Anda di halaman 1dari 10

ENS Blog

Coretan Tak Bertema

RABU, 13 APRIL 2016

Makalah Faktur Pajak Bermasalah


MAKALAH
“FAKTUR PAJAK BERMASALAH”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang dan Pajak
Dosen Pengampu : Beni Habibi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Eva Nur Saadah


NPM : 1314500045
Semester : III / Konsentrasi Akuntansi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
”Faktur Pajak Bermasalah”. Penyusun menyampaikan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat untuk menambah
informasi mengenai etika dalam berwirausaha. Dengan segala keterbatasan
yang ada pada penyusun, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tegal, Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... ...............i


KATA PENGANTAR ........................................................................ ...............ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ..............iii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. ................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... ................2
C. Tujuan ................2
D. Metode Penulisan ............................................................................ ................2
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... ................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................ ................4
A. Kasus Faktur Pajak Bermasalah..............................................................4
B. Solusi Penanganan Faktur Pajak Bermasalah...........................................6
BAB III PENTUTUP ...................................................................... ………....8
A. Kesimpulan ………....8
B. Saran………....8
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................…………....9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Definisi Faktur Pajak menurut UU PPN 1984 adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
Di "dunia" pemeriksaan pajak, ada istilah Faktur Pajak yang tidak ditemukan
di UU PPN 1984 yaitu : Faktur Pajak palsu, Faktur Pajak fiktif, atau Faktur Pajak
bermasalah. Tetapi di Pasal 39A UU KUP (Undang - Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan) disebutkan :
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya; atau
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6
tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan
paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Karena itu, sekarang Direktorat Jendral Pajak sering menggunakan istilah
Faktur Pajak bermasalah. Hal ini berkaitan dengan pengertian hukum. Disebut
Faktur Pajak palsu, katanya harus ada yang asli. Disebut Faktur Pajak fiktif,
padahal jelas-jelas ada (tidak fiktif). Jika disebut Faktur Pajak bermasalah maka
sesuai maksud Pasal 39A diatas adalah Faktur Pajak yang tidak berdasarkan
transaksi sebenarnya.
Dengan adanya faktur pajak palsu atau faktur pajak bermasalah ini membuat
penulis tertarik untuk membahas penyalahgunaan pajak tentang faktur pajak
bermasalah yang akhir akhir ini sering menjadi kasus dalam perpajakan.

B. Rumusan Masalah

Banyak persoalan yang perlu dibahas mengenai “Faktur Pajak Bermasalah”.


Namun untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, maka
penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1. Apa saja kasus faktur pajak bermasalah yang telah terjadi ?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kasus faktur pajak bermasalah tersebut ?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang


diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan.

D. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis


mempergunakan metode kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka

Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan
dengan penulisan makalah ini.
2. Internet

Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan
penulisan ini di internet.
E. Sistematika Penulisan

Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan
pandahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Kedua, penulis akan memaparkan data
yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan
“Faktur Pajak Bermasalah”. Ketiga, penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini
penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus Faktur Pajak Bermasalah


Menurut NRMnews.com pada bulan Januari 2015, proporsi pidana pajak
terkait penyalahgunaan faktur fiktif mencapai 60 persen, seperti disampaikan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
Menurut Direktur Intelijen dan Penyidikan Ditjen Pajak, Yuli Kristiyono
kepada pers di Jakarta, Kamis (29/01/2015) menyatakan bahwa angka tersebut
terdiri baik dari penerbit, pengedar dan juga pengguna. Bahkan SDM kita
dialokasikan begitu besar untuk menangani kasus tersebut. Akan tetapi hingga
saat ini masih terdapat perbedaan pendapat antara Ditjen Pajak dan Kejaksaan,
terkait status pengguna faktur pajak palsu tersebut. Sebab, Kejaksaan
menganggap pengguna faktur pajak palsu sebagai korban.
Pada 2014 terdapat 15 kasus yang telah disidangkan dipengadilan, dengan
hasil putusan menyatakan seluruh terdakwa bersalah dan menyebabkan
kerugian negara sebesar Rp 383 miliar, ditambah denda pidana Rp 582,5 miliar.
Selain melakukan penyidikan terhadap penerbit faktur pajak fiktif, Ditjen
Pajak juga melakukan pengamanan penerimaan terhadap wajib pajak yang
menggunakan faktur bermasalah tersebut. Selama 2014, para wajib pajak
pengguna faktur fiktif yang telah dikonfirmasi sebanyak 499, dan 392 atau 79%
di antaranya telah mengakui perbuatannya tersebut. Sisanya masih ditangani
oleh tim satuan tugas khusus yang dibentuk untuk membuktikan perbuatan
mereka. Bagi wajib pajak yang tidak mengakui juga sudah kami tingkatkan ke
penyidikan. Nilai faktur pajak fiktif dari 392 WP tersebut mencapai Rp 696 miliar,
namun baru Rp 154 miliar yang diterima, dan sisanya akan dilunasi dengan cara
dicicil.
Dia menambahkan pada 2015 Ditjen Pajak akan lebih menguatkan kegiatan
penegakan hukum di bidang perpajakan, dengan dukungan penuh dari
Kepolisian dan Kejaksaan. Kami imbau para pelaku usaha untuk tidak
menggunakan faktur pajak fiktif, akhirnya akan kami ketahui dan bisa diambil
tindakan keras. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan 2015, akan
difokuskan pada penerbit dan pengguna faktur pajak fiktif, serta wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajibannya dengan benar.
Selain itu berdasarkan berita pada Liputan6.com, Tim Gabungan yang
terdiri dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan dan
Direktorat Intelejen dan Penyidikan baru saja membongkar penerbitan faktur
pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya (faktur fiktif).
Direktur Intelejen dan Penyidikan Yuli Kristiyono mengungkapkan, salah
satu tersangka berinisial RAS ditangkap di Apartemen Central Park pada 23 Juni
2015. Dari penggeledahan yang dilakukan, ditemukan antara lain bukti berupa
dokumen Surat Pemberitahuan (SPT), 58 stempel perusahaan yang diduga
terlibat jaringan penerbitan faktur pajak fiktif.
Ternyata dia menggunakan 58 perusahaan. Tempatnya di Daan Mogot,
Mediterania. Dan dia tinggal di apartemen Central Park. Akhirnya kami bawa ke
sini, dan kami yakin dia tersangka lalu Bareskrim tahan. Modus operandi yang
dilakukan, RAS menerbitkan faktur pajak fiktif menggunakan perusahaan yang
tidak memiliki kegiatan usaha. Dia menjadikan pegawai-pegawainya sebagai
direktur pada perusahaan tersebut menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
palsu.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Yuli Kristiyono menyatakan kerugian
negara dari kasus faktur pajak fiktif yang melibatkan tersangka berinisial RAS
mencapai Rp577,4 miliar. Berkas perkara atas nama RAS telah dinyatakan
lengkap oleh kejaksaan dan sudah dilimpahkan ke pengadilan, kerugian sebesar
Rp577,4 miliar ini baru dari satu kasus, kami terus melakukan penyidikan.
Pada 18 dan 21 Sepetember 2015 penyidik telah menyita asset milik RAS
berupa apartemen di Central Park Residence dan apartemen SOHO Capital di
Jakarta Barat. Penyidik juga telah memnblokir rekening bank yang dimiliki
tersangka dan perusahaannya.
Untuk mengamankan penerimaan negara dan menindak tegas pelaku
tindak pidana di bidang perpajakan, DJP terus mengawasi dan menegakkan
hukum sembari menjalin kerja sama dengan institusi penegak hukum.

B. Solusi Penanganan Faktur Pajak Bermasalah


Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif yang melibatkan oknum
petugas pajak, wajib pajak, dan pihak-pihak lainnya telah berhasil diungkap oleh
DJP dengan melibatkan pihak aparat hukum yang berwenang. Walaupun
beberapa oknum yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif tersebut telah dijatuhi
hukuman, ternyata efek jera yang ditimbulkan tidak begitu berpengaruh, dengan
kata lain permasalahan tersebut masih dapat muncul setiap saat.

Dalam rangka meningkatkan langkah antisipatif untuk menanggulangi


terjadinya kasus penggunaan faktur pajak fiktif, maka perlu kiranya pihak DJP
meningkatkan pengendalian internal terhadap permasalahan tersebut dengan
langkah-langkah antara lain sebagai berikut: Memberikan penegasan kembali
tentang pentingnya melakukan langkah-langkah pengamanan berkaitan dengan
faktur pajak fiktif dan klarifikasi/konfirmasi PK-PM sebagaimana diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-745/PJ/2001 tanggal 26 Desember
2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak dengan Aplikasi
Sistem Informasi Perpajakan. Pengawasan (klarifikasi) terhadap PK-PM
hendaknya dilakukan secara periodik dan tidak hanya pada saat melakukan
pemeriksaan. Bila dijumpai adanya kejanggalan dapat segera diambil langkah-
langkah pencegahan terjadinya penyimpangan lebih lanjut.

Dalam hal permintaan klarifikasi dari KPP tempat PKP Penjual terdaftar
belum dijawab, maka aparat pemeriksa pajak membuat Berita Acara
Pelaksanaan Pengujian Arus Kas dan Arus Barang atas Faktur Pajak yang
Dimintakan Klarifikasi, dilengkapi dengan Kertas Kerja Pemeriksaan beserta
dokumen-dokumen yang mendukung hasil pengujian tersebut, seperti rekening
koran, bukti penerimaan barang, voucher, kartu gudang, atau dokumen terkait
lainnya. Lebih meningkatkan pengendalian terhadap data PK-PM dengan
melakukan pembatasan terhadap pejabat yang dapat mengakses menu dan
petugas yang melakukan peng-input-an maupun penggunaan, disertai dengan
peningkatan pengawasan atasan langsung sehingga dapat mencegah terjadinya
pengubahan data oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan kasus faktur pajak bermasalah tersebut maka di butuhkan


aturan tentang faktur pajak sebagai berikut :
1. Kepada Wajib Pajak DILARANG untuk menerbitkan Faktur Pajak:
 TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau
sebelum Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
 Yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan tentang bentuk, ukuran,
prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, tata cara pembetulan atau penggantian dan tata cara pembatalan
Faktur Pajak serta dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak
2. Kepada Wajib Pajak DILARANG untuk menggunakan Faktur Pajak:
 TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau dari
Wajib Pajak yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
 Dari Wajib Pajak penerbit Faktur Pajak TIDAK SAH atau Suspect List Direktorat
Jenderal Pajak
 Yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan tentang bentuk, ukuran,
prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, tata cara pembetulan atau penggantian dan tata cara pembatalan
Faktur Pajak serta dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak
3. Terhadap Wajib Pajak dan/ atau pengguna Faktur Pajak TIDAK SAH dapat
dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan dituntut di
pengadilan dengan ancaman pidana penjara paling sedikit 2 tahun dan paling
lama 6 tahun sesuai Pasal 39A Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan
(KUP).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa kasus
faktur pajak bermasalah yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa pihak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) perlu melakukan peningkatan pengawasan
langsung sehingga dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.

B. Saran
Untuk meminimalisir timbulnya kasus faktur pajak bermasalah maka
sebaiknya saat penerbitan faktur pajak oleh pengusaha kena pajak harus
mendapatkan pegawasan dari direktorat jendral pajak secara langsung agar tidak
terjadi kecurangan-kecurangan dalam pembuatan faktur pajak.

DAFTAR PUSTAKA
 Ditjen Pajak Bongkar Pabrik Faktur Pajak Fiktif
http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-bongkar-pabrik-faktur-pajak-fiktif
diakses pada 3 Juli 2015
 DJP Jakarta Selatan Bongkar Penerbitan Faktur Pajak Fiktif
http://bisnis.liputan6.com/read/2259514/djp-jakarta-selatan-bongkar-penerbitan-
faktur-pajak-fiktif diakses pada 25 Juni 2015
 Faktur pajak fiktif RAS rugikan negara Rp577,4 miliar
http://www.antaranews.com/berita/519612/faktur-pajak-fiktif-ras-rugikan-negara-
rp5774-miliar diakses pada 22 September 2015
 http://pajaktaxes.blogspot.sg/2010/04/faktur-pajak-palsu.html

Unknown di 00.21
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda
Lihat versi web

Anda mungkin juga menyukai