Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang
sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses
pembelajaran, dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan sarana
dan prasarana dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas maupun
kreatifitas dalam penggunaannya oleh guru maupun oleh siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar,
teratur, efektif dan efisien.1
Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan, intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara
nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa :
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,

1 Suharsimi Arikunto, dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Aditya Media bekerjasama dengan

FIP dan UNY:Yogyakarta, 2008), h. 273


2 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam

Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba. 2012), Cet. 1, h. 155.


2

tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat


bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal berusaha untuk memberikan dan
melengkapi fasilitas yang ada di lembagannya untuk memenuhi kebutuhan
semua warga sekolah baik itu guru, staf-staf, peserta didik dan orang tua murid.
Dalam upaya melengkapi fasilitas yang ada sebuah lembaga pendidikan
dikatakan maju apabila ketersediaan sarana dan prasarananya memadai
berkaitan dengan proses belajar peserta didik. Proses belajar mengajar dapat
meningkat dengan didukung adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar
mengajar.3 Hal ini merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh sebuah
lembaga pendidikan karena mempengaruhi kelangsungan proses belajar
mengajar di sekolah. Adanya sarana dan prasarana banyak membantu
kelangsungan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, agar siswa lebih berminat
dan mudah menerima penjelasan dari guru. Apabila sarana dan prasarana yang
disediakan kurang, maka dapat mempengaruhi minat siswa untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Jika siswa memiliki minat dalam mengikuti proses
belajar mengajar maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok di
lembaga pendidikan,ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pembelajaran tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta
didik. Dalam proses belajar mengajar Peserta didik juga harus mencapai
kecakapan yang dinyatakan dengan prestasi belajar berdasarkan hasil tes.
Prestasi yang dicapai individu merupakan gabungan dari faktor yang
mempengaruhi proses belajar baik faktor dari dalam diri peserta didik (faktor
internal) dan faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Pada umumnya
prestasi belajar adalah keinginan yang dicapai oleh individu, dalam hal ini
peserta didik atas proses belajar yang telah dilakukannya. Perestasi belajar

3
Ibid., h. 272
3

juga merupakan implementasi dari suatu keberhasilan siswa setelah melakukan


proses belajar. Di dalam proses pendidikan terutama pada sistem pembelajaran
siswa diharapkan meningkatkan prestasi belajar yang baik dan bermutu, agar
siswa menjadi lulusan yang berintelektual, kreatif serta menjadi calon-calon
tenaga pendidik yang profesional maupun pribadi yang bertanggung jawab.4
Salah satu yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa adalah
kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah tersebut. Sarana merupakan
peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang
proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Seperti : gedung, kelas,
meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun prasarana adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran. Seperti : halaman, taman, kebun, jalan menuju sekolah. Tetapi
apabila digunakan secara langsung seperti taman sekolah untuk pengajaran
biologi, halaman sekolah untuk lapangan olahraga maka itu termasuk prasarana
pendidikan.5
Sarana prasarana sekolah harus memenuhi standar minimum dalam hal
ini dapat dilihat dari PERMENDIKNAS No.24 tahun 2007 pasal 1 menyebutkan
bahwa standar sarana prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan
Sekolah Menenggah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria
minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Untuk menjamin
terwujudnya kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, efisien dan
menyenagkan diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Kriteria
minimum yang yang harus dimiliki oleh sekolah formal baik dari Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah (SMP/ MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
(SMA/MA) meliputi : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium
biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang
laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru,
ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang

4 Azwan, Syaifudi, Tes Prestasi (Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar), (Yogyakarta:
Pustaka Be;ajar, 2009), h.:2
5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 49
4

organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sikulasi dan tempat bermain/


berolahraga.
Proses pendidikan memang memerlukan fasilitas atau peralatan, akan
tetapi semua peralatan atau fasilitas harus diadakan sesuai dengan kebutuhan.
Jika semua peralatan dan fasilitas sudah ada harus dimanfaatka dan dikelola
secara baik dan benar. Kegiatan pegelolaan meliputi: perencanaan, pengadaan,
pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.6
Sarana dan prasarana yang baik dapat menciptakan suasana yang menyenagkan
baik bagi guru maupun murid, sehingga prestasi belajar dapat meningkat dan
lembaga pendidikan dapat pula meningkatkan mutu pembelajarannya, karena
fasilitas sudah memadai untuk semua proses pembelajaran.
Tetapi pada kenyataannya belum semua lembaga pendidikan memiliki
sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang prestasi belajar
siswanya serta meningkatkan mutu proses pembelajaran yang ada disekolah.
Namun pemerintah selalu berupaya untuk selalu meningkatkan sarana dan
prasarana pendidikan dari semua jenjang pendidikan yang ada. Begitupula dari
pihak sekolah selalu berupaya melengkapi sarana dan prasarana belajar yang
ada agar peserta didik dapat meningkatkan prestasinya secara maksimal dengan
adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Oleh karena itu agar sarana dan prasarana yang ada dapat memberikan
kontribusi yang optimal dalam meningkatkan prestasi peserta didik, Sekolah
harus dapat menyediakan dan melengkapi sarana prasarananya. Bila suatu
sekolah kurang memperhatikan fasilitas atau sarana dan prasara pendidikan,
maka siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi siswa menjadi rendah. Kelengkapan
sarana dan prasarana sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan,
seringkali menjadi kendala dalam proses penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.

6 Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah Manajemen

Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2003). h. 1.


5

B. Rumusan masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu sarana dan prasarana pendidikan ?
2. Apa saja jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan?
3. Apa saja standarnisasi sarana dan prasarana pendidikan?
4. Apa permasalahan sarana dan prasarana pendidikan?
5. Apa dampak yang timbul dari permasalahan tarana prasarana
pendidikan ?
6. Apa solusi dari permasalahan sarana dan srasarana sendidikan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian sarana dan prasarana pendidikan ?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan?
3. Untuk mengetahui apa saja standarnisasi sarana dan prasarana
pendidikan?
4. Untuk mengetahui permasalahan sarana dan prasarana pendidikan?
5. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari permasalahan tarana
prasarana pendidikan ?
6. Untuk mengetahui Solusi dari Permasalahan Sarana dan Prasarana
Pendidikan ?
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan
gambaran secara umum mengenai pengertian sarana pendidikan yaitu sarana
pendidikan diartikan sebagai semua fasilitas yang menunjang proses belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan termasuk personil dan
kurikulum.7
Ibrahim Bafadal mengungkapkan bahwa sarana pendidikan adalah
semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan di Sekolah. Sementara menurut pendapat Mulyasa,
Pada hakikatnya, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat
dan media pengajaran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana
pendidikan adalah semua fasilitas atau peralatan yang digunakan secara
langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Selanjutnya, Pengertian prasarana pendidikan menurut Mulyasa adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, ruang kantor, kantin, tempat parkir, toilet,
dan sebagainya.8
Sementara secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, maka prasarana pendidikan adalah alat yang
tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. misalnya:
bangunan sekolah, lapangan olahraga, asrama guru, dan sebagainya.9

7 Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Indonesia Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi

Karya Mulia, 2007), Edisi I, h:39


8 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1, h. 212
9
Wahyu Sri Ambar., Opcit, h:7
7

Membahas mengenai sarana dan prasarana ini, maka tidak bahas secara
terpisah melainkan langsung disatukan saja, karena antara sarana dan prasarana
mempunyai hubungan yang sangat erat dan sulit untuk dipisahkan atau
dibedakan.10 Sebagai contoh taman sekolah merupakan salah satu prasarana di
sekolah karena secara tidak langsung menunjang proses pembelajaran. Lain
halnya jika taman sekolah tersebut digunakan untuk pembelajaran biologi maka
komponen tersebut akan berubah menjadi sarana pendidikan karena
dimanfaatkan secara langsung untuk proses pembelajaran. jadi, suatu fasilitas
dapat berubah menjadi sarana ataupun prasarana pendidikan tergantung dari
pemanfaatan secara langsung ataupun tidak fasilitas tersebut dalam menunjang
proses pembelajaran.11

B. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan


Secara garis besar, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lahan, yaitu sebidang tanah yang dijadikan tempat untuk mendirikan
bangunan sekolah.
b. Ruangan, yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran,
administrasi, dan penunjang pembelajaran.
c. Perabot, yaitu seperangkat kursi, meja, lemari dan sejenisnya yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di
sekolah.
d. Alat, yaitu sesuatu yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
kegiatan tertentu di sekolah.
e. Bahan praktik, yaitu semua jenis bahan alami atau buatan yang
digunakan untuk kegiatan praktik di sekolah.
f. Bahan ajar, yaitu seluruh sumber bacaan yang berisi ilmu pengetahuan
untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang mencakup modul, buku
pegangan, buku pelengkap, buku sumber, dan buku bacaan.
g. Sarana olahraga, baik yang di luar maupun di dalam ruangan.

10
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1, h. 193
11 Sri
Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media 2011), Cet. 1, h. 252.
8

Secara lebih rinci Sarana dan prasarana pendidikan dapat digolongkan


sebagai berikut :
Ditinjau dari Fungsinya Terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM):
a. Berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan).
Contoh: tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan.
b. Berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM,
seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktik, dan media pendidikan.
Ditinjau dari Jenisnya antara lain:
a. Fasilitas fisik atau fasilitas materiil, yaitu segala sesuatu yang berwujud
benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan
atau melancarkan suatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer,
perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.
b. Fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati atau kurang dapat
disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk
memudahkan atau melancarkan suatu usaha seperti manusia, jasa, dan
uang.
Ditinjau dari Sifat Barangnya antara lain:
a. Barang bergerak atau barang berpindah /dipindahkan, dikelompokkan
menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.
b. Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya ketika
dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat
susut terus hingga habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis,
tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu, dan sebagainya. (Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).
Sementara Barang tidak habis pakai adalah barang-barang yang dapat
dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya ketika digunakan
dalam jangka waktu yang realatif lama, tetapi tetap memerlukan
perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin
tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan
sebagainya.
9

c. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak berpindah-pindah


letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung,
sumur, menara air dan sebagainya.12

C. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang Standar sarana dan prasarana. Standar
sarana dan prasarana berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.13
Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana, sekolah harus melakukan
upaya-upaya pemenuhan antara lain pengadaan sarana dan prasarana,
merenovasi sarana dan prasarana, meningkatkan perawatan sarana dan
prasarana, dan meningkatkan keamanan sarana dan prasarana.14
Kebanyakan dari lembaga sekolah hanya berfokus terhadap pemenuhan
standar nasional pendidikan yang pada akhirnya mengabaikan proses-proses
pengelolaan, seperti diskusi, menentukan prioritas, membagi tanggung jawab,
dan lainnya. Asalkan standar terpenuhi, pengelolaan sarana dan prasarana sudah
efektif dan efisien. Padahal, belum tentu sarana prasarana ysng diadakan itu
mendesak untuk dipenuhi atau jangan-jangan tidak begitu menunjang dalam
proses pembelajaran.
Analogi yang tepat dari standar sarana dan prasarana ini adalah seperti
membangun sangkar emas dan kemudian baru dicarikan isinya. Padahal, isi
(substansi) ini yang sangat penting bagi sebuah proses pembelajaran, bukan
megahnya sarana dan prasarana. Pemerintah sepertinya memang
mengesampingkan substansi pengembangan sarana dan prasarana yang sesuai

12
Rusdiana, Op.cit, h. 214
13 Ibid., h. 211
14 Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 111-112
10

dengan perkembangan peserta didik melainkan lebih memfokuskan pemerataan


sarana dan prasarana bagi sekolah di Indonesia tanpa memperhatikan apa yang
sebenarnya diperlukan oleh sekolah tersebut. Sehingga, dana APBN yang
diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan sekolah menjadi sia-sia tanpa
membawa perubahan yang signifikan terhadap mutu pendidikan di Indonesia.15

D. Permasalahan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu komponen yang
menunjang keberhasilan atau ketercapaian tujuan pendidikan. Segala bentuk
permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana hendaknya segela
diselesaikan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efisien
dan berjalan lancar. Proses pebelajaran dapat dikatakan baik atau buruk
tergantung pada kinerja fungsi dari sarana dan prasarana yang ada.
Di indonesia sendiri sudah terdapat undang-undang yang berkaitan
dengan pengontrolan dan pemeliharaan adminitrasi pendidikan yang berupa
sarana dan parasarana pendidikan. Dengan adanya undang-undang tersebut,
diharapkan dapat menanungi adminitrasi pendidikan dari segala hambatan yang
ada. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, sangat
jauh dari perhatian pemerintah. Terutama sara dan prasarana yang banyak tidak
sesuai stadar atau tidak layak. Inilah alasan mengapa pendidikan di Indonesia
tidak berkembang, bahkan semakin menurun. Kenyamanan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran juga didasari pada fasilitas yang memadai dan layak
guna. Berikut adalah beberapa permasalahan sarana dan prasarana Pendidikan
di Indonesia.
1. Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sudah mulai membaik,
namun kondisi ini tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana
sekolah di daerah. Masih banyak sekolah di daerah yang sarana dan
prasaranya kurang memadai dan kurang layak. Seperti halnya di daerah
terpencil yang terdapat di papua, mereka disana masih belum memiliki

15
Ibid., h. 113-114
11

bangunan sekolah yang memadai serta sarana dan prasarana yang belum
layak dan memadai
Hal ini mungkin disebabkan oleh penyaluran anggaran pendidikan
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang belum merata akibat
dari tindak praktik korupsi, sehingga sarana dan prasarana yang semestinya
baik dan berkualitas menjadi tidak sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang
telah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat.
Sebenarnya hal seperti ini dapat diselesaikan dengan cara membuat
suatu lembaga khusus yang independen yang bertugas mengawasi pengadaan
Sarana dan Prasarana Sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan demi
mewujudkan pemerataan Sarana dan Prasarana Sekolah untuk menciptakan
pendidikan yang baik serta berkualitas di Indonesia.
12

Gambar 2.1. Perbandingan sarana dan prasaran pendidikan di kota


kecil dan kota besar

2. Fasilitas Yang Minim


Volume sarana dan prasarana yang minim masih mejadi
permasalahan utama disetiap sekolah di Indonesia. Terutama di daerah
pedesaan yang jauh dari perkotaan. Kasus seperti ini dapat menimbulkan
kesenjangan mutu pendidikan. Banyak peserta didik yang berada di desa tidak
bisa menikmati kenyamanan dan kelengkapan fasilitas seperti peserta didik
di Kota. Oleh karena itu, kualitas pendidikan di desa semakin kalah bersaing
dengan kualitas pendidikan di kota. Selain itu masih banyak fasilitas yang
belum memenuhi mutu standar pelayanan minimal. Hal seperti ini
membuktikan bahwa lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan
minat siswa dalam mengembangkan diri. Akibat ketidak tersedianya fasilitas
tersebut, para pelajar mengalokasiakan kelebihan waktunya untuk hal-hal
yang negatif.
3. Alokasi dana yang terhambat
Banyaknya kasus penyalahgunaan dana adminitrasi sekolah,
membuat sarana dan prasarana sekolah tidak terwujud sesuai dengan harapan,
adanya permainan uang dalam adminitrasi membuat pendidikan semakin
tidak cepat mencapai titik kebehasilan.
4. Perawatan yang Buruk
Ketidak pedulian dari sekolah terhadap perawatan fasilitas yang ada
menjadikan buruknya sarana dan prasarana. Sikap acuh tak acuh dan tidak
adanya pengawasan dari pemerintah, membuat banyak fasilitas sekolah yang
13

terbengkalai. Ketidaknyamanan menggunakan fasilitas yang ada, akibat


kondisi yang banyak rusak, membuat para pelajar enggan menggunakannya.
Kasus seperti ini biasanya terjadi karena tidak adanya kesadaran dari setiap
guru, siswa, dan pengurus sekolah.
Dari ketiga point diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih perlu dibenahi. Banyaknya
permasalahan sarana dan prasana akan menghambat proses pembelajaran, yang
akibatnya berpengaruh pada ketercapaian dari tujuan pendidikan.

E. Dampak Yang Timbul Dari Permasalahan Sarana Dan Prasarana


Pendidikan
Dengan keterbatasan sarana dan prasarana tersebut dapat dikatakan
bahwa lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam
mengembangkan diri. Akibat tidak tersedianya fasilitas tersebut para pelajar
mengalokasikan kelebihan energinya tersebut untuk hal-hal yang negatif,
misalnya tawuran antar pelajar, kelompok-kelompok kriminal yang umumnya
meresahkan masyarakat. Setidaknya ada dua dampak dari kurangnya sarana dan
prasaranan pendidikan yaitu:
1) Rendahnya Mutu Output Pendidikan
Kurangnya sarana pendidikan ini berdampak pada rendahnya output
pendidikan itu sendiri, sebab di era globalisasi ini diperlukan transormasi
pendidikan teknologi yang membutuhkan sarana dan prasaranan yang
sangat kompleks agar dapat bersaing dengan pasar global. Minimnya sarana
ini menyebabkan generasi muda hanya belajar secara teoretis tanpa wujud
yang praksis sehingga pelajar hanya belajar dalam angan-angan yang keluar
dari realitas yang sesungguhnya. Ironisnya pemerintah kurang mendukung
bahkan cenderung membiarkan tercukupinya fasilitas pendidikan.
Kerusakan sekolah, laboratorium, dan ketiadaan fasilitas penunjang
pendidikan lainnya menyebabkan gagalnya sosialisasi pendidikan berbasis
teknologi ini. Kerusakan sekolah merupakan masalah klasik yang
cenderung dibiarkan berlarut-larut dan celakanya lagi hal ini hanya sekedar
menjadi permainan politik disaat pemilu saja.
14

2) Kenakalan Remaja dan Perilaku yang Menyimpang


Secara psikologis pelajar adalah masa transisi dari remaja menuju
kedewasaan dimana didalamnya terjadi gejolak-gejolak batin dan luapan
ekspresi kretivitas yang sagat tinggi. Jika luapan-luapan dan pencarian jati
diri ini tidak terpenuhi maka mereka akan cenderung mengekspresikanya
dalam bentuk kekecewaan-kekecawaan dalam bentuk negatif. Sarana
pendidikan yang dimaksud disini, bukan hanya laboratorium,
perpustakaan, ataupun peralatan edukatif saja, tetapi juga sarana-sarana
olahraga ataupun kesenian untuk mengekspresikan diri mereka. Kehidupan
remaja diera modern ini tentulah berbeda dengan kehidupan pada generasi
sebelumnya, pelajar saat ini membutuhkan ruang gerak dalam
pengembangaan kematangan emosi misalanya saja grup band, sepak bola,
basket, otimotif dan sebagainya. Jika hal ini tidak dipenuhi ataupun
dihambat maka akan cenderung membuat perkumpulan-perkumpulaan yang
cenderung menyalahi norma. Di indonesia sendiri masih banyak sekolah
ataupun kampus yang tidak memiliki sarana penyaluran emosi ini.

F. Solusi Dari Permasalahan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memperbaiki anomali-
anomali pendidikan ini antara lain:
1) Terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun sehingga tidak
terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah.
Dengan adanya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah maka selanjutnya kita dapat meningkatkan Sarana dan Prasarana
Pendidikan. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan
dalam rangka meningkatkan output pendidikan tentunya kita harus
menaikan cost (harga), menaikkan harga disini maksudnya adalah
meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Adapun sarana
tersebut meliputi sarana fisik dan non fisik.
15

a. Sarana fisik
Pemenuhan sarana fisik sekolahan ini meliputi pembanguan
gedung sekolahan, laboratorium, perpustakaan, sarana-sarana olah raga,
alat-alat kesenian dan fasilitas pendukung lainnya. Dalam hal ini
tentunya pemerintah memegang tanggung jawab yang besar dalam
pemenuhan ini, karena pemerintah berkepentingan dalam memajukan
pembangunan nasiaonal. Jika sarana belajar ini telah terpenuhi tentunya
akan semakin memudahkan transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b. Sarana non fisik
Sarana non fisik ini diibaratkan software dalam komputer, jika
software ini dapat mengoprasikan perangkat komputer dengan baik maka
pekerjaan akan cepat selesai. Begitu juga dalam pendidikan jika sistem
dan pengajarnya bermutu maka akan mempercepat pembangunan
nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Peningkatan kualitas guru
Kualitas guru harus ditekankan demi berjalannya pendidikan
itu sendiri, tugas guru adalah merangsang kreativitas dan memberi
pengajaran secara fleksibel, artinya berkedudukan seperti siswa
yang belajar tidak ada patron client. Peningkatan mutu ini bukan
hanya pada intelektual guru saja, melainkan juga mengembangkan
psikologis guru itu sendiri misalnya dengan memahami karakteristik
siswa, psikologi perkembangan dan sebagainya.Dengan adanya
peningkatan ini tentunnya akan berdampak pada membaiknya
output pendidikan. Dikarenakan guru dapat menempatkan dirinya
sebagaimana mestinya dan bersifat fleksibel. Kenakalan remaja
biasanya terjadi justru karena prilaku guru itu sendiri misalnya
melakukan hukuman fisik kepada siswa ataupun penekanan
psikologis.
2. Pembentukan lembaga studi mandiri
Pembentukan lembaga studi mandiri ini berfungsi sebagai
wadah pengembangan kpribadian siswa.Jika lembaga studi ini dapat
16

dibentuk tentunnya akan memperbaiki kualitas sekolah maupun


menambah pengalaman siswa.
2) Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik
Negara secara sistematis. Adapun kegiatan inventarisasi meliputi tiga hal :
a. Pencatatan Perlengkapan
Tugas dari pengelola mencatat semua perlengkapan yang ada
dalam buku inventaris baik itu barang yang bersifat inventaris maupun
non inventaris. Barang inventaris seperti meja, bangku, papan tulis, dan
sebagainya. Sedangkan barang non inventaris seperti barang-barang
yang habis dipakai seperti, spidol, tinta, kertas, dan sebagainya.
b. Pembuatan Kode Barang
Kode barang merupakan sebuah tanda yang menunjukkan
pemilikan barang yang tujuannya untuk memudahkan semua pihak
dalam mengenal kembali semua perlengkapan, baik dilihat dari segi
kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya.
c. Pelaporan Barang
Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang
inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada
pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah swasta wajib melaporkan
kepada yayasannya.16
3) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan ini adalah kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar
selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan secara berdayaguna dan
berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.17 Di sekolah, kegiatan
tersebut berguna untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh
personel sekolah dalam kondisi siap pakai sehingga akan membantu
kelancaran proses pembelajaran.

16
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Micro, h. 117
17
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 268-269.
17

Ditinjau dari sifat ataupun waktunya, terdapat beberapa macam


pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu:
a. Pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan ringan,
dan perbaikan berat.
b. Pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan perlengkapannya)
c. Pemeliharaan berkala, seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku,
genteng, dan perabotan lainnya.18
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan antara lain:
a. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Dari segi iaya hal ini sangat
penting, karena jika membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal
dibandingkan dengan merawatnya.
b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
d. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat
tersebut.19
4) Peran Komite Sekolah
Komite sekolah sebagai pendukung (supporting) baik yang
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan, minimal dalam mendorong tumbuhnya
perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholder dilingkungan
sekolah
b. Mendorong peran serta masyarakat dan dan dunia usaha/industri untuk
mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu

18 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, Op.cit, h. 219


19 Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 92.
18

c. Memotivasi masyarakat yang kalangan menengah ke atas untuk


meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran
disekolah
d. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan seperti:
1. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam
penyediaan sarana dan prasarana serta biaya pendidikan untuk
masyarakat tidak mampu
2. Ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kebijakan
pendidikan sekolah.
Sarana dan prasarana juga harus mendapat perhatian penting, karena
komite sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dan
berkoordinasi dengan komite sekolah.
19

BAB III

SIMPULAN

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang sangat
penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses pembelajaran,
dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan sarana dan prasarana
dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas maupun kreatifitas dalam
penggunaannya oleh guru maupun oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Mutu sarana dan prasarana masih sangat bervariasi. Hal ini dapat kita lihat
dilingkungan kita dimana masih banyak sekolah-sekolah yang keadaan gedungnya
tidak aman dan kurang memadai untuk digunakan melaksanakan proses belajar
mengajar (lembab, gelap, sempit, rapuh). Di Indonesia sendiri sudah terdapat
undang-undang yang berkaitan dengan pengontrolan dan pemeliharaan
administrasi pendidikan yang berupa sarana dan prasarana pendidikan. Dengan
adanya undang-undang tersebut, diharapkan dapat melindungi administrasi
pendidikan dari segala hambatan yang ada. Namun, jika kita melihat kondisi
pendidikan di Indonesia saat ini, sangat jauh dari perhatian pemerintah. Terutama
sarana dan prasarana yang banyak tidak sesuai standar atau tidak layak seperti
contoh-contoh diatas. Hal inilah yang menjadi fokus bagi pemerintah dan kita
semua untuk mengatasi masalah sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di
Indonesia.
20

Anda mungkin juga menyukai