Anda di halaman 1dari 19

MULLER-LYER ILLUSION

01/EXP/2019

Nama Peneliti : Trifena Rannu Bungasalu

NIM : C021181308

Inisial Subjek :N

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 19 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Tanggal Penelitian : 4 Oktober 2019

Waktu Penelitian : Pukul 19.04 – 19.12 WITA

Tempat Penelitian : Ruang PB 143 Program Studi Psikologi FK Unhas

1.1 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan estimasi terhadap standar stimulus dan variabel

stimulus, ketika variabel stimulus digerakkan secara in-ward, out-ward dan in-out-

ward?

1.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis

1.2.1 Kajian Pustaka

1.2.1.1 Persepsi

Persepsi adalah proses yang terjadi saat individu menerima stimulus yang

didahului dengan proses penginderaan. Proses pengindraan dapat berlangsung

1
2

terus-menerus selama individu masih menerima stimulus dari alat indra. Stimulus

diperoleh individu dari luar maupun dalam diri individu tersebut (Walgito, 2010).

Persepsi dapat dipahami sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi

terhadap rangsangan yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang

berarti di dalam diri. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

proses saat individu menerima stimulus-stimulus dari lingkungan sekitar yang

ditangkap oleh alat indra (Walgito, 2010). Persepsi dapat membuat individu sadar

dengan keadaan lingkungan disekitar (Sunaryo, 2013).

Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang

dilakukan dengan proses pengindraan. Proses persepsi dimulai dengan diterimanya

stimulus dari luar oleh alat indra, stimulus akan diteruskan ke otak, setelah itu

individu akan sadar mengenai apa yang akan dipersepsikan. Respon sebagai akibat

dari persepsi dapat diterima dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 2010).

Terdapat istilah size constancy dalam persepsi yang memiliki kaitan erat dengan

ilusi yaitu bahwa suatu benda mempertahankan ukuran yang sama meskipun dalam

realita ada perubahan ukuran. Ukuran gambar pada retina bergantung pada jarak

objek itu dari mata. Objek yang sama dengan dua jarak yang berbeda akan

memproyeksikan gambar dengan ukuran berbeda pada retina (Sternberg, 2009).

1.2.1.2 Atensi

Atensi dapat didefinisikan sebagai konsentrasi aktivitas mental yang

memungkinkan individu mengambil bagian yang terbatas dari informasi yang luas,

baik itu melalui sensorik maupun dari ingatan individu (Shomstein, 2010). Atensi

juga dapat diartikan sebagai cara individu memusatkan perhatiannya pada suatu
3

objek simultan (Colman, 2015). Atensi juga dapat diartikan sebagai cara individu

memusatkan perhatiannya pada suatu objek simultan. Pemusatan adalah inti dari

atensi sehingga atensi berperan mengimplikasikan adanya pengabaian terhadap

objek-objek lain sehingga individu dapat menangani objek-objek tertentu dengan

efektif (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

Lamy (dalam King, 2016) menyatakan bahwa atensi merupakan suatu proses

pemberian fokus pada lingkungan yang dipersempit dalam aktivitas sehari-hari.

Individu sering terlibat dalam proses atensi selektif, yaitu saat individu cenderung

lebih berfokus pada aspek tertentu dan mengabaikan aspek yang lainnya. Atensi

memiliki beberapa sifat, diantaranya sifat selektif dan dapat diubah. Atensi bersifat

selektif karena sumber dalam otak memiliki sifat terbatas sehingga seorang individu

tidak dapat memerhatikan beberapa hal sekaligus. Selain bersifat selektif, atensi

juga dapat diubah atau dialihkan, sehingga ketika individu dapat memerhatikan satu

stimulus dapat dengan mudahnya beralih ke stimulus lain dengan alasan bahwa

individu tersebut dapat melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan.

Morgan (1979) menjelaskan bahwa proses dasar dari atensi adalah filtering atau

penyaringan informasi yang diterima dari rangsangan sensoris. Solso (2007)

memandang atensi sebagai proses kognitif yang menyeleksi informasi penting yang

berada disekitar individu. Sternberg (2009) mengemukakan empat fungsi atensi

sebagai berikut:

1. Fungsi deteksi sinyal dan kewaspadaan. Pada banyak kesempatan, individu

berusaha mendeteksi dengan waspada apakah ia merasakan atau tidak

merasakan sinyal untuk target stimulus tertentu. Dengan atensi, individu dapat
4

waspada, siap untuk mengambil tindakan cepat ketika mendeteksi rangsangan

sinyal.

2. Fungsi pencarian (search). Search mengacu pada scanning atau pemindaian

lingkungan tertentu. Search dapat terjadi ketika individu secara aktif mencari

suatu benda namun individu tersebut juga tidak yakin dimana akan

mendapatkannya. Individu cenderung melakukan pencarian aktif untuk

rangsangan tertentu. Misalnya jika individu mendeteksi asap (sebagai hasil dari

kewaspadaan), ia dapat melakukan pencarian aktif untuk mengetahui dimana

sumber asap.

3. Fungsi selective attention. Fungsi atensi ini terkait dengan memilih rangsangan

yang individu perhatikan dan yang akan diabaikan oleh individu. Dengan

mengabaikan atau paling tidak menghilangkan rangsangan, individu akan

memfokuskan sorot rangsangan yang sangat menonjol. Fokus perhatian yang

terkonsentrasi pada informasi rangsangan tertentu akhirnya yang meningkatkan

kemampuan individu untuk memanipulasi rangsangan tersebut guna proses

kognitif lainnya berjalan, seperti pemahaman verbal atau penyelesaian masalah.

4. Fungsi devided attention. Individu sering berhasil mengerjakan lebih dari satu

tugas pada suatu waktu dan menggeser perhatiannya untuk dialokasikan dengan

hati-hati ke tugas yang lain sesuai dengan kebutuhan. Fungsi atensi ini dapat

menggambarkan bagaimana individu dapat mengerjakan lebih dari satu hal

dalam waktu yang sama.

Morgan (1979) menyatakan bahwa setiap orang tidak dapat mengolah seluruh

informasi yang masuk atau diterima. Proses atensi melibatkan proses penyaringan
5

atau pemblokiran informasi yang tidak penting atau relevan dengan informasi

sensoris yang akan diterima. King (2016) menyatakan bahwa atensi terbagi menjadi

beberapa macam diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Atensi selektif adalah atensi yang memfokuskan pada aspek spesifik sebuah

pengalaman dan mengabaikan aspek yang lain (King, 2016). Atensi selektif

juga memiliki beberapa faktor yang memengaruhi diantaranya harapan,

stimulus dan nilai-nilai.

b) Atensi dialihkan adalah atensi saat individu berfokus pada suatu hal yang

menarik perhatiannya, lalu ada stimulus lain yang datang yang bersifat

mengganggu atensi awal dan menarik perhatian sehingga stimulus tersebut akan

menjadi atensi baru bagi individu tersebut.

c) Atensi terbagi adalah atensi ketika perhatian individu terbagi ke dalam beberapa

hal sehingga individu harus memerhatikan beberapa hal tersebut dalam waktu

yang terjadi secara bersamaan.

Atensi tidak hanya bervariasi berdasarkan jenis fokusnya, tetapi juga apa yang

menjadi fokus dari atensi tersebut. Morgan (1979) berpendapat bahwa di dalam diri

manusia terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang bertugas dalam

mengarahkan atensi. Faktor eksternal terdiri dari intensitas dan ukuran, kontras dan

novelty, pengulangan, serta pergerakan. Faktor internal terdiri dari motive atau

needs, preparatory, dan interest.

Atensi juga dapat terjadi secara sadar dan tidak sadar. Contoh atensi yang terjadi

secara sadar, yaitu ketika melihat sebuah baju yang dipajang. Atensi secara sadar

membantu diri untuk lebih mengendalikan tingkah laku. Contoh dari atensi secara
6

tidak sadar yaitu ketika mengarahkan pandangan rangsangan yang menarik kognisi.

Saat pandangan diarahkan, rangsangan tersebut terjadi secara otomatis, misalnya

saat melihat baju yang dipajang depan butik (Danarjati, Murtiadi, & Ekawati,

2013).

King (2016) membedakan proses atensi pada pemrosesan top-bottom dan

bottom-up. Proses top-bottom merupakan proses yang melibatkan kognisi pada

tingkat yang lebih tinggi di bagian otak (King, 2016). Proses top-bottom terjadi

ketika individu merasakan apa yang sedang terjadi saat itu dan mengaplikasikan

kerangka kerja tersebut pada informasi terhadap dunia luar. Selama proses top-

down, persepsi dipandu oleh pengetahuan tingkat tinggi, pengalaman, harapan, dan

motivasi (Feldman, 2011). Individu dapat mengetahui arti dari kalimat dengan

huruf-huruf yang hilang karena pengalaman membaca sebelumnya.

Selama proses bottom-up, reseptor sensoris yang dimiliki akan mencatat

sejumlah informasi mengenai lingkungan luar, kemudian reseptor sensoris akan

mengirimkan ke otak untuk dilakukan analisis dan dinterpretasikan. Hal ini dapat

diartikan bahwa informasi akan diambil dari lingkungan lalu akan diproses

sehingga dapat dipahami. Proses top-bottom dan bottom-up dapat lebih

menjelaskan proses terjadinya persepsi (King, 2016).

1.2.1.3 Ilusi

Ilusi merupakan persepsi dari suatu stimulus visual yang merepresentasikan apa

yang dipersepsikan dalam suatu cara yang berbeda dengan realita yang ada (Solso,

2007). Matsumoto (2009) mengartikan ilusi sebagai sebuah persepsi informasi

sensorik yang tidak melekat pada stimulus itu sendiri. King (2016) mendefinisikan
7

bahwa ilusi merupakan sesuatu yang tidak benar namun bukan sesuatu yang bersifat

abnormal.

Ilusi juga memberikan penjelasan tentang bagaimana gambaran proses persepsi

terjadi (King, 2016). Beberapa ilusi terkenal seperti ilusi Pogendorff dan Muller-

Lyer dapat berhasil ketika sistem sensorik dan persepsi individu disesatkan oleh

informasi yang sama (Sternberg, 2009). Perbedaan budaya juga sangat

memengaruhi persepsi saat individu berhadapan dengan ilusi. Interpretasi dari yang

ditangkap oleh alat visual individu terkadang berbeda-beda sesuai dengan budaya

yang telah membentuk sudut pandang khas individu (Feldman, 2011).

Ilusi mempunyai beberapa tipe yang terdiri dari 200 tipe ilusi. Beberapa

diantara tipe ilusi yang biasa ditemukan adalah ilusi Muller-Lyer, ilusi Ponzo, dan

garpu tala iblis. Ilusi Muller-Lyer merupakan bagian dari ilusi visual. Ilusi visual

berkaitan dengan stimulus fisik, terutama bagian visual yang secara konsisten

menghasilkan kegagalan dalam persepsi (Feldman, 2011).

1.2.1.4 Ilusi Muller-Lyer

Drever (dalam Sobur, 2016) mengatakan bahwa ilusi Muller-Lyer berhubungan

dengan jarak dan dapat terjadi saat dua buah garis secara objektif tampak tidak sama

panjangnya karena ada garis-garis lain yang membentuk sebuah panah pada ujung

garis tersebut. Ilusi Muller Lyer dapat dipahami sebagai kombinasi dari dua faktor

yang berlawanan, yaitu confluxion (pertemuan) dan kontras (Zeman, 2013). Ilusi

Muller-Lyer dicetuskan pertama kali oleh seorang psikiater dan sosiolog asal

Jerman bernama Franz Müller-Lyer pada tahun 1889. Colman (2003)

mendefinisikan ilusi Muller-Lyer sebagai sebuah garis dengan panah mengarah ke


8

dalam terlihat lebih pendek dibandingkan dengan sebuah garis yang sama

panjangnya tapi disertai dengan panah mengarah ke luar.

Feldman (2011) menjelaskan bahwa dalam ilusi Muller-Lyer, eye-movements

dari individu cenderung lebih besar terjadi ketika ujung panah mengarah ke dalam

sehingga membuat individu melihat garis tersebut lebih panjang daripada garis

dengan ujung panah mengarah ke luar. Pola-pola dalam ilusi Muller-Lyer

diciptakan untuk menjawab pertanyaan tentang jalur aliran informasi dalam sistem

ilusi visual yang bisa saja terbentuk. Pola-pola ini dapat menghasilkan ilusi.

Ilusi Muller-Lyer dapat diperkuat dengan cara mengatur sudut kemiringan ujung

panahnya. Semakin tajam sudut yang dihasilkan, maka semakin kuat ilusi tersebut.

Sudut kemiringan ujung panah dalam ilusi Muller-Lyer dapat membuat individu

keliru dalam mempersepsikan panjang garis dalam ilusi tersebut (Sternberg, 2009).

1.2.2 Hipotesis

1.2.2.1 Individu

Ada perbedaan estimasi terhadap standar stimulus dan variabel stimulus, ketika

variabel stimulus digerakkan secara in-ward, out-ward dan in-out-ward untuk

individu.

1.2.2.2 Kelompok

Ada perbedaan estimasi terhadap standar stimulus dan variabel stimulus, ketika

variabel stimulus digerakkan secara in-ward, out-ward dan in-out-ward untuk

kedudukan individu dalam kelompok.

1.3 Metode Penelitian


9

1.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan The One

Shot Case Study.

1.3.2 Sarana Penelitian

Sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Muller Lyer Illusions

Apparatus.

1.3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dijalankan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan segala sesuatunya termasuk sarana yang akan

digunakan.

2. Observer menempati tempat duduk yang telah disediakan.

3. Peneliti mempersilahkan subjek penelitian (OP) memasuki tempat penelitian.

4. OP duduk pada kursi yang telah disediakan menghadap papan ilusi dengan jarak

dua (2) meter.

5. Peneliti memberikan instruksi awal berupa pengantar pada OP.

6. Peneliti memberikan instruksi penelitian sebagai berikut: “Di hadapan Saudara,

terdapat sebuah alat yang bernama ilusi Muller Lyer. Pada alat tersebut, terdapat

sebuah garis di sisi kiri saudara yang telah ditentukan posisinya, sehingga tidak

bisa Anda ubah. Tugas Anda adalah memberikan arahan kepada praktikan agar

garis di sisi kiri sama panjang dengan garis di sisi kanan, dengan menggeser

garis di sisi kanan ke arah dalam (in-ward), luar (out-ward), dan bebas (in-out-

ward). Apakah ada pertanyaan? Bisa kita mulai?”.


10

7. Percobaan ini di lakukan lima belas kali (15), yaitu lima (5) kali in-ward, lima

(5) kali out-ward dan lima (5) kali in-out-ward.

8. Peneliti memberikan instruksi akhir berupa penutup pada OP.

9. Peneliti mempersilahkan dan menemani OP keluar ruangan.

10. Peneliti masuk kembali ke dalam ruangan dan membenahi segala sesuatunya.

1.4 Hasil

1.4.1 Pencatatan Hasil

1.4.1.1 Individu

Bagian I Bagian II Bagian III Standar


In-ward Out-ward In-out-ward
-2 -3.1 -2.9 0
-2.2 -5.8 -3.2 0
-2.1 -5.5 -2.1 0
-3.8 -4.7 -3.4 0
-4.8 -3.4 -3 0
X A= -14.9 X B= -22.5 X C= -14.6 X A= 0
Rata-rataA= -2.98 Rata-rataB= -4.5 Rata-rataC= -2.92 Rata-rata= 0

Data yang dimasukkan ke dalam tabel adalah hasil data yang diperoleh melalui

praktikum.

1.4.1.2 Kelompok

No. Subjek In-ward Out-ward In-out-ward


1. ST -3.68 -4.86 -4.4
2. LSR -3.72 -4.8 -7.48
3. DM -3.26 -2.5 -2.58
4. ANS -0.46 -3.76 -3.22
5. N -2.98 -4.5 -2.92
X -14.1 -20.41 -20.6
X 2 198.81 416.97 424.36

Data yang dimasukkan ke dalam tabel adalah nilai rata-rata individu dalam

kelompok.
11

1.4.2 Pengolahan Hasil

1.4.2.1 Individu

Bagian Rata-rata Standar Kesimpulan


In-ward -2.98 0 Rata-rata <
Out-ward -4.5 0 Standar
In-out ward -2.92 0

Data yang dimasukkan ke dalam tabel adalah nilai rata-rata dari individu.

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil in-ward, out-ward, dan in-

out-ward lebih kecil dibandingkan dengan standar stimulus.

1.4.2.2 Kelompok

1. Hipotesis 1

No. Subjek Z Score Z Score Z Score


In-ward Out-ward In-out-ward
1. ST -0.63493 -0.78569 -0.14005
2. LSR -0.66446 -0.72494 -1.68055
3. DM -0.32485 1.60378 0.77025
4. ANS -1.72437 0.32805 -0.45015
5. N -0.11813 -0.42120 -0.60020

Data yang dimasukkan ke dalam tabel adalah nilai Z score kelompok yang

diperoleh melalui analisis data menggunakan aplikasi SPSS versi 22. Data yang

digunakan untuk mencari Z score yaitu jumlah hasil masing-masing testee.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai Z score yang berbeda-beda

2. Hipotesis 2

a. Hasil Uji In-ward


12

Tabel Test Statisticsa

In-ward Standar
Asym.Sig. (2-tailed) 0.043

a. Wilcoxon Signed Rank Test

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil

pengolahan data in-ward kelompok dengan uji Wilcoxon menggunakan aplikasi

SPSS versi 22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,043. Signifikansi nilai t lebih

kecil dari 0.05, maka diperoleh hasil yang signifikan.

b. Hasil Uji Out-ward

Tabel Test Statisticsa

Out-ward Standar
Asym.Sig. (2-tailed) 0.043

a. Wilcoxon Signed Rank Test

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil

pengolahan data out-ward kelompok dengan uji Wilcoxon menggunakan aplikasi

SPSS versi 22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,043. Karena signifikansi nilai

t lebih kecil dari 0.05 (nilai t > 0.05), maka diperoleh hasil yang signifikan.

c. Hasil Uji In-out-ward

Tabel Test Statisticsa

Out-ward Standar
Asym.Sig. (2-tailed) 0.043

a. Wilcoxon Signed Rank Test


13

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil

pengolahan data in-out-ward kelompok dengan uji Wilcoxon menggunakan aplikasi

SPSS versi 22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,043. Karena signifikansi nilai

t lebih kecil dari 0.05 (nilai t > 0.05), maka diperoleh hasil yang signifikan.

1.4.3 Observasi

1.4.3.1 Kondisi Fisik

Berikut ini adalah kondisi fisik yang teramati dalam praktikum ini:

1. Terdapat dua buah Air Conditioner (AC) yang dinyalakan saat praktikum

berlangsung.

2. Terdapat empat buah lampu yang dinyalakan saat praktikum berlangsung.

3. Terdapat empat buah kursi yang dipakai saat praktikum, satu meja dosen dan

satu kursi dosen. Terdapat dua orang asisten yang selalu berada di dalam ruangan

selama praktikum berlangsung.

4. Terdapat dua box makanan beserta minuman yang berada di atas meja dosen.

5. Terdapat dua buah alat praktikum Muller-Lyer yang berada di atas kursi.

6. Terdapat gorden dan jendela dalam keadaan tertutup.

1.4.3.2 Kondisi Psikologis

Berikut ini adalah kondisi psikologis yang teramati dari testee dalam praktikum ini:

1. Berdasarkan hasil interview dengan testee, testee mengatakan bahwa saat proses

praktikum testee merasa sedikit tegang.

2. Testee gagal memahami instruksi yang diberikan oleh praktikan, sehingga

penjelasan instruksi harus diulang kembali. Berdasarkan hasil interview dengan


14

testee, testee mengatakan bahwa hal itu terjadi karena testee kurang fokus di

awal praktikum.

3. Saat testee mendengarkan instruksi, beberapa kali testee terlihat

mencondongkan badannya ke depan. Berdasarkan hasil interview dengan testee,

hal tersebut dilakukan karena testee ingin mendengarkan lebih jelas instruksi

dari praktikan.

4. Berdasarkan hasil interview dengan testee, testee mengatakan ketika masuk

testee merasa lelah karena baru saja naik ke lantai 3 dari lantai 1 dan langsung

diminta masuk ke ruang praktikum.

5. Berdasarkan hasil interview dengan testee, testee awalnya bertanya-tanya dalam

diri mengenai apa sebenarnya yang akan testee lakukan dalam praktikum ini.

6. Berdasarkan hasil interview dengan testee, testee merasa senang selama

praktikum berlangsung karena praktikum tersebut merupakan pengalaman

pertama bagi testee.

1.5 Pembahasan

1.5.1 Individu

Testee yang berinisial N dapat menyelesaikan tiga bagian pada praktikum ini,

yaitu bagian in-ward, out-ward, dan in-out-ward. Setiap bagian pada praktikum ini

mendapatkan jawaban yang berbeda-beda dari testee. Bagian in-out-ward adalah

bagian yang jika dilihat dari jawaban testee, lebih mendekati stimulus standar

daripada bagian yang lain. Jumlah jawaban yang diperoleh testee pada masing-

masing bagian adalah -14.9 untuk in-ward, -20.5 untuk out-ward, dan -14.6 untuk
15

in-out-ward. Secara keseluruhan, testee menaksir terlalu rendah dalam menentukan

apakah kedua garis telah sama panjang.

Testee mengatakan bahwa ketika masuk, testee merasa biasa saja namun juga

lelah, sehingga selama praktikum testee berusaha fokus dengan hanya

mendengarkan praktikan dan mencondongkan badan ke depan. Rasa lelah yang

dialami testee diakui memengaruhinya dalam mendengarkan penjelasan praktikum

pada saat itu, sehingga praktikan harus mengulang penjelasan. Dalam penjelasan

yang kedua, testee sudah mulai memahami instruksi. Keadaan yang dialami testee

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sternberg (2009) yang menyatakan

fungsi selective atensi terkait pemilihan rangsangan yang akan diperhatikan dan

yang akan diabaikan oleh individu. Dengan mengabaikan atau paling tidak

menghilangkan rangsangan, individu akan memfokuskan sorot rangsangan yang

sangat menonjol. Fokus perhatian yang terkonsentrasi pada informasi rangsangan

tertentu akhirnya yang meningkatkan kemampuan individu untuk memanipulasi

rangsangan tersebut guna proses kognitif lainnya berjalan.

Dari hasil wawancara, testee merasa telah melihat garis yang sama panjang atau

sudah mendekati dan merasa jawabannya telah benar. Namun dari pencatatan hasil

yang dilakukan oleh praktikan, rata-rata jawaban yang diperoleh testee pada

masing-masing bagian adalah -2.98 untuk in-ward, -4.5 untuk out-ward, dan -2.92

untuk in-out-ward. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh

Sternberg (2009) mengenai size constancy dalam persepsi yang memiliki kaitan

yang erat dengan ilusi yaitu bahwa suatu benda, secara objektif, dinilai

mempertahankan ukuran yang sama meskipun dalam realita ada perubahan ukuran.
16

1.5.2 Kelompok

Data yang berupa jumlah hasil testee pada masing-masing bagian dalam

praktikum ini dianalisis dengan uji Wilcoxon menggunakan aplikasi SPSS versi 22.

Berdasarkan analisis diperoleh hasil dengan yang signifikansi sebesar 0.043. Hasil

yang diperoleh kelima testee memperlihatkan kemiripan yaitu kesalahan yang

dilakukan pada bagian pertama (in-ward) lebih kecil dibandingkan kesalahan yang

dilakukan pada bagian kedua (out-ward). Namun pada testee berinisial DM, hasil

yang diperoleh menunjukkan sebaliknya, kesalahan yang dilakukan pada bagian in-

ward lebih besar dibandingkan kesalahan pada bagian out-ward.

Keadaan yang dialami testee sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Sternberg (2009) yang menyatakan fungsi selective atensi terkait pemilihan

rangsangan yang akan diperhatikan dan yang akan diabaikan oleh individu. Dengan

mengabaikan atau paling tidak menghilangkan rangsangan, individu akan

memfokuskan sorot rangsangan yang sangat menonjol. Fokus perhatian yang

terkonsentrasi pada informasi rangsangan tertentu akhirnya yang meningkatkan

kemampuan individu untuk memanipulasi rangsangan tersebut guna proses kognitif

lainnya berjalan.

1.6 Simpulan

1.6.1 Individu

Berdasarkan data hasil praktikum yang telah diperoleh, terlihat bahwa terdapat

perbedaan jumlah dan rata-rata kesalahan yang diperoleh pada masing-masing

bagian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan estimasi terhadap


17

standar stimulus dan variabel stimulus ketika variabel stimulus digerakkan secara

in-ward, out-ward dan in-out-ward untuk individu. Testee berinisial N memberikan

jawaban yang paling mendekati standar stimulus saat variabel stimulus digerakkan

secara in-out-ward.

1.6.2 Kelompok

Berdasarkan data hasil analisis uji Wilcoxon dengan aplikasi SPSS versi 22,

diperoleh hasil dengan nilai signifikansi sebesar 0.043. Nilai signifikansi yang lebih

kecil dari 0.05 menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan estimasi terhadap standar stimulus dan

variabel stimulus ketika variabel stimulus digerakkan secara in-ward, out-ward dan

in-out-ward untuk kelompok.

1.7 Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Ilusi yang berkaitan dengan persepsi dan atensi seseorang seringkali dijumpai di

kehidupan sehari-hari. Berikut penerapan ilusi Muller Lyer dalam kehidupan

sehari-hari:

1. Ilusi Muller-Lyer berperan di bidang desain karena dapat membuat individu

keliru dalam mempersepsikan jarak dan ukuran, serta memberikan kesan atau

motif yang bervariasi (Kalat, 2011).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Weckowicz (1960) mengungkap bahwa ilusi

Muller-Lyer dapat digunakan untuk melihat perbedaan respons antara individu

normal, pasien schizophrenia, dan pasien non-schizophrenia, ditinjau dari


18

kerentanan menghasilkan kesalahan persepsi dibandingkan pasien non-

schizophrenia dan individu normal.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2017) menunjukkan bahwa ilusi

Muller-Lyer dapat digunakan untuk melihat pengaruh personality traits

terhadap kecenderungan pada ilusi. Penelitian ini menunjukkan bahwa tentara

militer pada penelitian ini memiliki personality traits yang tinggi pada

aggression-hostility dan sociability yang berkorelasi dengan rendahnya

kesalahan persepsi dalam ilusi Muller-Lyer.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Van Der Kamp (2008) menunjukkan bahwa

sesuai dengan prinsip ilusi Muller Lyer, posisi tangan penjaga gawang

memengaruhi persepsi pemain bola lainnya terkait tinggi badan penjaga

gawang.

5. Penelitian yang dilakukan Baroun (2005) menunjukkan bahwa pria dan wanita

dalam kategori kecemasan tinggi cenderung melakukan kesalahan yang lebih

besar dalam mempersepsikan ilusi Muller-Lyer. Ilusi Muller-Lyer dapat

digunakan untuk melihat pengaruh tingkat kecemasan dalam kesalahan

persepsi individu.

Makassar, 17 Oktober 2019

Peneliti

Trifena Rannu Bungasalu

NIM C021181308
19

Asisten Praktikum 1 Asisten Praktikum 2

Cindy Firdayani Suleman Evelyn Iriani Wijaya

NIM Q11116011 NIM C021171513

Anda mungkin juga menyukai