Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
”Faktur Pajak Bermasalah”. Penyusun menyampaikan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat untuk menambah
informasi mengenai etika dalam berwirausaha. Dengan segala keterbatasan
yang ada pada penyusun, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Faktur Pajak menurut UU PPN 1984 adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
Di "dunia" pemeriksaan pajak, ada istilah Faktur Pajak yang tidak ditemukan
di UU PPN 1984 yaitu : Faktur Pajak palsu, Faktur Pajak fiktif, atau Faktur Pajak
bermasalah. Tetapi di Pasal 39A UU KUP (Undang - Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan) disebutkan :
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya; atau
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6
tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan
paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Karena itu, sekarang Direktorat Jendral Pajak sering menggunakan istilah
Faktur Pajak bermasalah. Hal ini berkaitan dengan pengertian hukum. Disebut
Faktur Pajak palsu, katanya harus ada yang asli. Disebut Faktur Pajak fiktif,
padahal jelas-jelas ada (tidak fiktif). Jika disebut Faktur Pajak bermasalah maka
sesuai maksud Pasal 39A diatas adalah Faktur Pajak yang tidak berdasarkan
transaksi sebenarnya.
Dengan adanya faktur pajak palsu atau faktur pajak bermasalah ini membuat
penulis tertarik untuk membahas penyalahgunaan pajak tentang faktur pajak
bermasalah yang akhir akhir ini sering menjadi kasus dalam perpajakan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode Penulisan
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan
dengan penulisan makalah ini.
2. Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan
penulisan ini di internet.
E. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan
pandahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Kedua, penulis akan memaparkan data
yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan
“Faktur Pajak Bermasalah”. Ketiga, penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini
penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal permintaan klarifikasi dari KPP tempat PKP Penjual terdaftar
belum dijawab, maka aparat pemeriksa pajak membuat Berita Acara
Pelaksanaan Pengujian Arus Kas dan Arus Barang atas Faktur Pajak yang
Dimintakan Klarifikasi, dilengkapi dengan Kertas Kerja Pemeriksaan beserta
dokumen-dokumen yang mendukung hasil pengujian tersebut, seperti rekening
koran, bukti penerimaan barang, voucher, kartu gudang, atau dokumen terkait
lainnya. Lebih meningkatkan pengendalian terhadap data PK-PM dengan
melakukan pembatasan terhadap pejabat yang dapat mengakses menu dan
petugas yang melakukan peng-input-an maupun penggunaan, disertai dengan
peningkatan pengawasan atasan langsung sehingga dapat mencegah terjadinya
pengubahan data oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa kasus
faktur pajak bermasalah yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa pihak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) perlu melakukan peningkatan pengawasan
langsung sehingga dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.
B. Saran
Untuk meminimalisir timbulnya kasus faktur pajak bermasalah maka
sebaiknya saat penerbitan faktur pajak oleh pengusaha kena pajak harus
mendapatkan pegawasan dari direktorat jendral pajak secara langsung agar tidak
terjadi kecurangan-kecurangan dalam pembuatan faktur pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Pajak Bongkar Pabrik Faktur Pajak Fiktif
http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-bongkar-pabrik-faktur-pajak-fiktif
diakses pada 3 Juli 2015
DJP Jakarta Selatan Bongkar Penerbitan Faktur Pajak Fiktif
http://bisnis.liputan6.com/read/2259514/djp-jakarta-selatan-bongkar-penerbitan-
faktur-pajak-fiktif diakses pada 25 Juni 2015
Faktur pajak fiktif RAS rugikan negara Rp577,4 miliar
http://www.antaranews.com/berita/519612/faktur-pajak-fiktif-ras-rugikan-negara-
rp5774-miliar diakses pada 22 September 2015
http://pajaktaxes.blogspot.sg/2010/04/faktur-pajak-palsu.html
Unknown di 00.21
Berbagi