Anda di halaman 1dari 2

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki

peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan Kesehatan harus


dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan
pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat di tentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan lintas
sektor.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus
kita tangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2019, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan
prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 17%, Perevelensi balita sangat kurus
(wasting) menjadi 9,5% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 28% pada tahun 2019.
Hasil Riskesdas dari tahun 2013 ketahun 2018 mengalami penurunan tetapi belum
maksimal underweight menurun dari 19,6% menjadi 17.7%, stunting juga menurun dari 37.2%
menjadi 30.8%, sementara balita sangat kurus (wasting) menurun dari 12,1% menjadi 10.2%,
untuk Sulawesi Barat merupakan provinsi ke lima tertinggi balita kurang (underweight), dan
merupakan provinsi kedua tertinggi balita pendek (stunting), dan merupakan provinsi ke dua
puluh tertinggi balita sangat kurus (wasting).
Hasil Pemantauan Status Gizi 2017 Kabupaten Mamuju Tengah menujukan prevalensi
balita gizi kurang (underweight) 27.2% prevelensi balita sangat kurus (wasting) 15.2 % dan
prevalensi balita pendek (stunting) 23.6%, Bumil KEK 14,7% dan IMD 11,9% dan Asi Esklusif
40%.
3 dari 10 anak balita sulbar itu gizi kurang (underweight). 1 dari 10 anak Sulbar Kurus
(Wasting). Dan 4 dari 10 balita sulbar pendek (stunting).

Mencermati hal tersebut, perbaikan gizi seimbang yang proaktif serta PHBS menjadi suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan di masyarakat Serta peranan lintas sektor dalam perbaikan
gizi masyarakat masih perlu di tingkatkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu hal
yang dapat dilakukan yakni penggerakan masyarakat. Germas Darzi akronim dari Gerakan
Masyarakat Sadar Gizi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat di
Kabupaten Mamuju Tengah.
Akan dilakukan pembentukan Kampung gizi dengan kegiatan-kegiatan inovatif berbasis
penyuluhan gizi, pemenuhan gizi, mengatasi masalah gizi melalui peningkatan peran serta
masyarakat dan stakeholder dengan harapan dapat mendorong perubahan sikap, perilaku yang
mendukung perbaikan gizi anak balita, ibu hamil, dan keluarga.
Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada inovasi Germas Darzi tersebut
yaitu :
1. Terbentuknya tim GERMAS DARZI dan dukungan stakeholder,
2. Terwujudnya pemahaman dan tersebarnya informasi tentang GERMAS DARZI
3. Tersedianya Perbup/SK Bupati tentang Kampung Gizi
4. Terbentuknya Kampung Gizi pada 4 Desa di Kecamatan Topoyo dan Tobadak
5. Terwujudnya Gerakan Masyarakat Sadar Gizi pada 4 (empat) Desa sebagai Kampung
Gizi di Kecamatan Topoyo dan Tobadak
6. Terwujudnya pameran keanekaragaman makanan bergizi dan lomba kebun gizi
7. Terwujudnya perbaikan Gizi Keluarga

Anda mungkin juga menyukai