Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“Manajemen Laktasi, Home Visit Postpartum dan Asuhan Keperawatan Ibu


Postpartum Normal “

Disusun oleh:

KELOMPOK 6

1. Intan Delia Puspita Sari 1711311024

2. Merry Christiany 1711311026

3. Nadirah 1711311032

4. Zana Evifah Andini 1711312002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus
sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800
ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).

Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya
sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).

Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana ASI baru
akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormone
penghambat prolactin (hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI .
Setelah plasenta lepas , hormone plasenta tersebut tidak diproduksi lagi , sehingga susu
pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan Namun, sebelumnya di
payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung
zat kaya gizi dan antibody pembunuh kuman.(Sitti, Saleha. 2009) Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormone yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses laktasi dan menyusui
2. Bagaimana pemeliharaan laktasi
3. Bagaimana posisi dan pendekatan menyusui
4. Bagaimana langkah-langkah menyusui yang benar
5. Bagaimana program tindak lanjut asuhan masa nifas di rumah
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada masa post partum

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses laktasi dan menyusui
2. Untuk mengetahui pemeliharaan laktasi
3. Untuk mengetahui posisi dan pendekatan menyusui
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menyusui yang benar
5. Untuk mengetahui program tindak lanjut asuhan masa nifas di rumah
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada masa post partum

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Manajemen Laktasi

2.1.1 Defenisi Manajemen Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah siap
baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu. Produksi
ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari)
(Rukiyah, dkk, 2011).

Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap dalam
tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai
keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun
(postnatal) (Susiana, H, 2009).

2.1.2 Periode Manajemen laktasi

a. Masa kehamilan (Antenatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah:

1. Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi,
serta dampak negative pemberian susu formula.
2. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting payudara,dan
memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap
untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang
mencukupi kebutuhan bayi.

4
4. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan
trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1 /3 kali dari makanan yang
dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62).

b. Masa Persalinan (Perinatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :

1. Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
3. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62).

c. Masa Menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:

1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui
bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya
di beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta
menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas).
Bila ada masalah dalam proses menyusui. 5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan
anak, terutama pada bayi usia 4 bulan (Prasetyono, 2009, p.63).

3. Manajemen laktasi pada ibu bekerja

Tehnik yang dianjurkan antara lain:

a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya

5
b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari
pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat bayi dapat
membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk
menambah produksi ASI (Taufan, 2011, p.65).

4. Masalah laktasi pada Ibu bekerja

Semua ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,saat ini diketahui bahwa
fenomena yang terjadi ibu yang bekerja banyak yang tidak menyusui bayinya sampai
mendapatkan ASI eksklusif.karena ibu-ibu yang bekerja memiliki pemikiran yaitu :

Ibu mengkhawatirkan dan beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat
ibu bekerja.

2. Saat ini sebagian besar ibu bekerja menghentikan menyusui bayinya dikarenakan alasan
pekerjaan yang memakan waktu lama.

3. Ibu menganggap susu formula lebih praktis dan terjangkau, lebih mudah didapat sehingga
ibu yang bekerja tidak terlalu khawatir (Syarifah, 2008, p.58).

Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah :


1. Progesteron : Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesterone
dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI
secara besar-besaran
2. Estrogen : Menstimulasi sistem saluranASI untuk membesar. Kadar estrogen dalam
tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui
3. Prolaktin : Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan
4. Oksitosin : Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga

6
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
Oksitosin berperan dalam turunnya susu (let down)
5. Human Placenta Lactogen : Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum
melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI.

Proses pembentukan Lactogen

1. Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis I. Payudara
memproduksi kolostrum, yaitu cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesterone yang tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya.

2. Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormone


progesterone,estrogen, dan HPL secara tiba-tiba , namun hormone prolactin tetap tinggi. Hal
ini menyebabkan produksi ASI besar-besarab yang dikenal dengan Fase laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang , jumlah prolactin dalam darah akan meningkat dan mencapai
puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian . Keluarnya hormone prolactin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI dan hormone ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.

3. Laktogenesis III

Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem control otokrin dimulai. Pada tahap ini , apabila
ASI banyak dikeluarkan , payudara akan memproduksi ASI degan banyak pula. Dengan
demikian , produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap , juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Proses Produksi Air susu

1. Produksi Air susu Ibu (Prolaktin)

Prolaktin yang disekresikan oleh glandula pituitary ini berperan untuk memproduksi ASI.
Kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta. Dengan lepasnya plasenta pada akhir
proses persalinan , maka kadar estrogen dan progesteron berangsur menurun sampai dapat

7
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan mengahambat
ovulasi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari.

Pada Ibu hamil dikenal dua reflex yang berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air
susu yaitu :

1. Refleks prolaktin

Hormone prolaktin berperan penting dalam proses pembuatan kolostrum , namun jumlahnya
masih terbatas, karena aktivitas prolaktin terhambat oleh estrogen dan progesteron yang
kadarnya memang tinggi. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan normal kembali tiga
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Setelah anak selesai di sapih, maka tidak
aka nada peningkatan prolaktin . Walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung . Pada ibu yang menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan –
keadaan seperti :

a. Stress
b. Anestesi
c. Rangsangan putting susu
d. Obat-obatan trangulizer hipotalamus seperti reserpine dan fenotiazid
2. Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi ada yang dilanjutkan neurohipofisis yang dikeluarkan oksitosin. Oksitosin yang
sampai pada alveoli akan memengaruhi sel mioepitelim. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor yang meningkatkan reflex let down adalah :

a. Melihat bayi
b. Mendengar suara bayi
c. Mencium bayi
d. Memikirkan untuk menyusui bayi

Beberapa reflex yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh ASI adalah :

8
1. Refleks rooting : Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting
susu apabila ia diletakkan di paudara.
2. Refleks menghisap : Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau
pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Reflex ini
melibatkan rahang ,lidah, dan pipi.
3. Refleks menelan : Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga reflex
ini merangsang pembentukan rahang bayi.

2 . Pengeluaran Air susu / Oksitosin

Apabila bayi disusui , maka gerakan mengisap akan merangsang saraf yang terdapat di dalam
glandula pituitaria posterior. Akibat langsung reflex ini ialah dikeluarkannya oksitosin dari
pituitaria posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh ampulae . Refleks ini dapat
dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. Pengeluaran prolaktin dihambat
oleh faktor-faktor yang belum jelas bahannya, namun beberapa bahan terdapat kandungan
seperti dopamine, serotonin , katekolamin dan TSH . (Sitti, Saleha. 2009)

Air susu Ibu menurut Stadium Laktasi

1. Kolostrum

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibody yang paling tinggi daripada ASI
sebenarnya,khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus
bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. Ig A juga membantu
mencegah bayi mengalami alergi makanan.

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara.

Manfaat kolostrum bagi bayi :

1. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan merkoneum dari usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi yang akan datang
2. Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI yang matur, sehingga
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan
3. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur,
4. Ph lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur

9
5. Terdapat tripsin inhibitor , sehingga hidrolisis protein didalam usus bayi menjadi
kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibody pada bayi
(Sitti, Saleha. 2009)

2. Air Susu Masa Peralihan

Ciri dari air pada masa peralihan adalah:

1. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur
2. Disekresii dari dari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapatnya yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3
sampai minggu ke-5
3. Kadar protein mulai rendah,sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi
4. Volumenya juga akan makin meningkat

Komposisi ASI menurut penyelidikan dari I.S.Kleiner dan J.M Osten

Waktu Protein Karbohidrat Lemak

Hari ke-5 2,00 6,42 3,2


Hari ke-9 1,73 6,73 3,7
Minggu ke-34 1,30 7,11 4,0
Kadar diatas dalam satuan gram/100 ml ASI (Sitti,Saleha.2009)

3. Air Susu Matur

Adapun ciri dari susu matur adalah:

1. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya komposisi relatif
konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relative konstan baru
dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5)
2. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia
6 bulan
3. Merupakan suatu cairan berawarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna
dari garam kalsium caseinat,riboflavin,dan karoten yang terdapat didalamnya.
4. Tidak menggumpal jika dipanaskan
5. Terdapat antimicrobial factor, antara lain:

10
a. Antibody terhadap bakteri dan virus
b. Sel (fagosit,granulosit,makrofag,dan limfosit tipe T)
c. Enzim (lizisim,laktoperokdise,lipase,katalase,fostase,amylase,fosfodiesterase dan
alkalin fostase)
d. Protein (laktoferin B12 binding protein)
e. Resistance factor terhadap stafilokokus (Sitti,Saleha.2009)

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI

a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak
menumpuk
b. Putting susu ditarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi
c. Bila putting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa susu atau dengan jalan
operasi
Keberadaan putting susu dalam mulut bayi mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu
a. Ransangan putting susu lebih mantap,sehingga reflex pengeluaran ASI lebih sempurna
b. Menghindari kemungkinan lecet pada putting susu
c. Kepuasan bayi saat mengisap ASI lebih besar
d. Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu banyak udara yang termasukk
kedalamm lambing bayi

Ternyata hanya ada dua tanda yang menunjukkan bayi kurang mendapat cukup ASI, seperti
yang dijelaskan dibawah ini

a. Air seni bayi berwarna kuning pekat, berbau tajam, dan jumlahnya sedikit . bayi
buang iar kecil kurang dari 6 kali sehari. Ini menunjukkan bahawa bayi kekurangan
cairan, sehingga menunjukkan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI
b. Perkembangan berat badan bayi kurang dari 500 gram perbulan dan ini menunjujkkan
bahwa bayi kurang mendapat asupan yang baik selama 1 bulan terakhir. Apabila
diberikan ASI secara eksklusif (0-6 bulan) dapat mencukupi semua kebutuhan bayi.
(Sitti,Saleha.2009)

4. Pemeliharaan laktasi

Dua factor penting untuk pemeliharaan laktasi yaitu:

a. Ransangan

11
Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat
memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa ayudara. Akan
tetapi, pengisapan oleh bayi akan memberikan ransangan yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan kedua cara tersebut.

b. Pengosongan sempurna payudara

Bayi sebaiknya menggosongkan payudara sebelum diberikan payudara lain. Apabila tidak
mengosongkan yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara ini
yang diberikan pertama kali. Atau mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka
payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu beritkutnya. Apabila diinginkan
agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan air susu pertama (fore milk)
dan air susu kedua (hind-milk) untuk sekali minu. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
pengosongan sempurna pada satu payudara.

Penting bahwa bayi untuk minum air susu apabila ia menginginkannya dan selama ia
ingin minum. Oleh karena itu, penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau berlebihan.
Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan, maka laktasi akan terrekan (mengalami
hambatan) karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi.
Air usu ibu tidak dapat dipaksa masuk kedalam duktus laktifer. Rutinitas dan pola minum air
susu ibu akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi tidak berfungsi
penuh.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari :


- Kurang sering menyusui atau memerahnya payudara
- Apabila bayi tidak bisa mengisap ASI secara efektif, hal ini terjadi akibat hal-hal
berikut ini :
 Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
 Teknik perlekatan yang salah
 Kelainan endoktrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik
 Kelainan metabolism atau pencernaan bayi, sehingga tidak mencerna ASI
- Kurangnya gizi ibu
Factor –faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
a. Frekuenssi pemberian susu

12
b. Berat bayi saat lahir
c. Usia kehamilan saat melahirkan
d. Usia ibu dan paritas
e. Stress dan penyakit akut
f. Mengonsumsi rokok
g. Mengonsumsi alcohol
h. Pil kontrasepsi (Sitti,Saleha.2009)
5. Bank ASI

Bank ASI amat diperlukan, mengingat betapa pentingnya pembentukan bank ASI sebagai
salah satu usaha dalam meningkatkan penggunaan ASI dan kesehatan bayi-bayi yang baru
lahir, terutama dirumah sakit besar . Di Indonesia, masih terdapat beberapa hambatan dalam
pengadaan bank ASI , sehingga perlu diteliti secara mendalam dan dipersiapkan dengan baik.
Beberapa hambatan yang terdapat dalam pembentukan bank ASI adalah sebagai berikut :

a. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan


bayi yang masih sangat minim. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan
pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI,sehingga ibu terdorong untuk
memberikan ASI untuk bayinya.
b. Adanya anggapan masyarakat bahwa pengadaan bank ASI memerlukan biaya yang
mahal dan perlu ditunjang dengan sarana medis yang emadai. Oleh karena itu,
sebaiknya bank ASI dimulai dalam bentuk micro pilot project. Mengingat masih
adanya hambatan-hambatan dalam masyrakat, maka diharapkan masalah
c. bank ASI ini juga bisa ikut dihbahas dan disebarluaskan oleh Departemen agama,
Departemen Penerangan, Departemen Perindustrian, serta Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
d. Perlunya diadakan penilitian bank ASI yang menyangkut aspek medis, ekonomi, dan
psikososiologis
e. Berhubung belum terbentuknya bank ASI dirumah-rumah sakit dan dirumah bersalin di
Indonesia,maka untuk mengatasi masalah bayi-bayi yang sangat membutuhkan ASI
perlu dikembangkan penggunaan ASI lian (wet nurse). Hal ini memerlukan persetujuan
kedua belah pihak dengan tetap memperhatikan ajaran agama masing-masing. Salah
satu keberhasilan menyusui adalah memiliki persediaan ASI atau bank ASI, sehingga
bayi dapat terus meminum ASI walaupun ibunya bekerja. (Sitti,Saleha.2009)

13
6. Alat- alat Yang Dibutuhkan
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan bank ASI adalah sebagai berikut >
a. Freezer dirumah atau dikantor. Jika tidak ada, dapat digunakan lemasri es biasa
atau termos dengan diisi batu ess
b. Kantong plastic (biasa untuk gula) ukuran ½ kg
c. Felas minum bersih
d. Spidol permanen (Sitti,Saleha.2009)

Contoh bank ASI

7. Memerah dan Menyimpan ASI


Setidaknya sebulan sebelum masuk kerja, mulailah memerah ADI dengan tangan.
Cara memerah ASI adalah sebagai berikut
a. Perah areola (bagian gelap sekitar puting) dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
b. Selanjutnya tekan areola dengan ritme persis sperti ritme bayi yang mengisap

c. Arahkan ASI ke gelas bersih


d. Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastic gula dengan spidol permanen
e. Masukkan ASI kedalam kantong plastic, ikat, dan simpan dalam freezer
(Sitti,Saleha.2009)
8. Dua minggu sebelum bekerja
Mulailah berlatih memberikan ASI perlahan dengan sendok. Saat kembali bekerja,
usahakan memerah dari deua belah payudara minimal empat jam sekali sebanyak tiga

14
kali selama jam kerja. Simpan ASI perahan dengan plastic didalam freezer kantor atau
termos es. (Sitti,Saleha.2009)

9. Pola penyusuan Ibu Bekerja


Malam hari susui bayi sesering mungkin selama mungkin.
Jika bayi sudah memasuki usia 6 bulan, berikan makanan pendamping semipadat pada
saat ibu bekerja , dan hentikan makanan / minuman apapun pada pukul 17.00
Berikut ini jadwal penyusunan pemberian ADI pada ibu yang bekerja.
a. Pukul 06.00 susui bayi sekenyang-kenyangn
b. Pukul 07.00 ibu berangkat bekerja
c. Pukul 08.00-17.00 bayi diberi ASI perahan dirumah
d. Ibu memerah ASI pada pukul 10.00,14.00, dan 16.00
e. Tepat pukul 17.00 ibu meninggalkan kantor

Catatan :

Hentikan pemberian ADI perahan keepada bayi tepat pukul 17.00, hingga saat ibu dating ,
bayi segera dapat menghisap ASI dari ibu. Pada malam hari susui bayyi sesering dan selama
mungkin. (Sitti,Saleha.2009)

10. Mencairkan ASI beku


Berikut ini cara mencairkan ASI yang beku :
a. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panic kecil
b. Taruhlah plastic berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair
dalam waktu kurang dari 5 menit.

Catatan :

a. Jangan biasakan memberi susu formula, sebab ia akan kenyang dan kurang
mengisap ASI. Jika isapan berkurangn, otomatis produksi menurun
b. Jangan gunakan dot , agar bayi tidak bingung putting. Akibatnya bayi akan
menolak payudara ibu.
c. Jangan khawatir jika bayi yang diberi tidak buang air setiap hari. Sebab hamper
seluruh bagian ASI bermanfaat dan tidak banyak yang harus dibuang.
(Sitti,Saleha.2009)

15
11. Penyimpanan ASI

ASI yang diperlukan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat berikut ini.

1. Di udara bebas/terbuka : 6-8 jam


2. Dilemari es (4˚c) : 24 jam
3. Di lemari pendingin/ beku (-18˚C) : 6 bulan (Sitti,Saleha.2009)

12. Menyusui

Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti
kita ketahui , ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin
tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama.selain itu, dalam proses menyusui yang benar ,
bayi akan mendapatkan perkebangan jasmani, emosi, maupun sprritual yang baik dalam
kehidupannya. (Sitti,Saleha.2009)

13. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusun dini (early initiation) atau permulaan menyusi dini adalah mulai menyusui
sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the
breast crawl atau merangkat mencari payudara. Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan
diletakkan diperut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya
setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-freeding behaviour)
sebelum ia berhadil menyusui.

Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut.

a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite


alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenhang yang istimewa ini merupakan penyesuain peralihan dari
keaadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih saying) ini berupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

16
b. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti minum, mencium
dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
payudara dan puting susu

c. Mengeluarkan air liut : saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi
mengeluarkan air liurnya

d. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki
menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala
kedada ibu, menoleh kekanan dan kiri, serta menyentuh dan mermas daerah
putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

17
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar,dan melekat
dengan baik.
(Sitti,Saleha.2009)

14. Manfaat menyusui


a. Manfaat bagi bayi :
- Komposisi sesuai kebutuhan
- Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan

- ASI mengandung zat pelindung

-
- Perkembangan psikomotorik lebih cepat
- Menunjang perkembangan kognitif

18
- Menunjang perkembangan penglihatan
- Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak

- Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat


- Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri (Sitti,Saleha.2009)

b. Manfaat bagi ibu

- Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya Rahim kebentuk


semula
- Mencegah anemia defisiensi zat besi
- Mempercepat ibu kembali keberat badan semula
- Menunda kesuburan
- Menimbulkan persaan dibutuhkan
- Mengurangi kemungkinan kanker payudara

3. Manfaat bagi keluarga

- Mudah dalam proses pemberian


- Mengurangi biaya rumah tangga
- Bagi yang mendapat asi jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya pengobatan

4. manfaat bagi Negara

- Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakain obat-obatan

19
- Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan pelengkapan menyusui
- Mengurangi polusi
- Mendapat sumber daya manusia yang berkualitas

Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk,berdiri,atau berbaring.ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu, seperti ibu pascaoperasi Caesar.

Langkah- langkah menyusui yang benar

1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit asi dan oleskan di sekitas
putng, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.
2. Bayi dilertakan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahu saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu, sehingga gidung bayi berhadapan dengan putting susu.

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut

1. Bayi tampak tenang


2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak masuk
6. Bayi tampak mengisap dengan ritme perlahan-lahan
7. Putting susu tidak Terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu gasur lurus
9. Kepala bayi mengadah

Latch-on

Posisi yang tepat adalah elemen kunci dlam kesuksesan proses menyusui.proses menyusui
dapat ditingkatkan dengan menempelkan payudara ketengah-tengah bibir bayi anda.Ini akan
menstimulasi bayi membuka mulut lebar-lebar.

20
Saat bayi anda pertama kali menyusu aka nada sensasi tertarik.jika proses latch-on
menimbukan rasa sakit, maka ada kemungkinan proses latch-on belum tepat.hentikan
semetara proses latch-on denga cara memasukan jari anda kemudian susupan jari anda kea
rah sudut dari mulut bayi,reposisi tulang, dan coba lagi. Hal ini dilakukan agar:

1. Aliran darah asi lebih lancer


2. Mencegah lecet pada putting susu
3. Menjaga bayi agar puas dalam menyusui
4. Menstimulasi produksi asi yang kuat
5. Menjaga agar tidak terjadi pembengkakan payudara

Proses mengisap yang baik ditandai dengan ciri-ciri berikut

1. Lidah bayi berada dibawah pting susus


2. Periode jeda dalam proses mengisap dengan ditandai dengan adanya proses menelan
yang dapat dilihat da didengar
3. Pergerakan sendi rahang yang aktif

Let- down

Tanda- tanda dari refleks let-down berbeda antara satu wanita dengan lainnya .saatbayi anda
menyusu, anda dapat mersakan geli atau sedikit nyeri pada payudara atau asi mulai keluar
dari payudara yang tidak digunakan untuk menyusui.

Untuk membantu proses let-down dapat dilakukan dengan cara

1. Duduk menggunakan kursi yang nyaman, sehingga dapat menyokong punggu dan
lengan anda
2. Pastiakan bayi dalam posisi yang tepat
3. Dengarkan music yang menenangkan dan siapkan minuman brgizi untuk anda selama
proses menyusui
4. Gunakan bra untuk menyusui dan pakaian yang meudahkan anda dalam proses
menyusui
5. Pastikan anda berada ditempat yang tenag dan tidak ada gangguan

21
2.2 Home Visit masa Postpartum

Kunjungan rumah post partum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan post
partum lanjutan. Apapun sumbernya, kumjungan rumah direncanakan untuk bekerja sama
dengan keluarga dan dijadwalkan sesuai kebutuhan, paling sedikit empat kali dilakukan
kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.

2.2.1 Keuntungan dan keterbatasan

Kunjungan rumah postpartum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena membuat bidan
dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dan
aman. Selain keuntungan,kunjungan rumah,postpartum,juga memiliki keterbatasan yang
masih sering di jumpai yaitu :

1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.


2. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan.
3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.

2.2.2 Asuhan ibu pada masa nifas

Setelah melahirkan plasenta,tubuh ibu biasanya mulai sembuh dari persalinan. Bayi mulai
bernafas secara normal dan mulai mempertahankan dirinya agar tetap hangat. Di hari-hari
pertama dan minggu pertama setelah melahirkan,tubuh ibu akan mulai sembuh.rahimnya
akan mengecil lagi dan berhenti berdarah.asi akan terus keluar dari payudara,bayi akan
belajar menyusui secara normal dan mulai mendapat tambahan berat badan.

1. Memeriksa tanda-tanda Vital ibu

Periksalah suhu tubuh denyut nadi dan tekanan darah ibu secara teratur minimal sekali dalam
satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.

2. Membersihkan alat kelamin,perut dan kaki ibu

Bantulah ibu membersihkan diri setalah melahirkan. Gantilah alas tidur yang telah kotor dan
bersihkan dara dari tubuhnya.cucilah tangan dan kenakan sarung tangan sebelum menyentuh
alat kelamin ibu.Bersihkn kelamin ibu dengan lembut,gunakan air yang bersih dan kain steril.

3. Mencegah perdarahan hebat.

22
Setelah melahirkan,normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan yang sama banyaknya
ketika dia mengalami perdarahan bulanan.darah yang keluar mestinya juga harus tampak
seperti darah menstruasi yang berwarna tua dan gelap,agar merah muda. Darah merembes
kecil-kecil saat Rahim berkonstraksi atau ketika batuk,bergerak atau berdiri. Perdarahan yang
terlalu banyak sangat membahayakan.untuk memerika muncul tidaknya perdarahan hebat
beberapa jam setelah melahirkan.

4. Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah lainnya

Kenakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut robek atau tidaknya alat kelaminn
ibu. Selain itu, perlu periksa juga apakah servinya sudah menutup.Jika ibu memiliki robekan
Mintalah ibu untuk beristirahat di tempat tidur selama 2 mingggu dengan kaki disejajarkan
bersamaan sepanjang waktu. Ibu boleh menggerakan kakinya secara teratur. Untuk sementara
tidak diperbolehkan bekerja keras dan disarankan agar memakan makanan yang bergizi

Jika ibu memiliki hematoma atau rasa sakit di vagina .

Terkadang Rahim merapat dan mengeras, sehingga tidak terlihat adanya perdarah hebat,
namun ibu masih merasakan pusing-pusing dan lemah. Jika hal terjadi bisa jadi dia
mengalami perdarahan dibawah kulit dalam vaginanya yang disebut hematoma. Kulit di
wilayah ini sering kali membengkak, berwarna gelap, lembut, dan lunak.

23
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASA POSTPARTUM

2.3.1 Definisi

Periode postpartum adalah proses penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. Asuhan keperawatan
pada masa postpartum dibagi atas tiga periode.

1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum.


2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum.
3. Late postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum.
Tujuan asuhan keperawatan selama masa postpartum.
1. Mencegah hemoragi.
2. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan eliminasi.
3. Memberikan motivasi pada ibu dan keluarga untuk mulai mengintegrasikan proses
kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka.
4. Memelihara proses kedekatan dengan neonates.

Asuhan keperawatan

Pengkajian

Dimulai dengan pemeriksaan dan observasi sebagai berikut.

1. Temperatur
Periksa 1 kali dalam 1 jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit, suhu tubuh akan
meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan.
2. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama atau sampai stabil, Kemudian setiap 30 menit
pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pda 1 jam berikutnya, mungkin sedikit
terjadi bradikardi.
3. Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah 1 jam postpartum.
4. Tekanan darah

24
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil. Kemudian setiap 30 menit untuk
setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat karena upaya
persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali setelah 1 jam.
5. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis postpartum dan cairan intravena.
6. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap 30 menit, fundus harus
berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau pada umbilicus. Bila harus lunak,
lakukan mesase hingga keras dan pijatan hingga berkontraksi ke pertengahan.
7. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama postpartum fungsi usus besar kembali normal
8. Kehilangan berat badan
Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang 5-6 kg yang
disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang 750 gram, darah dan cairan
amnion lebih kurang 1.000 gram, sisanya berat badan bayi.
9. Lokea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, curigai
terjadinya robekan serviks.
10. Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna,tidak edema,
dan jahitan harus utuh.
11. Sistem musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi penurunan tonus
otot. Pada periode postpartum penurunan tonus otot jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak,
lembut dan lemah, serta muskulus rektus abdominis memisah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan yang khas bagi wanita selama priode ini.
1. Risiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma.
2. Risiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan
3. Gagguan rasa nyaman yang berhubungan dengan afterpain
4. Kurangnya perawatan diri : mandi/kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan

25
5. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan masukan
selama proses persalinan
6. Risiko distress spirit yang berhubungan dengan kekuranganya sistem dukungan
keluarga

Selama persalinan kala IV ibu membuutuhkan istirahat untuk menyiapkan tubuh dalam
proses penyembuhan. Tirah baring amat dianjurkan pada periode ini. Pada kenyataannya,
banyak ibu jadi tertidur. Intervensi keperawatan yang sesuai untuk diagnosis yang
teridentifikasi adalah sebagai berikut.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Risiko hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri.
a. Masase lembut secara intermiten fundus uteri dapat membantu mengeluarkan
darah dan bekuan yang menumpuk, sehingga uterus dapat berkontraksi
kembali.
b. Kali jumlah darah yang keluar yang terdapat pada pembalut. Pembalut yang
basah keseliuruhannya mengandung sekitar 100 ml darah. Kehilangan 100 ml
darah setiap 15 menit dipertimbangkan sebagai aliran yang berat.
c. Pantau tanda-tanda vital dan onservasi warna kulit, apakah ibu mengalami
sianosis
d. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus
e. Bila perdarahan terjadi tiba-tiba kemungkinan laserasi pada serviks serta
vagina
f. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus
kemungkinan dilakukan tindakan perbaikan dengan operasi.
2. Risiko retensi urine yang berhubungan dengan trauma persalinan
Kandung kemih yang penuh menekan uterus ke atas dan kesamping. Posisi yang demikian
dapat mengganggu kontraksi uterus, sehingga menggarah pada terjadinya hemoragia. Hal ini
menambah ketidaknyamanan dan dapat mengakibatkan atonia uteri dinding kandung kemih,
retensi urine, dan bahkan infeksi.

Akibat terjadinya trauma dan pembengkakan yang terjadi pada ibu mungkin didapati adanya
kesulitan berkemih. Air hangat dipancurkan di atas vulva dan air dibiarkan mengalir akan
membantu relaksasi sfingter. Bila gagal, maka dianjurkan kateterisasi.

26
3. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan nyeri persalinan (afterpain)
dan trauma jalan lahir.

Selama beberapa hari setelah melahirkan, kontraksi uterus mungkin akan sangat kuat dan
menyakitkan, terutama pada multipara. Intervensi keperawatan meliputi hal-hal berikut ini.

1. Menjelaskan fisiologi afterpain normal pada ibu


2. Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur
3. Tutupi abdomen ibu dengan selimut
4. Berikan analgetik sesuai resep dokter
5. Berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi yang dipelajari pada
priode prenatal.

Episiotomi dan hemoroid dapat menyebabkan ketidakberdayaan yang signifikan. Intervensi


keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Memberikan dorongan pada ibu untuk berbaring pada posisi miring sambal
gunakan kantong es selama 2 jam
b. Menggunakan salep seperti yang diresepkan
c. Berikan analgetik seperti yang diresepkan
d. Ajarkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi

4. Kurangnya perawatan diri : mandi atau kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan selama proses persalinan. Oleh karena itu keletihan atau efek analgetik
selama melahirkan, ibu tidak dapat membersihkan atau menghangatkan dirinya sendiri.
Ketika perawat membasuh wajah ibu dan lengan nya serta menyelimuti nya dengan
selimut yang hangat, ibu merasa diperhatikan dan merasa aman serta memungkinkan ia
beristirahat dengan lebih nyaman.
5. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan cairan selama
persalinan. Oleh karena itu cairan per oral biasanya dibatasi selama persalinan, banyak
ibu merasa haus dan membutuhkan cairan segera setelah melahirkan. Biasanya air putih
dalam jumlah sedang dianjurkan untuk diberikan. Namun, minum yang terlalu banyak
dan terlalu cepat dapat menyebabkan muntah. Satu jam pertama setelah melahirkan
biasanya ibu dapat menyesuaikan diet ringan tanpa kesulitan. Sebagai tindakan
kewaspadaan, catatan asupan dan pengeluaran yang akurat harus diperhatikan.

27
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah dirancanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan
lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan Bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

EVALUASI KEPERAWATAN
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Keseimpulan

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah siap baik
secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu. Produksi ASI
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah,
dkk, 2011). Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai
anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).

Kunjungan rumah post partum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan post
partum lanjutan. Apapun sumbernya, kumjungan rumah direncanakan untuk bekerja sama
dengan keluarga dan dijadwalkan sesuai kebutuhan, paling sedikit empat kali dilakukan
kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah yang ini kami menyadari bahwa kami makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan dan makalah ini kami tulis untuk memberikan kepada pembaca
tentang manajemen laktasi, visit home postpartum dan Asuhan Keperawatan Ibu postpartum
normal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Saleha,siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

30

Anda mungkin juga menyukai