Anda di halaman 1dari 16

http://dewijannati208.blogspot.com/2016/04/makalah-diksi-atau-pemilihan-kata.

html

http://makalah-beta.blogspot.com/2016/02/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-mata.html

http://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-diksi-atau.html

https://www.academia.edu/5768666/Pengertian_Kata

1. Kata Benda (Nomina)


Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda
dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Kata benda konkrit Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan
dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya. b.
Kata benda abstrak
 Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak
dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan
sebagainya. Ciri-ciri kata benda : 1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an,
-an dan –nya. 2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat.

2. Kata Kerja (Verba)


Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata kerja
dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh:
membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya. b. Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak
diikuti secara langsung oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata kerja:
 Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-kan,
diper-kan, dan memper-i.
 Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
 Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh
menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.

3. Kata Sifat (Adjectiva)


Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang
dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
a. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
b. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya.
c. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting, gelap-gulita dan
sebagainya.
d. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
e. Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu,
dan sebagainy
Ciri-ciri kata sifat:
 Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
 Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling, sangat,
cukup.
 Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya.Contoh :
secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya.

4. Kata Ganti (Pronomina)


Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata
ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-
benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
1) Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
2) Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
3) Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
4) Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
5) Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
6) Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka

b. Kata ganti kepunyaan Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan
kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti petunjuk Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat
atau benda. Contoh :ini, itu, sana, dan sebagainya.

d. Kata ganti penghubung Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan
anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya. Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja,
dikunjungi oleh gubernur. Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.

e. Kata ganti tanya Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda,
orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.

f. Kata ganti tak tentu Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu,
para, dan sebagainya.

5. Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain kata
benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja,
kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian,
diantaranya yaitu :
a. Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu,
di rumah, dan sebagainya.

b. Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang
teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.

c. Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh :dengan
tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.

d. Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat
tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.

e. Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung,
misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.

6. Kata Bilangan (Numeralia) Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan
atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu : a. Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka.
Contoh :satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
b. Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu.
Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya. c. Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang
menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan
sebagainya. d. Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan
objeknya, yaitu :sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.

7. Kata Sambung (Konjungsi)


Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau
menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang
lain. Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
2) Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya,dan
sebagainya.
3) Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
4) Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
5) Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
6) Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
7) Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
8) Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
9) Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
10) Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
11) Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
12) Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
13) Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya

8. Kata Depan (Preposisi)


Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok kata
yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan
berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara
penulisan kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.

Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
 Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
 Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang,
nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata
depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
 Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan
dengan cepat.
 Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek
tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.

9. Kata Sandang (Artikel)


Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu menjadikan sebuah
kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta alam.

10. Kata Seru (Interjeksi)


Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang terdapat
dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah,
macam-macam kalimat seru yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih,
aduh, amboi, aduhai, masya Allah, dan

11. Kata Tanya


Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya.
Macam-macam kata tanya :
a. Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
b. Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?
c. Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu ?
g. Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin

https://blog.typoonline.com/10-jenis-jenis-kata-yang-perlu-kamu-tahu/

Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia dan Jenis-jenisnya


Chaer (2006:86) membagi kelas kata menjadi beberapa jenis, yaitu
(1) Kata Benda
Kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan dengan menambahkan yang + kata
sifat (Keraf, 1991:58). Misalnya jalan yang bagus, dan pelayanan yang memuaskan. Selain itu,
kata benda juga dapat diawali dengan kata bukan tetapi tidak bisa diawali dengan kata tidak.
Kata benda dapat berupa kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda dasar
merupakan kata benda yang berupa kata dasar atau kata benda yang tidak berimbuhan,
contohnya rumah dan murid. Sedangkan kata benda turunan berupa (1) kata benda yang
berimbuhan, contohnya penyiar dan bendungan; (2) kata benda dengan bentuk reduplikasi,
misalnya rumah-rumah, dan buku-buku; serta (3) kata benda majemuk, contohnya sapu
tangan dan minyak goreng.
(2) Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda yang menyatakan
orang untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Misalnya murid dapat diganti dengan kata
ganti dia, atau ia. Keterangan lebih lanjut tentang kata ganti dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah
ini.
Tabel 2.1 Kata Ganti
Orang Tunggal Jamak
I Aku, daku, ku-, -ku, Kami (eksklusif), kita (inklusif)
II Engkau, kamu, kau-, Kamu sekalian, anda sekalian
-mu, anda
III Ia, dia, -nya, beliau Mereka
Sumber: Keraf (1991:62)
Berdasarkan bagan di atas, kami dan kita sama-sama berfungsi sebagai kata ganti orang
pertama jamak. Bedanya, kami bersifat eksklusif, sedangkan kita bersifat inklusif. Kami bersifat
ekslusif artinya pronomina itu mencakup pembicara dan orang lain di pihaknya tetapi tidak
mencakup orang lain di pihak pendengar. Sebaliknya, kita bersifat inklusif artinya pronomina itu
tidak saja mencakup pembicara dan orang lain di pihaknya tetapi juga orang lain di pihak
pendengar (Alwi, 2003:252)
(3) Kata Kerja
Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Semua kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, di-, kan-, dan -i atau penggabungannya termasuk dalam kata
kerja. Tetapi ada juga kata kerja yang tidak mengandung bentuk imbuhan di atas, karena
merupakan bentuk kata dasar, misalnya tidur, bangun, mandi, datang, pulang, dan sebagainya.
Segala macam kata kerja mempunyai suatu kesamaan, baik yang memiliki imbuhan
ataupun tidak. Kesamaan tersebut merupakan ciri utama kata kerja, yaitu dapat diperluas dengan
“dengan + kata sifat”, misalnya belajar dengan rajin.
(4) Kata Sifat
Kata sifat merupakan kata yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomina (kata
benda) atau suatu pronominal (kata ganti) (Keraf, 1991:88). Misalnya tinggi, mahal,
baik, dan rajin. Semua kata sifat dalam Bahasa Indonesia dapat mengambil
bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya, serta dapat diperluas dengan paling, lebih, dan sekali,
misalnya paling cepat, lebih cepat, dan cepat sekali.
(5) Kata Sapaan
Kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut
orang kedua, atau orang yang diajak bicara (Chaer, 2006:107). Kata sapaan menggunakan kata-
kata dari perbendaharaan kata nama diri dan kata nama perkerabatan.
Kata sapaan dalam bentuk nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Tina,
Hasan, dan Asti, dapat pula digunakan dalam bentuk singkatnya, seperti Tin, San, dan As. Begitu
juga dengan nama perkerabatan. Bentuk utuh dan bentuk singkat dari nama perkerabatan dapat
dipakai, misalnya Pak dari bentuk utuh Bapak, Dik dari bentuk utuh adik, dan Bu dari bentuk
utuh Ibu.
(6) Kata Penunjuk
Kata penunjuk adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan suatu benda. Chaer
(2006:110) membagi kata penunjuk memjadi dua yaitu ini dan itu. Kata penunjuk ini digunakan
untuk menunjuk suatu benda yang letaknya relatif dekat dari pembicara, sedangkan kata
penunjuk itu digunakan untuk untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh dari pembicara.
(7) Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menunjukkan nomor, urutan atau himpunan. Menurut
bentuk dan fungsinya, kata bilangan dibagi menjadi kata bilangan utama dan kata bilangan tingkat
(Chaer, 2006:113). Kata bilangan utama seperti satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Sedangkan
kata bilangan tingkat seperti pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
(8) Kata Penyangkal
Kata penyangkal merupakan kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari
suatu hal atau suatu peristiwa. Chaer (2006:119) menyatakan bahwa kata penyangkal yang ada
dalam Bahasa Indonesia yaitu kata tidak atau tak, tiada, bukan, dan tanpa.
(9) Kata Depan
Kata depan adalah kata yang digunakan di depan kata benda untuk merangkai kata benda
tersebut dengan bagian kalimat lain. Chaer (2006:122) membagi kata depat berdasarkan fungsinya,
yaitu kata depan yang menyatakan (1) tempat berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan antara; (2)
arah asal, yaitu dari; (3) arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap; (4) pelaku, yaitu oleh;
(5) alat, yaitu dengan, dan berkat; (6) perbandingan, yaitu daripada; (7) hal atau masalah,
yaitu tentang dan mengenai; (8) akibat, yaitu hingga dan sampai; (9) tujuan, yaitu untuk, buat,
guna, dan bagi.
(10) Kata Penghubung
Kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata,
klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan fungsinya, kata penghubung
dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau
kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara; dan (2) kata penghubung yang menghubungkan
klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat.
Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya
sederajat atau setara dibedakan menjadi kata penghubung yang (1) menggabungkan biasa,
yaitu dan, dengan, serta; (2) menggabungkan memilih, yaitu atau; (3) menggabungkan
mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya; (4) menggabungkan
membetulkan, yaitu kata penghubung melainkan dan hanya; (5) menggabungkan menegaskan,
yaitu bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan; (6) menggabungkan
membatasi, yaitu kecuali, hanya; (7) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian,
selanjutnya; (8) menggabungkan menyamakan, yaitu yakni, yaitu, bahwa, adalah, ialah; dan (9)
menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya
bertingkat dibagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan (1) menyatakan sebab,
yaitu sebab, karena; (2) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal; (3)
menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya; (4) menyuatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum,
sesudah, tatkala; (5) menyatakan akibat sampai, hingga, sehingga; (6) menyatakan sasaran,
yaitu untuk, guna; (7) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, sebagai, laksana; (8) menyatakan
tempat, yaitu kata penghubung tempat.
(11) Kata Keterangan
Kata keterangan merupakan kata yang memberi penjelasan pada kalimat atau bagian
kalimat lain. Kata keterangan dibagi menjadi dua, yaitu kata keterangan yang menyatakan seluruh
kalimat, dan kata keterangan yang menyatakan unsur kalimat (Chaer, 2006:162-163).
Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat mempunyai empat fungsi.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain (1) kepastian, yaitu memang, pasti, tentu; (2) keraguan atau
kesangsian, yaitu barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya; (3) harapan,
yaitu semoga, moga-moga, mudah-mudahan, hendaknya; dan (4) frekuensi, yaitu seringkali,
sesekali, sekali-kali, acapkali, jarang.
Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat berfungsi untuk menyatakan (1) waktu,
yaitu sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum, masih, baru, pernah, sempat; (2) sikap batin,
yaitu ingin, mau, hendak, suka, segan; (3) perkenan, yaitu boleh, wajib, mesti, harus, jangan,
dilarang; (4) frekuensi, yaitu jarang, sering, sekali, dua kali; (5) kualitas, yaitu sangat, amat,
sekali, lebih paling, kurang, cukup; (6) kuantitas dan jumlah, yaitu banyak, sedikit, kurang, cukup,
semua, beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira-kira, sekitar, kurang lebih, para,
kaum; (7) penyangkalan, yaitu tidak, tak, tiada, bukan; dan (8) pembatasan, yaitu hanya, cuma.
(12) Kata Tanya
Kata tanya merupakan kata yang digunakan sebagai pembantu dalam kalimat tanya, yang
menanyakan tentang benda, orang, atau keadaan. Keraf (1992:68) menyatakan bahwa kata tanya
asli dalam Bahasa Indonesia adalah (1) apa, untuk menanyakan benda; (2) siapa, untuk menyakan
orang, dan (3) mana untuk menanyakan pilihan.
Ketiga kata tanya tersebut dapat dgabungkan dengan bermacam-macam kata depan,
seperti dengan apa, dengan siapa, dari mana, untuk apa, untuk siapa, ke mana, buat apa, buat
siapa, kepada siapa, dari apa, dan dari siapa. Adapula kata tanya lain yang bukan menanyakan
orang atau benda, melainkan menanyakan keadaan atau perihal, seperti mengapa, bilamana,
berapa, kenapa, dan bagaimana.
(13) Kata Seru
Kata seru merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Ada dua
macam kata seru bila dilihat dari strukturnya yaitu kata seru yang berupa kata-kata singkat dan
kata seru yang berupa kata-kata biasa (Chaer, 2006:193). Kata seru yang berupa kata-kata singkat
misalnya wah, cih, hai, o, oh, nah, ha, dan hah. Sedangkan kata seru yang berupa kata-kata biasa
seperti aduh, celaka, gila, kasihan, dan ya ampun, serta kata serapan astaga, masya Allah,
Alhamdulillah, dan sebagainya.
(14) Kata Sandang
Chaer (2006:193) menyatakan bahwa kata sandang yang ada dalam Bahasa Indonesia
adalah si, dan sang. Kata sandang si digunakan di depan kata nama diri, kata nama perkerabatan,
dan kata sifat, contohnya si Hasan, si adik, dan si gendut. Sedangkan kata sandang sang berfungsi
untuk mengagungkan dan digunakan di depan nama tokoh pahlawan, nama tokoh cerita, atau nama
sesuatu yang dihormati, misalnya Sang Mahaputra, Sang kancil, Sang merah putih.
(15) Partikel Penegas
Partikel penegas merupakan morfem yang digunakan untuk menegaskan (Chaer,
2006:194). Partikel penegas dalam Bahasa Indonesia adalah -kah, -tah, -lah, -pun, dan -ter.

http://rizardian.blogspot.com/2012/10/kelas-kata.html
Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia

Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar
proses morfologis. Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari
satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses morfologis
adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain
menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis yaitu mengalami
perubahan bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis
kata. Terdapat tiga cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk
dasar. Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks
(akhiran), konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah
sebagai berikut.
- Prefiks: ber-, pe-, peN-; berlari, pelari, pembunuh
- Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan,
budiman
- Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
- Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem
pada suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang
merupakan kaidah yang mengatur perubahan bunyi akibat proses
morfologis. Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

Kaidah Perubahan Fonem


1) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah
menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/,/
b/, dan /f/.
Misalnya:
- meN- + pikir à memikir
- meN- + bakar à membakar
- meN- + fitnah à memfitnah
- peN- + potong à pemotong
- peN- + bual à pembual
- peN- + fitnah à pemfitnah
2) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah
menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/,
/d/, dan /s/ yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya.
Contoh:
- meN- + tolak à menolak
- meN- + daki à mendaki
- meN- + suplai à mensuplai
- peN- + tanam à penanam
- peN- + daki à pendaki
- peN- + survai à pensurvai
3) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah
menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/,
/c/, dan /j/.
Misalnya:
- meN- + sabit à menyabit
- men- i + syukur à mensyukuri
- meN- + cetak à mencetak
- meN- + jual à menjual
- peN- + sulap à penyulap
- peN- + ceramah à penceramah
- peN- + jajah à penjajah
4) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah
menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/,
kh/, /h/, dan /vokal/.
Misalnya:
- meN- + kutip à mengutip
- meN- + goreng à menggoreng
- meN- + khitan à mengkhitan
- meN- + hias à menghias
- meN- + angkat à mengangkat
- meN- + ikat à mengikat
- meN- + ukur à mengukur
- meN- + ejek à mengejek
- meN + operasi à mengoperasi
5) Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfem ajar.
Misalnya:
- ber- + ajar à belajar
- per- + ajar à pelajar
6) Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar
akan berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks
peN-an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:
- peN-an + kutuk à pengutukan
- peN-an + tolak à penolakan
- ke-an + duduk à kedudukan
- ke-an + elok à keelokan
- per-an + budak à perbudakan
- per-an + minyak à perminyakan
- an + kutuk à kutukan
- an + petik à petikan

Kaidah Penambahan Fonem


1) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar yang
bersuku satu akan terjadi penambahan fonem /e/ sehingga {meN-} menjadi
{menge-} dan {peN-} menjadi {penge-}.
Misalnya:
- meN- + las à mengelas
- meN- + cat à mengecat
- peN- + las à pengelas
- peN- + cat à pengecat
2) Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu
dengan bentuk dasar : (1) berakhir dengan vokal /a/ akan terjadi penambahan
fonem /?/, (2) berakhir dengan vokal /u/, /o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/,
dan (3) berakhir dengan vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi penambahan fonem /y/.
Contoh:
- peN-an + nama à penamaan /penama?an/
- ke-an + sengaja à kesengajaan
- per-an + coba à percobaan
- paksa + -an à paksaan
- peN-an + buku à pembukuan /pembukuwan/
- ke-an + satu à kesatuan
- per-an + sekutu à persekutuan
- satu + -an à satuan
- peN-an + veto à pemvetoan /pemvetowan/
- per-an + toko à pertokoan
- peN-an + bau à pembauan
- ke-an + pulau à kepulauan
- jangkau + -an à jangkauan
- peN-an + daki à pendakian /pendakiyan/
- ke-an + lestari à kelestarian
- per-an + judi à perjudian
- cuci + -an à cucian

Kaidah Penghilangan Fonem


1) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan
apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan
/nasal/
Contoh:
- meN- + larang à melarang - peN- + lamar à pelamar
- meN- + ramal à meramal - peN- + ramal à peramal
- meN- + nyanyi à menyanyi - peN- + waris à pewaris
- meN- + nikah à menikah - peN- + nyanyi à penyanyi
- PeN- + malu à pemalu

2) Fonem /r/ pada { ber-} dan {ter-},akan mengalami penghilangan apabila


bertemu dengan bentuk yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku
pertamanya mengandung /er/.
Contoh:
- ber + ragam à beragam
- ter- + rebut à terebut
- ber- + ternak à beternak

3) Fonem / k, p, t, s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan {meN-


} dan {peN-} akan mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar
yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Misalnya:
- meN- + kapur à mengapur - peN- + kejar à pengejar
- meN- + pikir à memikir - peN- + pikir à pemikir
- meN- + tolak à menolak - peN- + tulis à penulis
- meN- + siram à menyiram - peN- + sadap à penyadap

b.Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan
dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi
dengan afiks, pengulangan berubah bunyi.
- rumah-rumah
- perumahan-perumahan
- berlari-lari
- mengata-ngatakan
- mengata-ngatai
- kebarat-baratan
- sayur-mayur
- lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan
secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. Bentuk
berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk
mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan
afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah
bunyi.

c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk
dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang
membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya,
dan ada yang mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat
pada contoh berikut.

- rumah makan
- pisang goreng
- matahari
- kumis kucing
- tua renta
- muda belia

2. Pembentukan di luar Proses Morfologis


Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu
akronim, abreviasi, abreviakronim, kontraksi, dan kliping.
a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata
asalnya. Misalnya:
- krismon (krisis moneter)
- sembako (sembilan bahan pokok)
- kultum (kuliah tujuh menit)
- sisdiknas (sistem pendidikan nasional)
- sekwilda (sekretaris wilayah daerah)
b. Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata
asalnya.
- ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)
- PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)
- PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
- BLK (Balai Latihan Kerja)
c. Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.
- AKABRI
- PEMILU
d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.
- tidak – tak
- saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.
- influensa – flu
- dokter –dok
- profesor – prof
http://iinfitria19.blogspot.com/2012/12/kata-dan-pembentukan-kata-dalam-bahasa.html
Pengertian Diksi

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih
kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada,
dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan


kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa
kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-
tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus. Kamus
memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal
ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan
kata itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-
kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang
mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai
(daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk
mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup
banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.

Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan
juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks
dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa
masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan
pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus
,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan
nuansa makna yang membedakannya.

ciri-ciri diksi yaitu:

 Tepat dalam pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
diamanatkan
 Dapat digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa makna dan bentuk yang
sesuai dengan gagasan dan situasi serta nilai rasa pembaca.
 Menggunakan pembendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasanya dan
dapat menggerakan dan memberdayakan kekayaan tersebut menjadi jaring kata
yang jelas.
https://www.dictio.id/t/apa-saja-ciri-ciri-diksi/87996
Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu,
ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca
sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan
ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
Ø Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata
pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
Ø Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim.
Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah
mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan
kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya,
atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
Ø Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim
dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak
dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakain-nya.
b. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
v Jenis Makna
Ø Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan).
Contoh :
- Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu
sumber protein nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit
bersalin
Ø Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra
dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh :
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai
makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil
Ø Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- baik, indah, sedih, gembira
v Perubahan Makna
Ø Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata Dulu sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan
memakai kapal layar dengan alat apa saja
Putera- Dipakai untuk sebutan anak- Sebutan untuk semua
puteri anak raja anak laki-laki dan
perempuan
2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sekarang Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang
cendikiawan sudah lulus dari
perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang
mempelajari ilmu agama
Islam
Ø Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru
dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan
lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar
v Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua
indra yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.
v Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan
pengucapan.
Contoh :
- Bisa berarti ;
o Dapat, sanggup
o racun
- Buku berarti ;
o Kitab
o antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan
tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
- Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan
tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
- Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
- Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab
itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata
supaya ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam
karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut
ini :
· Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
- Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
- Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
- Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
· Perbedaan dialek regional
Contoh :
- Handuk bersinonim tuala ,
- selop bersinonim seliper
· Pengaruh bahasa asing
Contoh :
- kolosal bersinonim besar,
- aula bersinonim ruangan,
- realita bersinonim kenyataan .
· Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
- suami bersinonim laki,
- istri bersinonim bini,
- mati bersinonim wafat.
· Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
- membuat bersinonim menggubah,
- assisten bersinonim pembantu,
- tengah bersinonim madya.
· Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
- hulubalang bersinonim komandan,
- kempa bersinonim stempel,
- peri bersinonim hantu .
5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
- Tua- muda
- Besar – kecil
- Luas – sempit
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berarti’banyak’
dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
- Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki
meja yang menahan meja.
c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan
membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan
mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
1. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh:
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat
tingkat sosialnya
2. Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh:
Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan
geografinya
3. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh:
Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.
4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
Ø Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh:
bunga, bulan, hewan, kendaraan
Ø Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
Hipernim Hiponim
Melihat Menengok,menatap,
melirik,menjenguk,melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Januari,Februari, Maret
Hewan Ayam, Burung, kambing

d. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.


Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Pilihan kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan
tetap, pilihan kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
- Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
- Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
- Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya melalui
telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
- Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan
kelompencir.

Anda mungkin juga menyukai