Oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
Salah satu penyebab kehancuran bisnis yaitu adanya pengabaian etika di dalam lini
bisnis mereka. Pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar
oleh manajemen dan para pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau
dianggap salah oleh pihak lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah,
praktek kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, dan lain sebagainya.
Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, manajemen bisa mencapai nya dengan
melakukan tindakan yang mempertimbangkan etika atau tidak, tergantung kepada keputusan
yang diambil oleh manajemen eksekutif didalam suatu lingkup perusahaa. Setiap keputusan
yang diambil oleh manajemen tentu menimbulkan resiko. Jika keputusan yang diambil oleh
manajemen tersebut menimbulkan suatu kerugian atau dampak negatif terhadap pihak lain
atau pihak eksternal perusahaan, maka itu berarti manajemen telah mengabaikan prinsip-
prinsip etika bisnis dan etika profesi yang ada dan menanggung resiko etika.
Pengabaian etika dapat dicontohkan dengan memunculkan skandal seperti korporasi
Enron dan Arthur Andersen, WorldCom, Tragedi Lumpur Lapindo, Kasus PT Adam Sky
Connection Airlines dan beberapa skandal bisnis yang membawa keruntuhan bisnis tersbut.
Untuk mengurangi resiko etika yang membawa dampak buruk bagi lingkungan bisnis dan
entitas yang terkait, pengelolaan resiko dan manajemen etika sangat dibutuhkan.
TAHAP 1 TAHAP 3
TAHAP 2
Mengembangkan suatu Kelompok pemangku
pemahaman Membandingkan kepentingan
pemeringkatan berbagai aktivitas yang
mengekpetasikan akan Produk atau jasa
kepentingan/ ekspektasi
pemangku kepentingan identifikasi risiko etika
Tujuan korporat
yang diproyeksikan dan peluang
Nillai hypernorm
Pemicu reputasi
a. Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru,
sementara yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hokum umum, kontrak
sertifikat buruh, dan praktik perusahaan yang telah sensitive terhadap tekanan
pemangku kepentingan.
b. Privasi dan Martabat
Hak pribadi lebih penting daripada atasan kecuali dapat ditunjukkan bahwa dalam
keadaan tertentu kepentingan atasan adalah wajar, sah, dan bisa diterima secara
moral.
c. Perilaku yang adil
Diskriminasi dianggap tidak etis dan dianggap illegal jika ia melibatkan usia , ras,
gender, dan preferensi seksual. Selain itu umumnya orang berpendapat bahwa
harus ada peluang yang sama untuk pekerjaan, dan upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama, khususnya bagi perempuan dan minoritas.
d. Lingkungan Kerja Sehat dan Aman
Keseimbangan antara hak-hak pekerja dan pemilik telah bergeser ke titik yang
dianggap etis bagi para pekerja untuk mengharpakan bahwa kesehatan dan
keselamatan tidak akan masuk akal jika dikompromikan. Mereka harus tahu apa
risiko yang dihadapi, dan banyak yurisdiksi telah menciptakan hokum berhak
tahu untuk memastikan bahwa organisasi membuat informasi tentang bahan,
proses berbahaya, dan perawatan terkait, siap diakses.
e. Kemampuan untuk Menjalankan Suara nurani seseorang
Argument bahwa pekerja hanya melakukan apa yang diperintahkan untuk
melakukan tidak lagi menyediakan perlindungan bagi pekerja di banyak wilayah
yuridiksi, sehingga pekerja harus menjalankan suara hati nurani sendiri.
f. Kepercayaan dan maknanya
Etika organisasi secara langsung berkaitan dengan bagaimana para pemimpin
dirasakan, apakah ada kepercayaan yang cukup bagi karyawan untuk
berbagi ide tanpa takut kehilangan pekerjaan atau rasa hormat dari rekan
kerja dan manajer mereka, dan apakah mereka percaya bahwa organisasi layak
mendapatkan loyalitas dan kerja keras.
g. Keseluruhan Manfaat
Cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap mereka menetukan
apa yang mereka pikirkan tentang program etika perusahaan. Jika perusahaan
ingin karyawannya mengamati nilai etika perusahaan dan tingkat
kepercayaan , maka perusahaan harus memilih karyawan yang tepat
tidak sekedar etis untuk menjalankan program etika perusahaan dan
mencapai tujuan strategis.
h. Kecurangan Kejahatan Kerah Putih
Eksekutif diharapkan untuk dapat memastikan bahwa mengambil langkah
rasional yang diperlukan untuk membimbin, mempengaruhi, dan
mengendalikan, karyawan yang cenderung terliba, dan auditor eksternal
diharapkan bisa waspada mengenali potensi masalah.
i. Sebuah Kerangka Kerja untuk Memahami para Penipu
Akuntan investigasi dan forensic menggunakan kerangka kerja yang
membantu mengidentifikasi penipu potensial dan situasi yang memiliki potensi
untuk kecurangan. Factor yang mempengaruhi kecurangan : motifasi,
rasionalisasi, peluang.
4. Operasi Internasional
Ketika perusahaan beroperasi di luar pasar dalam negeri bimbingan normal
ditawakan kepada karyawan harus mempertimbangkan beberapa hal terkait : praktik
operasi yang bisa berdampak pada ekonomi local dan budaya, praktik asing local yang
berbeda-beda seperti pemberian hadiah luas atau penyuapan, didukung atau dilarang,
reaksi terhadap perubahan-perubahan oleh pemangku kepentingan dalam negeri dan
terutama oleh para pemangku kepentingan utama termasuk pelanggan besar dan pasar
modal.
a. Dampak terhadap Ekonomi Lokal dan Budaya Mereka
Perusahaan multinasional memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya
local dari pada tidak di dalam negeri. Mereka harus berhati-hati terhada dampak
aspek local yang tidak menguntungkan.
b. Konflik antar Budaya Domestik dan Budaya Asing
Masalah paling sulit ketika nilai-nilai para pemangku kepentingan
utama perusahaan berbeda dengan yag ada di daerah local Negara asing.
c. Penyuapan, Pembayaran untuk Memfasilitasi
Dalam operasi diluarnegeri perusahaan-perusahaan multinasional mungkin
diminta untuk melakukan pembayaran memfasilitasi atau suap. Sebuah
pembayaran memfasilitasi biasanya memiliki nominal dan dibuat untuk
mempercepat hasil yang akan juga terjadi dengan waktu yang cukup.
d. Konflik Budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap, atau
pembayaran memfasilitasi
Beberapa perusahaan menemukan bahwa mereka mampu melakukan
bisnis tanpa pembayaran tersebut, terutama karena produk atau jasa mereka
sangat baik.
e. Imajinasi Moral
Para manajer menggunakan imajinasi moral untuk merancang alternative yang
menjawab kebutuhan dalam budaya local, tetapi sesuai dengan norma0norma
untk perilaku yang dapat diterima.
f. Pedoman praktik etika
Pedoman yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk mencatatnya.
g. Konsultasi Sebelum Tindakan
Semua organisasi yang beropersai internasional harus peka pada karyawan
mereka tentang perbedaan budaya dan melengkapi mereka dengan
pemahaman tentang bagaimana organisasi ingin mereka berurusan dengan isu
utama yag kemungkinan besar muncul.
5. Manajemen Krisis
Suatu krisis memiliki potensi untuk memiliki dampak krisis signifikan pada
reputasi perusahaan dan pejabatnya, dan pada kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuannya dan kemampuannya untuk bertahan. Dengan belajar krisis harus dikelola
untuk meminimalkan kerugian. Penilaian, perencanaan, dan manajemen krisis harus
merupakan bagian dari program manajemen resiko modern.
KASUS:
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma Tbk
PT Kimia Farma Tbk adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 Milyar,
dan laporan keuangan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Hasil audit
pada tanggal 31 Desember 2001 menunjukan bahwa laporan keuangan wajar tanpa
pengecualian. Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang,
padatanggal 3 Oktober 2002, manajemen Kimia Farma mensajikan kembali laporan
keuangannya, dan menyajikan laba bersihnya hanya Rp 99,56 Milyar, lebih rendah Rp 32,6
Milyar dari laba awal yang dilaporkan. Perbedaan itu merupakan suatu kesalahan penyajian
daftar harga persediaan yang digelembungkan oleh pihak manajemen.
Direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1
dan 3 Febuari 2002. Daftar harga persediaan pada tanggal 3 Febuari 2002 telah
digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persedian pada unit distribusi Kimia
Farma per 31 Desember 2001. Selain itu kesalahan timbul pada unit Industri Bahan Baku
yang mencatat terlalu tinggi (overstated) penjualan sebesar Rp 2,7 Miliyar.
Kesalahan penyajian di dalam penjualan ini dikarenakan adanya pencatatan ganda.
Pencatatan ganda ini dilakukan pada unit-init yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga
tidak berhasil dideteksi. Berdasarakan hasil penyelidikan Bapepam, KAP HTM telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu KAP HMT juga terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan. Keterikatan
Manajemen terhadap Skandal Kimia Farma, Tbk yaitu pada mantan direksi PT Kimia Farma
Tbk terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus mark-up laba bersih pada laporan
keuangan tahun buku 2001. Pihak manajemen menciptakan rekayasa keuangan sehingga
dengan sengaja membuat kesalahan didalam pencatatan laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Hal ini tentu menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak
yang berkepentingan.
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen
tentunya tidak terlepas dari bantuan akuntan. KAP seharusnya bertindak secara independen
karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya
ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Pada kenyataannya KAP HTM tidak
menemukan ketidakwajaran didalam laporan auditnya pada tahun 2001, tetapi pada saat
Kementrian BUMN meminta KAP HTM menyajikan kembali (restated) laporan keuangan
Kimia Farma tahun 2001, hasilnya HTM mengoreksi laba bersih Kimia Farma menjadi 99
Milyar untuk tahun 2001.
Hal tersebut telah menyebabkan akuntan publik HTM ikut bersalah dalam manipulasi
laporan keuangan. Karena sebagai seorang auditor independen akuntan HTM seharusnya
mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berasal dari laporan fiktif atau tidak.
Keterkaitan Manajemen Resiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM
selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien/StakeHolder (PT. Kimia
Farma), dan pemberian opini atas laporan keuangan Klien. Dalam Kasus ini, jika dipandang
dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder utama ditinjau dari segi kepentingan stake
holder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas Dalam kasus ini,
KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit
mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan. Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah resiko
inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. KAP HTM seharusnya menyadari bahwa
kemungkinan besar akan ada resiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma,
mengingat KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama. Resiko ini berdampak pada
reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi
konsekuensi resiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan
HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di
tutupnya kantor Akuntan tersebut.
Diluar resiko bisnis, resiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Manajemen resiko yang dapat diterapkan oleh KAP HTM antara lain,
yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menilai resiko etika
Pengidentifikasian dan penilaian resiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai
berikut:
a. Melakukan penilaian dan identifikasi para stake holder HTM, HTM selayaknya
membuat daftar mengenai siapa stake holder yang berkepentingandan apa harapan
stakeholder. Tujuannya yaitu KAP HTM dapat melakukan penilaiandalam
pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior
dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
b. Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder,
dan menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas auditc.
Mengutamakan reputasi KAP HTMYaitu dengan berpegang pada nilai-nilai
hypernorm, seperti kejujuran,kredibilitas,reliabilitas, dan tanggung jawab.
Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan
perbandingan.Empat tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan
Pimpinan KAPHTM dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat
ditemukancara untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat
secarastrategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stake holder dan meratingnya dari
segikepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stake
holder yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat
memenuhiharapan para stake holder HTM.
KESIMPULAN
1. Resiko etika adalah suatu kemungkinan dilanggarknya etika yang disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan/institusi dalam memenuhi harapan.
2. Manajemen resiko etika adalah tata kelola yang menjunjung kode etik sehingga dapat
meminimalkan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi harapan stakeholder.
3. Kehancuran praktek bisnis yang terjadi beberapa tahun belakangan ini disebabkan oleh
pengabaikan etika oleh pihak bisnis dan pihak terkait sehingga hasilnya membawa
dampak kerugian bagi praktik bisnisnya. Oleh sebab itu perusahaan memerlukan
manajemen resiko etika.
4. Manajemen krisis adalah suatu pengelolaan, penanggulangan, pengendalian krisis hingga
pemulihan citra perusahaan, sangat dibutuhkan untuk menghindari masalah yang timbul
dari pengabaian resiko etika yang ada.
REFERENSI
Brooks, Leonard J. 2006. Business & Professional Ethics for Accountants. Canada: South-
Western College Publishing.
http://www.scribd.com/doc/11460206/Resiko-Etika-Dan-Manajemen-Resiko-Etika