Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARU

Disusun oleh :

NAMA :THALITHA NOVIA

NIM : PO.62.20.1.17.347

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN REGULER IV

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PARU

1. Konsep dasar
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik.
A. Pengertian
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal.
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga
dada.
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
B. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan –
bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan
perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis.
1) Pengaruh rokok.
2) Pengaruh paparan industri
3) Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya
penyakit lain.
4) Pengaruh genetik dan status imunologis.
C. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko
terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang
bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan
perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit
tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
(DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama
mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan
kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak
terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya
terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk
dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya
tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel
skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan
letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan
sel ini lambat.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
1) Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon
terhadap infeksi sekunder.
2) Napas pendek-pendek dan suara parau
3) Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
4) Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
5) Hilang nafsu makan dan berat badan
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2) Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b.Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c.Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3) Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4) Pencitraan
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
F. Penatalaksanaan dan Pengobatan
1) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
g. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
h. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
i. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru
pada stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua
macam target terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut :
a) Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR
(Epidermal Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel
kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak
mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk
tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk
memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada
pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum
menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk
pil.
b) Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk
melawan protein untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh
darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup
pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai
kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel.
Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan
umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-
paru.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
TUMOR PARU
A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum:
 Lemah
 Sesak yang disertai dengan nyeri dada
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin
 Dispnea karena aktivitas
Tanda :
 Kelesuan( biasanya tahap lanjut)
b) Sirkulasi
Gejala :
 JVD (obstruksi vana kava).
 Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
 Takikardi/ disritmia.
 Jari tabuh.
c) Integritas ego
Gejala :
 Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
 Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda :
 Kegelisahan
 Insomnia
 Pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi
Gejala :
 Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil)
 Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
e) Makanan atau cairan
Gejala :
 Penurunan berat badan
 Nafsu makan buruk
 Penurunan masukan makanan
 Kesulitan menelan
 Haus atau peningkatan masukan cairan
Tanda :
 Kurus atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
 Edema wajah/ leher
 Dada punggung (obstruksi vena kava)
 Edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
 Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
f) Nyeri/ kenyamanan
Gejala :
 Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada
tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi
 Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
 Nyeri abdomen hilang timbul
g) Pernafasan
Gejala :
 Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum
 Nafas pendek
 Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
 Serak, paralysis pita suara.
 Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis

Tanda :
 Dispnea meningkat dengan kerja
 Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
 Krekels atau mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara)
 Krekels atau mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi)
 Hemoptisis
h) Keamanan
Tanda :
 Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
 Kemerahan
 Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i) Seksualitas
Tanda :
 Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
 Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala :
 Faktor resiko keluarga
 Kanker(khususnya paru)
 Tuberculosis
 Kegagalan untuk membaik
(Doenges, 2000).

5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
 Sesak nafas, nyeri dada
 Batuk produktif tak efektif
 Suara nafas: mengi pada inspirasi
 Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
 tachycardia, disritmia
 menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
d) Sistem urinarius
 Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
 Perasaan takut/takut hasil pembedahan
 Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Massa pada mediastinum Ketidakefektifan pola


nafas
- Klien mengungkapkan
sesak saat ber-nafas dan dada
Menekan rongga paru
terasa berat.

Penurunan ekspansi paru


DO :

- Keadaan umum agak


lemah. Pengembangan paru
terbatas
- Suara nafas menghilang
pada dada anterior.

- Pada perkusi dada Klien sesak


terdengar redup.

- Respirasi 36 x/mnt,
cepat dan dangkal.

2. DS : Obstruksi jalan nafas oleh Gangguan pertukaran


sekresi dan spasme gas
- Pasien mengelu sesak
bronkus
dan nyeri saat bernafas

DO :
Kerusakan alveoli
- Gelisah,

- Nilai GDA tidak normal,


Bronkiektasis/Aktelektasis
- Perubahan TTV

3. S: -Mengeluh sakit disertai Intrapulmoner Metastatik Gangguan Rasa


rasa nyeri yang menetap nyaman (Nyeri)

O: - Pasien tampak gelisah


- Wajahya terlihat pucat Adanya Invasi kanker ke
pleura, atau dinding dada.
- Tanda vital : TD: 130/90
mmHg, Nadi : 120 x / m, Suhu :
39 , RR: 36 x/m.

4. DS : Sesak Psikologis Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
- Mengatakan nafsu
makan menurun dan terasa
Mual
mual

DO:
Anoreksia
- Penurunan berat
badan,(BB sebelumnya
66kg,setelah masuk RS BB
55Kg)

- Lemas,

- Porsi makan tidak


habis,makan hanya 2 - 4 sendok

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli
3. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke
pleura, atau dinding dada.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia
D. Intervensi Keperawatan

Tgl No TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


dx
1. Setelah di lakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk mengetahui
tindakan kedalaman pernafasan dan frekuensi & kedalan
keperawatan 1x24 ekspansi dada. pernafasan karena
jam di harapkan kedalamam pernafasan
pola nafas klien bervariasi tergantung
efektif dengan KH: derajat gagal nafas.
- Klien 2. Auskultasi bunyi nafas, 2. Perubahan bunyi nafas
mengungkapkan dan catat adanya bunyi menunjukan obstruksi
sesak berkurang/ nafas tambahan. sekunder
tidak sesak. 3. Observasi pola batuk 3. Kongesti alveolar
- Respirasi dalam dan karakter secret mengakibatkan batuk
batas normal. kering/iritatif
- Tidak 4. Berikan pada klien 4. Posisi membantu
menggunakan otot posisi semi fowler. memaksimalkan ekspansi
bantu pernafasan paru dan menurunkan
upaya pernafasan
5. Memaksimalkan
5. Kolaborasi dalam pernafasan dan
pemberian oksigen menurunkan kerja nafas.
tambahan. 6. Memberikan
6. Berikan humidifikasi kelembaban pada
tambahan. membran mukosa dan
membantu pengenceran
secret

2. Setelah dilakukan 1. Kaji frekluensi dan 1. Berguna dalam


tindakan kedalaman pernafasan. evaluasi derajat distress
keperawatan 2x24 pernafasan dan kronisnya
diharapkan pasien prosespenyakit.
menunjukkan 2. Area yang tak
perbaikan ventilasi 2. Auskultasi paru untuk terventilasi dapat
dan oksigenasi penurunan bunyi nafas dan diidentifikasikan dengan
jaringan yang adanya bunyi tambahan tak adanya bunyi nafas.
adekuat 3. Menunjukan
danPertukaran gas 3. Observasi ferfusi hipoksemia sistemik.
efektif.dengan daerah akral dan sianosis ( 4. Jalan nafas
KH: daun telinga, bibir, lidah lengket/kolaps
- Tidak bingung dan membran lidah ) menurunkan jumlah
dan gelisah 4. Lakukan tindakan untuk alveoli yang berfungsi
- TTV normal memperbaiki jalan nafas Secara negatif
- Tidak sesak 5. Tinggikan mempengaruhi
- Nilai GDA kepala/tempat tidur sesuai pertukaran gas.
normal dengan kebutuhan. 5. Meningkatkan
6. Kaji TTV ekspansi dada maksimal,
7. Monitor GDA membuat mudah bernafas
8. Berikan o2 tambahan meningkatkan
sesuai dengan indikasi hasil kenyamanan.
GDA. 6. Takikardia, disritmia
dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
8. Dapat
memperbaiki/mencegah
buruknya hipoksia.
3 Seteh di lakukan 1. Tanyakan pasien 1. Membantu dalam
tindakan tentang nyeri, Tentukan evaluasi gejala nyeri
keperawatan karaktersitik nyeri kanker yang dapat
selama 1x24 jam melibatkan visera, saraf
Nyeri hilang/ atau jaringan tulang
berkurang dengan 2. Buat skala nyeri 0-10 2. Penggunaan skala
KH: rentang intensitasnya rentang membantu pasien
- TTV normal dalam
- Klien nampak mengkaji tingkat nyeri
rileks. 3. Observasi tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
- Klien dapat vital Penurunan tekanan darah
tidur. : peningkatan nadi dan
- Klien dapat pernafasan
berpartisi dalam 4. Kaji pernyataan verbal 4. Ketidaksesuaian
aktivitas. dan non verbal nyeri antara verbal dan non
pasien. verbal
menunjukan.derajat nyeri
5. Memberikan obat
5. Evaluasi keefektifan berdasarkan aturan.
pemberian obat
6. Berikan tindakan 6. Meningkatkan
kenyamanan, ubah posisi, relaksasi dan pengalihan
dll. perhatian..
7. Berikan lingkungan 7. Penurunan stress,
tenang. menghemat energy
8. Kolaborasi: Berikan 8. Mempertahankan
analgesik rutin s/d indikasi. kadar obat, menghindari
puncak periode nyeri
4. Setelah di lakukan 1. Catat ststus nutrisi 1. Berguna dalam
tindakan pasien pada penerimaan, mengidentifikasi derajat
keperawatan catat turgor kulit, berat kurang nutrisi dan
sselama 2x 24 badan dan derajat menentukan pilihan
jamNutrisi klien kekurangan berat badan intervensi
terpenuhi. 2. Berikan penjelasan
Dengan KH: tentang pentingnya 2. Meningkatkan
- Berat badan makanan yang adekuat dan pengetahuan dan
bertambah dan. bergizi kepatuhan untuk
- Menunjukan menjalankan program
perubahan pola 3. Pastikan pola diet diet sesuai atura
makan. pasien yang disukai/tidak 3. Pertimbangan
disukai keinginan individu dapat
memperbaiki masukan
4. Awasi diet.
pemasukan/pengeluaran 4. Mengukur kefektifan
dan berat badan secara nutrisi dan dukungan
periodic cairan.
5. Dorong klien untuk
makan diet TKTP 5. Peningkatan
pemenuhan kebutuhan
dan kebutuhan
6. Pertahankan higiene pertahanan tubuh
mulut 6. Akumulasi partikel
makanan di mulut
menambah rasa
ketidaknyamanan pada
mulut dan menurunkan
7. Kolaborasi dengan nafsu makan
Ahli gizi dalam pemberian 7. Meninkatkan
makanan kemampuan asupan
sesuai dengan
kemampuan klien
DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA


MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction.

PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP PPNI.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai