Penulis
Oleh:
Desy Ayu Wijayanti
Mahasiswa S1 Jurusan Matematika FMIPA UM
e-mail: desyayu_mat09@yahoo.com
Ipung Yuwono
Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM
e-mail: ipung@um.ac.id
Abstract
Research that was done in grade XI science MA Bilingual Batu having a goal
to describe implementing of applying learning by using concept mapping that
can improve students learning achievement about inverse function grade XI
science MA Bilingual Batu. Implementation of research at each cycle consist
of some phases, they are planning, implementing, observation, reflection. The
result of research during 2 cycles are there is not mistake of concept of inverse
of function that concerned and it happened improving students learning
achievement grade XI science MA Bilingual regarded implementing
mathematics learning about inverse of function using concept mapping.
Guru adalah salah satu komponen penting dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu peran guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran harus dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Guru juga harus
benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses
pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam belajar dan aktif
terlibat dalam proses pembelajaran terutama dalam belajar matematika, sehingga
pembelajaran menjadi efektif.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Oktober 2012
terhadap beberapa mahasiswa UM jurusan Matematika angkatan 2008 yang telah
melaksanakan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di beberapa sekolah SMA/ MA
Bilingual di kota Malang dan Batu, rata-rata siswa kelas XI IPA mengalami kesulitan
untuk memahami materi tentang fungsi. Hal ini karena di samping materi tentang fungsi
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa kelas XI IPA yang telah diajar oleh mahasiswa
UM jurusan Matematika yang telah melaksanakan PPL, faktor lain yaitu karena di
SMA/MA Bilingual bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran adalah
bahasa Inggris. Dalam menjelaskan materi, guru juga dominan menggunakan bahasa
Inggris. Sebagian siswa merasa kesulitan untuk memahami penjelasan guru dengan
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, peneliti juga menemui guru matematika kelas
XI IPA MA Bilingual Batu yang bersedia membantu peneliti untuk memberikan
informasi tentang kemampuan siswa dalam menyerap materi matematika, khususnya
materi tentang fungsi. Sekolah tersebut nantinya akan dijadikan sebagai lokasi
penelitian oleh peneliti. Guru matematika yang diwawancarai oleh peneliti juga
mengatakan bahwa pada pengalaman tahun-tahun sebelumya, salah satu materi yang
dianggap sulit oleh sebagian siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu adalah materi
tentang fungsi, khususnya tentang fungsi invers. Beliau juga menunjukkan dokumen
hasil ujian siswa pada saat materi tentang fungsi. Peneliti melihat bahwa nilai siswa
pada materi tentang fungsi lebih rendah dibandingkan nilai siswa pada materi-materi
matematika yang lain, terutama materi tentang fungsi invers. Persentase hasil belajar
siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu Tahun 2010/2011 materi fungsi invers
ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Tahun 2010/2011 Materi Fungsi Invers
Tabel 4.1 menunjukkan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA angkatan
sebelumnya untuk materi fungsi invers sebagian besar tidak memenuhi SKM.
Persentase ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa kelas XI IPA angkatan
sebelumnya yaitu 51,42%.
Berdasarkan Tabel 4.3,diketahui bahwa pada siklus 1 siswa yang tuntas belajar
sebanyak 10 siswa dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 9 siswa. Sesuai dengan
SKM (Standar Ketuntasan Minimun) kelas di MA Bilingual Batu, diketahui bahwa
persentase hasil belajar siswa pada siklus 1 yang memenuhi SKM kelas yaitu ada
52,63%. Kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu jika ada 75% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai hasil belajar
≥ 75. Sehingga hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhi kriteria ketuntasan
belajar siswa secara klasikal dan siklus dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara, subjek wawancara memberikan respon positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik concept mapping. Subjek
wawancara merasa senang dengan pembelajaran menggunakan concept mapping dan
mereka mengatakan bahwa mereka masih butuh banyak berlatih
dan bimbingan dari guru untuk membuat concept mapping.
d. Tahap Refleksi
Rincian refleksi siklus 1 beserta perbaikannya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Refleksi Siklus 1 serta Perbaikannya
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa pada siklus 2 siswa yang tuntas
belajar sebanyak 15 siswa dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa. Sesuai
dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimun) kelas di MA Bilingual Batu, diketahui
bahwa persentase hasil belajar siswa pada siklus 2 yang memenuhi SKM kelas yaitu ada
78,95% dan sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sehingga siklus 2 tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara, subjek wawancara memberikan respon positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik concept mapping. Subjek
wawancara merasa senang dengan pembelajaran menggunakan concept mapping dan
berharap materi selanjutnya menggunakan teknik concept mapping juga.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data observasi yang telah dilakukan oleh observer
diketahui bahwa aktivitas guru termasuk kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas
siswa termasuk kategori sangat baik. Pada pertemuan ke-4 dan ke-5 sudah tidak
ditemukan kesalahan konsep yang dilakukan oleh siswa dan siswa sudah terbiasa untuk
membuat concept mapping. Sesuai pengamatan peneliti dan observer, awalnya pada
siklus 1 ada 2 kelompok yang nampak tidak nyaman dengan kelompoknya dan setelah
mengalami perombakan anggota kelompok pada siklus 2, semua kelompok dapat
bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya.
Selain proses kegiatan diskusi yang dilakukan tiap kelompok, peneliti dan observer
juga menyoroti tentang hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas XI IPA MA
Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi. Persentase hasil belajar siswa kelas
XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi pada siklus ke-2 adalah
78,95%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang diharapkan oleh peneliti,
siklus tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
C. Pembahasan
Pembelajaran menggunakan concept mapping untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu yang terdiri dari 2 siklus mengalami
peningkatan hasil belajar pada tiap siklusnya. Ausubel (dalam Hudojo, 2002: 10)
menerangkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan concept mapping akan
membantu siswa dalam meringkas materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat
proses pembelajaran sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu. Setelah melakukan kegiatan
pembelajaran matematika materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping, siswa merasa materi fungsi invers yang sedang dipelajari menjadi lebih
mudah untuk dipahami. Hal ini diungkapkan siswa ketika beberapa dari siswa
diwawacarai oleh peneliti tentang manfaat yang diperoleh setelah melakukan
pembelajaran matematika materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping. Hudojo (2005:53) mengatakan bahwa concept mapping juga dapat digunakan
guru untuk mengetahui miskonsepsi dari sejumlah konsep yang sudah diperoleh oleh
siswa. Dalam penelitian ini juga terdapat miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa yaitu
terdapat pemborosan kata ketika salah satu siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu
menyebutkan syarat invers suatu fungsi itu juga merupakan fungsi. Siswa tersebut
menyebutkan bahwa invers suatu fungsi juga merupakan fungsi dengan syarat inversnya
harus bijektif, surjektif, dan injektif. Padahal dengan menggunakan kata bijektif saja
sudah cukup, karena bijektif itu sudah merupakan gabungan dari injektif dan surjektif.
Tetapi dalam membuat concept mapping tentang invers suatu fungsi, siswa tersebut
memberikan contoh dan bukan contoh. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Erman Suherman (2001: 55) yang mengatakan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan
objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh
diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohana (2009) dikatakan bahwa
penggunaan concept mapping membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran
Statistika Dasar terutama pada siswa yang berada di level sedang dan rendah. Fakta lain
yang terdapat pada penelitian ini yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Rohana (2009) juga dikatakan bahwa kesulitan yang dialami selama proses
pembuatan concept mapping yaitu apabila siswa belum memahami materi, maka akan
sulit bagi siswa untuk memulai membuat concept mapping. Dalam penelitian ini,
peneliti juga memperoleh fakta bahwa penggunaan concept mapping dapat membantu
siswa untuk memahami materi fungsi invers. Hal ini dilihat dari concept mapping yang
dibuat oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu pada tiap pertemuan, terlihat adanya
kemajuan siswa dalam membuat concept mapping materi fungsi invers. Jumlah siswa
yang mengalami kesulitan dalam membuat concept mapping juga semakin berkurang.
Hal ini terlihat pada pertemuan ke-4 dan ke-5 pada siklus 2, siswa sudah mampu
membuat concept mapping materi fungsi invers yang lebih sesuai dengan konsep fungsi
invers dibandingkan pada pertemuan ke-1 dan ke-2. Hasil observasi aktivitas siswa dan
guru pada siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian ini sudah terlaksana dengan sangat
baik. Kesulitan yang dialami pada penelitian yang dilakukan pada penelitian terdahulu
yang relevan yaitu tentang kesulitan siswa untuk memulai membuat concept mapping
apabila belum memahami materi dapat diatasi oleh peneliti dengan memberikan
apersesi terlebih dahulu tentang materi yang berhubungan dengan materi yang akan
diajarkan dan selanjutnya siswa diberikan LKS sebagai penunjang untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari. Peningkatan pemahaman matematika siswa setelah
menggunakan concept mapping dalam pembelajaran juga sejalan dengan pendapat
Nurhayati (dalam Rohana, 2009: 99) yang mengatakan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan pemahaman matematika siswa setelah pembelajaran matematika dengan
strategi concept mapping.
Selain itu, Mulyani (2010) mengatakan bahwa siswa dilatih untuk berkreatifitas
dalam proses pembuatan concept mapping yang secara tidak langsung dapat melatih
siswa untuk terbiasa menyimpulkan pelajaran, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa. Pembuatan concept mapping yang terdapat dalam
penelitian Mulyani dipadukan dengan pembelajaran tipe STAD. Dalam penelitian ini,
siswa juga dituntut untuk membuat concept mapping yang dipadukan dengan
pembelajaran kooperatif yang berupa diskusi kelompok. Pembuatan concept mapping
materi fungsi invers oleh siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu juga dapat
meningkatkan kreatifitas siswa. Hal ini dilihat dari perbandingan concept mapping yang
telah dibuat oleh siswa pada setiap tahapnya. Terdapat kemajuan pembuatan concept
mapping pada setiap tahap yang telah dilakukan oleh siswa.
Arikunto (2006: 3) berpendapat bahwa jenis penelitian tindakan kelas adalah suatu
bentuk pencermatan terhadap kegiatan belajar siswa yang berupa suatu tindakan yang
sengaja dilakukan dalam kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa, misalnya guru melakukan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep suatu materi
matematika. Kansil (2001) juga menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas dalam penelitiannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
siswa menunjukkan respon positif selama mengikuti pembelajaran fungsi dengan
menggunakan peta konsep. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Peneliti juga sudah
berusaha untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas XI IPA MA Bilingual Batu
dengan menggunakan teknik concept mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa
meteri fungsi invers. Hasil analisis data terhadap persentase hasil belajar siswa kelas XI
IPA MA Bilingual Batu materi fungsi invers pada siklus ke-1 adalah 52,63%. Terjadi
peningkatan hasil belajar pada siklus ke-1 dibandingkan dengan data yang diperoleh
peneliti pada penelitian pendahuluan. Meskipun sudah terjadi peningkatan hasil belajar
siswa materi tentang fungsi invers, namun peningkatan hasil belajar tersebut belum
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Sehingga, siklus ke-1 harus dilanjutkan ke siklus ke-2. Pada siklus 2, persentase hasil
belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada fungsi komposisi
pada siklus ke-2 adalah 78,95%. Persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA
Bilingual Batu pada siklus ke-2 sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan
dalam penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti, sehingga siklus 2 tidak dilanjutkan
ke siklus selanjutnya.
Selama pembelajaran materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept
mapping, peneliti mengalami beberapa kendala. Berikut Tabel 5.1 Daftar Kendala dan
Solusi selama Pembelajaran Materi Fungsi Invers dengan Menggunakan Concept
Mapping.
Tabel 5.1 Daftar Kendala dan Solusi selama Pembelajaran Materi Fungsi Invers dengan
Menggunakan Concept Mapping
D. Penutup
1. Kesimpulan
Pembelajaran menggunakan concept mapping dapat meningkatkan hasil belajar
siswa tentang materi fungsi invers kelas XI IPA MA Billingual Batu. Penerapan
pembelajaran materi fungsi invers dengan menggunakan teknik concept mapping
dilakukan guru dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat concept
mapping secara individu pada tiap akhir pertemuan. Sebelum meminta siswa untuk
membuat concept mapping, guru menunjukkan contoh concept mapping pada materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Guru memberikan contoh concept mapping materi
statistik. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membuat concept mapping materi
fungsi invers yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut secara individu. Setelah itu,
siswa diminta oleh guru untuk mempresentasikan concept mapping yang telah dibuat
oleh siswa dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang concept mapping
yang telah dibuat. Setelah 2 kali membuat concept mapping, siswa sudah mulai terbiasa
untuk membuatnya dan mulai merasakan manfaatnya. Siswa merasa lebih mudah untuk
mempelajari materi fungsi invers dengan membuat concept mapping materi fungsi
invers tersebut.
Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Billingual Batu terhadap
pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi fungsi invers menggunakan
concept mapping. Hal ini ditunjukkan dari persentase hasil belajar siswa pada siklus 1
dan siklus 2. Pada siklus 1, persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual
Batu materi fungsi invers adalah 52,63%. Terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus
ke-1 dibandingkan dengan data yang diperoleh peneliti pada penelitian pendahuluan.
Meskipun sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa materi tentang fungsi invers,
namun peningkatan hasil belajar tersebut belum sesuai dengan harapan peneliti.
Sehingga, sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti,
siklus ke-1dilanjutkan ke siklus ke-2. Pada siklus ke-2, juga terjadi peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu dibandingkan pada siklus ke-1.
Persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Bilingual Batu materi invers pada
fungsi komposisi pada siklus ke-2 adalah 78,95%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan
penelitian yang diharapkan oleh peneliti, siklus tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hal yang dapat disarankan yaitu
analisis pendahuluan perlu dilakukan untuk menentukan sampel dan materi yang tepat
dalam suatu Penellitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, diharapkan ada penelitian
lanjutan dengan penggunaan materi yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama agar
lebih terlihat manfaat dari teknik concept mapping dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: UM PRESS.
Hudojo, H.,et al. 2002. Peta Konsep. Jakarta: Makalah disajikan dalam
Forum Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.
Kansil, Yoo Eka Yana. 2001. Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Fungsi di
Kelas II SMU Kr.Kalam Kudus Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Kholil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam
Pembelajaran, (Online), (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-
untuk-mempermudah-konsep.html), diakses 30 Maret 2012.
Madya, Suwarsih. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, (Online),
(http://suwarsihmadya.wordpress.com/2008/01/21/penelitian-tindakan-kelas/),
diakses 30 Maret 2012.
Mulyani, E.F., Rahmi, & Harisman Yulyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Disertai Peta
Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI Administrasi
SMKN 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), 2 (3): 82-100,
(http://www.jurnal.co.id), diakses 13 Mei 2013.
Rohana, Hartono Y., & Purwoko. 2009. Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran
Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
PGRI Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), 3 (2): 92-102,
(http://www.jurnal.co.id), diakses 13 Mei 2013.
Rulam. 2010. Peta Konsep untuk Melatih Keterampilan Berpikir, (Online),
(http://www.infodiknas.com/peta-konsep-untuk-melatih-ketrampilan-berpikir/),
diakses 30 Maret 2012.
Sa’dijah, Cholis. 2000. Pembelajaran Matematika Secara Konstruktivis. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah,
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang. Malang, 25 Maret.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman, dkk. 2001. Srategi Belajar Mengajar Kontemporer. Bandung: JICA.