Makalah
diajukan sebagai tugas mata kuliah Qowaid Fiqhiyah yang diampu Bapak
Lamlam Pahala, M.Ag.
Disusun oleh:
Fitri Fujiani
Khoirul Ikhsan S.
Lucky Zaenal
Sri Handayanti
SILIWANGI GARUT
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan kepada kami untuk dapat menyelesaikan salah satu tugas
dari mata kuliah Qowaid Fiqhiyah . Tak lupa shalawat serta salam tercurah
limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah
islam yang telah mengubah jalan hidup manusia dari kegelapan kepada cahaya
terang benderang.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu
kami banyak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dalam segi
susunan kaliamat maupun bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa deskripsi dari kaidah fiqhiyah ?
2. Apa deskripsi dari kaidah ushuliyah?
3. Apa perbedaan kaidah fiqhiyah dan kaidah ushuliyah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Jakarta : Logos, 1996), hlm.2.
2
A. Mu’in, dkk, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam,
1986), hlm. 181.
5
mapan yang tidak ditemukan nashnya secara khusus di dalam Al-Qur’an atau
Sunnah atau Ijma.3
3
Prof. H.A.Dzauji, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis,( Jakarta : PRENADAMRFIA GROUP, 2006), hlm. 5.
4
Prof. H.A.Dzauji, Op.cit. hlm. 5-6.
6
Hadits Bukhori dari Umar bin Khattab
Keragu-raguan yang berasal dari mubah. Misalnya ada air yang berubah,
yang mungkin pula disebabkan karena terlalu lama tergenang. Maka air tersebut
dapat dijadikan untuk bersuci, sebab pada dasarnya air itu suci.
5
Ahmad Sabiq binAbdul Latif Abu Yusuf, Kaedah-kaedah Praktis Memahami Fiqih Islami, (Pustaka
Al-Furqon, 2009), hlm. 27.
7
dapat dibedakan antara modal yang halal dan haram. Maka keadaan seperti ini
diperbolehkan jual beli karena dimungkinkan modalnya halal dan belum jelas
keharaman modal tersebut, namun dikhawatirkan karena hukumnya makruh.
سعه ً ف ن ْف
ْ سا اِالَّ ُو ُ ال يُك ِل
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
الديْن أح ٌد اِالَّغلبه
ِ س ٌر ول ْن يُغا ِلب
ْ ُالد ْينُ ي
ِ
“Agama (islama) itu mudah. Tidak seorang pun yang akan bisa mengalahkan atau
menguasai agama, bahkan agamalah yang mengalahkan ia”.(HR. Baihaqi dari
Abu Hurairah ra.)
Contoh dari kaidah ini, shalat dzuhur hanya dua rakaat hukum asalnya
haram, tetapi karena berpergian jauh, maka hukumnya berubah menjadi sunnah,
sebab ia diperbolehkan untuk mengqashar shalatnya.
Sumbernya Al-Qashosh : 77
ِ ب ا ْل ُم ْف
س ِديْن َّ َّاِن
ُّ َّللا ال يُ ِح
“Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
8
“Tidak boleh memberi madharat kepada orang lain dan tak boleh membalas
kemadharatan dengan kemadharaqtan di dalam islam.” (HR. Malik, Ibnu Majah
dan Ad-Daruqutni)
Para sebagian ulama mengatakan kaidah ini adalah suatu kaidah yang
sangat popular dalam fikih Islam, dan merupakan salah satu kaidah yang
terpenting, kepada kaidah ini kembali banyak hukum dalam segala babnya.
Dengan memperhatikan hukum-hukum yang dipencarkan dan kaidah ini nyatalah
bahwa Syari’at Islam sangat berusaha menjauhkan manusia dari kemadharatan,
baik perorangan maupun masyarakat, guna mewujudkan keadilan yang merata
9
“Apa yang dipandang oleh orang islam baik, maka baik pula di sisi Allah.” (HR.
Ahmad dari Abi Mas’ud)
Contoh kaidah ini yaitu, di dalam jual beli benda-benda yang berat
menurut kebiasaan yang telah berlaku dalam masyarakat yaitu bahwa transport
benda-benda tersebut sampai ke rumah pembeli adalah ditanggung oleh penjual.
Oleh sebab itu setiap orang yang akan mengadakan akad jual beli terhadap benda-
benda berat harus diatur sebagaimana kebiasaan tersebut.
6
Dr. Moh. Mufid, LC., M.H.I, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer Dari Teori Ke
Aplikasi, (Jakarta: PRENAMEDIA GROUP, 2018), cet.2, hlm.2.
10
Jika objek bahasan ushul fiqih antara lain adalah qaidah penggalian hukum
dari sumbernya, dengan demikian yang dimaksud dengan qaidah ushuliyyah
adalah sejumlah peraturan untuk menggali hukum. Kaidah ushuliyah itu
umumnya berkaitan dengan ketentuan dalalah lafaz atau kebahasaan.
Lebih jauh lagi Ali Ahmad al-Nadwi memerinci perbedaan antara kaidah ushul
dan kaidah-kaidah fiqh, diantaranya :
Gambaran Perbedaan
No
Kaidah Ushuliyah Kaidah Fiqiyah
11
Theory). hukum (Legal Maxim)
7
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta, Media Pratama, 2008, h. 12-13
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf. (2009). Kaedah-kaedah Praktis
Memahami Fiqih Islami. Pustaka Al-Furqon.
Moh. Mufid, LC., M.H.I, (2018). Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan
Kontemporer Dari Teori Ke Aplikasi,cet.2. Jakarta: PRENAMEDIA
GROUP.
Mubarok, Jaih. (2002). Kaidah Fiqh, Sejarah dan Kaidah Asasi. Cet. 1. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
14