Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan bakar fosil salah satu
penyebab dari pemanasan global. Pencemaran lingkungan dapat dikurangi dengan
mengganti bahan bakar fosil menjadi bahan bakar alternatif seperti dimetil eter.
Dimetil eter merupakan jenis eter yang dapat menjadi bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan untuk mesin diesel, pendingin dan seyawa antara dalam
pembuatan olefin. Dimetil eter memiliki sifat yang ramah lingkungan karena
pembakarannya menghasilkan sedikit emisi karbon dan gas buang yang
mengandung NOx, SOx dibandingkan bahan bakar konvensional. Dimetil eter
memiliki titik didih dan tekanan uap mirip dengan liquid petroleum gas (LPG)
sehingga dapat menggantikan LPG (Alharbi et al, 2015). Pemanfaatan dimetil eter
sebagai bahan bakar alternatif yang semakin meningkat menyebabkan banyaknya
penelitian tentang pembuatan dimetil eter.
Dimetil eter dapat diproduksi dengan dua metode yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Metode langsung dalam proses pembuatan dimetil
eter melalui proses dehidrasi metanol membutuhkan katalis asam. Metode tidak
langsung yaitu pembuatan dimetil eter dari gas sintesis dengan katalis hibrida
(Said and El-Aal, 2018). Katalis asam yang biasa digunakan dalam reaksi
dehidrasi metanol berupa katalis asam sulfat (Wu and Liao, 2009). Katalis asam
sulfat memiliki kelemahan yaitu korosif dan sulit terpisah (Ulman, 1987).
Kelemahan dari katalis asam sulfat dalam reaksi dehidrasi metanol, memicu
banyak peneliti mengembangkan katalis alternatif yaitu katalis heterogen. Katalis
heterogen dapat berupa silikat, alumina dan bentonit termodifikasi. Penggunaan
katalis γ-alumina di dalam proses dehidrasi metanol menjadi dimetil eter
menghasilkan dimetil eter yang lebih sedikit dan membutuhkan suhu yang tinggi
(Yaripour et al, 2005). Katalis Alumina termodifikasi tembaga oksida dalam
proses dehidrasi metanol menjadi dimetil eter menggunakan suhu yang lebih
rendah tetapi dimetil eter yang dihasilkan masih sedikit (Chiang and Lin, 2017).

1
Universitas Sriwijaya
2

Katalis heterogen yang lebih efektif untuk reaksi dehidrasi metanol menjadi
dimetil eter adalah bentonit termodifikasi dibandingkan dengan alumina dan
silika-alumina. Katalis bentonit termodifikasi pada proses dehidrasi metanol
menjadi dimetil eter menggunakan suhu yang rendah (Debek et al, 2015).
Bentonit temodifikasi dengan ion positif akan lebih efektif karena memiliki sifat
asam kuat bronsted (Phung et al, 2015).
Modifikasi bentonit bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan kimia
contohnya dengan membuka jarak antar lapisan, memperbesar luas permukaan
spesifik, meningkatkan volume pori, menyeragamkan ukuran pori dan
meningkatkan keasaman. Modifikasi bentonit dapat dilakukan dengan cara
pilarisasi. Pilarisasi bentonit dapat dilakukan dengan kompleks kation polihidroksi
contohnya Al, Zr, Ti dan Fe-Polihidroksi. Modifikasi bentonit dengan pemilaran
logam zirkonium menghasilkan senyawa dengan sifat asam padat yang kuat
dengan sifat ini bentonit yang termodifikasi dengan ziroium dapat menjadi katalis
proses dehidrasi etanol menjadi dietil eter (Torres et al, 1992). Logam zirkonium
dapat membentuk senyawa berlapis dengan membentuk zirkonium fosfat.
Zirkonium fosfat merupakan senyawa dengan struktur berlapis yang dapat
digunakan sebagai katalis heterogen (Curini et al, 2003). Zirkonium fosfat dapat
mengkatalisis reaksi-reaksi yang menggunakan suhu tinggi. Zirkonium fosfat
micropheres dapat mengkatalisis reaksi acetilasi yaitu pembuatan asam stiarat
monoetanolamid (Zhang et al, 2010). Zirkkonium fosfat mesopori dapat
mengkatalisis reaksi friedel-craf (pembuatan senyawa aromatik menggunakan
benzilchloride), esterifkasi pada asam lemak rantai panjang dan pembuatan
senyawa furfural (Sinhamahapatra, 2010). Zirkonium fosfat amorf dapat
mengkatalisis reaksi dehidrasi glukosa (Weingarten et al, 2013).
Penelitian ini difokuskan modifikasi bentonit alam dengan pilarisasi
menggunakan zirkonium fosfat untuk mengkatalisis proses dehidrasi metanol
menjadi dimetil eter. Pemilaran menggunakan zirkonium fosfat akan
memperbesar ruang antar lapisan bentonit dan memperkuat sifat asam dari
bentonit terpilar. Modifikasi bentonit dengan zirkonium fosfat akan dikarakterisasi
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Gas Sorption Analizer (GSA) dan
scanning Electron Microscope and Energy Dispertive Spectroscopy (SEM-EDS)

Universitas Sriwijaya
3

untuk melihat bentuk struktur, luas permukaan, porositas dan volume pori dari
hasil modifikasi dan menggunakan spektrofotometer FT-IR untuk melihat gugus
fungsi hasil modifikasi bentonit dan analisis keasaman menggunakan ammonia
dan piridin. Penentuan konsentrasi metanol yang terkonversi menjadi dimetil eter
maka dilakukan analisa menggunakan kromatografi gas (GC). Parameter yang
diuji antara lain perbandingan antara jumlah zirkonium fosfat dan bentonit dan
pengaruh temperatur pada proses dehidrasi metanol menjadi dimetil eter.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang ada dari
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jumlah zirkonium fosfat terhadap sifat
dan karakter dari bentonit terpilar dan bagaimana kinerja katalis bentonit terpilar
zirkonium fosfat untuk reaksi dehidrasi metanol menjadi dimetil eter.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengkarakterisasi modifikasi bentonit alam dengan zirkonium fosfat.
2. Menentukan kinerja dari katalis bentonit terpilar zirkonium fosfat untuk
proses dehidrasi metanol menjadi dimetil eter.
1.3.1 Manfaat Penelitian
. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan informasi yang
lebih terhadap modifikasi bentonit alam dengan zirkonium fosfat sebagai katalis
dalam reaksi dehidrasi metanol menjadi dimetil eter.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai