html
http://makalah-beta.blogspot.com/2016/02/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-mata.html
http://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-diksi-atau.html
https://www.academia.edu/5768666/Pengertian_Kata
b. Kata ganti kepunyaan Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan
kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti petunjuk Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat
atau benda. Contoh :ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti penghubung Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan
anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya. Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja,
dikunjungi oleh gubernur. Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda,
orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak tentu Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu,
para, dan sebagainya.
b. Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang
teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.
c. Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh :dengan
tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.
d. Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat
tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.
e. Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung,
misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan (Numeralia) Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan
atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu : a. Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka.
Contoh :satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
b. Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu.
Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya. c. Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang
menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan
sebagainya. d. Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan
objeknya, yaitu :sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang,
nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata
depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan
dengan cepat.
Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek
tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.
https://blog.typoonline.com/10-jenis-jenis-kata-yang-perlu-kamu-tahu/
http://rizardian.blogspot.com/2012/10/kelas-kata.html
Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar
proses morfologis. Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari
satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses morfologis
adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain
menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis yaitu mengalami
perubahan bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis
kata. Terdapat tiga cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk
dasar. Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks
(akhiran), konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah
sebagai berikut.
- Prefiks: ber-, pe-, peN-; berlari, pelari, pembunuh
- Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan,
budiman
- Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
- Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem
pada suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang
merupakan kaidah yang mengatur perubahan bunyi akibat proses
morfologis. Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
b.Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan
dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi
dengan afiks, pengulangan berubah bunyi.
- rumah-rumah
- perumahan-perumahan
- berlari-lari
- mengata-ngatakan
- mengata-ngatai
- kebarat-baratan
- sayur-mayur
- lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan
secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. Bentuk
berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk
mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan
afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah
bunyi.
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk
dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang
membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya,
dan ada yang mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat
pada contoh berikut.
- rumah makan
- pisang goreng
- matahari
- kumis kucing
- tua renta
- muda belia
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih
kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada,
dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-
tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus. Kamus
memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal
ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan
kata itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-
kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang
mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai
(daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk
mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup
banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan
juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks
dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa
masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan
pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus
,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan
nuansa makna yang membedakannya.
Tepat dalam pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
diamanatkan
Dapat digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa makna dan bentuk yang
sesuai dengan gagasan dan situasi serta nilai rasa pembaca.
Menggunakan pembendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasanya dan
dapat menggerakan dan memberdayakan kekayaan tersebut menjadi jaring kata
yang jelas.
https://www.dictio.id/t/apa-saja-ciri-ciri-diksi/87996
Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu,
ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca
sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan
ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
Ø Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata
pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
Ø Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim.
Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah
mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan
kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya,
atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
Ø Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim
dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak
dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakain-nya.
b. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
v Jenis Makna
Ø Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan).
Contoh :
- Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu
sumber protein nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit
bersalin
Ø Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra
dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh :
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai
makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil
Ø Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- baik, indah, sedih, gembira
v Perubahan Makna
Ø Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata Dulu sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan
memakai kapal layar dengan alat apa saja
Putera- Dipakai untuk sebutan anak- Sebutan untuk semua
puteri anak raja anak laki-laki dan
perempuan
2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sekarang Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang
cendikiawan sudah lulus dari
perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang
mempelajari ilmu agama
Islam
Ø Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru
dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan
lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar
v Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua
indra yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.
v Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan
pengucapan.
Contoh :
- Bisa berarti ;
o Dapat, sanggup
o racun
- Buku berarti ;
o Kitab
o antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan
tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
- Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan
tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
- Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
- Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab
itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata
supaya ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam
karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut
ini :
· Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
- Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
- Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
- Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
· Perbedaan dialek regional
Contoh :
- Handuk bersinonim tuala ,
- selop bersinonim seliper
· Pengaruh bahasa asing
Contoh :
- kolosal bersinonim besar,
- aula bersinonim ruangan,
- realita bersinonim kenyataan .
· Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
- suami bersinonim laki,
- istri bersinonim bini,
- mati bersinonim wafat.
· Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
- membuat bersinonim menggubah,
- assisten bersinonim pembantu,
- tengah bersinonim madya.
· Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
- hulubalang bersinonim komandan,
- kempa bersinonim stempel,
- peri bersinonim hantu .
5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
- Tua- muda
- Besar – kecil
- Luas – sempit
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berarti’banyak’
dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
- Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki
meja yang menahan meja.
c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan
membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan
mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
1. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh:
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat
tingkat sosialnya
2. Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh:
Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan
geografinya
3. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh:
Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.
4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
Ø Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh:
bunga, bulan, hewan, kendaraan
Ø Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
Hipernim Hiponim
Melihat Menengok,menatap,
melirik,menjenguk,melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Januari,Februari, Maret
Hewan Ayam, Burung, kambing