996: 4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
• IPS lebih menitik beratkan kepada pendekatan multidisipliner atau interdisipliner, dimana topik-topik dalam
IPS dapat dimanipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang berperspektif interdisiplin.
• Ilmu pengetahuan IPS yg dikenal di Indonesia bukan Ilmu Sosial. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPS
pada berbagai tingkat pendidikan tidak akan menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih
menekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial dengan
mempertimbangkan bobot dan tingkatan peserta didik pada tiap jenjang.
Perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) sebagai bidang studi dengan Ilmu-Ilmu Sosial ( IIS
) sebagai disiplin ilmu
• IPS sebagai disiplin ilmu seperti IIS, tetapi IPS lebih tepat sebagai suatu kajian karena dalam IPS terdapat
berbagai macam disiplin ilmu social ( Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, Ilmu Pemerintahan & Politik
)
• Pendekatan yang dilakukan IPS adalah melalui multidisipliner atau interdisipliner. Tidak seperti IIS yang
menggunakan pendekatan disiplin Ilmu atau monodisiplin ( memfokuskan dalam satu bidang ilmu saja )
• IPS sengaja dirancang untuk kepentingan kependidikan, oleh karena itu keberadaan IPS lebih memfokuskan
kepada dunia persekolahan, Perguruan Tinggi, atau dipelajari di masyarakat umum sekalipun.
• IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran dilengkapi dengan
mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis.
Paradigma Pendidikan IPS Indonesia
• Karena dua hal yaitu di Indonesia belum ada lembaga professional bidang IPS sekuat pengaruh NSCC atau
SSEC dan pembelajaran IPS sangat tergantung pada pemikiran individual atau kelompok pakar. Istilah IPS (
Ilmu Pengetahuan Sosial ), untuk pertama kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education
tahun 1972 di Tawangmangu Solo. Konsep IPS pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan pada
tahun 1972-1973 yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan ( PPSP ) IKIP Bandung.
Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah, pendidikan kewarganegaraan / Social Studies sebagai
mata pelajaran rofes terpadu.
Dalam kurikulum 1975 Pendidikan IPS menampilkan empat profil yaitu:
1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan pendidikan kewarganegaraan yang mewadahi tradisi “Citizenship
transmission”
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP
4. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi untuk SMA
Perkembangan Kurikulum di Negara kita dimulai pada:
- Tahun 1975 => Dimana PPSP tidak memasuki antropologi, sosiiologi, ilmu pemerintahan.
- Tahun 1984 => Mencakup disiplin pemerintahan dan politik, Pendidikan Moral dan Pancasila ( PMP ), dimana
sosiologi dan antropologi berlaku di SLTP-SLTA.
- Tahun 1994 => “Ilmu Sosiologi dan Antropologi” CBSA
- Tahun 2004 => Bersifat tematik.

Pertemuan 2

LANDASAN PIPS
Mengapa Pendidikan IPS perlu dipelajari siswa SD, SMP, SMA?
Landasan Pendidikan IPS
 Landasan Filosofis
 Landasan Politis
 Tuntutan Masyarakat
Landasan filosofis Pendidikan IPS
 Filsafat adalah dasar teori yang digunakan seseorang (Peters, 1975; Halverson, 1976; Tanner dan tanner,
1980:100).
 Landasan filosofis kependidikan seseorang adalah dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang
seharusnya dicapai, materi apa yang seharusnya diberikan dalam suatu upaya mencapai tujuan, dan proses
belajar apa yang harus dikembangkan.
ESENSIALISME
 Pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan
 Sekolah harus mengajarkan disiplin ilmu kepada siswa.
 Intelektualisme adalah tujuan yang paling mendasar dari setiap upaya pendidikan (Tanner dan tanner,
1980).
 Intelektualisme merupakan kemampuan seseorang memecahkan berbagai persoalan secara keilmuan.
 Pendidikan IPS hendaknya mengajarkan disiplin ilmu-ilmu sosial secara terpisah sesuai dengan ciri
keilmuan masing-masing.
PERENIALISME

 Pendidikan haruslah diarahkan kepada pengembangan intelektual siswa.


 Pendidikan haruslah diarahkan secara eksklusif pada pengembangan intelektual yang didasarkan pada
studi liberal arts dan buku-buku besar (Tanner and Tanner, 1980:120).
 Kurikulum mencakup : grammer, retorika, dialektika, aritmatika, geometri, astronomi, dan musik,
serta pengajaran karya-karya besar pemikir dan filosof dalam Sejarah kemanusiaan (Van Scotter,
et.al,m 1985).
PROGRESIVISME
 Pendidikan :proses yang tumbuh dan berkembang dengan merekonstruksi pengalaman secara terus menerus
sebagai suatu proses belajar.
 Pendidikan : proses kehidupan yang berdinamika.
 Pendidikan : menyiapkan anak untuk aktif dalam pembelajaran yang mencerminkan struktur social
demokratis.
 Kurikulum: bersumber dari kebutuhan siswa dan masyarakat serta memanfaatkan aplikasi intelegensi pada
permasalahan manusia dalam masyarakat.
 Proses belajar partisipatif, kerja kooperatif, learning by doing, dan proses inkuiri (O’neil, 2001; Van Scotter,et
al. 1985).
REKONSTRUKSIONISME

 Pendidikan: wahana untuk mengembangkan kesejahteraan sosial.


 Tujuan: Upaya penyelesaian masalah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Ilmu-ilmu sosial diajarkan agar bermanfaat untuk dilaksanakan dalam upaya mensejahterakan
masyarakat.
 Disiplin ilmu-ilmu sosial hanya dijadikan sumber materi
 Seleksi materi ilmu-ilmu sosial dapat dilakukan lebih bebas dari pengaruh struktur keilmuan
LANDASAN POLITIS
1.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37
(1) Kurikulum Pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: …. f. ilmu pengetahuan sosial …
2.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 dan 7
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diantaranya ilmu pengetahuan sosial,
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Cakupan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di dalamnya IPS mencakup materi
yang berkaitan dengan pengembangan IPTEK dan kemampuan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
STRUKTUR KURIKULUM IPS DI PERSEKOLAH
 Struktur kurikulum IPS SD/MI diantaranya :
Substansi IPS pada SD/MI ”IPS Terpadu”.
Kelas I s.d. III pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI pendekatan mata pelajaran.
3 jam pembelajaran/minggu
 Struktur kurikulum SMP/MTs
Substansi mata pelajaran IPS pada SMP/MTs ”IPS Terapdu”.
4 Jam pembelajaran per minggu
 Struktur kurikulum SMA/MA
Jumlah jam pembelajaran untuk Ilmu Sosial adalah 6 Jam pembelajaran dengan pembagian sejarah = 1 jam,
geografi = 1 jam, ekonomi = 2 jam, dan sosiologi= 2 jam.
Untuk Kelas XI dan XII:
Program IPA: mata pelajaran sejarah, 1 jam pelajaran
Program IPS: sejarah 3 jam pelajaran, geografi 3 jam pelajaran, ekonomi 4 jam pelajaran, dan sosiologi 3 jam
pelajaran.
Program bahasa: sejarah 2 jam pelajaran dan antropologi 2 jam pelajaran.
4.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)
Standar kompetensi lulusan terdiri dari tiga hal yaitu:
a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan (SKL-SP)
b. Standar Kompetensi Kelompok Mata
Pelajaran (SK-KMP)
c. Standar Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran (SK-KMP)
TUNTUTAN MASYARAKAT
 Kebutuhan Mayarakat : tingginya animo pendaftar jurusan ilmu-ilmu sosial di Perguruan tinggi, semakin
banyaknya lembaga-lembaga sosial yang meminta jasa dan kepakaran ahli-ahli ilmu sosial, pembanguan
nasional membutuhkan membutuhkan pakar-pakar ilmu sosial dalam menangani aspek sosial dalam
pembangunan

Pertemuan 3

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS SD/ MI DI KELAS TINGGI


Pengertian karakteristik ips
• Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang
secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan (Nanda, 2013)
• IPS adalah suatu nama mata pelajaran yang memfusikan (memadukan) ilmu-ilmu sosial.
• Jadi, karakteristik IPS lebih mengacu kedalam “pendidikan” dari pada “transfer konsep”. Sehingga diartikan
sebagai pembelajaran pendidikan IPS yang akan disampaikan terhadap peserta didik dengan harapan peserta
didik memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai,
moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya
• Menurut Barr dkk
Merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS,tradisi tersebut adalah :
1) IPS diajarkan sebagai nilai pewarisan kewarganegaraan (citizenship transmission)
2) IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial
3) IPS diajarkan sebagai reflektif inquiri
• Menurut AK .Ellis (1991)
alasan diajarkannya ips sebagai pelajaran disekolah adalah
o IPS memberika tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekkan demokrasi
o IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”
o IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara
o IPS membantu siswa memperleh pemahaman mendasar (fundamental understanding)
o IPS meningkatkan kepekaan-kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial
• Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987), ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS
o IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
o IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial
o IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry).
o IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
o IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang rasional.
Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998), mendeskripsikan hakikat Pendidikan IPS adalah berbagai konsep
dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial.
John Jarolimek, (1971:4), mengatakan “the social studies have been defined as those portion of the social
sciences selected for instructional purpose”. Kemudian disebut pula bahwa ilmu-ilmu sosial yang mendukung
social studies
Karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat
1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2) Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan bersifat
komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi
terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.
3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir
kritis, rasional dan analitis.
4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai
disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan
dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun
budayanya.
5) IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah) sehingga titik berat
pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan
kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
6) IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.
7) Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan keterampilannya.
8) Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program dalam arti
memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9) Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat
dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri.
Karakteristik dilihat dari berbagai pandangan, yaitu:
1. Materi IPS
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b.Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari
lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan
terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun
dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum
seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Keserasian Anak dalam Masa Bersekolah
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu,
ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan
dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik
3. Anak ingin berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang
penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD
berdasarkan karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6), yaitu:
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Keaimpulan
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus
mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu
panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
Pendidikan IPS diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota
masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat beljar melalui
media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan
bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan.
Pertemuan 5

Penyusunan materi pembelajaran


pengertian
 Materi pembelajaran adalah Pengetahuan, ketarampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru
dan dipelajari siswa.
 Secara khusus, materi ajar terdiri dari fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai.
 Materi pembelajaran diajarkan berdasarkan SK dan KD dan harus dinilai menggunakaninstrumen penilaian
yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.
Prinsip-prinsip
 Relevansi
 Konsistensi
 Kecukupan
Kriteria:
- Harus tepat sasaran
- Dipikirkan berdasarkan hasil sebuah identifikasi, diantaranya:
 Identifikasi SKKD, dengan memerhatikan empat ranah.
 Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, yang dimulai dari kompetensi dasar apakah berupa fakta, konsep,
prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
Penentuan cakupan dan urutan materi pembelajaran
 Berkaitan dengan keluasan dan kedalaman materinya.
 Adequacy (kecukupan)
Langkah-langkah mengurutkan materi pembelajaran
 Berfungsi sebagai penjelasan keterkaitan/ hubungan yang bersifat prasyarat dalam materi pembelajaran.
 Materi pembelajaran dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu:
- pendekatan prosedural
- pendekatan hierarkis (berjenjang dari bawah ke atas/ atas ke bawah).
Penentuan sumber materi pembelajaran
 Buku teks
 Laporan hasil penelitian
 Majalah ilmiah
 Jurnal ilmiah
 Buku kurikulum
 Pakar bidang studi
 Internet
 Penerbitan berkala
 Media audio visual
 Lingkungan
Strategi penyampaian materi pembelajaran
 Materi dapat disampaiak oleh guru dan siswa.
 Materi pembelajaran kegiatan siswa dikelompokkan menjadi empat: (a) menghafal, (b) menggunakan, (c)
menenmukan, dan (d) memilih.
 Strategi yang digunakan guru:
a. Strategi urutan penyampaian simultan (materi yang lebih dari satu, maka disampaiakn secara serentak, baru
diperdalam satu persatu)
b. Strategi urutan penyampaian suksesif (jika materi lebih dari satu, maka disajikan secara satu persatu kemudian
berurutan secara mendalam).
c. c. Strategi penyampaian fakta
d. d. Strategi penyampaian konsep
e. e. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
f. e. Strategi penyampaian prosedur
g. f. Strategi mengajarkan/ menyampaikan materi aspek sikap
Materi prasyarat, perbaikan dan pengayaan
 Dalam mempelajari materi pembelajaran dalam pencapaian KD akan mengalami tiga kemungkinan:
1. Siswa belum siap bekal pengetahuannya.
2. Siswa mengaami kesulitan
3. Siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran.
Ketika kemungkinan tersebut dapat terjawab dengan:
1. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat. Dimana kemampuan prasyarat adalah
bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru.
2. Kemungkinan kedua, siswa mengalami kesulitan atau hambatan. Maka guru harus melakukan perbaikan
(remedial).
3. Kemungkinan ketiga, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment), pendalaman dan perluasan
materi.

Pertemuan 6

Keterampilan intelektual dan sosial IPS dalam kehidupan pluralisme


Pengertian
• Keterampilan intelektual adalah kemampuan menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah.
• Keterampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan perasaan dan
permasalahan sekaligus mencari jawaban dan solusinya, memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap segala
hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu dan mampu menolak pengaruh-pengaruh negatif dari
lingkungannya.
• Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan
rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) tanpa adanya
konflik dan asimilasi.
Keterampilan intelektual
• Dalam proses belajar mengajar yang menekankan konstruksi pengetahuan, kegiatan utama yang berlangsung
adalah berpikir atau mengembangkan keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan keterampilan intelektual untuk mengembangkan suatu
eksplanasi.
• Keterampilan intelektual dapat menunjukkan bagaimana guru mengorganisasikan materi subyek secara logis.
Pengorganisasian materi subyek dilaksanakan berdasarkan jenis-jenis tindakan wacana yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran.
• Klasifikasi keterampilan intelektual menurut D’Angelo (dalam Farida, 2009) sebagai berikut:
1. Deskripsi
2. Definisi
3. Klasifikasi
4. Komparasi
5. Analogi
6. Eksemplifikasi
7. Sebab akibat
8. Proses
9. Analisis
10. Pemecahan masalah
• Gagne mengatakan (dalam Slameto, 2003), “kemampuan intelektual adalah manusia mengadakan interaksi
dengan dunia luar dengan menggunakan simbol–simbol”. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut
“kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman yang sejenis.
Keterampilan sosial
• Keterampilan ini harus dimiliki oleh remaja terutama dalam fase perkembangan masa remaja madya dan
remaja akhir agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari terutama dalam
lingkungannya, keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
mengargai diri sendiri dan orang lain, memberi atau menerima kritik, mendengarkan pendapat dan keluhan
orang lain serta bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
• keterampilan sosial lebih mengedepankan komunikasi, contoh
1. Simpati
2. Empati
3. Kenali diri
4. Bersaing,
5. Menolong
Tujuan pengetahuan sosial
• Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional dan global. (Kurikulum, 2004).
Orientasi pendidikan IPS yang sebenarnya dari waktu ke waktu akan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
yaitu:
• Menanamkan etika sosial
• Orientasi nilai disiplin ilmu yang dapat memperkuat orientasi pertama tadi.
• Orientasi keterampilan teknik dan partisipasi sosial dalam kehidupan sosial di tempat mereka berada.
• Orientasi kemampuan memecahkan masalah dan berinovasi yang diperlukan setelah siswa mampu
berpartisipasi aktif.
Konsep IPS berkaitan dengan keterampilan intelektual dan Sosial dalam kehidupan pluralisme di Indonesia
• Menurut Solihatin dan Raharjo (2005) konsep IPS di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Interaksi, Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia harus mampu
melakukan interaksi dengan pihak lain.
b. Saling Ketergantungan
c. Kesinambungan dan Perubahan (Continuity and Change)
d. Keragaman/Kesamaan/Perbedaan
e. Konflik dan Konsensus.
f. Pola (Pattern).
g. Tempat (Lokasi)
h. Kekuasaan (Power). Kekuasaan memiliki tiga elemen utama, yaitu pengaruh (influence), wewenang
(authorithy), dan kekuatan (force).
i. Nilai kepercayaan
j. Keadilan dan Pemerataan
k. Kelangkaan (Scarcity)
l. Kekhususan (Specialization)
m. Budaya (culture)
n. Nasionalisme

Anda mungkin juga menyukai