Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH

SEJARAH, PERKEMBANGAN SEL DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH:

ANDINI SIFA FADHILLA (195040016) MELANI WAHYUDI (195040021)


ANNISA YULIAWATI (195040013) MUHAMMAD ILHAM (195040023)
DELVIA DESTA ANDRIANI (195040026) SARI OKTAVIANTI (195040031)
FRIDA NUR CINDYANA M. (195040039) UGI HERMAWATI (195040028)
GALIH NURDIANSYAH (195040041) UTARI WIDYANINGRUM (195040017)
MEILANI FITRI (195040042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2019
ABSTRAK

Istilah sel berasal dari bahasa latin yaitu cellula yang berarti ruang kecil. Istilah tersebut
diberikan oleh ahli fisika-matematika dan arsitek kebangsaan Inggris Robert Hook pada tahun
1665. Ia mula-mula menggunakan istilah tersebut ketika ia memeriksa irisan gabus botol
dibawah mikroskop, ia melihat adanya unit-unit kecil yang dibatasi oleh dinding-dinding pada
penampang gabus tersebut.

Tahun 1838, seorang ahli botani bangsa Jerman bernama M.I. Schleiden mempelajari sel-
sel tumbuhan. Ia menyatakan bahwa‘’sel adalah organisme, dan seluruh binatang maupun
tumbuhan merupakan kesatuan dari organism tersebut yang disusun oleh hukum-hukum atau
aturan-aturan tertentu’’.

Tahun 1839, seorang ahli zoology bangsa jerman lainnya yang bernama T.Schwann
menyatakan “kami telah menila bahwa seluruh organism disusun oleh bagian-bagian tertentu
yang disebut sel’’ Kedua pendapat tersebut kemudian dijadikan dasar untuk membuat teori sel.

Teori sel mengatakan bahwa seluruh makhluk hidup dari mulai yang paling sederhana
yaitu organism bersel satu sampai kepada tumbuhan atau binatang yang berderajat tinggi disusun
oleh sel, dan tiap tiap sel dapat berperan secara bebas tetapi merupakan bagian integral dari
organism secara keseluruhan.

Teori sel ini walaupun telah diterima dan dapat menjelaskan teka-teki biologi, tetapi tetap
tidak dapat lepas dari kesalahan. Sebagai contoh Schawann mencapai bahwa sel dapat
“dihasilkans ecaras pontan melalui proses yang analog dengan proses pembentukan Kristal.
Tetapi studi tentang perkembangan embrio menunjukan bahwa selama pertumbuhannya, sel-sel
mengalami duplikasi sendiri melalui pembelahan sel. Hasil ini kemudian disimpulkan oleh
Rudolf Virchow yang menyatakan bahwa “adanya suatu sel harus berasal dari sel yang ada
sebelumnya, sama seperti binatang yang hanya akan ada dari binatang sebelumnya dan
tumbuhan hanya berasal dari tumbuhan sebelumnya.

Tiga puluh tahun berikutnya ahli-ahli sitologi seperti Remak, Henle, Purkinje, Von Mohl,
Max Schultze dan Nagel memperbaiki bermacam-macam kesalahan dari teori sel tersebut.
Penyelidikan sitologi ternyata menunjukan bahwa ada makhluk hidup yang tubuhnya tidak
disusun oleh sel yang sesungguhnya (truecell). Sel yang sesungguhnya didefinisikan sebagai
kumpulan dari protoplasma yang memiliki inti dan dibatasi oleh selaput plasma. Virus
merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki protoplasma dan inti,tetapi hanya memiliki DNA
atau RNA sebagai materi genetik.

Teori protoplasma menyatakan bahwa semua makhluk hidup termasuk binatang dan
tumbuhan disusun oleh protoplasma. Menurut teori ini sel merupakan akumulasi dari substansi
hidup atau protoplasma yang memiliki inti dan terdapat disuatu ruangan yang dibatasi oleh
selaput luar.
Teori organism mengemukakan bahwa tubuh organism bersel banyak(multicellular)
merupakan kumpulan sitoplasma (protoplasma) yang melakukan pembelahan tak sempurna
menjadi sel-sel sebagai pusat untuk melaksanakan bermacam-macam aktivitas biologi. Dengan
demikian organism bersel banyak merupakan individu yang memiliki deferensiasi protoplasma
yang tinggi.

Biologi sel telah membantu para ahli biologi untuk mengerti bermacam-macam aktivitas
kehidupan yang sangat rumit seperti metabolisme, pertumbuhan, diferensiasi, hereditas dan
evolusi pada tingkat sel dan molekul. Oleh karena itu banyak aplikasi atau penerapan yang telah
dilakukan oleh manusia didalam cabang-cabang biologi.

1) Sitotaksonomi (Sitologi dan Taksonomi)

Sitotaksonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu penunjang sitologi yang mengkaji di


dalam menentukan kedudukan suatu spesies didalam taksonomi.

2) Sitogenetik (Sitologi dan Genetika)

Sitogenetik merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan sitologi dan
dasar-dasar hereditas, variasi, mutasi, filogenti, morfogenesis dan evolusi suatu
organisme.

3) Fisiologi Sel (Sitologi dan Fisiologi)

Fisiologi sel adalah suatu studi tentang aktivitas kehidupan seperti nutrisi,
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi atau pembelahan sel telah banyak membantu
didalam pemahaman bermacam-macam komplikasi aktivitas fisiologi pada tingkat sel.

4) Sitokimia (Sitologi dan Biokimia)

Sitokimia merupakan cabang sitologi yang banyak membahas tentang reaksi-


reaksi kimia dan analisis kimia-fisika pada makhluk hidup

5) Struktur Ultra dan Biologi Molekuler

Struktur ultra (struktur yang sangat kecil) dan biolog imolekuler merupakan
cabang biologi ini hubung anantara sitologi dan biokimia, kimia fisika dan kimia koloid
menjadi semakin kompleks.

6) Sitopatologi (Sitologi dan Patologi)

Penerapan biologi molekul pada bidang patologi, banyak membantu didalam


memahami bermacam-macam penyakit manusia pada tingkat molekuler.

7) Sitoekologi (Sitologi dan Ekologi)

Sitoekologi adalah ilmu yang menelaah tentang pengaruh perubahan ekologi


terhadap jumlah kromosom sel.
Dengan mempelajari sejarah perkembangan sel dan pengaplikasiannya sebagai
manusia dapat pemperoleh manfaatnya untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
ABSTRACT

The term cell comes from the Latin cellula which means small space. This term was
given by English physicist-mathematician and architect Robert Hook in 1665. He first used the
term when he examined the cork slices under a microscope, he saw small units bounded by walls
in the cork cross section. In 1839, another German zoologist named T. Schwann stated "we have
seen that all organisms are composed by certain parts called cells". Cell theory says that all living
things from the simplest, single-celled organisms to higher plants or animals are composed by
cells, and each cell can play a free role but is an integral part of the organism as a whole. Even
though this cell theory has been accepted and can explain the enigma of biology, it still cannot
escape error. This result was then concluded by Rudolf Virchow who stated that "the existence of
a cell must originate from a cell that was before it, just as animals would only exist from a
previous animal and plants would only come from a previous plant. Thirty years later cytologists
such as Remak, Henle, Purkinje, Von Mohl, Max Schultze and Nagel corrected various errors of
the cell theory. The actual cell is defined as a collection of protoplasm which has a nucleus and is
limited by the plasma membrane. Research conducted by humans on the contents of these cells
finally led to new theories to replace old theories that are no longer appropriate. The protoplasm
theory states that all living things including animals and plants are composed by protoplasms.
According to this theory the cell is an accumulation of living substances or protoplasm which has
a nucleus and is contained in a room that is limited by the outer membrane. The theory of
organisms suggests that the body of multi-celled organisms (multi-cellular) is a collection of
cytoplasm (protoplasm) which performs imperfect division into cells as a center for carrying out
various biology activities. Thus multicellular organisms are individuals who have high
protoplasmic differentiation. Cell biology has helped biologists understand various complex life
activities such as metabolism, growth, differentiation, heredity and evolution at the cellular and
molecular level. Therefore many applications that have been carried out by humans in the
branches of biology. Some of them are, 1) Sitotaksonomi (Sitologi dan Taksonomi), 2)
Sitogenetik (Sitologi dan Genetika), 3) Fisiologi Sel (Sitologi dan Fisiologi), 4) Sitokimia
(Sitologi dan Biokimia), 5) Struktur Ultra dan Biologi Molekuler, 6) Sitopatologi (Sitologi dan
Patologi), 7) Sitoekologi (Sitologi dan Ekologi). By studying the history of cell development and
its application as a human being, he can benefit in supporting daily life in various fields.
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................................ i

ABSTRACT .............................................................................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 1

BAB II ISI ................................................................................................................................................. 2

2.1 Sejarah Sel .............................................................................................................................. 2

2.1.1 Penemuan Awal ........................................................................................................... 2

2.1.2 Teori Sel ....................................................................................................................... 4

2.2 Jenis, Struktur dan Perkembangan Sel .................................................................................... 8

2.2.1 Jenis Sel ....................................................................................................................... 8

2.2.2 Struktur Sel .................................................................................................................. 20

2.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Sel ........................................................................... 22

2.3 Aplikasi Sel Dalam Kehidupan ............................................................................................... 27

2.3.1 Bidang Kesehatan ........................................................................................................ 27

2.3.2 Bidang Pertanian .......................................................................................................... 40

BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 49

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 49

3.2 Saran ....................................................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 51

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ 53

DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... 54

LAMPIRAN.............................................................................................................................................. 55
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah BIOLOGI UMUM
mengenai makalah sejarah, perkembangan sel dan aplikasinya dalam kehidupan.

Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan


memberikan ide-ide sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya lebih baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Johnson (2002 : 77) menyebutkan” Setiap makhluk hidup tersusun atas berjuta sel yang
hidup dan bermetabolisme untuk menjaga kelangsungan hidupnya.”Sel-sel terebut tidak
diketahui keberadaanya selama beribu tahun yang lalu sampai ketika Robert Hooke
menemukan sel untuk pertama kalinya”.

Sel merupakan dasar dari sebuah kehidupan, sel merupakan struktur organisme terkecil
dari makhluk hidup dan lebih sederhana dari apa yang kita bayangkan. Dari masa ke masa
dilakukan penelitian dan penemuan tentang sel. Dimulai dari penemuan Robert Hooke
dengan sel gabusnya pada tahun 1665 sampai sekarang pun masih dilakukan penlitian.

Sel memiliki ukuran yang sangat kecil dan tak kasat mata, didalam ukuran yang kecil
tersebut sel memiliki bagian-bagian sel yang memiliki fungsi masing-masing. Antar bagian
sel itu melakukan interaksi dan saling ketergantungan.

sel menyimpan berjuta rahasia yang patut diungkap, saat ini kemajuan teknologi dan
pengetahuan sangat pesat , semua berawal dari penelitan para ahli yang mulai dari nol
hingga bisa berkembang sampai saat ini. Banyak penemuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Seperti penemuan bibit
unggul yang sangat membantu para petani untuk meningkatkan produksi nya , ada juga
penemuan – penemuan yang memungkinkan memproduksi sel-sel baru yang sangat berguna
bagi kesehatan. Para ilmuwan menguak rahasia besar yang terdapat pada makhluk hidup,
salah satunya adalah sel.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, disusun rumusan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana sejarah penemuan sel?
- Apa saja jenis-jenis sel?
- Bagaimana struktur sel sel?
- Bagaimana pengaplikasian sel dalam kehidupan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :


- Untuk menambah wawasan mengenai sejarah penemuan sel
- Untuk mengetahui perkembangan sel
- Untuk mempelajari cara pengaplikasian sel dalam kehidupan
- Untuk mengetahui manfaat mempelajari tentang sel
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Sel


2.1.1 Penemuan Awal
Istilah sel berasal dari bahasa latin yaitu cellula yang berarti ruang kecil. Istilah
tersebut diberikan oleh ahli fisika-matematika dan arsitek kebangsaan Inggris Robert
Hook pada tahun 1665. Ia mula-mula menggunakan istilah tersebut ketika ia
memeriksa irisan gabus botol dibawah mikroskop, ia melihat adanya unit-unit kecil
yang dibatasi oleh dinding-dinding pada penampang gabus tersebut.

Pada tahun 1838 ahli botani Matthias Schleiden dan ahli zoologi Theodor
Schwan keduanya tertarik dengan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur
jaringan tumbuhan dan hewan, mereka mengajukan konsep bahwa semua organisme
tersusun atas sel. Konsep yang diajukan kedua ahli Biologi Jerman tersebut
menunjukan bahwa sel merupakan kesatuan struktural makhluk hidup. Pada tahun
1880 Hanstein menyatakan bahwa sel tidak berarti cytos (tempat yang berongga),
tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi). Pada tahun 1835 Felix Dujardin
mengemukakan bahwa isi sel berupa cairan yang oleh Johannes Purkinje dinamakan
protoplasma. Pada tahun 1825-1974 Max Shultze menyatakan bahwa sel merupakan
kesatuan fungsional makhluk hidup. Pada tahun 1858 Rudolf Virchow menyatakan
bahwa setiap sel berasal dari sel sebelumnya. Dari beberapa pendapatan para ahli
diatas maka “sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil suatu makhluk
hidup”.

Sel tumbuhan biasanya lebih besar dibanding sel hewan. Sel tumbuhan
mempunyai bentuk yang tetap, sedangkan sel hewan tidak mempunyai bentuk khusus.
Sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang terdiri dari selulosa, sedangkan sel hewan
tidak mempunyai dinding sel. Sel tumbuhan mempunyai pigmen klorofil yang tidak
ada dalam sel hewan kesemua sel tumbuhan mempunyai vakuola sedangkan sel hewan
tidak kecuali pada hewan unisel peringkat rendah. Sel tumbuhan menyimpan tenaga
dalam bentuk biji (granul) kanji, sedangkan sel hewan menyimpan makanan dalam
bentuk biji (granul) glikogen.

Biologi sel atau sitologi merupakan sains biologi yang mengkaji tentang sel.
Adapun bagian yang dipelajari tersebut meliputi morfologi, biokimia, sitokimia,
fisiologi dan sifat-sifat genetik nya. Studi mengenai biologi sel tidak dapat dipisahkan
dari penemuan mikroskop. Permulaan biologi sel dapat dikatakan pada abad ke-15
ketika da Vinci pada tahun 1485 menggunakan lensa untuk melihat objek-objek kecil.
Mikroskop sederhana telah diciptakan oleh Galileo pada tahun 1610.
Komponen/susunan mikroskop pertama telah dibuat oleh Robert Hooke (1665). Dia
mengamati sayatan tipis gabus di bawah mikroskop, yang ternyata bahwa gabus
tersebut disusun oleh bagian-bagian yang menyerupai kotak. Kotak-kotak tersebut
selanjutnya dinamakan sel (Latin, cella=rongga yang kosong). Antoni V Leeuwenhoek
(1723), membuat mikroskop sederhana dan mempelajari struktur bakteri, protozoa,
spermatozoa, sel darah dan sebagiannya.

Tahun Penemu Obyek Penemuan


1665 Robert Hooke Sel merupakan ruang-ruang kecil yang kosong dan
menyerupai sarang lebah
1808 Mirabel Tumbuhan terdiri dari jaringan yang tersusun oleh
sel
1809 Lamarck Pada organisasi hidup, sel mempunyai fungsi yang
sangat penting
1813 Robert Brown Menemukan inti sel, yang merupakan bagian
terpenting dari sel
1824 Dutrochet Hewan dan tumbuhan tersusun atas sel
1826 Turpin Melaporkan terjadinya pembelahan atas sel
1829 Hertwig Sel adalah kumpulan substansi hidup (protoplasma)
dan di dalam nya mengandung inti dan dibatas oleh
dinding sel
1831 Hogo von Mohl Menerangkan proses pembelahan sel
1835 Dujardin Bahwa sel mengandung material dan diberi nama
carcode
1838 Schleiden Menemukan anak inti dan mengusulkan teori sel
1839 Schwann Mempergunakan teori “sel merupakan kesatuan
struktural”
1840 JE.Purkinye Isi sel disebut protoplasma
1855 Rudlf Vircchow Omne Cellula Ex Cellula
1868 Huxley Protoplasma merupakan dasar fisik dari kehidupan
1886 Weisman Sel yang ada sekarang dapat menunjukan asal mula
sel jaman dulu
1931 Ruska Penemuan mikroskop elektron transmisi, yang
merupakan awal telaah terhadap bagian-bagian sel
Tabel 2.1 Sejarah Penemuan Sel

Pada abad ke-19 sel-sel telah diamati secara intensif dengan menggunakan
mikroskop. Pada awal abad ke-19 ini telah diketahui bahwa seluruh organ binatang
disusun oleh jaringan-jaringan seperti otot, tulang keras, rawan dan tulang lunak.

Demikian pula batang, akar, daun dan organ-organ lain pada tumbuhan tinggi
disusun oleh jaringan yang berbeda. Pada tahun 1824, orang Inggris, H.J. Dutrochet
menyatakan bahwa “seluruh jaringan-jaringan organik, sesungguhnya adalah sel-sel
bulat kecil yang tampak nya disatukan hanya oleh kekuatan adesif sederhana, dengan
demikian seluruh jaringan tumbuhan dan binatang sesungguhnya merupakan jaringan-
jaringan sel yang mengalami bermacam-macam modifikasi.
2.1.2 Teori Sel

Tahun 1838, seorang ahli botani bangsa Jerman bernama M.I. Schleiden
mempelajari sel- sel tumbuhan. Ia menyatakan bahwa “sel adalah organisme, dan
seluruh binatang maupun tumbuhan merupakan kesatuan dari organisme tersebut yang
disusun oleh hukum-hukum atau aturan-aturan tertentu”.

Tahun 1839, seorang ahli zoologi bangsa jerman lainnya yang bernama T.
Schwann menyatakan “kami telah melihat bahwa seluruh organisme disusun oleh
bagian-bagian tertentu yang disebut sel”. Kedua pendapat tersebut kemudian dijadikan
dasar untuk membuat teori sel. Teori sel mengatakan bahwa seluruh makhluk hidup
dari mulai yang paling sederhana yaitu organisme bersel satu sampai kepada tumbuhan
atau binatang yang berderajat tinggi disusun oleh sel, dan tiap tiap sel dapat berperan
secara bebas tetapi merupakan bagian integral dari organisme secara keseluruhan.

Teori sel ini walaupun telah diterima dan dapat menjelaskan teka-teki biologi,
tetapi tetap tidak dapat lepas dari kesalahan. Sebagai contoh Schwann mencapai
bahwa sel dapat “dihasilkan secara spontan melalui proses yang analog dengan proses
pembentukan Kristal. Tetapi studi tentang perkembangan embrio menunjukan bahwa
selama pertumbuhannya, sel-sel mengalami duplikasi sendiri melalui pembelahan sel.
Hasil ini kemudian disimpulkan oleh Rudolf Virchow yang menyatakan bahwa”
adanya suatu sel harus berasal dari sel yang ada sebelumnya, sama seperti binatang
yang hanya akan ada dari binatang sebelumnya dan tumbuhan hanya berasal dari
tumbuhan sebelumnya.

Tigapuluh tahun berikutnya ahli-ahli sitologi seperti Remak, Henle, Purkinje,


Von Mohl, Max Schultze dan Nagel memperbaiki bermacam-macam kesalahan dari
teori sel tersebut. Apakah semua teori sel ini berlaku bagi semua organisme hidup ?
berbagai penyelidikan sitologi ternyata menunjukan bahwa ada makhluk hidup yang
tubuhnya tidak disusun oleh sel yang sesungguhnya (true cell). Sel yang sesungguhnya
didefinisikan sebagai kumpulan dari protoplasma yang memiliki inti dan dibatasi oleh
selaput plasma. Virus merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki protoplasma dan
inti, tetapi ia hanya memiliki DNA atau RNA sebagai materi genetik.

a. Teori Protoplasma dan Teori Organisma

Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat khususnya di bidang biologi,
mendorong manusia untuk lebih banyak lagi mengetahui alam kehidupan ini.Dengan
ditemukannya mikroskop yang lebih canggih seperti mikroskop cahaya dan mikroskop
electron, pengamatan terhadap sel untuk mengetahui rahasia kehidupan semakin
ditingkatkan. Teori sel yang semula dianggap begitu hebat karena telah banyak
membuka rahasia kehidupan, ternyata perhatian manusia sekarang ini telah beralih
kepada bagian-bagian atau komponen-komponen yang terdapat didalam sel tersebut.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh manusia terhadap isi sel tersebut akhirnya
memunculkan teori-teori baru untuk mengganti teori lama yang sudah tidak sesuai
lagi.

1) Teori protoplasma

Pada pertengahan abad ke-19, beberapa ahli biologi memulai mengenal betapa
pentingnya cairan keruh yang terdapat didalam sel. Purkinje, (1839) memberi nama
isi sel tersebut dengan protoplasma. Pada tahun 1892, Hertwig mengemukakan
“teori protoplasma”, suatu teori yang sebelumnya telah diajukan oleh M.Schultze
(1861) tetapi masih dalam bentuk kasar. Teori protoplasma menyatakan bahwa
semua makhluk hidup termasuk binatang dan tumbuhan disusun oleh protoplasma.
Menurut teori ini sel merupakan akumulasi dari substansi hidup atau protoplasma
yang memiliki inti dan terdapat disuatu ruangan yang dibatasi oleh selaput luar.

Pada abad ke-19, setelah ditemukan mikroskop cahaya banyak perbaikan


telah dilakukan dan banyak materi atau komponen-komponen sel telah diselidiki.
Tahun 1867 George menyelidiki tentang adanya Golgi kompleks didalam
sitoplasma. Selanjutnya pada tahun 1871, ,Miescher menemukan asam nukleat, dan
tahun 1879 Fol mengamati penetrasi spermatozoon terhadap sel telur. Masih dalam
tahun 1879, Fleming memperkenalkan istilah kromatin dan menggambarkan
tentang membelahan kromosom. Selain itu pada tahun 1882 Fleming juga
menggambarkan pembelahan mitosis pada sel binatang dan tumbuhan. Dia juga
mengemukakan tentang hubungan antara asam nukleat dan kromatin.

Pembelahan sel pada tumbuhan ditemukan oleh Strasburger pada tahun


1882, setelah itu istilah sitoplasma dan nukleoplasma diberikan oleh Straburger.
Tahun 1883 Metchnikoff mengamati dan memberi nama peristiwa fagisitosis.
Istilah kromosom telah diperkenalkan oleh Waldeyer tahun 1888. Benda (1898)
memberi nama mitokondria, dan pada tahun 1898 ini pula Golgi menggambarkan
golgi kompleks sebagai aparatus atau organel yang terdapat didalam sel, karena
pada seperempat abad terakhir banyak penyelidikan-penyelidikan penting yang
telah dibuat didalam biologi, maka periode tersebut umumnya disebut sebagai
“periode klasikal” dari sitologi.

Pada abad ke-20 bermacam-macam mikroteknik telah banyak dilakukan


dalam penyelidikan sitologi. Sebagai contoh metode kimia jaringan (histochemical)
dan kimia sel (chytochemical) telah banyak dilakukan, bermacam-macam
komponen sel telah dapat dipisahkan oleh alat pemusing (sentrifius). Selain itu
metode-metode kultur studi mengenai sel hidup. Lebih dari itu mikrotom ultra (alat
untuk menyayat preparat), mikroskop elektron, mikroskop sinar X dan sebagainya
telah memungkinkan kesempatan baru bagi ahli-ahli biologi untuk menyelidiki sel-
sel dan komponen-komponennya secara lebih mendetil. Adanya penelitian dengan
menggunakan alat-alat tersebut menggunakan validitas tentang teori sel dan teori
protoplasma menjadi kabur atau samar-samar. Oleh karena itu teori-teori tersebut
selanjutnya disempurnakan oleh teori baru lainnya yang disebut teori organisme.

2) Teori Organisme

Teori organisme mengemukakan bahwa tubuh organisme bersel banyak (multi


cellular) merupakan kumpulan sitoplasma (protoplasma) yang melakukan
pembelahan tak sempurna menjadi sel-sel sebagai pusat untuk melaksanakan
bermacam-macam aktivitas biologi. Dengan demikian organisme bersel banyak
merupakan individu yang memiliki deferensiasi protoplasma yang tinggi.
Perbedaannya dengan binatang yang bersel satu hanyalah dalam ukuran dan tingkat
diferensiasi protoplasmanya. Deferensiasi tersebut meliputi pemisahan protoplasma
menjadi bagian-bagian yang disebut sel. Akan tetapi teori organisme ini juga gagal
untuk menempatkan posisi virus, gang-gang dan jamur tertentu.

b. Bidang Kajian Biologi Sel

Biologi sel telah membantu para ahli biologi untuk mengerti bermacam-macam
aktivitas kehidupan yang sangat rumit seperti metabolism, pertumbuhan, diferensiasi,
hereditas dan evolusi pada tingkat sel dan molekul. Oleh karena itu banyak aplikasi
atau penerapan yang telah dilakukan oleh manusia didalam cabang-cabang biologi.
Beberapa diantaranya adalah:

1) Sitotaksonomi (Sitologi dan Taksonomi)


Setiap spesies tumbuhan dan hewan memiliki sejumlah kromosom didalam selnya.
Bentuk dan ukuran kromosom pada setiap individu dalam satu spesies relatif
sama. Sifat-sifat kromosom ini sangat membantu ahli-ahli taksonomi
(pengelompokan). Oleh karena itu sitotaksonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu
penunjang sitologi yang mengkaji didalam menentukan kedudukan suatu spesies
didalam taksonomi.

2) Sitogenetik (Sitologi dan Genetika)


Sitogenetik merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan sitologi dan
dasar-dasar hereditas, variasi, mutasi, filogenti, morfogenesis dan evolusi suatu
organisme. Teori plasma benih dari Weisman, hukum Mendel tentang sifat-sifat
penurunan dan konsep-konsep gen, hanya akan dimengerti dengan baik setelah
adanya penerapan tentang konsep-konsep sitologi terhadap genetika.

3) Fisiologi Sel (Sitologi dan Fisiologi)


Fisiologi sel adalah suatu studi tentang aktivitas kehidupan seperti nutrisi,
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi atau pembelahan sel telah banyak
membantu didalam pemahaman bermacam-macam komplikasi aktivitas fisiologi
pada tingkat sel.

4) Sitokimia (Sitologi dan Biokimia)


Sitokimia merupakan cabang sitologi yang banyak membahas tentang reaksi-reaksi
kimia dan analisis kimia-fisik pada makhluk hidup. Sebagi contoh analisis sitokimia
telah menemukan adanya karbohidrat, lemak,protein, asam nukleat dan zat-zat
organic lainnya di dalam sel.

5) Struktur Ultra dan Biologi Molekuler


Struktur ultra (struktur yang sangat kecil) dan biologi molekuler merupakan cabang
biologi ini hubungan antara sitology dann biokimia, kimia fisika dan kimia koloid
menjadi semakin kompleks. Pengetahuan tentang organisme stuktur ultra dari sel
merupakan dasar yang sangat penting karena secara praktis semua fungsi dan
transformasi kimiafisika terjadi pada tingkat molekul. Penemuan baru pada tingkat
biologi molekuler seprti model molekul DNA oleh Waston dan Crick pada tahun
1953, mekanisme sintesa protein, kode-kode genetik dan sebagainya adalah salah
satu imbas yang luar biasa biologi sel modern dan biologi.

6) Sitopatologi (Sitologi dan Patologi)


Penerapan biologi molekul pada bidang patologi, banyak membantu didalam
memahami bermacam-macam penyakit manusia pada tingkat molekuler. Hal ini
disebabkan banyak penyakit yang disebabkan oleh kelainan kode-kode genetik
didalam molekul DNA sehingga merubah sintesis enzim-enzim untuk selanjutnya
mengganggu aktivitas metabolisme sel.

7) Sitoekologi (Sitologi dan Ekologi)


Sitoekologi adalah ilmu yang menelaah tentang pengaruh perubahan ekologi
terhadap jumlah kromosom sel. Sitoekologi yang mengkaji pada tumbuhan dan
binatang telah mengemukakan bahwa habitat ekologi dan distribusi geografi
mempunya korelasi dengan jumlah kromosom.

Dengan demikian biologi sel telah memberikan dorongan yang besar bagi ahli-ahli
biologi modern untuk menyelidiki ilmu-ilmu biologi. Studi tentang stitologi
modern, banyak membantu memahami bermacam-macam aktivitas kehidupan pada
tingkat molekul, dalam pengobatan atau penyembuhan terhadap macam-macam
penyakit kronis manusia dan didalam memperbaiki bibit-bibit tumbuhan dan
binatang atau memperoleh bibit unggul dengan produksi cepat dan masal misalnya
kuljar (kultur jaringan).
2.2 Jenis, Struktur dan Perkembangan Sel

2.2.1 Jenis Sel

a) Sel Prokariotik

Gambar 1. Sel Prokariotik

Tubuh dari seluruh makhluk hidup kecuali virus memiliki organisasi seluler, dan
dapat terdiri dari satu atau banyak sel. Organisme yang tubuhnya hanya terdiri dari
satu sel disebut organisme bersel satu (uniseluler), misalnya bakteri, ganggang biru,
dan beberapa jenis ganggang lainnya, protozoa, dan sebagainya. Organisme yang
tubuhnya disusun oleh lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak
(multiseluler).

Sel prokariotik (Yunani, pro=sederhana atau pertama, karyon = inti) adalah sel-
sel yang paling sederhana dipandang dari segi morfologi nya. Sel-sel seperti ini
dimiliki oleh golongan bakteri dan ganggang biru. Sel prokariotik hanya memiliki satu
sistem pembungkus yang diorganisasikan disebelah dalam. Bagian ini terdiri dari
komponen inti seperti molekul DNA, molekul RNA dan protein inti yang dikelilingi
oleh substansi dasar sitoplasma. Seluruh materi tersebut dibungkus oleh selaput
plasma. Selaput plasma bagian dalam dari sel prokariotik ini dapat berfungsi sebagai
tempat melekatnya enzim. Berikut adalah bagian-bagian sel prokariotik beserta
fungsinya :

1. Pili
Pili atau pilus adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol
dari dinding sel. Pili tersusun dari protein dan banyak terdapat dalam bakteri gram
negatif. Pili mirip dengan flagellum (flagella) tetapi lebih pendek, kaku, diameter
lebih kecil, dan jumlahnya jauh lebih banyak. Fungsi pili adalah sebagai tempat
masuknya materi genetik selama perkawinan dan membantu melekatkan diri pada
jaringan hewan atau tumbuhan. Pili bukan sebagai alat gerak. Terdapat pula fimbria
yang serupa pili tetapi lebih pendek.
2. Plasmid
Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang berukuran lebih kecil
dari kromosom dan berbentuk sirkuler. DNA pada plasmid mampu direplikasi
sendiri. Jumlah dan ukuran plasmid pada sel bervariasi bergantung pada jenis
plasmid yang dimiliki. Fungsi plasmid adalah membawa sifat non-esensial dari
DNA yang memberi kentungan pada sel prokariotik seperti resistensi antibiotik,
virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), dan konjugasi (berbagi plasmid
dengan sel prokariotik lain). Non-esensial berarti tidak berperan secara langsung
dalam metabolisme dan segala aktivitas biologis yang mendukung bakteri. Plasmid
juga terdapat di beberapa mikroba eukariotik seperti ragi.

3. Ribosom
Ribosom adalah mesin nano sintesis protein. Sel prokariotik memiliki
banyak ribosom. Fungsi ribosom adalah melakukan translasi dalam sintesis protein
yang mengubah kode genetik DNA menjadi protein. Terdapat beberapa perbedaan
antara ribosom prokariotik dengan ribosom eukariotik. Ukuran ribosom prokariotik
lebih kecil dan rRNA yang lebih sedikit.

4. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan sel di dalam membran sel yang tersusun atas air,
protein, lipid, mineral, dan enzim. Organel juga berada di dalam sitoplasma. Fungsi
sitoplasma adalah sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme dan
menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula tidak larut air (granula
penyimpanan).

5. Membran Plasma
Membran plasma adalah membran biologis semi permeabel tipis yang terdiri
dari dua lapis fosfolipid dan tertanam dengan protein. Fungsi membran plasma
adalah sebagai pelindung sel terhadap lingkungan ekstraseluler dan mengatur lalu
lintas zat-zat keluar masuk sel.

6. Dinding Sel
Dinding sel adalah struktur pelapis bagian luar sel yang lebih keras dan kaku
yang berada di antara kapsul (kapsula) dan membran plasma. Terdapat pori-pori
untuk jalan masuk keluar molekul. Fungsi dinding sel adalah untuk memberi bentuk
dan melindungi organel internal sel.

7. Kapsula
Kapsul atau kapsula adalah lapisan terluar dari bakteri dengan ketebalan
bervariasi di tiap jenis bakteri. Lapisan tebal disebut kapsul yang tersusun dari
glikoprotein dan biasanya terdapat pada bakteri pembawa penyakit (bersifat
patogen). Sedangkan lapisan tipis disebut lapisan lendir yang tersusun dari air dan
polisakarida dan biasanya terdapat pada bakteri bersifat saproba (mendapatkan
makanan dari sisa organisme lain). Fungsi kapsula adalah sebagai pelindung sel,
mencegah sel kekeringan, membantu melekatkan diri dengan bakteri lain atau pada
organisme lain, dan melindungi bakteri patogen dari pengaruh antibodi sel inang.
8. Flagela
Flagela adalah struktur seperti cambuk yang memungkinkan sel untuk
bergerak. Pada prokariotik, struktur flagella sangat sederhana dibandingkan pada sel
eukariotik karena hanya terdiri dari serat tunggal protein flagellin. Fungsi flagela
adalah sebagai alat gerak sel. Gerakan flagela prokariotik seperti memutar-mutar.
9. Nukleoid
Nukleoid adalah wilayah sel yang tipis, transparan, dan berisi DNA primer.
Nukleoid merupakan pusat utama transkripsi dan replikasi DNA. Bentuknya tidak
beraturan dengan ukuran nukleoid bervariasi bergantung pada jenis sel. Untaian
DNA pada nukleoid berbentuk lingkaran atau oval. Fungsi nukleoid serupa dengan
inti sel (nukleus) pada eukariotik, hanya saja tanpa membran inti sehingga
mengalami kontak langsung dengan sitoplasma.

a) Bakteri
Bakteri termasuk ke dalam tumbuhan bersel satu, ukurannya mikroskopis, tidak
mempunyai klorofil, berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri. Bakteri
ini dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Bakteri saprofit selain merugikan tetaoi ada
juga arti ekonomi penting bagi manusia. Spesies-spesies yang parasit dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, tumbuhan dan binatang.

Ukuran sel bakteri sangat kecil dan ukurannya berkisar antar 0,15 mikron sampai
15 mikron (1 mikron= 1/1000 mililiter). Bakteri yang paling kecil adalah Dialister
penumosintes (0,15-1,3 mikron), dan bakteri yang paling besar adalah Spirillum voluntas
(13-15 mikron). Terdapat 3 macam bentuk dasar bakteri yaitu :

1. Bakteri Bentuk Batang (basil)


Bakteri yang berbentuk batang atau silinder (basil) dapat kita temukan dalam keadaan
tunggal (basil), berpasangan (diplobasil), maupun koloni yang membentuk rantai
(streptobasil).

 Bakteri basil (tunggal) sesuai namanya, sering ditemukan dalam keadaan menyendiri.
Contoh bakteri ini misalnya Salmonella typhi dan Escherichia coli.
 Bakteri diplobasil (berpasangan) adalah bakteri yung ditemukan sering dalam keadaan
berpasang-pasangan alias berdua-duaan. Contoh bakteri ini misalnya Renibacterium
salmoninarum.
 Bakteri streptobasil (rantai) adalah koloni bakteri yang saling bergandengan membentuk
rantai. Contoh bakteri ini antara lain Azotobacter sp dan Streptobacillus moniliformis.

2. Bakteri Bentuk Bulat (Kokus)


Sama seperti bentuk batang, bakteri dalam bentuk bulat (kokus) juga dapat ditemukan
dalam keadaan tunggal, berpasangan, membentuk rantai, atau membentuk gumpalan
seperti buah anggur. Berikut ini bentuk bentuk bakteri bulat, baik dalam keadaan
tunggal maupun berkoloni beserta contohnya.
 Monokokus adalah bakteri berbentuk bulat tunggal. Contoh bakteri ini adalah
Monococcus gonorrhoeae.
 Diplokokus adalah bakteri berbentuk bulat dan berpasangan. Contoh bakteri ini adalah
Diplococcus pneumoniae.
 Streptokokus adalah bakteri berbentuk bulat bergandengan menyerupai bentuk rantai.
Bentuk rantai sendiri merupakan hasil reproduksinya yang melakukan pembelahan
dalam satu garis ke satu atau dua arah. Contoh bakteri ini adalah Streptococcus lactis,
Streptococcus salivarius, dan Streptococcus pneumoniae.
 Tetrakokus adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri atas 4 sel dengan susunan
menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke dua arah.
 Sarkina adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri dari 8 sel dengan susunan menyerupai
bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke tiga arah. Contoh bakteri ini adalah
Sarcina sp.
 Stafilokokus adalah koloni bakteri berbentuk bulat yang tersusun menyerupai kelompok
buah anggur hasil dari pembelahan sel ke segala arah. Contoh bakteri ini adalah
Staphylococcus aureus.

c. Bakteri Bentuk Spiral (spirillium)


Bakteri yang berbentuk spiral dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu

 Koma (vibrio) adalah bakteri yang bentuknya melengkung setengah lingkaran atau
kurang. Contoh bakteri dengan bentuk ini adalah Vibrio comma alias bakteri penyebab
penyakit kolera.
 Spiral adalah bakteri yang bentuknya melengkung lebih dari setengah lingkaran. Contoh
bakteri dengan bentuk ini adalah Sprillum minor atau bakteri penyebab demam pada
manusia yang menjadikan gigitan tikus dan hewan pengerat lainnya sebagai medium
(perantara).
 Spiroseta adalah bakteri yang bentuknya berupa spiral dengan tekstur halus dan lentur.
Contoh bakteri dengan bentuk ini adalah Treponema pallidum alias bakteri penyebab
penyakit sifilis.

b) Ganggang Biru
Ganggang biru merupakan salah satu bentuk lain dari organisme hidup yang
memiliki sel prokariotik . Ganggang biru ada yang bersel satu, berkoloni atau bersel
banyak. Tipe sel ganggang biru disusun oleh penutup sel luar dan sitoplasma. Penutup
luar ini terdiri dari bagian gelatin (paling luar), dinding sel (bagian tengah) dan selaput
plasma (paling dalam). Sitoplasma dari ganggang biru tidak memiliki reticulum
endoplasma, golgi kompleks, mitokondria dan lisosom. Sitoplasmanya mengandung
banyak ribosom yang tersebar di seluruh bagian tubuhnya. Ganggang biru memiliki
pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karotinoid. Sebagai tambahan pigmen tersebut,
ganggang biru memiliki pigmen berwarna biru yang disebut fikosianin (phycocyanin).
Ciri Ciri Cyanobacteria (Ganggang Biru)
Ciri-Ciri Cyanobacteria sebagai berikut :

 Inti tidak diselubungi dengan membrane.


 Umumnya Alga hijau biru Habitat di perairan dengan pH Netral dan juga sedikit basa.
 Cyanobacteria hidup berbagai tempat seperti tanah, perairan, batu-batuan serta
bongkahan batu.
 Memiliki klorofil dan karatenoid, fikosianinm dan terkadang fikoeritrin.
 Dinding sel yang terletak antara plasmalema dan selubung lendir.
 Sebagian dari Cyanobacteria yang dapat berkoloni dengan bentuk filament memiliki
heterosista dengan spora yang istirahat atau disebut dengan resting spore. Heterosista
ialah sel yang lebih tebal dan tidak mempunyai inti. Spora istirahat ialah spora yang
dindingnya sangat tebal dan didalamnya berisi sel.
 Bentuk organism dapat uniseluler seperti Chroococcus, Analytis sedangkan yang
berkoloni seperti Merismopedia, Nostoc, Microcytis atau filament seperti Oscillatoria,
Mircocoleus, Anabaena. Sel yang membentuk koloni ialah serupa, sedangkan bentuk
filamen tersusun dari sekumpulan sel yang membentuk rantai, trikoma ( seperti tabung )
atrau selubung.
 Dapat bergerak dengan pergerakan meluncur.
 Tidak berflagel.

Jenis – Jenis Cyanobacteria (Ganggang Biru)

 Cyanobacteria (Ganggang Biru) yang ber sel satu. contoh : Chroococcus, hidup didasar
kolam atau tembok yang basah.
 Cyanobacteria (Ganggang Biru) Berkoloni. Contoh : Spirulina sp merupakan smber
makanan alternatif mendatang.
 Cyanobacteria (Ganggang Biru) Berbentuk Benang. Contoh : Oscillatoria, berbentuk
benang yang tersusun atas sel-sel yang pipih rapat dan tidak diselubungi lendir.
b) Sel Eukariotik

Gambar 2. Sel Hewan dan Tumbuhan

Sel eukariotik (Yunani, Eu = baik, karyon = inti) mempunyai dua sistem pembungkus
dan umumnya mempunyai ukuran yang jauh lebih besar dari sel-sel prokariotik. Sistem
pembungkus pertama adalah dinding sel dan selaput plasma, sedangkan sistem pembungkus
yang kedua adalah selaput yang membungkus inti dan organel di dalam nya. Sel eukariotik
adalah sel yang sebenarnya, yang terdapat pada tumbuhan(dari mulai Algae sampai
Angiospermae) dan binatang (dari mulai Protozoa sampai Mamalia). Oleh karena itu sel
eukariotik memiliki bentuk, ukuran dan fisiologi yang berbeda-beda, tetapi semuanya
disusun oleh selaput plasma, sitoplasma dan inti yang sesungguhnya. Selain itu sel
eukariotik juga memiliki organel-organel seperti:

a. Nukleus
Inti sel yang tidak membelah berbentuk bulat, jorong atau seperti lensa, kadang
agak berlekuk-lekuk, seluruh permukaannya diliputi oleh sitoplasma. Inti sel
merupakan organel yang sangat penting karerna nukleus adalah pengendali seluruh
aktivitas sel. Di dalam sel-sel yang masih muda ukuran inti sel kira-kira 2/3 kali
ukuran sel nya, di dalam sel-sel dewasa inti kelihatran lebih kecil karena sel nya
bertambah besar, sedangkan intinya tetap atau sedikit saja berubah volume nya. Inti sel
diliputi oleh membran biasanya disebut membran inti, tetapi pada sel-sel bakteri dan
ganggang biru bagian-bagian inti tersebut tidak diliputi oleh membran. Inti sel
mempunyai bagian-bagian yaitu:
1. Membran inti, membran inti mempunyai susunan submikroskopik berupa
membran rangkap. Berfungsi untuk melindungi inti sel dan mengadakan
pertukaran zat dengan sitoplasma.
2. Cairan inti/nukleoplasma. Cairan inti berbentuk cairan kental seperti gel dan
transparan. Mengandung senyawa kimia yang komplek, di dalam nya tedapat
enzim, nukleotida, protein, ion. Mengisi sebagian besar ruangan di dalam inti.
3. Rangka inti. Rangka inti terdiri atas kromatinyang pada pembelahan inti muncul
kromoson-kromosom, pembawa sifat keturunan, mengandung nukleoprotein.
Bagian yang laiun pada rangka inti ini disebut lignin, yang tidak begitu intensif
bereaksi dengan zat waran
4. Anak inti/nucleolus. Berbentuk bulat, bersifat homogen atau mempunyai dua
bagia, yang satu lebihpekat daripada yang lain. Mengandung proterin dan asam
ribonukleat, lipid, dan sejumlah kecil dioksiribonukleat. Berfungsi dalam
penyusunan RNA. Pada fase awal pembelahan sel, anak inti menghilang dan
muncul kembali pada tahap telofase.

b. Ribosom
Organel kecil dengan ukuran sekitar 20nm, dengan bentuk dasar bulat beserta
variasinya yang menempel pada retikulum endoplasma, tetapi juga ada yang bebas.
Berfungsi sebagai tempat perakitan (sintetis) asam amino menjadi protein. Tersusun
atas dua subunit yaitu ribosom subunit besar dan ribosom subunit kecil yang keduanya
tersusun atas protein dan DNA.

c. Retikulum Endoplasma

Gambar 3. Retikulum Endoplasma

Merupakan organel yang membentuk sistem membran yang tidak teratur,


bentuknya seperti jala atau tabung yang kempis, kadang-kadang berbentuk buluh-
buluh yang sempit, tetapi umumnya berbentuk lembaran membran yang panjang dan
melipat-lipat. Retikulum endoplasma terdiri dari dua tipe, yaitu retikulum endoplasma
kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar permukaannya
dipenuhi oleh ribosom. Fungsinya membantu di dalam sintesa protein. Sedangkan
retikulum endoplasma halus permukaannya tidak mengandung ribosom. Berfungsi di
dalam sintesa lipid, sintesa steroid, sintesa glikolipid. Retikulum endoplasma juga
berfungsi sebagai sistem sirkulasi di dalam sel dan mengedarkan bermacam-macam
zat ke dalam dan ke luar melalui mekanisme aliran membran.

d. Diktiosom/Aparatus Golgi
Suatu organel yang berhubungan dengan retikulum endoplasma. Tersusun atas
selaput yang banyak mengandung enzim pencernaan yang belum aktif, baik berupa
zimogen maupun koenzim. Di dalam aparatus golgi dibentuk lendir yang disebut
musin. Aparatus golgi berfungsi membentuk membran plasma, membentuk komponen
dinding sel, (selulosa, hemiselulosa, dan pektin), sebagai cadangan makanan. Fungsi
utama dari golgi kompleks itu sendiri adalah sebagai alat sekresi, misalnya lisosom
dan granula-granula adalah sebagai hasil sekresi dari golgi kompleks. Pada tumbuhan
golgi kompleks dikenal sebagai diktiosom. Diktiosom ini berupa kumpulan rongga-
rongga atau sisternae yang pipih, berbentuk mangkuk, dikelilingi oleh vesikel-vesikel.
Vesikel-vesikel tersebut berasal dari tepi sisternae dan memisahkan diri, masuk ke
dalam sitoplasma. Diktiosom berfungsi menghasilkan materi-materi untuk
pembentukan dinding sel selama pembelahan sel.

e. Mitokondria

Gambar 4. Mitokondria

Tempat berlangsung nya respirasi sel sehingga ditempat ini pula dibentuk energi.
Ukuran nya bermacam-macam menyerupai batang atau bulat, umumnya berdiameter
0,5-1,0 um dan panjang nya 1-2 um. Mempunyai lipatan-lipatan membentuk membran
yang rangkap di dalam nya terdapat matriks (cairan yang terdapat dalam mitokondria)
dan krista (lembaran-lembaran atau tonjolan-tonjolan).
Krista dapat memperluas permukaan sehingga dapat menyerap oksigen lebih
banyak, juga berfungsi dalam mengatur translokasi enzim dan energi. Di dalam
matriks terkandung banyak protein, lipid, DNA, serta enzim pernapasan atau sitokrom.
f. Lisosom
Merupakan gelembung kecil yang memiliki selaput. Di dalamnya terdapat enzim
hidrolitik untuk mengontrol pencernaan intraseluler. Fungsi lisosom adalah untuk
mencerna makromolekul seperti polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan
protein. Lisosom dapat ditemukan di hampir semua sel hewan kecuali sel darah merah.

g. Sentriol

Gambar 5. Sentriol

Sentriol adalah organel yang berperan penting dalam pembelahan sel melalui
proses yang disebut mitosis. Sentriol hanya di jumpai pada sel hewan dan dapat
dilihat ketika sel mengadakan pembelahan. Organel ini terdiri atas sepasang badan
berbentuk tabung (silinder) dan merupakan suatu kesatuan yang
disebut sentrosom. Sentriol mengandung mikrotubulus yang terdiri atas sembilan
triplet, terletak di dekat nukleus. Sentriol ini berperan dalam proses pembelahan sel
dengan membentuk benang spindel.

h. Plastida

Gambar 6. Kloroplas
Plastida adalah organel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan. Organel ini
merupakan hasil perkembangan proplastida yang terdapat di jaringan yang bersifat
meristematik. Berbentuk oval, tersusun atas sistem membran. Plastida dibagi menjadi
tiga bagian yaitu: leukoplas, kloroplas, dan kromoplas.
Leukoplas adalah plastida yang tidak mengandung pigmen, ukurannya kecil
berbentuk jorong atau memanjang. Terdapat pada sel-sel dewasa yang tidak terkena
cahaya, misalnya sel-sel empulur batang atau bagian tumbuhan yang terdapat di dalam
tanah tetapi leukoplas juga dapat ditemukan di dalam sel-sel epidermis. Leukoplas
bersifat rapuh dan pada sediaan segar lebih mudah rusak jika dibandingkan dengan
plastida lainnya. Berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan cadangan
makanan disimpan dalam beberapa bentuk.
a. Amiloplas, yaitu cadangan makanan disimpan dalam bentuk amilum atau zat
tepung
b. Aleuroplas, cadangan makanan yang mengandung protein
c. Eleuroplas, cadangan makanan disimpan dalam bentuk lemak

Kloroplas merupakan plastida yang berwarna hijau, umumnya berbentuk lensa.


Mempunyai diameter 2-6 um dan tebalnya 0,5-1 um. Bisa dilihat dengan mikroskop
cahaya menggunakan perbesaran yang paling kuat, kloroplas sering kelihatan
berbentuk butir. Bagian-bagian dari kloroplas tersebut ada yang berwarna tua disebut
grana, dan ada bagian yang berwarna lebih muda disebut dengan stroma.
Warna hijau pada kloroplas disebabkan oleh banyaknya klorofil, yang digunakan
dalam fotosintesis ada dua jenis klorofil yaitu klorofil a yang berwarna hijau biru dan
klorofil b yang berwarna hijau kuning tetapi ada juga jenis klorofil yang lain yaitu
klorofil c yang berwarna hijau coklat dan klorofil d yang berwarna hijau merah.
Kromoplas adalah plastida yang mengandung pigmen sehingga plastida jenis ini
berwarna warni. Pigmen pada kromoplas misalnya pigmen warna jingga (karoten)
terdapat pada wortel, pigmen warna merah (fikoeritrin) terdapat pada alga merah dan
pigmen warna hijau (klorofil).

i. Mikrobodi

Gambar 7. Struktur Perioksisom Gambar 8. Struktur Glioksisom


Terdapat di dalam semua macam sel tumbuhan. Berdiameter 0,5-1,5 um,
berselaput membran tunggal, berbentuk membulat atau seperti mangkuk. Partikel-
partikel mikrobodi berwarna lebih tua daripada sitoplasma di sekitarnya dan kadang-
kadang mengandung bahan berbentuk kristal. Mikrobodi ada dua macam yaitu
glioksisom terdapat di dalam sel-sel biji yang sedang berkecambah, dan perioksisom
terdapat pada sel-sel daun.

j. Vakuola

Gambar 9. Vakuola

Vakuola adalah organel berupa rongga diselaputi oleh membran (tonoplas)


yang berisi cairan seperti air, asam organik, enzim, asam amino, lipid, glukosa,
alkaloid, garam mineral, asam, dan basa. Vakuola dapat dijumpai pada hampir semua
jenis sel. Hanya saja ukuran vakuola pada sel tumbuhan sangat besar bahkan
mendominasi volume sel tumbuhan. Vakuola pada sel hewan berukuran kecil namun
jumlahnya lebih dari satu. Fungsi vakuola adalah sebagai tempat penyimpanan.

Komponen/Bagian Sub Komponen Fungsi Utama


Utama
Membran sel  Dinding sel  Proteksi
 Selaput sel  Interaksi sel
 Membran plasma  Permeabilitas, endositosis,
dan eksositosis
Nukleus  Kromosom & kromatin  Sist. Informasi genetik
 Nukleolus  Sintesis ribosom
 Nukleoplasma
Sitoplasma  Enzim-enzim terlarut  Glikolisis
 Matriks, sitosol  Mikrofilamen  Motilitas sel
 Sitoskelet  Mikrotubuli  Bentuk sel dan motilitas
 Ribosom  Sintesis protein
Sistem membran  Membran inti  Permeabilitas inti
dalam/endomembran  Endoplasmik retikulum  Sintesis dan transpor bahan
(halus dan kasar) sekresi

Kompleks golgi  Sekresi
Organel 
Mitokondria  Respirasi sel
bermembran 
Kloroplas  Fotosintesis

Lisosom  Pencernaan

Perioksisom/mikrobodi  Peroksidasi
Organel 
Sentriol dan gelondong  Pembelahan sel
bermikrotubular 
Badan basal, silia dan  Motilitas sel
flagella
Tabel Susunan Umum Suatu Sel Eukariotik

2.2.2 Struktur Sel

Sel adalah bagian dasar yang menyusun setiap organ makhluk hidup. Struktur
sel terdiri dari bagian membran, organel, dan sitoplasma. Struktur sel prokariotik dan
eukariotik berbeda. Begitu pula struktur sel tumbuhan dan sel hewan. Struktur tersebut
berfungsi untuk menjalankan fungsi sel seperti metabolisme, penyimpanan gen,
pembelahan sel, dan sintesis DNA.

1. Membran
Membran adalah bagian yang menutupi atau membungkus sel. Terdapat dua jenis
membran (penutup luar) sel yaitu membran sel dan dinding sel. Fungsinya sama-
sama untuk melindungi sel, membungkus sel, dan mengatur keluar masuknya zat.
a. Membran Sel
Membran sel adalah pemisah antara ekstraseluler (bagian luar sel) dan
intraseluler (bagian dalam sel). Fungsi membran sel adalah untuk membatasi
sel dan sebagai media keluar masuknya zat ke dalam maupun ke luar sel.
Membran sel dimiliki oleh semua sel.

b. Dinding Sel
Dinding sel adalah lapisan kaku dan kuat di luar membran sel yang
mengelilingi beberapa jenis sel. Dinding sel merupakan ciri khas dari sel
tumbuhan, beberapa jenis bakteri, dan alga. Fungsi dinding sel adalah untuk
memberikan kekuatan dan dukungan struktural terhadap stres mekanik dan
infeksi. Cairan dalam sel tumbuhan dapat mengembang sehingga menimbulkan
tekanan turgor. Tekanan ini jika tidak ada yang menahan, dapat menyebabkan
sel tersebut pecah. Maka dari itu, diperlukan dinding sel pada sel tumbuhan.

2. Organel
Organel adalah komponen-komponen yang menyusun sel seperti halnya organ
dalam tubuh. Organel ini sangat penting karena berguna untuk mendukung seluruh
kegiatan dan fungsi sel.
3. Sitoplasma

Semua sel diselumuti oleh selaput yang disebut membran plasma atau
plasmalema. Membran sel terdiri atas dua lapisan senyawa lipid (fosfolipid) dan
molekul-molekul protein yang disebut lapisan lipoprotein. Satu unit fosfolipid
terdiri atas kepala dan ekor, setiap unit fosfolipid berpasangan dengan fosfolipid
lainnya dengan posisi yang saling berlawan. Akibatnya, terbentuk dua lapisan
(bilyer) fosfolipid. Molekul-molekul protein itu ada yang sebagian menempel di
permukaan lapisan lipid disebut protein extrinsic atau periferal. Sebagian lagi ada
yang menembus lapisan lipid disebut protein intrinsic atau integral. Beberapa
molekul-molekul protein extrinsic ada yang berikatan dengan karbohidrat golongan
polisakarida sehingga membentuk glikoprotein dan ada pula yang tidak berikatan.
Merupakan struktur membran sel menurut Jonathan Singerdan Garth Nicolson
(1972), yang dikenal dengan model mosaik cairan (fluidmosaic model).

Membran plasma dapat dilalui oleh molekul-molekul seukuran molekul air dan
molekul gas. Molekul-molekul yang lebih besar dari pada molekul air dan molekul
gas dapat tidak dapat melalui membran plasma. Oleh karena itu, membran plasma
bersifat semipermeable. Membran plasma bersifat selektif permeable yang berarti
dapat dilalui oleh ion-ion tertentu. Selain itu, membran plasma juga mampu
memisahkan molekul kecil (misalnya glukosa) dari molekul besar (seperti protein),
dengan begitu molekul kecil tersebut dapat melalui membran.

Dibawah selaput plasma terdapat suatu cairan/koloid yang disebut


protoplasma. Protoplasma yang terdapat di luar inti dinamakan sitoplasma,
sedangkan yang terdapat di dalam inti dinamakan plasma inti (nukleoplasma).

Dibawah mikroskop biasa sitoplasma terlihat sebagai bahan yang dapat


ditembus cahaya, lebih kental daripada air dengan butir-butir yang mempunyai
ukuran yang bermacam-macam. Sifat alami atau kimianya amat kompleks, bahan
dasarnya adalah air, macam-macam zat organik maupun anorganik terdapat dalam
medium air tersebut, baik sebagai larutan maupun dalam bentuk koloidal. Garam-
garam, karbohidrat-karbohidrat dan zat-zat yang larut dalam air berada dalam
bentuk larutan.

Di dalam sitoplasma ini terdapat struktur hidup dan tak hidup. Struktur tak
hidup yang terdapat di dalam sitoplasma disebut paraplasma, deutoplasma atau
inklusion atau dalam istilah lain disebut nonprotoplasmik. Sementara struktur
hidupnya disebut sebagai organoid atau organel atau protoplasmik.
2.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Sel

a) PERKEMBANGAN SEL

Di dalam tubuh manusia, telah dikenali sekitar 210 jenis sel. Sebagaimana
organisme multiselular lainnya, kehidupan manusia juga dimulai dari sebuah
sel embrio diploid hasil dari fusi haploid oosit dan spermatosit yang kemudian
mengalami serangkaian mitosis. Pada tahap awal, sel-sel embrio bersifat
totipoten, setiap sel memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi salah satu
dari seluruh jenis sel tubuh.

Selang berjalannya tahap perkembangan, kapasitas diferensiasi menjadi


menurun menjadi pluripoten, hingga menjadi sel progenitor yang hanya
memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi satu jenis sel saja, dengan
kapasitas unipoten. Pada level molekular, perkembangan sel dikendalikan
melalui suatu proses pembelahan sel, diferensiasi sel, morfogenesis dan
apoptosis. Tiap proses, pada awalnya, diaktivasi secara genetik, sebelum sel
tersebut dapat menerima sinyal mitogenik dari lingkungan di luar sel.

b) PROSES PEMBELAHAN SEL

Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan


jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk
menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung
terus-menerus dan berulang (siklik). Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak
lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini
mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur
perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada
masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.

Fase pada siklus sel

1). Fasa S (sintesis) : Tahap terjadinya replikasi DNA

2). Fasa M (mitosis) : Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan


biner atau pembentukan tunas)

3). Fasa G (gap) : Tahap pertumbuhan bagi sel.

a) Fasa G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan
diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi
ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam
sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman)
dan mati.

b) Fasa G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis
dan sintesis.

c) Fasa G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis. Fasa
tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S.
Dalam konteks mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.

Fungsi pembelahan sel pada makhluk memiliki 2 fungsi, yaitu:

 Fungsi pembelahan Sel pada makhluk hidup uniseluler atau bersel tunggal adalah
sebagai cara untuk berkembang biak. Contoh makhluk hidup yang berkembang
biak dengan membelah diri: Protozoa, Amoeba, dll.

 Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup multiseluler atau makhluk hidup
bersel banyak adalah sebagai cara untuk memperbayak sel tubuh sehingga
makhluk hidup yang bersangkutan dapat tumbuh dan berkembang.

Jenis-Jenis Pembelahan Sel


Pada makhluk hidup bersel eukariotik terdapat dua macam reproduksi sel, yaitu mitosis dan
meiosis. Kedua jenis reproduksi ini akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

o Pembelahan Mitosis
Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing memiliki sifat dan jumlah kromosom yang sam dengan sel induknya.

Pembelahan yang bertujuan untuk:

1. Mengganti atau memperbaiki jaringan tubuh yang sudah rusak atau aus,
2. Pertumbuhan (perbanyakan sel sehingga baik kwantitas dan kwalitasnya bertambah).
3. Membentuk jaringan karena produk pembelahan ini kromosom /sifat induk sama
dengan sifat anakannya, artinya karena membentuk jaringan baik sel baru dan lama
sama.

Pembelahan mitosis punya karakter:

1. Berlangsung pada sel somatik


2. Menghasilkan 2 buah sel anakan yang identik dengan induknya.
3. Melakukan pembelahannya sekali.
4. Anatar pembelahan satu dengan yang kedua diselingi dengan fase interfase (istirahat
tidak membelah).
5. Anakan selnya mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan induk sifatnya sama
dengan induk mempunyai kemampuan membelah lagi, ini tidak terjadi pada anakan
hasil miosis.
6. Pada organisme bisa terjadi pada usia muda, dewasa, ataupun usia tua, yang pada
pembelahan miosis hanya bisa terjadi di usia dewasa tidak pada organisme yang
usianya muda.
7. Tahapannya I-P-M-A-T interfase dulu baru PMAT lagi mitosis terjadi pada sel tubuh
(sel somatik), bersifat diploid (2n) dan pembelahan berlangsung secara bertahap
melalui beberapa fase, yaitu: profase, metafase, anafase, telofase, dan interfase.

 Profase
Pada fase ini, sel induk yang akan membelah memperlihatkan gejala terbentuknya
dua sentriol dari sentrosom, yang satu tetap berada di tempatnya, sedangkan yang satu
bergerak kearah kutub yang berlawanan. Masing-masing sentriol memancarkan serabut-
serabut berupa filamen yang disebut benang gelendong pembelahan (benang spindle),
yang menghubungkan sentriol satu dengan lain.

Membran inti yang masih tampak pada profase awal kemudian segera terpecah-
pecah. Butiran kromatin memanjang menjadi benang kromatin. Benang kromatin
kemudian memendek dan menebal menjadi kromosom, dengan bagian yang menggenting
disebut sentromer. Sentromer adalah bagian kromosom yang tidak bisa menyerap zat
warna. Masing-masing sentromer mengandung kinetokor, yaitu tempat mikrotubulus
terikat.

Selanjutnya kromosom berduplikasi membujur menjadi dua bagian yang masing-


masing disebut kromatid. Bersamaan dengan itu, anak inti (nukleolus) mengecil dan tidak
tampak atau menghilang. Dengan demikian, kromatid benang spindle meluas keluar ke
segala arah, disebut sebagai aster.

Di akhir pofase, selubung inti sel pecah dan setiap kromatid melekat di beberapa
benang spindle di kinektor. Kromosom duplikat lalu meninggalkan daerah kutub dan
berjajar di ekuator.
Pada sel tumbuhan yang tidak mempunyai sentriol, benang gelendong
pembelahan ini terbentuk di antara dua titik yang disebut titik kutub.

 Metafase
Periode selama kromosom di ekuatorial disebut metafase. Membran inti sudah
menghilang, kromosom berada di bidang ekuator, dengan sentromernya seolah
kromosom berpegang pada benang gelendong pembelahan. Pada fase ini kromosom
tampak paling jelas.

 Anafase
Selama anafase, kromatid bergerak menuju ke arah kutub-kutub yang berlawanan.
Kinetokor yang masih melekat pada benang spindel yang berfungsi menunjukkan jalan,
sedangkan lengan kromosom mengikuti di belakang.

 Telofase
Pada tahap telofase, kromatid-kromatid mengumpul pada kutub-kutub yang
berlawana. Benang gelendong menghilang, kromatid memanjang kembali membentuk
benang-benang kromatin. Membran inti dan nukleolus terbentuk kembali.

Pada sel tumbuhan, di bidang ekuator terjadi pembentukan lempengan sel dari
bagian tengah menuju ke luar, sedangkan pada sel hewan terjadi lekukan dari sebelah luar
yang makin lama makin ke dalam hingga sel induk terbagi menjadi dua. Kedua sel anak,
masing-masing mempunyai sifat dan jumlah yang kromosom yang sama dengan
induknya.

 Interfase
Interfase disebut pula fase istirahat, tetapi sebutan ini kurang tepat karena justru
pada saat ini sel mempersiapkan diri untuk pembelahan lagi dengan mengumpulkan
materi dan energi. Pada fase ini kromosom tidak tampak.

Akhirnya pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang masing-
masing sel anakan memiliki jumlah dan sifat kromosom yang sama dengan sel
induknya. Pada pembelahan ini terjadi pembagian inti (kariokinesis) dan pembagian
plasma/sitoplasma (sitokinesis).

Mitosis merupakan mekanisme memperbanyak sel atau pertumbuhan. Mitosis terjadi pada
sel-sel tubuh, dan berlangsung mulai dari terbentuknya zigot yang bersifat diploid. Sel-sel
tertentu seperti otot dan saraf tidak lagi membelah pada batas-batas tertentu. Sel-sel yang
telah mengalami pembelahan diferensiasi tidak lagi membelah secara mitosis.

o Pembelahan Meiosis
Meiosis adalah proses pembelahan sel dengan dua kali pembelahan yang menghasilkan
empat sel anak, yang masing-masing memiliki separuh dai jumlah kromosom sel induk.
Pembelahan sel ini berlangsung melalui dua tahap melalui interfase, dikenal dengan
meiosis I dan meiosis II
c) DIFERENSIASI SEL

Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang


bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian
yang rusak. Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang
spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan
mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi
menjadi sel kulit.

Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami
pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan
kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan
diferensiasi. Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom.
Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen
yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada
sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam
jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya.

d) MORFOGENESIS

Pengekspresian gen itu sendiri mempengaruhi jumlah sel, jenis sel,


interaksi sel, bahkan lokasi sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4 proses
esensial pengkonstruksian embrio yang diatur oleh ekspresi gen, sebagai berikut:

Proliferasi sel : menghasilkan banyak sel dari satu sel

Spesialisasi sel : menciptakan sel dengan karakteristik berbeda

Interaksi sel : mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya

Pergerakan sel : menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ

Pada embrio yang berkembang, keempat proses ini berlangsung


bersamaan.Tidak ada badan pengatur khusus untuk proses ini. Setiap sel dari
jutaan sel embrioharus membuat keputusannya masing-masing, menurut jumlah
kopi instruksi genetikdan kondisi khusus masing-masing sel. Sel tubuh, seperti
otot, saraf, dsb. Tetap mempertahankan karakteristik karena masih mengingat
sinyal yang diberikan oleh nenek moyangnya saat embrio awal perkembangan.
2.3 Aplikasi Sel dalam Kehidupan

2.3.1 Bidang Kesehatan

 AUTOSOMAL ANOMALIS

Anomali kromosom pada manusia ditemukan pertama kali tahun 1959,yang


menggambarkan 47 kromosom pada pasien Down syndrome(sebelumnya disebut
“mongolism”). Ekstra kromosom terdapat pada kromosom 21. Down syndrom
dapat terjadi pada laki-laki atau perempuan dimana masing-masing individu
mengalami kemunduran mental bahkan cacat fisik yang dapat menurunkan harapan
hidup. Resiko melahirkan anak dengan down syndrom semakin meningkat dengan
semakin meningkatnya usia ibu Menurut studi genetik, masalah ini diakibatkan
umur darioocytes. Oocyte yang tersimpan selama 40 tahun, dapat mengalami
kesalahanpada proses pembelahan meiosis, khususnya pada saat pemisahan
pasangankromosom pada anafase I

 STEM SEL

Stem cell atau dalam bahasa Indonesia disebut sel punca nampaknya
semakin sering disebut-sebut dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
Stem cell sering disebut-sebut sebagai harapan baru bagi sebagian besar problem
medis manusia. Kebanyakan dari kita sering mendengar istilah ini namun tidak
terlalu mengetahui definisi dan fungsi dari stem cell tersebut. Sebenarnya apakah
stem cell itu? Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan secara singkat dengan
bahasa yang mudah dipahami mengenai apakah stem cell itu dan bagaimana
penerapannya dalam dunia medis.

Aplikasi teknologi stem cell dilakukan di berbagai rumah sakit terkenal di


dunia. Salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan untuk terapi kanker berbasis
stem cell adalah modern cancer hospital Guangzhou di China. Rumah sakit ini telah
membangun fasilitas kultur stem cell embrionik berbasis tulang sunsum pasien,
yang nantinya akan dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh
darah vena dan pembuluh arteri hati (dalam kasus sirosis). Stem cell adalah sel-sel
yang bertanggung jawab untuk menciptakan sel-sel baru. Kasarnya stem cell adalah
pabrik dari sel-sel apapun dari makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Apapun
selnya, entah sel mata, sel kulit, sel rambut, sel ginjal, dan lain sebagainya, semua
berasal dari stem cell. Mengapa stem cell sangat penting bagi kehidupan kita? Tentu
saja penting karena stem cell akan aktif ketika ada sel-sel yang mati. Ingatlah
bahwa sel-sel dalam tubuh kita memiliki rentang hidup tertentu. Pendeknya setiap
sel tubuh kita memiliki siklus hidup dan mati. Stem cell adalah sel-sel yang
menjamin selalu ada penggantian atas sel-sel tubuh yang mati. Kita dapat
mengambil contoh sel-sel permukaan kulit kita sebagai sel-sel yang memiliki
rentang hidup pendek. Terkadang kita mengalami luka yang mempercepat kematian
sel-sel kulit dimana luka tersebut berada. Nah, stem cell memungkinkan kulit kita
untuk membentuk lapisan-lapisan kulit baru yang nantinya akan menutup luka kita.
Ini adalah contoh paling mudah dari aplikasi stem cell yang dapat dipahami oleh
orang awam.

Stem cell terdiri dari berbagai macam jenis yang bertanggung jawab terhadap
berbagai fungsi yang spesifik. Sel-sel darah berasal dari stem cell darah, sel-sel
kulit berasal dari stem cell kulit, sel-sel ginjal berasal dari stem cell ginjal dan lain
sebagainya. Mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah
beranekaragamnya stem cell tersebut sudah ada semenjak fase embrio? Mengingat
pada fase embrio tentu berbagai organ tubuh belum terbentuk. Sebuah pertanyaan
bagus karena masih ada satu jenis stem cell lagi yang dibedakan dari asal
muasalnya. Jenis stem cell tersebut adalah stem cell embrionik.

- STEM SEL EMBRIONIK

Stem cell embrionik adalah “stem cell awal”. Maksud stem cell awal disini
adalah stem cell paling awal yang dimiliki pada tahap terawal perkembangan
manusia.Stem cell embrionik ini adalah stem cell yang menumbuhkan berbagai
ragam stem cell (stem cell darah, ginjal, kulit, mata, dan lain sebagainya). Jadi
stem cell embrionik adalah stem cell yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan seluruh sel dalam tubuh, tidak peduli sel apapun itu.

Tidak seperti “stem cell biasa”, stem cell embrionik adalah stem cell yang
membangun organ-organ tubuh kita. Dalam contoh yang sederhana, stem cell
embrionik bertanggung jawab dalam pembentukan mata, namun “stem cell mata
biasa” hanya bertanggung jawab pada daur ulang sel-sel mata selanjutnya.
Singkatnya stem cell embrionik adalah pembentuk sebenarnya dari berbagai organ
tubuh.Dari fakta ini kita dapat mulai memahami pentingnya stem cell embrionik.

Para ilmuwan selama ini memfokuskan penelitian mereka dalam


memanfaatkan stem cell embrionik untuk memperbaiki kerusakan pada organ-
organ tubuh manusia. Contohnya adalah jika ginjal manusia mengalami kerusakan,
maka para ilmuwan dapat memprogram stem cell embrionik sehingga dapat
membentuk jaringan ginjal baru yang akan menggantikan jaringan ginjal yang
rusak.

Stem cell embrionik didapatkan dari inner cell mass pada embrio yang
berumur 5 hari.Inner cell mass adalah kumpulan sel yang terletak pada satu sisi
blastokista.Blastokista sendiri adalah embrio berusia empat hingga sembilan hari
(dihitung setelah pembuahan terjadi).Inner cell mass terdiri dari kurang lebih 100
buah sel yang masing-masing berukuran 1/10 milimeter. Para ilmuwan memelihara
stem cell embrionik dalam suatu media kultur tertentu untuk kemudian direkayasa
dan digunakan untuk membentuk berbagai sel dan jaringan baru.

Dalam satu dekade terakhir pengobatan berbasis stem cell menjadi sangat
populer. Sejauh ini pengobatan berbasis stem cell terbukti berhasil dalam
penanganan beberapa jenis penyakit, diantaranya adalah penyakit Parkinson dan
Huntington. Saya ambil contoh mengenai neuron dopaminergik yang berhubungan
erat dengan penyakit Parkinson. Neuron adalah sel saraf dan dopaminergik adalah
sifat hormon yang berkaitan dengan penghambatan sekresi prolaktin dari kelenjar
hipofisis. Nah, neuron dopaminergik adalah sel saraf yang secara kontinyu
mengeluarkan hormon dopamine yang bersifat dopaminergik (prolactin inhibitor).

Pada penderita Parkinson, neuron dopaminergik telah mengalami kerusakan,


akibatnya sekresi prolaktin tidak terkendali dan akibatnya adalah berkurangnya
koordinasi antara sel saraf dan otot. Akibatnya muncul berbagai gejala seperti
kekakuan otot, gangguan pembuluh darah, bahkan tumor. Dengan teknologi kultur
stem cell, para ilmuwan akan menstimulasi stem cell embrionik untuk membentuk
neuron dopaminergik yang nantinya akan dicangkokkan ke dalam otak pasien.
Sejauh ini metode ini terbukti sangat berhasil untuk meringankan bahkan
menyembuhkan para pasien Parkinson.

o PERKEMBANGAN DAN PENGOBATAN BERBASIS STEM CELL

Dewasa ini, perkembangan pengobatan berbasis stem cell semakin pesat dari
tahun ke tahun. Selain untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saraf,
pengobatan jenis ini mulai diarahkan untuk mengobati berbagai organ tubuh yang
mengalami kerusakan, kanker, kedua tipe diabetes, dan bahkan HIV!

Stem cell yang dimasukkan itu telah mengalami berbagai proses stimulasi
yang akan mendorongnya untuk membentuk sel-sel baru yang bebas kanker. Sel-sel
baru bebas kanker ini akan melawan dan menyingkirkan sel-sel organ yang telah
terkontaminasi sel-sel kanker. Tentunya pengobatan berbasis stem cell akan jauh
lebih efektif ketika dikombinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi atau
cryosurgery.

Pada tahun 2007, Timothy Ray Brown, seorang warga Amerika Serikat yang
tinggal di Jerman , menghebohkan dunia karena setelah menjalani terapi stem cell, dia
dinyatakan sembuh dari HIV yang dideritanya selama bertahun-tahun. Para ahli
menduga bahwa dalam kasus Brown atau lebih populer dipanggil “Berlin Patient”,
sel-sel darah baru hasil terapi stem cell entah dengan cara bagaimana menyingkirkan
virus-virus HIV yang dikandung dalam tubuhnya. Walau kesimpulan ini masih sangat
prematur namun penelitian masih dilanjutkan dan ini adalah harapan besar bagi
kurang lebih 33 juta pasien HIV/AIDS di berbagai belahan dunia.

Saat ini telah ada 11 rumah sakit di Indonesia yang memiliki fasilitas kultur
dan transplatasi stem cell. Penyakit-penyakit yang diatasi oleh 11 rumah sakit itu
umumnya adalah penyakit jantung dan radang sendi.Sejauh ini perkembangannya
sangat menggembirakan karena terbukti menyembuhkan sekitar 30 pasien di
Indonesia.

Kendala dalam terapi stem cell bermacam-macam namun paling tidak ada 3
kendala umum yang biasa dihadapi; biaya, kesulitan dalam kultur stem cell
embrionik, dan potensi penolakan sel oleh tubuh pasien. Sekarang semakin banyak
dikembangkan terapi stem cell oral yang sedikit demi sedikit menggantikan metode
injeksi dan transplatasi yang membutuhkan biaya besar. Terapi stem cell oral mampu
menekan biaya dan lebih praktis dalam aplikasinya walau belum dapat benar-benar
menggantikan metode injeksi dan transplatasi. Bagaimanapun ini adalah harapan
besar bagi umat manusia karena telah begitu banyak nyawa melayang akibat penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dengan metode medis biasa.

 SISTEM KEKEBALAN TUBUH (IMUN)

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme
sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka
kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.Sistem imun
juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya
mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
o FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk
perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

o PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a)Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit


Sistem pertahanan tubuh non spesifik merupakan pertahanan tubuh yang
tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
- Tidak selektif
- Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
- Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
- Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :

1. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh

Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan
membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam
tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga
sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit
air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.Sedangkan membran
mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran
kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada
trakea.Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai
partikel berbahaya dan mikrobia.Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh.

Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit
dan membran mukosa.Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia.Contoh dari sekret tersebut adalah minyak
dan keringat.Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur
(saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang
dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga
pecah sehingga bakteri mati.

Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya
yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh
dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
Respons Peradangan (Inflamasi) Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap
kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi
merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni :
- dolor (nyeri),
- rubor (kemerahan),
- calor (panas), dan
- tumor (bengkak).

2. Inflamasi
Berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.
Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel
darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang
menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan


patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan
histamin dan prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah
sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang
terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.

3. Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit
dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu
fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear
adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan
sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah
memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah
proses fagositosis :
1) Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel
fagosit.
2) Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah
terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3) Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel
fagosit.
4) Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan
patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
5) Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan
fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen
hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel
tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6) Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.

- Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein
komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara
membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini
menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar
bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.Interferon dihasilkan saat virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.

- Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik


Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen
tertentu yang masuk ke dalam tubuh.Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

-Bersifat selektif
-Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
-Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
-Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
-Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

 Limfosit
a) Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B
berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi.
Sel B dapat dibedakan menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke
dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi
infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b) Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses
pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat
dibedakan menjadi :
1.Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh,
sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2.Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel
T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3 Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun
dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T
pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu.Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat
spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang
berbeda.Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh
dari berbagai kuman penyakit.Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang
identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut
dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti
huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen.
Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
- Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan
atau opsonisasi)
- Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
- Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
b) Berdasarkan Mekanisme Kerja

1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan
tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan
primer. Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan
mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B lasma yang akan memproduksi
antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder. Respons kekebalan
sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada
respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu
kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.

2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau
jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen
pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel
tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel
T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel
T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.

c) Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu
sendiri.Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

a.Kekebalan Aktif Alami

Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi
suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap
penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena
penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan

Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi


adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen
yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang
mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen.Vaksin dapat berupa suspensi
mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan.Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan
antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga
permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama.Hal ini dilakukan karena
jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga
menurun.Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain
cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan
demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar
sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara garis besar, vaksin
dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

1.Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin
ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2.Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme
yang telah dimatikan.
3.Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4.Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif.Kekebalan pasif diperoleh


setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.

a. Kekebalan Pasif Alami


Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari
ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat
diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.

b. Kekebalan Pasif Buatan


Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak
dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat,
tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa
ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa

o GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap
senyawa yang masuk ke dalam tubuh.Senyawa tersebut dinamakan alergen.Alergen dapat
berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu,
misalnya udang. Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam
tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE.
Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun
IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses
inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin,
kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas.Gejala alergi
dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi
yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan
sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses
pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan,
yaitu:

1.Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di
pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

2.Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga
otot lurik mengalami kerusakan.

3.Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal.
Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah,
dan pigmentasi kulit meningkat

4.Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita
lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
- Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang
menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
- Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam
jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.

5.Radang sendi (artritis reumatoid)


Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan
dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta
penipisan tulang.

c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai
penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T
pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T
lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan
berbagai kuman penyakit. Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika
molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan
sel T pembantu.Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan
mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel. Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000
sel/mm3 darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200
sel/mm3.
Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit
seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.Penderita HIV positif
umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan
virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi
penderita AIDS relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif
yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus
HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh
penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan
menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau
penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun. Gejala-gejala
penyakit AIDS yaitu :
- Gangguan pada sistem saraf
- Penurunan libido
- Sakit kepala
- Demam
- Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
- Diare
- Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
- Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
- Terjadi penurunan berat badan secara drastis Cara penularan virus HIV/AIDS :
- Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
- Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
- Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
- Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu
penderita HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :


- Menghindari hubungan seks di luar nikah
- Memakai jarum suntik yang steril
- Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
- Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
.

o CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Nutrisi yang sempurna


Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita
karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
memakan makanan yang mengandung :
- Protein
Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi.
Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
- Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.
- Teh hijau
Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu meningkatkan
sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh
dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.

- Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat membantu
badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai


Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan
ketahanan tubuh.Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat
meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun
dalam tubuh.

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan


Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem imun
dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol
yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh kitaSaat ini
kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Banyak bentuk kanker yang
disebabkan dengan faktor lingkungan maupun gaya hidup yang sebenarnya dapat
dihindari, misalnya merokok danpola makan yang tidak sehat. Hal inilah yang menjadi
salah satu latar belakang oleh para ilmuan khususnya dalam bidang kedokteran nuklir
menggali lebih dalam lagi manfaat radioisotop. Selain banyak dimanfaatkan sebagai
terapi berbagai penyakit radioisotop dapat juga menjadi alat deteksi dini (tracer/perunut)
sel kanker pada tubuh manusia. Awalnya, yang dikenal untuk mendeteksi kanker ialah
dengan metode Computed Tomography Scan (CT Scan) yaitu mendeteksi untuk
mengetahui letak kanker dengan menggunakan sinar X. Salah satu metode mutakhir
untuk mendeteksi sel kanker sebelum menjadi sel kanker aktif yang berkembang
membahayakan tubuh ialah dengan metode Positron Emission Tomography (PET) CT
Scan. PET CT scan ini merupakan metode yang menggabungkan metode PET dan CT
dengan menggambarkan fungsi fisiologis jaringan tubuh manusia termasuk aktifitas
metabolik dan berbagai proses kimiawi baik karena virus, bakteri, kelainan genetik,
berbagai obat obatan, faktor lingkungan, dan usia
Dalam metode PET sebagai pelacak sel kanker, cairan yang mengandung glukosa
disuntikkan kedalam tubuh. Hal ini dikarenakan sel kanker menyerap lebih banyak
glukosa untuk berkembang atau berploriferasi. Bila banyak glukosa terserap di bagian
tubuh tertentu, dengan warna abu-abu yang lebih gelap pada hasil scan, hal itu
menunjukkan adanya sel kanker yang aktif.

2.3.2 Bidang Pertanian


a) KULTUR JARINGAN

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali.

 PRASYARAT KULTUR JARINGAN

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung


kehidupan jaringan yang dibiakkan Hal yang paling esensial adalah wadah dan media
tumbuh yang steril.Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil
nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai
bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.

 MEDIA KULTUR JARINGAN

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat
pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada
agar.Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air.Media cair dapat bersifat tenang
atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang
digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi
media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang
ditumbuhkan secara in vitro.Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan
karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan
tanaman.

Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada
media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi.Pada media
MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada
media (eksogen).ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan
dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan
arah perkembangan suatu kultur.

Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim
dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang
menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang
tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi
ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan
perkembangan jaringan.

 METODE KULTUR JARINGAN

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas
adventif, dan embriogenesissomatik, baik secara langsung maupun melalui tahap
pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan
dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum
mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki
kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada
tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang.
Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun
tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan
fungsinya.Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis
dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

 TAHAPAN KULTUR JARINGAN

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang


pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak.
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber
kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

Lingkungan tanaman induk yang lebih higienis dan bersih dapat meningkatkan
kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan meliputi: pemangkasan,
pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan
insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari
kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi tanaman induk sumber eksplan
kadang-kadang perlu dilakukan seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat
pengatur tumbuh. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman
induk dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta
penambahan ZPT seperti sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan
untuk meningkatkan reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur .

b. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell,
1976). Ditambahkan pula menurut Yusnita, 2004, bahwa pada tahap ini mengusahakan
kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme,
sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam
tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian
tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur
tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi.
Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang
menempel di permukaan eksplan.beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.

Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor.
Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan
rspon in-vitro yang sama (Wetherell, 1976). Penggunaan eksplan yan tepat merupakan
hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini.Umur fisiologis dan
ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian tanaman yang digunakan
sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi kebanyakan tanaman,
eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas
lateral pada potongan batang berbuku. Namun belakangan ini, eksplan potongan daun
yang dulunya hanya digunakan untuk tanaman-tanaman herba, seperti violces,
begonia, petunia dan tomat, ternyata dapat digunakan juga untuk tanaman-tanaman
berkayu seperti Ficus lyrata, Annona squamosa, dan melinjo. Eksplan yang dapat
digunakan untuk memperbanyak tanaman Anthurium sendiri diantaranya adalah tunas
pucuk, daun, tangkai daun muda, tangkai bunga, spate, spandik, biji, ruas batang dan
anther.

Umur fisiologis dan umur ontogenetik jaringan tanaman yang dijadikan eksplan juga
berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya. Umumnya, eksplan yang berasal dari
tanaman juvenile mempunyai daya regenerasi tinggi untuk membentuk tunas lebih
cepat dibandingakan dengan eksplan yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa.

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan
atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol
yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses
isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik,
menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.

c. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul

Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu
sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004).
Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya
tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi
kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus
terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan
secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang digunakan untuk merangsang
pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin,
atau thidiadzuron (TDZ).

Kemampuan memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan


secara in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama
multiplikasi (Wetherell, 1976). Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak
terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media
yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai
jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak dapat
menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik
(aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan (vitrifikasi) dan frekuensi
terjadinya tanaman off-type sangat besar.

d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar

Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang
cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-
vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh
ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan
(Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan
ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung
sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara
individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis
daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat
diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau
secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro
dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada
tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Disamping itu,
beberapa perlakuan yang disebut hardening in vitro telah dilaporkan dapat
meningkatkan mutu tunas sehingga planlet atau tunas mikro tersebut dapat
diaklimatisasikan dengan persentase yang lebih tinggi. Beberapa perlakuan yang bisa
dilakukan sebagai berikut:

Mengondiskan kultur di tempat yang pencahaannya berintensitas lebih tinggi


(contohnya 10000 lux) dan suhunya lebih tinggi.

Pemanjangan dan pemanjangan tnas mikro dilakukan dalam media kultur


dengan hara mineral dan sukrosa lebih rendah dan konsentrasi agar-agar lebih tinggi
(Yusnita, 2004).

e. Aklimatisasi

Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi


planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi
bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan
di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap
serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian
planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan
baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat
bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan
dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke
kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.

Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca,
rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim
mikro di dalam botol.Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah,
tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi
dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa
tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral
dan sumber energi berkecukupan.

Disamping itu tanaman tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak


normalan, seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya
tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya
stomata sebagai mana mestinya.Strutur mesofil berubah, dan aktifitas fotosintesis
sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu, palanlet atau tunas mikro mudah
menjadi layu atau kering jika dipindahkan ke kondisi eksternl secara tiba-tiba. Karena
itu, planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke kondisi lngkungan yang baru
yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunas mikro perlu diaklimatisasikan

 MANFAAT KULTUR JARINGAN

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru
dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat
fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan
tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara
lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur
jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan.

o Keunggulan perbanyakan bibit dengan kultur jaringan :

- Bibit yg dihasilkan mempunyai sifat yang identik dengan induknya,

- Dapat memperbanyak bibit dalam jumlah yang besar

- Tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas,


- mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,

- kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,

- kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

o Kerugian Kultur Jaringan :

- Bibit yang dihasilkan relatif mempunyai perakaran yang tidak kuat

- Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Istilah sel berasal dari bahasa latin yaitu cellula yang berarti ruang kecil. Istilah
tersebut diberikan oleh ahli fisika-matematika dan arsiitek kebangsaan Inggris Robert Hook
pada tahun 1665. Ia mula-mula menggunakan istilah tersebut ketika ia memeriksa irisan
gabus botol dibawah mikroskop, ia melihat adanya unit-unit kecil yang dibatasi oleh dinding-
dinding pada penampang gabus tersebut.

Sel merupakan suatu struktural organisme tumbuhan, hewan, dan manusia yang
memiliki peran penting dalam kehidupan. Seluruh makhluk hidup dari mulai yang paling
sederhana semacam organisme yang ber sel satu, sampai tumbuhan dan hewan sekaligus
yang berderajat lebih tinggi disusun oleh sel. Sel juga sangat penting dalam berbagai bidang
misalnya dalam bidang kesehatan seperti Stem cell yaitu sel-sel yang bertanggung jawab
untuk menciptakan sel-sel baru. Kasarnya stem cell adalah pabrik dari sel-sel apapun dari
makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Apapun selnya, entah sel mata, sel kulit, sel
rambut, sel ginjal, dan lain sebagainya, semua berasal dari stem cell. Kemudian dalam bidang
pertanian terdapat kultur jaringan yaitu suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap
kembali.

Dalam sejarah sel pada tahun 1838 ahli botani Matthias Schleidendan ahli zoologi
Theodor Schwan dari Jerman keduanya mengajukan konsep bahwa semua organisasi
tersusun atas sel, dan dapat disimpulkan dari konsepnya bahwa sel merupakan kesatuan
struktural makhluk hidup. Pada tahun 1835 Felix Dujardin mengemukakan bahwa isi sel
berupa cairan yang diberi nama protoplasma oleh Johannes Purkinje.

Pada tahun 1825 - 1974 Max Shultze menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Dari beberapa pendapat ahli diatas maka "sel merupakan unit
struktural dan fungsional terkecil suatu makhluk hidup".

Dalam mempelajari sejarah perkembangan sel dan pengaplikasiannya kita dapat


memperoleh manfaatnya dari bidang ketahanan pangan, bidang sains, bidang kesehatan,
bidang perikanan, bidang industri, dan bidang ekonomi, bidang pertanian.
3.2 SARAN

Berdasarkan uraian dari bab II yang telah disampaikan oleh penulis, terdapat beberapa
saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada pembaca untuk lebih mengetahui mengenai struktural sel, karena
sangat berperan penting dalam berlangsungnya suatu kehidupan.

2. Diharapkan kepada pembaca dapat mengaplikasikan manfaat mempelajari sel untuk


kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Pengertian Stem Cell dan Fungsinya dalam Pengobatan Modern. Tersedia:
http://artikel-teknologi.com/pengertian-stem-cell-dan-fungsinya-dalam-pengobatan-
modern/ [3 Desember]
Academia. Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian. Tersedia:
https://www.academia.edu/31839673/APLIKASI_BIOTEKNOLOGI_DALAM_BIDA
NG_PERTANIAN
Bitar, 2019. Pembelahan Sel. Tersedia: https://www.gurupendidikan.co.id/pembelahan-sel/
[11 Juni]
Bitar, 2018. Pengertian, Ciri, Jenis, Contoh dan Peranannya Lengkap. Tersedia:
https://seputarilmu.com/2018/12/cyanobacteria.html [24 Desember]

Cartono, S.Pd., M.Pd., M.T. dan Ida Yayu Nurul H., S.Pd., M.Si. 2010. Biologi Umum. Bandung
: Prisma Press Prodaktama.
Eliyani Shinta, Sistem Pertahanan Tubuh. Tersedia:
https://www.academia.edu/32523409/SISTEM_PERTAHANAN_TUBUH?show_app_store_po
pup=true

Hedi sasrawan , 2018. 9 Bagian-Bagian Sel Prokrariotik dan Fungsinya. Tersedia:


https://hedisasrawan.blogspot.com/2018/07/9-bagian-bagian-sel-prokariotik-dan.html
[9 Juli]

Iyan, 2018. Aplikasi Biologi Sel dalam Kesehatan. Tersedia:


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/iyan26585/5bfa5bca43322
f5ef71f7074/aplikasi-biologi-sel-dalam-kesehatan [25 November]
Ken Pandu, 2016. Bentuk- Bentuk Bakteri, Gambar dan Contoh. Tersedia:
http://www.ebiologi.net/2016/07/bentuk-bentuk-bakteri-gambar-dan-contoh.html [28
Juli]
Kompasiana, 2018. Aplikasi Biologi Sel Dalam Kesehatan. Tersedia:
https://www.kompasiana.com/iyan26585/5bfa5bca43322f5ef71f7074/aplikasi-biologi-
sel-dalam-kesehatan?page=2 [25 November]
Kustiawan. 2014. Penerapan Kultur Jaringan Dalam Bioteknologi Pertanian. Tersedia:
http://kustiawan-fpk.web.unair.ac.id/artikel_detail-91996-Tugas%20Kuliah-
PENERAPAN%20KULTUR%20JARINGAN%20DALAM%20BIOTEKNOLOGI%2
0PERTANIAN.html [24 Januari]

Tentorku, 2015. Struktur dan Karakteristik Sel Eukariotik. Tersedia:


https://www.tentorku.com/struktur-dan-karakteristik-sel-eukariotik/ [17 agustus]
Wikipedia. Kultur Jaringan. Tersedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan
Anonim. 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan Sel. Tersedia:
http://zonabawah.blogspot.com/2011/10/pertumbuhan-dan-perkembangan-sel.html [Oktober]
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sel Prokariotik............................................................................................................. 8


Gambar 2. Sel Hewan dan Tumbuhan .......................................................................................... 13
Gambar 3. Retikulum Endoplasma ............................................................................................... 15
Gambar 4. Mitokondria ................................................................................................................. 16
Gambar 5. Sentriol ........................................................................................................................ 17
Gambar 6. Kloroplas ..................................................................................................................... 17
Gambar 7. Struktur Perioksisom ................................................................................................... 18
Gambar 8. Struktur Glioksisom .................................................................................................... 18
Gambar 9. Vakuola ....................................................................................................................... 19
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sejarah Penemuan Sel ................................................................................................... 3


Tabel 2.2 Susunan Umum Suatu Sel Eukariotik........................................................................... 19
LAMPIRAN
-

Anda mungkin juga menyukai