Kecurangan juga bisa dilakukan oleh peserta JKN, petugas Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, dan penyedia oat
dan alat kesehatan.
Baca Juga: Ada indikasi fraud, pemerintah minta BPJS Kesehatan perbaiki
sistem JKN
1. Membuat pernyataan yang tidak benar dalam hal eligibilitas alias memalsukan
status kepesertaan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
6. Memperoleh obat atau alat kesehatan yang diresepkan untuk dijual kembali.
Tindakan kecurangan JKN yang dilakukan oleh petugas BPJS Kesehatan meliputi:
1. Melakukan kerja sama dengan peserta maupun fasilitas kesehatan untuk mengajukan klaim
palsu.
Tindak kecurangan JKN yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan dilakukan baik oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) maupun FKRTL.
Tindak kecurangan JKN yang dilakukan FKTP antara lain:
4. Menarik biaya dari peserta yang seharusnya telah dijamin dalam biaya kapitasi atau
nonkapitasi sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan.
5. Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
Baca Juga: BPJS Kesehatan soal fraud program JKN: Kami sudah melakukan upaya
pencegahan
Sementara tindak kecurangan JKN yang dilakukan oleh FKRTL tercatat sebagai yang paling
banyak.
13. Melakukan tindakan pengobatan yang tidak perlu atau unnecessary treatment.
Baca Juga: Sri Mulyani: Kemenkeu tidak mau terus menjadi penambal defisit
BPJS Kesehatan
18. Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan tertentu;
19. Meminta cost sharing tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sementara tindakan kecurangan JKN yang dilakukan penyedia obat dan alat
kesehatan hanya ada dua, yaitu:
1. Tidak memenuhi kebutuhan obat atau alat kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Melakukan kerja sama dengan pihak lain mengubah obat atau alat kesehatan
yang tercantum dalam e-catalog dengan harga tidak sesuai dengan e-catalog.