Anda di halaman 1dari 11

Artikel Ilmiah oleh Desy Ayu Wijayanti ini

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Malang, 13 Mei 2013


Pembimbing

Prof. Dr. H. Ipung Yuwono, M.S, M.Sc.


NIP 195811181984031002

Penulis

Desy Ayu Wijayanti


NIP 109311417045
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN CONCEPT MAPPING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS XI IPA MA BILINGUAL BATU

Oleh:
Desy Ayu Wijayanti
Mahasiswa S1 Jurusan Matematika FMIPA UM
e-mail: desyayu_mat09@yahoo.com
Ipung Yuwono
Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM
e-mail: ipung@um.ac.id

Abstract

Research that was done in grade XI science MA Bilingual Batu having a goal
to describe implementing of applying learning by using concept mapping that
can improve students learning achievement about inverse function grade XI
science MA Bilingual Batu. Implementation of research at each cycle consist
of some phases, they are planning, implementing, observation, reflection. The
result of research during 2 cycles are there is not mistake of concept of inverse
of function that concerned and it happened improving students learning
achievement grade XI science MA Bilingual regarded implementing
mathematics learning about inverse of function using concept mapping.

Keywords: Concept Mapping, Learning Achievement, Inverse of Function

Guru adalah salah satu komponen penting dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu peran guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran harus dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Guru juga harus
benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses
pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam belajar dan aktif
terlibat dalam proses pembelajaran terutama dalam belajar matematika, sehingga
pembelajaran menjadi efektif.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Oktober 2012
terhadap beberapa mahasiswa UM jurusan Matematika angkatan 2008 yang telah
melaksanakan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di beberapa sekolah SMA/ MA
Bilingual di kota Malang dan Batu, rata-rata siswa kelas XI IPA mengalami kesulitan
untuk memahami materi tentang fungsi. Hal ini karena di samping materi tentang fungsi
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa kelas XI IPA yang telah diajar oleh mahasiswa
UM jurusan Matematika yang telah melaksanakan PPL, faktor lain yaitu karena di
SMA/MA Bilingual bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran adalah
bahasa Inggris. Dalam menjelaskan materi, guru juga dominan menggunakan bahasa
Inggris. Sebagian siswa merasa kesulitan untuk memahami penjelasan guru dengan
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, peneliti juga menemui guru matematika kelas
XI IPA MA Bilingual Batu yang bersedia membantu peneliti untuk memberikan
informasi tentang kemampuan siswa dalam menyerap materi matematika, khususnya
materi tentang fungsi. Sekolah tersebut nantinya akan dijadikan sebagai lokasi
penelitian oleh peneliti. Guru matematika yang diwawancarai oleh peneliti juga
mengatakan bahwa pada pengalaman tahun-tahun sebelumya, salah satu materi yang
dianggap sulit oleh sebagian siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu adalah materi
tentang fungsi, khususnya tentang fungsi invers. Beliau juga menunjukkan dokumen
hasil ujian siswa pada saat materi tentang fungsi. Peneliti melihat bahwa nilai siswa
pada materi tentang fungsi lebih rendah dibandingkan nilai siswa pada materi-materi
matematika yang lain, terutama materi tentang fungsi invers. Persentase hasil belajar
siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu Tahun 2010/2011 materi fungsi invers
ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Tahun 2010/2011 Materi Fungsi Invers

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa Persentasi


Tuntas Belajar 18 35 51,42%
Tidak Tuntas Belajar 17 35 48,58%

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman matematika sebagian besar


siswa kelas XI IPA tentang materi fungsi masih kurang dan nampaknya pembelajaran
yang diimplementasikan guru selama ini kurang dapat mendukung peningkatan
pemahaman siswa tentang materi tersebut. Berdasarkan berbagai kecenderungan situasi
yang muncul seperti di atas, sehingga perlu adanya penerapan pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi fungsi, khususnya
materi tentang fungsi invers.
Selain itu, sangat penting bagi guru dalam kaitannya dengan penyampaian
informasi pembelajaran mengetahui pengetahuan awal siswa. Hal ini juga disampaikan
oleh Sa’dijah (2000: 3) yang mengatakan bahwa guru harus menyadari tentang
pengetahuan awal yang ada dalam pikiran siswa. Sehingga penting bagi seorang guru
untuk mengetahui manfaat dari pengetahuan awal yang ada pada pikiran siswa sebelum
siswa memperoleh materi baru. Selain itu, Dahar (1996:123) juga mengatakan bahwa
belajar akan lebih bermakna dengan cara menjelaskan hubungan antar konsep. Sehingga
untuk menjelaskan kepada siswa hubungan antar konsep agar belajar menjadi bermakna
adalah dengan menggunakan concept mapping.
Concept mapping merupakan suatu bagan yang disusun dalam bentuk skema untuk
menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian
pernyataan. Concept mapping tidak hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep tersebut (Rulam, 2010).
Kholil (2008) mengemukakan langkah-langkah menyusun concept mapping sebagai
berikut:1)Memilih suatu bahan bacaan; 2)Menentukan konsep-konsep yang relevan;
3)Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang
paling tidak inklusif; 4)Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-
konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung.
Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam upaya mencapai ke arah tujuan penelitian
ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
tentang materi fungsi, khususnya materi tentang fungsi invers, peneliti berkolaborasi
dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian
“Pembelajaran Menggunakan Concept Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI IPA MA Billingual Batu”.
A. Metode Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa dokumen (hasil pekerjaan siswa pada latihan soal
yang diberikan pada saat kegiatan pembelajaran serta hasil tes pada setiap akhir
tindakan), hasil wawancara, hasil lembar observasi, dan catatan lapangan. Sumber data
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu yang berjumlah 19
siswa.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data disesuaikan dengan pendapat
Sugiyono (2011: 309). Menurut Sugiyono (2011: 309), teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif secara umum terdiri dari empat macam, yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2011: 372).
Dalam penelitian ini, pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pekerjaan siswa. Oleh karena
itu triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik.
Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis data
kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil
belajar siswa yang meliputi hasil lembar concept mapping tentang fungsi invers dan
hasil tes akhir siklus. Analisis data kualitatif dilakukan pada kegiatan selain hasil belajar
siswa, seperti hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa, hasil lembar wawancara,
dan hasil catatan lapangan. Miles dan Huberman (dalam Madya, 2002: 19)
mengemukakan bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data menurut Miles dan Huberman ada 3 langkah, yaitu reduksi
data, penyajian data (display data), penarikan kesimpulan (verifikasi data). Reduksi data
dalam penelitian ini adalah penyeleksian data kualitatif yang diperoleh selama
penelitian. Data yang telah diperoleh oleh peneliti diringkas dengan menggunakan
kalimat yang jelas sehingga lebih mudah untuk dipahami. Penyajian data (display data)
dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk naratif, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan
dengan mengorganisasikan data dari hasil reduksi data dalam bentuk naratif atau bentuk
lain yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penarikan kesimpulan (verifikasi data) merupakan kegiatan memberikan kesimpulan
terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
dapat mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal sudah didukung oleh bukti-bukti yang valid, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Memverifikasi
hasil kesimpulan merupakan kegiatan menguji kebenaran dan kecocokan makna dari
data yang diperoleh dari lapangan untuk memperoleh kesimpulan yang valid. Untuk
penarikan kesimpulan tentang data hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa,
kesimpulan didasarkan atas kriteria yang dirujuk peneliti.
B. Hasil Penelitian
1. Temuan pada Pengamatan Pendahuluan
Selama peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas XI IPA MA Bilingual
Batu pada saat melaksanakan PPL II, peneliti melihat bahwa pembelajaran yang
diterapkan oleh guru pada umumnya menggunakan metode ceramah. Selain itu, peneliti
juga melihat bahwa ketika pembelajaran matematika berlangsung, guru yang nampak
aktif dalam pembelajaran dan siswa cenderung pasif.
Tabel 4.1 Persentase Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Tahun 2010/2011 Materi Fungsi Invers

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa Persentase


Tuntas Belajar 18 35 51,42%
Tidak Tuntas Belajar 17 35 48,58%

Tabel 4.1 menunjukkan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA angkatan
sebelumnya untuk materi fungsi invers sebagian besar tidak memenuhi SKM.
Persentase ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa kelas XI IPA angkatan
sebelumnya yaitu 51,42%.

2. Paparan Data Siklus 1


Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus 1 meliputi tahap perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi.
Berikut penjelasan setiap tahap dalam siklus 1.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan perlu dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan tindakan
siklus 1. Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini yaitu menyiapkan
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian serta melakukan validasi instrumen
penelitian tersebut. Hasil validasi dari perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Kriteria Validator I Validator II


Skor Perolehan Skor Perolehan
RPP 92.85 (valid) 89.29 (valid)
LKS 81.25 (valid) 87.50 (valid)
Tes 100 (valid) 91.67 (valid)
Lembar Observasi
a. Aktifitas Guru 100 (valid) 100 (valid)
b. Aktifitas Siswa 100 (valid) 100 (valid)
Pedoman wawancara 91.66 (valid) 100 (valid)

Berdasarkan hasil validasi dari perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian,


menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian sudah layak
digunakan dalam penelitian.
b. Tahap Tindakan
Pada tahap tindakan siklus 1, peneliti menerapkan pembelajaran menggunakan
concept mapping pada materi fungsi invers. Pada siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan dan
siswa diminta membuat concept mapping materi fungsi invers sebanyak dua kali.
c. Tahap Observasi
Data hasil observasi yang telah dilakukan akan dianalisis dengan memberikan skor
untuk penentuan kategori. Lembar observasi yang digunakan dalam observasi aktivitas
guru dan siswa telah diisi sesuai dengan pengamatan masing-masing observer. Pada
siklus 1, obsrvasi aktivitas guru dan siswa termasuk dalam kategori sangat baik.
Pada pertemuan ke-3 tidak dilakukan observasi karena pada pertemuan ke-3 diadakan
tes akhir siklus 1. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa terganggu dan merasa
tenang dalam mengerjakan soal pada tes akhir siklus 1.
Berikut ringkasan data tentang ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran fungsi
invers dengan teknik concept mapping yang disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa Persentase


Siswa Siklus 1
Tuntas Belajar 10 19 52,63%
Tidak Tuntas Belajar 9 19 47,37%

Berdasarkan Tabel 4.3,diketahui bahwa pada siklus 1 siswa yang tuntas belajar
sebanyak 10 siswa dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 9 siswa. Sesuai dengan
SKM (Standar Ketuntasan Minimun) kelas di MA Bilingual Batu, diketahui bahwa
persentase hasil belajar siswa pada siklus 1 yang memenuhi SKM kelas yaitu ada
52,63%. Kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu jika ada 75% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai hasil belajar
≥ 75. Sehingga hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhi kriteria ketuntasan
belajar siswa secara klasikal dan siklus dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara, subjek wawancara memberikan respon positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik concept mapping. Subjek
wawancara merasa senang dengan pembelajaran menggunakan concept mapping dan
mereka mengatakan bahwa mereka masih butuh banyak berlatih
dan bimbingan dari guru untuk membuat concept mapping.
d. Tahap Refleksi
Rincian refleksi siklus 1 beserta perbaikannya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Refleksi Siklus 1 serta Perbaikannya

No. Refleksi Siklus 1 Perbaikan


1. Siswa butuh diberikan soal latihan secara Siswa diberikan LKS dan guru meminta
individu agar tidak selalu bergantung pada siswa untuk mengerjakan LKS tersebut
kelompok. secara individu
2. Ada beberapa kelompok yang terlihat tidak Perombakan anggota kelompok
kompak dengan kelompoknya
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa, Melanjutkan siklus selanjutnya sampai
namun belum sesuai dengan harapan hasil belajar siswa meningkat sesuai
peneliti dengan harapan peneliti.

3. Paparan Data Siklus 2


Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus 2 meliputi tahap perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi.
Berikut penjelasan setiap tahap dalam siklus 2.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 2, hal yang dilakukan oleh peneliti sama seperti
pada tahap perencanaan pada siklus 1 yaitu mempersiapkan instrumen penelitian yang
sudah divalidasi.
b. Tahap Tindakan
Pada tahap tindakan siklus 1, peneliti menerapkan pembelajaran menggunakan
concept mapping pada materi fungsi invers. Pada siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan dan
siswa diminta membuat concept mapping materi fungsi invers sebanyak dua kali.
c. Tahap Observasi
Data hasil observasi yang telah dilakukan akan dianalisis dengan memberikan skor
untuk penentuan kategori. Lembar observasi yang digunakan dalam observasi aktivitas
guru dan siswa telah diisi sesuai dengan pengamatan masing-masing observer. Pada
siklus 2, obsrvasi aktivitas guru dan siswa juga termasuk dalam kategori sangat baik.
Pada pertemuan ke-6 tidak dilakukan observasi karena pada pertemuan ke-6 diadakan
tes akhir siklus 2. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa terganggu dan merasa
tenang dalam mengerjakan soal pada tes akhir siklus 2.
Berikut ringkasan data tentang ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran fungsi
invers dengan teknik concept mapping yang disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 2

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa Persentase


Siswa Siklus 2
Tuntas Belajar 15 19 78,95%
Tidak Tuntas Belajar 4 19 21,05%

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa pada siklus 2 siswa yang tuntas
belajar sebanyak 15 siswa dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa. Sesuai
dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimun) kelas di MA Bilingual Batu, diketahui
bahwa persentase hasil belajar siswa pada siklus 2 yang memenuhi SKM kelas yaitu ada
78,95% dan sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sehingga siklus 2 tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara, subjek wawancara memberikan respon positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik concept mapping. Subjek
wawancara merasa senang dengan pembelajaran menggunakan concept mapping dan
berharap materi selanjutnya menggunakan teknik concept mapping juga.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data observasi yang telah dilakukan oleh observer
diketahui bahwa aktivitas guru termasuk kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas
siswa termasuk kategori sangat baik. Pada pertemuan ke-4 dan ke-5 sudah tidak
ditemukan kesalahan konsep yang dilakukan oleh siswa dan siswa sudah terbiasa untuk
membuat concept mapping. Sesuai pengamatan peneliti dan observer, awalnya pada
siklus 1 ada 2 kelompok yang nampak tidak nyaman dengan kelompoknya dan setelah
mengalami perombakan anggota kelompok pada siklus 2, semua kelompok dapat
bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya.
Selain proses kegiatan diskusi yang dilakukan tiap kelompok, peneliti dan observer
juga menyoroti tentang hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas XI IPA MA
Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi. Persentase hasil belajar siswa kelas
XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi pada siklus ke-2 adalah
78,95%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang diharapkan oleh peneliti,
siklus tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
C. Pembahasan
Pembelajaran menggunakan concept mapping untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu yang terdiri dari 2 siklus mengalami
peningkatan hasil belajar pada tiap siklusnya. Ausubel (dalam Hudojo, 2002: 10)
menerangkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan concept mapping akan
membantu siswa dalam meringkas materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat
proses pembelajaran sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu. Setelah melakukan kegiatan
pembelajaran matematika materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping, siswa merasa materi fungsi invers yang sedang dipelajari menjadi lebih
mudah untuk dipahami. Hal ini diungkapkan siswa ketika beberapa dari siswa
diwawacarai oleh peneliti tentang manfaat yang diperoleh setelah melakukan
pembelajaran matematika materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping. Hudojo (2005:53) mengatakan bahwa concept mapping juga dapat digunakan
guru untuk mengetahui miskonsepsi dari sejumlah konsep yang sudah diperoleh oleh
siswa. Dalam penelitian ini juga terdapat miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa yaitu
terdapat pemborosan kata ketika salah satu siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu
menyebutkan syarat invers suatu fungsi itu juga merupakan fungsi. Siswa tersebut
menyebutkan bahwa invers suatu fungsi juga merupakan fungsi dengan syarat inversnya
harus bijektif, surjektif, dan injektif. Padahal dengan menggunakan kata bijektif saja
sudah cukup, karena bijektif itu sudah merupakan gabungan dari injektif dan surjektif.
Tetapi dalam membuat concept mapping tentang invers suatu fungsi, siswa tersebut
memberikan contoh dan bukan contoh. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Erman Suherman (2001: 55) yang mengatakan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan
objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh
diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohana (2009) dikatakan bahwa
penggunaan concept mapping membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran
Statistika Dasar terutama pada siswa yang berada di level sedang dan rendah. Fakta lain
yang terdapat pada penelitian ini yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Rohana (2009) juga dikatakan bahwa kesulitan yang dialami selama proses
pembuatan concept mapping yaitu apabila siswa belum memahami materi, maka akan
sulit bagi siswa untuk memulai membuat concept mapping. Dalam penelitian ini,
peneliti juga memperoleh fakta bahwa penggunaan concept mapping dapat membantu
siswa untuk memahami materi fungsi invers. Hal ini dilihat dari concept mapping yang
dibuat oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu pada tiap pertemuan, terlihat adanya
kemajuan siswa dalam membuat concept mapping materi fungsi invers. Jumlah siswa
yang mengalami kesulitan dalam membuat concept mapping juga semakin berkurang.
Hal ini terlihat pada pertemuan ke-4 dan ke-5 pada siklus 2, siswa sudah mampu
membuat concept mapping materi fungsi invers yang lebih sesuai dengan konsep fungsi
invers dibandingkan pada pertemuan ke-1 dan ke-2. Hasil observasi aktivitas siswa dan
guru pada siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian ini sudah terlaksana dengan sangat
baik. Kesulitan yang dialami pada penelitian yang dilakukan pada penelitian terdahulu
yang relevan yaitu tentang kesulitan siswa untuk memulai membuat concept mapping
apabila belum memahami materi dapat diatasi oleh peneliti dengan memberikan
apersesi terlebih dahulu tentang materi yang berhubungan dengan materi yang akan
diajarkan dan selanjutnya siswa diberikan LKS sebagai penunjang untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari. Peningkatan pemahaman matematika siswa setelah
menggunakan concept mapping dalam pembelajaran juga sejalan dengan pendapat
Nurhayati (dalam Rohana, 2009: 99) yang mengatakan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan pemahaman matematika siswa setelah pembelajaran matematika dengan
strategi concept mapping.
Selain itu, Mulyani (2010) mengatakan bahwa siswa dilatih untuk berkreatifitas
dalam proses pembuatan concept mapping yang secara tidak langsung dapat melatih
siswa untuk terbiasa menyimpulkan pelajaran, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa. Pembuatan concept mapping yang terdapat dalam
penelitian Mulyani dipadukan dengan pembelajaran tipe STAD. Dalam penelitian ini,
siswa juga dituntut untuk membuat concept mapping yang dipadukan dengan
pembelajaran kooperatif yang berupa diskusi kelompok. Pembuatan concept mapping
materi fungsi invers oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu juga dapat
meningkatkan kreatifitas siswa. Hal ini dilihat dari perbandingan concept mapping yang
telah dibuat oleh siswa pada setiap tahapnya. Terdapat kemajuan pembuatan concept
mapping pada setiap tahap yang telah dilakukan oleh siswa.
Arikunto (2006: 3) berpendapat bahwa jenis penelitian tindakan kelas adalah suatu
bentuk pencermatan terhadap kegiatan belajar siswa yang berupa suatu tindakan yang
sengaja dilakukan dalam kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa, misalnya guru melakukan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep suatu materi
matematika. Kansil (2001) juga menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas dalam penelitiannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
siswa menunjukkan respon positif selama mengikuti pembelajaran fungsi dengan
menggunakan peta konsep. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Peneliti juga sudah
berusaha untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas XI IPA MA Bilingual Batu
dengan menggunakan teknik concept mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa
meteri fungsi invers. Hasil analisis data terhadap persentase hasil belajar siswa kelas XI
IPA MA Bilingual Batu materi fungsi invers pada siklus ke-1 adalah 52,63%. Terjadi
peningkatan hasil belajar pada siklus ke-1 dibandingkan dengan data yang diperoleh
peneliti pada penelitian pendahuluan. Meskipun sudah terjadi peningkatan hasil belajar
siswa materi tentang fungsi invers, namun peningkatan hasil belajar tersebut belum
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Sehingga, siklus ke-1 harus dilanjutkan ke siklus ke-2. Pada siklus 2, persentase hasil
belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi
pada siklus ke-2 adalah 78,95%. Persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA
Bilingual Batu pada siklus ke-2 sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan
dalam penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti, sehingga siklus 2 tidak dilanjutkan
ke siklus selanjutnya.
Selama pembelajaran materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping, peneliti mengalami beberapa kendala. Berikut Tabel 5.1 Daftar Kendala dan
Solusi selama Pembelajaran Materi Fungsi Invers dengan Menggunakan Concept
Mapping.
Tabel 5.1 Daftar Kendala dan Solusi selama Pembelajaran Materi Fungsi Invers dengan
Menggunakan Concept Mapping

No. Kendala Solusi


1. Selama kegiatan diskusi kelompok Guru memberikan teguran terhadap siswa
berlangsung, siswa yang rajin cenderung yang tidak aktif dalam diskusi kelompok
mendominasi mengerjakan pekerjaan dan melarang mencantumkan namanya pada
kelompok LKS
2. Siswa tidak segera mengumpulkan hasil Guru memberikan waktu 15 detik terakhir
kerjanya ketika guru memintanya untuk kepada siswa untuk mengumpulkan hasil
segera dikumpulkan kerjanya. Jika pada detik terakhir siswa
tetap saja tidak segera mengumpulkan hasil
kerjanya, guru tidak menerima hasil kerja
siswa tersebut.
3. Pengaturan bangku untuk diskusi Guru meminta siswa untuk mngatur bangku
membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum jam pelajaran matematika dimulai.
4. Ruang kelas yang agak sempit membuat Guru memberi saran kepada siswa agar
jarak antar kelompok saling berdekatan, tidak kerjasama antar kelompok dan
sehingga terjadi kerjasama antar melakukan pengawasan yang ketat
kelompok
5. Siswa tidak teliti ketika membaca Guru selalu mengingatkan siswa untuk
instruksi mengerjakan LKS membaca instruksi yang ada pada LKS
terlebih dahulu

D. Penutup
1. Kesimpulan
Pembelajaran menggunakan concept mapping dapat meningkatkan hasil belajar
siswa tentang materi fungsi invers kelas XI IPA MA Billingual Batu. Penerapan
pembelajaran materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept mapping
dilakukan guru dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat concept
mapping secara individu pada tiap akhir pertemuan. Sebelum meminta siswa untuk
membuat concept mapping, guru menunjukkan contoh concept mapping pada materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Guru memberikan contoh concept mapping materi
statistik. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membuat concept mapping materi
fungsi invers yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut secara individu. Setelah itu,
siswa diminta oleh guru untuk mempresentasikan concept mapping yang telah dibuat
oleh siswa dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang concept mapping
yang telah dibuat. Setelah 2 kali membuat concept mapping, siswa sudah mulai terbiasa
untuk membuatnya dan mulai merasakan manfaatnya. Siswa merasa lebih mudah untuk
mempelajari materi fungsi invers dengan membuat concept mapping materi fungsi
invers tersebut.
Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Billingual Batu terhadap
pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi fungsi invers menggunakan
concept mapping. Hal ini ditunjukkan dari persentase hasil belajar siswa pada siklus 1
dan siklus 2. Pada siklus 1, persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual
Batu materi fungsi invers adalah 52,63%. Terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus
ke-1 dibandingkan dengan data yang diperoleh peneliti pada penelitian pendahuluan.
Meskipun sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa materi tentang fungsi invers,
namun peningkatan hasil belajar tersebut belum sesuai dengan harapan peneliti.
Sehingga, sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti,
siklus ke-1dilanjutkan ke siklus ke-2. Pada siklus ke-2, juga terjadi peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu dibandingkan pada siklus ke-1.
Persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada
fungsi komposisi pada siklus ke-2 adalah 78,95%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan
penelitian yang diharapkan oleh peneliti, siklus tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hal yang dapat disarankan yaitu
analisis pendahuluan perlu dilakukan untuk menentukan sampel dan materi yang tepat
dalam suatu Penellitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, diharapkan ada penelitian
lanjutan dengan penggunaan materi yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama agar
lebih terlihat manfaat dari teknik concept mapping dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: UM PRESS.
Hudojo, H.,et al. 2002. Peta Konsep. Jakarta: Makalah disajikan dalam
Forum Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.
Kansil, Yoo Eka Yana. 2001. Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Fungsi di
Kelas II SMU Kr.Kalam Kudus Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Kholil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam
Pembelajaran, (Online), (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-
untuk-mempermudah-konsep.html), diakses 30 Maret 2012.
Madya, Suwarsih. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, (Online),
(http://suwarsihmadya.wordpress.com/2008/01/21/penelitian-tindakan-kelas/),
diakses 30 Maret 2012.
Mulyani, E.F., Rahmi, & Harisman Yulyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Disertai Peta
Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI Administrasi
SMKN 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), 2 (3): 82-100,
(http://www.jurnal.co.id), diakses 13 Mei 2013.
Rohana, Hartono Y., & Purwoko. 2009. Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran
Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
PGRI Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), 3 (2): 92-102,
(http://www.jurnal.co.id), diakses 13 Mei 2013.
Rulam. 2010. Peta Konsep untuk Melatih Keterampilan Berpikir, (Online),
(http://www.infodiknas.com/peta-konsep-untuk-melatih-ketrampilan-berpikir/),
diakses 30 Maret 2012.
Sa’dijah, Cholis. 2000. Pembelajaran Matematika Secara Konstruktivis. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah,
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang. Malang, 25 Maret.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman, dkk. 2001. Srategi Belajar Mengajar Kontemporer. Bandung: JICA.

Anda mungkin juga menyukai