Radenn Wijaya
Radenn Wijaya
Raden Wijaya merupakan nama yang lazim dipakai para sejarawan untuk menyebut
pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad
ke-15. Kadang Pararaton juga menulisnya secara lengkap, yaitu Raden Harsawijaya. Padahal
menurut bukti-bukti prasasti, pada masa kehidupan Wijaya (abad ke-13 atau 14) pemakaian gelar
raden belum populer.
Nagarakertagama yang ditulis pada pertengahan abad ke-14 menyebut pendiri Majapahit
bernama Dyah Wijaya. Gelar "dyah" merupakan gelar kebangsawanan yang populer saat itu dan
menjadi cikal bakal gelar "Raden". Istilah Raden sendiri diperkirakan berasal dari kata Ra Dyah
atau Ra Dyan atau Ra Hadyan.
Pada tahun 1292 M, Kerajaan Singasari diserang oleh Jayakatwang dari Kerajaan Kediri.
Akibat penyerangan tersebut, Raja Kertanegara gugur. Raden Wijaya salah seorang menantu
Kertanegara bersama istrinya berhasil meloloskan diri. Ia menyeberang ke Madura dan minta
bantuan kepada Wiraraja. Setelah beberapa lama, Raden Wijaya dianjurkan kembali ke Kediri
untuk pura-pura mengabdi kepada Jayakatwang.
Singkat cerita, Raden Wijaya pun diterima mengabdi oleh Jayakatwang. Kemudian
Jayakatwang menghadiahkan daerah hutan Tarik kepada Raden Wijaya. Dengan bantuan para
pengikutnya, mulailah ia membangun hutan Tarik.
Ketika sedang bekerja, salah seorang di antara mereka menemukan buah Maja. Raden
Wijaya lalu memakannya. Ternyata rasanya sangat pahit. Oleh karena itulah desa tersebut diberi
nama Majapahit.
Pada tahun 1292, pasukan Cina yang besar mendarat di Tuban. Pasukan ini dipimpin oleh
tiga orang panglima. Ketika terdengar kabar bahwa tentara Cina mendarat di Tuban, Raden
Wijaya mengirim utusan yang menyampaikan pernyataan bahwa ia sanggup membantu tentara
Cina tersebut.
Kota dikepung oleh pasukan Cina. Jayakatwang keluar dan menyerahkan diri. Raja
Jayakatwang bersama keluarganya dan para pejabat kerajaan ditawan dan dibawa oleh panglima
tentara Cina ke banteng pertahanan mereka di Hujung Galuh.
Di dalam penjara, Jayakatwang sempat menggubah sebuah kakawin yang diberi nama
Wukir Polaman. Ia meninggal dunia dalam tahanan tersebut. Ardaraja melarikan diri ke
pegunungan tetapi dapat dikejar dan ditangkap oleh tentara Cina, kemudian ditawan di Daha.
Raden Wijaya kembali ke Majapahit yang diantar oleh sepasukan tentara Cina. Di
Majapahit pasukan Wijaya menyerang pasukan Cina, dan terjadilah perang. Bala bantuan Cina
datang ke Majapahit, tetapi dilawan oleh pasukan Wijaya dengan menggunakan perang gerilya.
Tentara Cina yang biasa bertempur di padang terbuka dengan pasukan kudanya tidak
mampu melayani perang gerilya dihutan-hutan. Banyak diantara mereka yang menjadi korban.
Komando tentara Cina menganggap perang itu tidak ada gunanya, karena mereka telah
melaksanakan tugas dan telah berhasil menghukum Raja Jawa.
Selain itu, tiupan angin musim sudah mulai berubah, bila terlalu lama menunggu mereka
tidak dapat kembali ke Cina saat itu, dan harus menunggu perubahan angin tahun depannya.
Oleh sebab itu, panglima tentara Cina memutuskan untuk kembali ke Cina.
Setelah tentara Cina meninggalkan Jawa dan raja Kediri Jayakatwang meninggal dunia,
maka terjadilah kekosongan kekuasaan. Kekosongan kekuasaan itu diisi oleh Raden Wijaya
sebagai Raja Majapahit meneruskan kekuasaan Singasari. Sebagai raja Majapahit, ia bergelar
Kertarajasa Jayawardhana.
Struktur
No Struktur Kalimat
1 Abstrak Raden Wijaya merupakan nama yang lazim dipakai para
sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini
terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15.
Kadang Pararaton juga menulisnya secara lengkap, yaitu Raden
Harsawijaya. Padahal menurut bukti-bukti prasasti, pada masa
kehidupan Wijaya (abad ke-13 atau 14) pemakaian gelar raden
belum populer.