Anda di halaman 1dari 66

UNSUR PEMBENTUK LALU

LINTAS

TEKNIK LALU LINTAS

DEBBY YULINAR PERMATA, ST., MT

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
MANUSIA

KENDARAAN

JALAN
MANUSIA

 Komponen yang ditinjau :

• Komponen fisik

• Komponen non fisik

 Manusia mempunyai peran sebagai :

• Pengemudi

• Penumpang

• Pejalan Kaki
PENGEMUDI

 Karakteristik Pengemudi, yang terdiri :


1. Perception
2. Intelection / identification
PIEV 3. Emotion / decision
4. Volition / reaction

Waktu PIEV : 0,2 – 2 detik


Jarak PIEV : dp = 1,468 vt (feet)
dp = 0,278 vt (meter)
PIEV

Perception => mengenali suatu informasi yang


memerlukan tangapan.
Intellection => menginterpretasikan informasi yang
telah diterima
Emotion => memutuskan melakukan tindakan
tertentu menanggapi informasi
Volition => tindakan fisik sebagai akibat
keputusan sebelumnya.
Jarak Tempuh Waktu Persepsi - Reaksi

Pada kasus pengemudi mendekati • dp = Jarak persepsi-reaksi (PIEV)


tanda STOP, waktu persepsi –
reaksi adalah waktu antara dalam ft
pertama kali mengetahui adanya •v = laju kendaraan (mph)
tanda dan menginjak pedal rem.
Ketika hal ini terjadi, kendaraan •t = waktu persepsi-reaksi
terus melaju pada kecepatan
inisialnya. Kendaraan akan • 1.468 = faktor konversi dari mph ke
berjalan melaju pada jarak fps
tertentu yang signifikan selama
berlangsung rentang waktu
`persepsi-reaksi` secara umum.
Contoh : pengemudi mendekati tanda
stop dengan laju 60 mil/jam dan waktu

dp = 1.468 vt
persepsi-reaksi 3 detik.
Maka jarak yang ditempuh selama
rentang `persepsi-reaksi` adalah :
dp = 1.468 (60X3) = 264.1 ft
Faktor--Faktor Yang Mempengaruhi PIEV
Faktor

1. Usia
2. Kondisi Fisik : letih, sakit, mabuk, dll
3. Lingkungan : urban, rural, dll
4. Pendidikan : tingkat pendidikan
5. Visual : Ketajaman penglihatan
6. Macam / tipe rangsangan
KETAJAMAN PENGLIHATAN PENGEMUDI

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan


dengan ketajaman penglihatan pengemudi

 Ketajaman mata pengemudi terhadap suatu objek,


dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandang:
clear vision (3-5 derajat), fairly vision (10-12 derajat)
da peripheral vision (120-180 derajat)

 Waktu Penglihatan
Waktu untuk menggerakkan mata dari objek ke
objek lain (0,15-0,33 detik) dan waktu memusatkan
pandangan pada satu objek adalah (0,1-0,33 detik)

Sumber : AASHTO
Ketajaman Penglihatan dan Mengemudi
Pandangan yang silau dan waktu pemulihan ( Glare
vision and recovery)

Waktu yang dibutuhkan untuk peralihan :


 Dari gelap ke terang = 3 detik
 Dari terang ke gelap = 6 detik
 Faktor Pendengaran
Rangsangan suara akan memberikan respon
yang lebih cepat dari pada ransangan visual

 Perilaku pengemudi
Merupakan kombinasi antara kondisi fisik dan
psikologi seseorang. Data perilaku pengemudi
dapat diperoleh dari pengamatan :
- interaksi sesama penemudi
- interaksi pengemudi dengan perlengkapan
kendaraannya
- interaksi pengemudi terhadap lingkungan jalan
PENUMPANG

Penumpang :
Pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu lintas, tetapi
mempunyai peran penting dalam menciptakan
ketertiban terutama pada angkutan umum.

Beberapa upaya penerti


penertibban :
 Menyediakan fasilitas menaikan / menurunkan
penumpang baik berupa rambu, halte, dan
terminal
 Sosialisasi kedisiplinan lalu lintas
 Penegakan hukum yang dapat memberikan efek
jera
PEJALAN KAKI

 UU No.22 tahun 2009 :


lalu lintas adalah gerak kendaraan (bermotor dan
tak bermotor), orang dan hewan di jalan.
 Pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu lintas,
tetapi mempunyai peran penting dalam
menciptakan keterlibatan terutama pada saat
menyeberang dan daerah yang ramai seperti pasar.
 Karakteristik utama pejalan kaki :
adalah kecepatan tempuh yang rendah (1-1,3
m/detik) dan pada umumnya sifat pelakunya yang
ingin cepat sampai ke tujuan dengan cara yang
cepat dan mudah
UPAYA PENERTIB
PENERTIBAN

 Menyediakan fasilitas untuk pejalan kaki


 Sosialisasi kedisiplinan lalu lintas
 Penegakkan hukum yang dapat memberikan efek
jera
KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI

 Kecepatan pejalan kaki penting dalam penentuan waktu sinyal


 Waktu hijau didesain tidak hanya untuk membiarkan kendaraan
melawati persimpangan, tetapi juga didesain sedemikian rupa
sehingga para pejalan kaki dapat menyebrang jalan dengan aman
pada arah jalan berlawanan
KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI

 Para penyebrang jalan berjalan kaki melintasi jalan selebar 50 ft


pada kecepatan 5 ft per detik (fps) membutuhkan waktu 10 detik.
Sering digunakan waktu 7 detik sbg waktu reaksi pejalan kaki
sejak melihat sinyal lalu bereaksi mulai bergerak menyebrang
 Jadi untuk membiarkan pejalan kaki dapat menyebrang dengan
aman dibutuhkan pengaturan sinyal dengan waktu minimal 17
detik

 1 feet = 30,48 cm
 50 ft = 15,24 m
 5 fps = 152,4 fpm = 46,45 mpm = 2,787 km/jam
KENDARAAN
KENDARAAN DESAIN

Kendaraan Desain :
Suatu kelompok yang mewakili jenis kendaraan
dengan ciri-ciri fisik dan operasionalnya dipilih
untuk menentukan pengendalian desainnya pada
jalan raya.
Untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
desain geometris, setiap kendaraan desain
mempunyai dimensi fisik yang lebih besar dan
radius tikungan minimum yang lebih besar
dibandingkan kebanyakan kendaraan di
kelasnya.
DIMENSI KENDARAAN RENCANA
KENDARAAN

 Karakteristik Kendaraan
Karakteristik pengoperasian kendaraan yang
berpengaruh pada desain jalan :
1. Radius Putar
2. Karakteristik Kinematis Kendaraan
3. Karakteristik Dinamis Kendaraan
4. Daerah Pandangan
5. Kekuatan Mesin
RADIUS PUTAR

Dibagi menjadi 2 kondisi :


- Putaran pada kondisi kecepatan rendah, yakni
lebih rendah dari 10 mph (16 km/jam), radius
putar ditentukan oleh kemampuan berputar
minimum kendaraan.
- Pada kondisi kecepatan tinggi, yakni kecepatan 70%
diatas kecepatan rencana, maka radius putar
dikontrol oleh superelevasi (untuk mengatasi gaya
sentrifugal) dan oleh faktor gesekan (friksi) antara
ban dan perkerasan jalan. Koefisien friksi yang bisa
digunakan untuk desain bervariasi antara 0,32 pada
kecepatan 15 mph sampai 0,16 pada 40 mph
RADIUS PUTAR MINIMUM

Vx 2
Rmax =
127 ( emax . F )
Dimana :
Rmax = jari-jari tikungan minimum

Vx = Kecepatan rencana
emax = Superelevasi maximum

f = koefisien gesek untuk perkerasan aspal


KARAKTERISTIK KINEMATIS KENDARAN

 Karakteristik kinematis berhubungan dengan


kemampuan untuk mempercepat atau
memperlambat kendaraan yang sedang bergerak
 Kemampuan mempercepat perlu diketahui untuk
menentukan :
- waktu yang dibutuhkan untuk melintas pada
suatu persimpangan
- jarak yang dibutuhkan untuk menyalip kendaraan
lain
- jarak antara yang bisa diterima (gap acceptance)
 Percepatan bergantung pada:
berat kendaraan, daya yang tersedia dan
kecepatan
 Perlambatan perlu diketahui untuk menentukan :
- Jarak pandang henti
- disain permukaan jalan
- sistem pengendalian kecelakaan
 Perlambatan akan tergantung pada:
- Permukaan perkerasan
- jenis ban
- keadaan basah atau kering dari permukaan
perkerasan
- jenis kendaraan
KAREKTERISTIK DINAMIS

 Karkteristik ini berhubungan dengan gaya-gaya yang


bekerja pada sebuah kendaraan yang bergerak.
Untuk mengatasi gaya tersebut, maka kendaraan
yang sedang bergerak harus mempunyai tahanan
kendaraan (vehicle resistance), diantaranya:
TAHANAN UDARA

Disebabkan oleh pengaruh udara didepan


kendaraan, gesekan udara disekitar kendaraan
termasuk di bagian bawah, dan tekanan negatif
yang terjadi dibelakang kendaraan.
R = 0,0011 AV2
R = tahanan (kg)
A = luas bidang permukaan (m2)
V = Kecepatan (km/jam)
TAHANAN GULING

Tahanan Guling Timbul Karena:


 Adanya geseran antara ban dan jalan
 Adanya perubahan bentuk ban pada permukaan jalan
karena berat kendaraan
 Tergilasnya kekasaran-kekasaran permukaan jalan/tidak
ratanya jalan
 Geseran-geseran pada kendaraan sendiri seperti pada roda,
as, dan gigi-gigi mesin

Untuk kecepatan sampai 100 km/jam, suatu mobil penumpang yang


bergerak pada jalan yang licin mempunyai tahanan guling sebesar ±
13,5 kg per ton berat kendaraannya. Sedangkan pada jalan aspal yang
kasar tahan gulingnya bisa naik sampai ± 25 kg per ton berat
kendaraannya.
TAHANAN AKIBAT KELANDAIAN

 Besarnya tahanan ini sama dengan komponen dari


gaya berat sendiri yang berarah ke bawah sejajar
dengan lereng tersebut.
R = 10 Wg
dimana :
R = Tahanan (kg)
w = berat total kendaraan (ton)
g = kelandaian (%)
TAHANAN AKIBAT TIKUNGAN

 Gaya tahanan ini hanya timbul jika kendaraan


melalui suatu tikungan dan gaya ini bekerja melalui
sentuhan roda depan dengan perkerasan jalan yang
diperlukan untuk membelokkan arah kendaraan.

 Gaya tahanan ini membesar dengan naiknya


kecepatan dan atau mengecilnya jari-jari tikungan,
TAHANAN AKIBAT KELEMBAMAN
(INERTIA RESISTENCE)
 Gaya tahanan ini harus diatasi apabila hendak
menambah kecepatan
 Merupakan fungsi berat kendaraan dan besar
percepatan
 Tidak tergantung dari macam atau jenis
kendaraan.
R = 28 Wa
dimana :
R = Tahanan (kg)
W = Berat total kendaraan (ton)
a = Percepatan (km/jam/detik)
DAERAH PANDANGAN

 Derah Pandangan : daerah yang bisa dilihat


pengemudi dari tempat duduknya. Daerah
pandangan kedepan umumnya ditentukan oleh
keadaan kaca depan (win shield) dari
kendaraannya, umumnya daerah pandangan
kedepan tidak simetris terhadap sumbu kendaraan
karena posisi pengemudi yang tidak berada
ditengah-tengah kendaraan, untuk Indonesia
daerah pandangan kedepan lebih condong ke kiri.
 Daerah pandangan ke belakang menggunakan kaca
spion dan daerah pandangan kesamping
digunakan pada waktu membelok.
KEKUATAN MESIN

 Kekuatan mesin merupakan tenaga maksimum


yang bisa dihasilkan oleh mesin tersebut dan
biasanya dinyatakan dengan satuan tenaga kuda
(horse power). Tenaga yang diperlukan untuk
pergerakan :

P = 0,036 RV
dimana :
P = tenaga yang digunakan
R = jumlah tahanan terhadap pergerakan (kg)
V = Kecepatan dalam km/jam
KEKUATAN MESIN

 Perbandingan berat kendaraan terhadap kekuatan


mesinnya merupakan nilai yang berharga sebagai
petunjuk untuk mengetahui kemampuan suatu
kendaraan secara umum dan merupakan
perbandingan berat kendaraan total dan jumlah
tenaga kuda yang tersedia untuk mendorong.
Semakin besar nilai perbandinganya akan semakin
lamban pergerakannya.
JALAN
REGULASI
 Undang – undang nomor 38 tahun 2004 tentang
jalan
 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006
tentang jalan.
PERSYARATAN TEKNIS JALAN

Persyaratan teknis jalan meliputi:


 Kecepatan rencana
 Lebar badan jalan
 Kapasitas
 Jalan Masuk
 Persimpangan sebidang
 Bangunan Pelengkap
 Perlengkapan Jalan
 Penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya
 Tidak terputus
 Memenuhi ketentuan : Keamanan, keselamatan, dan
lingkungan
RESUME ISI UU dan PP
tentang JALAN _Asas
_Asas

Asas Penyelenggaraan Jalan:


 Kemanfaatan
 Kaemanan
 Keserasian
 Keselarasan dan keseimbangan
 Keadilan
 Transparansi dan akuntabilitas
 Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
 Kebersamaan dan kemitraan
RESUME ISI UU dan PP
tentang JALAN _Tujuan
_Tujuan dan Lingkup
Tujuan Pengaturan Penyelenggaraan Jalan:
 Ketertiban dan kepastian hukum
 Peran masyarakat
 Pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak kepada
masyarakat
 Sistem jaringan jalan yang berdaya guna untuk mendukung
terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu
 Pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka

Linkup Undang-Undang mencakup penyelenggaraan :


 Jalan umum (pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan)
 Jalan Tol (pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan)
 Jalan khusus
RESUME ISI UU dan PP
tentang JALAN _Peran
_Peran

Peran Jalan :
 Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai
peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara
 Jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik
Indonesia.
RESUME ISI UU dan PP
tentang JALAN _Pengelompokan
_Pengelompokan Jalan

Pengelompokan Jalan Menurut Peruntukannya:


 Jalan Umum
 Jalan Khusus
Pengelompokan Jalan Umum Menurut sistemnya
 Sistem jaringan jalan primer
 Sistem jaringan jalan sekunder
Pengelompokan Jalan Umum Menurut fungsinya
 Jalan arteri
 Jalan kolektor
 Jalan lokal
 Jalan lingkungan
Pengelompokan jalan umum menurut statusnya
 Jalan Nasional
 Jalan Provinsi
 Jalan Kabupaten
 Jalan Kota
 Jalan Desa
RESUME ISI UU dan PP
tentang JALAN _Pengelompokan
_Pengelompokan Jalan

Pengelompokan Jalan Menurut kelasnya:


- Dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan
kelacaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifiasi
penydiaan prasarana jalan.
- Diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan

Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan


dikelompokan atas:
 Jalan bebas hambatan………..(freeway)
 Jalan Sedang……………………..(road)
 Jalan Kecil………………………...( Street)
PEMBAGIAN JALAN

Menurut Wewenang Pembinaan atau Status


 Jalan Nasional : di tingkat nasional
 Jalan Provinsi : di tingkat provinsi
 Jalan Kab./kota : di tingkat kab./kota
 Jalan Desa : di tingkat desa
 Jalan Lingkungan : lingkungan ybs.
Fungsi Jalan
Jalan,,
Definisi UU No.38 Tahun 2004
Pengelompokan jalan umum menurut fungsinya:
 Jalan Arteri
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh,keceatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan Kolektor
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi
 Jalan Lokal
jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
 Jalan Lingkungan
Jalan umum yang berfugsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah
JALAN NASIONAL

 Yang termasuk kelompok jalan Nasional adalah


jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
lain yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan nasional.
 Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Nasional
dikabulkan dengan Keputusan Mentri
JALAN PROVINSI

Yang termasuk Kelompok Jalan Provinsi:


 Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan atar ibukota
kabupaten/kota
 Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap
kepentingan provinsi
 Jalan dalam daerah khusus ibukota Jakarta yang tidak
termasuk jalan nasional.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Provinsi dilakukan


dengan keputusan Mentri dalam Negeri atau usul
Pemerintah Provinsi yang bersangkutan, dengan
memperhatikan pendapat Mentri
JALAN KABUPATEN / KOTA

Yang termasuk kelompok jalan kabupaten adalah :


 Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional
dan jalan provinsi
 Jalan lokal primer
 Jalan skunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam
kelompok jalan nasional dan jalan provinsi

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan kabuaten


dilakukan dengan keputusan Gubernur, atas usul
Pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan
JALAN DESA

 Jalan Umum yang menghubungkan kawasan dan


atau antar pemungkiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan
Kep.. Menhub
Kep Menhub.. 14/2006

Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan


sistem jaringan jalan primer
 Jalan arteri primer, minimal B
 Jalan kolektor primer, minimal B
 Jalan lokal primer, minimal C
 Jalan tol, miimal B
Tingkat Pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan
sistem jaringan jalan sekunder

 Jalan arteri sekunder, minimal C


 Jalan kolektor sekunder, minimal C
 Jalan lokal sekunder, minimal D
 Jalan lingkungan, minimal D
Tingkat Pelayanan Pada Ruas Jalan
Diklasifikasikan atas
atas::
Tingkat Pelayanan A, dengan kondisi:
 Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan
kecepatan tinggi
 Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan
kecepatan yang dapat dikendalikan oleh
pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.
 Pemngemudi dapat mempertahankan kecepatan
yang diinginkan tanpa atau dengan sedikit
tundaan
Tingkat Pelayanan Pada Ruas Jalan
Diklasifikasikan atas
atas::
Tingkat Pelayanan B, dengan Kondisi:
 Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan
mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas
 Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas
belum mempengaruhi kecepatan
 Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih
kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
Tingkat Pelayanan Pada Ruas Jalan
Diklasifikasikan atas
atas::
Tingkat Pelayanan C, dengan Kondisi:
 Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan
kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas
yang lebih tinggi
 Kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan
internal lalu lintas meningkat
 Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih
kecepatan, pindah lajur, atau mendahului
Tingkat Pelayanan Pada Ruas Jalan
Diklasifikasikan atas
atas::
Tingkat Pelayanan D, dengan Kondisi:
 Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas
tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat
terpegaruh oleh perubahan kondisi arus
 Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu
lintas dan hambatan temporer dapat menybabkan
penurunan kecepatan yang besar
 Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam
menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi
kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat
Tingkat Pelayanan Pada Ruas Jalan
Diklasifikasikan atas
atas::

Tingkat Pelayanan E, dengan Kondisi:


 Arus lebih rendah dari pada tingkat pelayanan D
dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas
jalan dan kecepatan sangat rendah
 Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan
internal lalu lintas tinggi

Anda mungkin juga menyukai