Skabies Ponpoes
Skabies Ponpoes
ABSTRAK
Latar belakang: Skabies merupakan penyakit kulit parasitik yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei hominis. Penyakit tersebut masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama
pada populasi yang berisiko tinggi seperti pada lingkungan pesantren.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita skabies dari
segi pengetahuan tentang, sikap, dan kebiasaan santri penderita penyakit skabies di pondok
pesantren.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain survey
terhadap 26 Santri yang menderita skabies di pondok pesantren Miftahul Huda Kecamatan
Rawalo, Kabupaten Banyumas, sampel diambil dengan teknik sampling konsekutif. Diagnosis
didapatkan dengan pemeriksaan fisik, mikroskopik dan karakteristik pendeirta menggunakan
kuesioner. Kuesioner mencakup penilaian tentang pengetahuan, sikap, kebersihan diri, dan
kebiasaan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif sederhana
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan frekuensi skabies tertinggi pada usia 13 tahun (33.3%) dan
paling banyak pada perempuan (62.9%). Kejadian scabies paling banyak di derita responden
dengan pengetahuan sedang (74,1%). Pada variable sikap, kejadian scabies diderita pada
responden dengan sikap yang baik (59.3%). Pada kebersihan personal sebagian besar scabies
diderita pada responden dengan kebiasaan personal sedang (63%) dan kebersihan buruk
(48,1%).
Kesimpulan: Kejadian scabies paling banyak diderita oleh santri dengan pengetahuan, sikap,
kebersihan personal dan kebiasaan yang kurang
Skabies adalah penyakit kulit yang Tengah (Dinkes Provinsi Jateng (2013).
disebabkan oleh investasi Sarcoptes scabiei S. scabiei tidak dapat terbang atau
varietas hominis. ((Walton SF & Currie BJ, melompat namun dapat merangkak dengan
(2007) dan Ko JC & Elston DM (2004)). kecepatan 2,5 cm/menit pada kulit yang
Penyakit tersebut termasuk dalam penyakit hangat (Chosidow O, 2000). Kutu tersebut
kulit parasitik epidermal yang insidensi dan dapat bertahan 24-36 jam pada suhu
terkait lokasi dan populasi ((Romani L, Steer untuk menginvestasi dan membuat kanalikuli.
AC, Whitfeld MJ, Kaldor JM. (2015) dan Kemampuan tersebut mendukung
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 skabies pakaian atau barang lain. Sifat alaminya
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 173
TS Pratama, P Septianawati, H Pratiwi │ Pengetahuan, Sikap, Kebersihan Personal dan Kebiasaan
pada Santri Penderita Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 174
TS Pratama, P Septianawati, H Pratiwi │ Pengetahuan, Sikap, Kebersihan Personal dan Kebiasaan
pada Santri Penderita Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 175
TS Pratama, P Septianawati, H Pratiwi │ Pengetahuan, Sikap, Kebersihan Personal dan Kebiasaan
pada Santri Penderita Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
pakaian, mandi, mencuci handuk, mengganti kutu yang dapat menembus pori-pori sprei
sprei maupun sarung bantal, menjemur kasur dan kasur. Organisme seperti virus, bakteri,
dan menjemur bantal maupun parasit juga dapat mengkontaminasi
Ratna et al (2015) dan Irfan et al sehingga berpegaruh terhadap kesehatan
(2016) menemukan bahwa kebersihan (Irfan et al, 2016)
personal yang kurang baik akan Data penelitian menunjukkan bahwa
memperbesar risiko terhadap infestasi sebagaian besar santri (48,1%) tergolong
skabies. Penelitian oleh Audu el all (1997) berkebiasaan buruk terkait transmisi skabies.
yang menunjukkan bahwa salah satu aspek Kebiasaan tersebut meliputi penggunaan
kebersian diri yaitu frekuensi berganti handuk, pakaian, tempat tidur, dan handuk
pakaian berhubungan dengan infeksi yang kurang baik. Sebagian besar santri
skabies. masih saling meminjam handuk maupun
Menjaga kebersihan tempat tidur pakaian, menggunakan tempat tidur secara
(termasuk sprei, sarung bantal, dan kasur) bersama, dan pencucian atau penjemuran
yang sangat penting bagi kesehatan diri handuk maupun pakaian yang kurang baik.
khususnya kesehatan kulit. Sebaiknya Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh
penggantian sprei dan penjemuran kasur Sianturi et al (2014) yang menyatakan bahwa
dilakukan minimal satu kali seminggu, bila kebiasaan penggunaan handuk dan tempat
lebih dari 1 minggu, tempat tidur akan tidur bersama merupakan kebiasaan yang
menjadi berdebu dan dapat mengandung
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 176
TS Pratama, P Septianawati, H Pratiwi │ Pengetahuan, Sikap, Kebersihan Personal dan Kebiasaan
pada Santri Penderita Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
paling umum pada santri dan berhubungan tidak adekuat. Selain itu tingginya infestasi
dengan infestasi skabies. baru dan reinfestasi dapat disebabkan
Pakaian dapat menyerap keringat dan banyak hal, antara lain: terapi yang kurang
kotoran yang dihasilkan oleh tubuh dan juga tepat, kegagalan terapi, atau terapi yang
kontak langsung dengan kulit. Jika pakaian tidak adekuat. Hal tersebut dapat
lembab oleh keringat dan kotor maka akan mengakibatkan skabies untuk tetap persisten
memudahkan pertumbuhan bakteri kulit
(Sholihah, 2015). Begitu juga dengan tempat KESIMPULAN DAN SARAN
tidur yang dapat bertindak sebagai reservoir Hasil penelitian dapat disimpulkan,
dalam transmisi skabies khusnya pada kejadian scabies paling banyak diderita oleh
pemakaian bersama tempat tidur (McCarthy santri dengan pengetahuan, sikap,
et al, 2004) kebersihan personal dan kebiasaan yang
Perilaku hidup bersih dan sehat kurang. Diperlukan pedoman untuk
terutama kebersihan perseorangan mengontrol skabies pada komunitas
umumnya kurang mendapat perhatian. Hal sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
tersebut dapat meningkatkan risiko sikap, kebersihan personal dan kebiasaan
penularan berbagai penyakit kulit, khususnya para santri yang pada akhirnya akan
skabies. Penularan dapat terjadi bila menekan angka kejadian scabies pada santri
kebersihan pribadi dan lingkungan tidak di pondok pesantren.
terjaga dengan baik. Beberapa pesantren
tumbuh dalam lingkungan padat penduduk, DAFTAR PUSTAKA
Akmal SC, Semiarty R, & Gayatri. 2013.
lingkungan lembab, dan sanitasi yang kurang
Hubungan personal hygiene dengan
memadai. Keadaan tersebut dapat semakin kejadian skabies di Pondok Pendidikan
Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah,
meningkatkan kerentanan terhadap skabies
Kecamatan Koto Tangah Padang Jurnal
dengan perilaku yang tidak sehat seperti Kesehatan Andalas 2(3):164-7.
Andersen BM, Haugen H, Rasch M, Heldal
menggantung pakaian dalam kamar, dan
Haugen A, & Tageson A. 2000.
saling bertukar benda pribadi (Akmal et al Outbreak of scabies in Norwegian
nursing homes and home care
2013; Ratna et al, 2015)
patients:control and prevention. J Hosp
Feldmeier et al (2009) dan Wang et al Infect.45:160-4.
Arlian LG, Runyan RA, Achar S, Estes SA.
(2012) menjelaskan bahwa pengelola
1984. Survival and infectivity of
pesantren bukan tidak memfasilitasi Sarcoptes scabiei var. canis and var.
hominis. J Am Acad Dermatol;11:210-
pengobatan ke layanan kesehatan, namun
215
infestasi baru maupun reinfestasi tetap Audu L.I., Ogala W.N., A.M. 1997. Yakubu.
Risk Factors in the Transmission of
muncul. Skabies merupakan penyakit
Scbies among School Children in Zaria.”
multifaktorial sehingga dipengaruhi oleh Nigerian Journal of Pediatrics; 24(2-4),
pp.35-3.
berbagai faktor antara lain: kepadatan
Azizah I.N.. 2011. Relationship Capital
penghuni dalam suatu hunian, sanitasi yang Scavenger Knowledge Level About
Personal Hygiene with Scabies
kurang baik, akses yang kurang terhadap
Incidence in Toddlers in Semarang
layanan kesehatan, dan pengobatan yang Landfill. Dinamika Kebidanan; 1:.1-5
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 177
TS Pratama, P Septianawati, H Pratiwi │ Pengetahuan, Sikap, Kebersihan Personal dan Kebiasaan
pada Santri Penderita Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 178