Diajukan Oleh :
WAHYU AREFIANTO
6773
Disusun Oleh :
Mengetahui,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan
pada :
Hari : ..................................
Tanggal : ..................................
Tempat : ..................................
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan
kerja praktik dan menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik ini. Laporan
Kerja Praktik ini disusun berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktik yang dilakukan
di PT Indonesia Power UP Semarang selama 2 bulan untuk memenuhi tugas
sebagai syarat mengikuti Ujian Semester 5 tahun pelajaran 2019/2020 di SMK
NEGERI 2 KENDAL. Penyusunan laporan Kerja Praktik ini diharapkan dapat
memberikan sedikit tambahan pengetahuan bagi para pembaca.
Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Kerja praktik ini. Secara
khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Agus Basuki, S.Pd selaku guru pembimbing, yang telah membimbing
penulis.
2. Bapak Suparlan selaku General Manager PT Indonesia Power UP Semarang.
3. Bapak Agung Pikanandra Wibawa selaku Supervisor dan Pembimbing
Lapangan Divisi Pemeliharaan Listrik PLTGU Blok 2 PT Indonesia Power UP
Semarang.
4. Bapak Darmawan H.S SPS KAS, Staff Humas PT Indonesia Power UP
Semarang.
5. Seluruh teknisi Divisi Pemeliharaan Listrik PLTGU Blok 2 PT Indonesia
Power UP Semarang.
6. Seluruh karyawan asisten teknisi yang telah membantu terlaksananya Kerja
Praktik di PT Indonesia Power UP Semarang.
7. Teman-teman Praktik Kerja Lapangan, teman-teman IP Pintar dan PT
Indonesia Power UP Semarang.
Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
memberikan limpahan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu, serta teman-teman
iv
sekalian. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan
laporan ini menjadi lebih baik, karena masih terdapat banyak kekurangan daik
dari segi materi maupun penulisannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini masih
terdapat banyak kesalahan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis,
baik dari segi materi yang dibahas maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan
penyusunan laporan di masa yang akan datang. Semoga laporan Kerja Praktik ini
bisa memberi sedikit manfaat bagi beberapa pihak.
Wahyu Arefianto
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
vii
2.7 Kapasitas Daya PT Indonesia Power UP Semarang ............................. 14
2.8 Lokasi PT Indonesia Power .................................................................. 15
2.9 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UP Semarang ..................... 16
BAB III DASAR TEORI .................................................................................... 18
3.1 Proses Produksi Listrik PLTU dan PLTGU ......................................... 18
3.1.1 Siklus PLTU ............................................................................ 18
3.1.2 Siklus PLTGU ......................................................................... 21
3.2 Gas Turbin Generator (GTG) ............................................................... 25
3.2.1 Cranking Motor ....................................................................... 25
3.2.2 Compressor ............................................................................. 26
3.2.3 Air Filter.................................................................................. 27
3.2.4 Combustion Chamber.............................................................. 27
3.2.5 Turbin Gas ............................................................................... 28
3.2.6 Selektor Valve / Damper ......................................................... 29
3.3 Heat Recovery Steam Generator (HRSG) ............................................ 30
3.3.1 Low Pressure dan High Pressure Drum. ................................ 32
3.4 Steam Turbine Generator (STG) .......................................................... 33
3.4.1 Turbin Uap .............................................................................. 33
3.4.2 Kondenser................................................................................ 33
3.4.3 Generator Turbin Uap ............................................................. 34
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 35
4.1 Pemutus Tenaga .................................................................................... 35
4.1.1 Pengertian Circuit Breaker...................................................... 35
4.1.2 Spesifikasi Circuit Breaker ..................................................... 36
4.2 Pemeliharaan ........................................................................................ 37
4.2.1. Pemeliharaan Terencana (Scheduled Maintenance)............... 37
4.2.2. Pemeliharaan Tidak Terencana (Unscheduled Maintenance) 40
4.3 Persiapan Pemeliharaan ........................................................................ 41
4.4 Pelaksanaan Pemeliharaan.................................................................... 42
4.4.1. Prosedur Pemeriksaan dan Pembersihan Circuit Breaker ..... 42
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 45
viii
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 45
5.2 Saran ..................................................................................................... 45
5.2.1. Saran Yang Terkait Dengan Laporan ..................................... 45
5.2.2 Saran Ke Perushaan ................................................................. 45
5.2.3 Saran Kepada Pihak Sekolah................................................... 46
DAFTARPUSTAKA ........................................................................................... 47
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain itu Praktik Kerja Lapangan mampu mengembangkan kemampuan
siswa. Dimana para siswa akan menadapatkan pengalaman di dunia kerja. Selain
untuk memenuhi kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat
menjadi penghubung antara dunia industri dengan dunia pendidikan serta dapat
menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga siswa akan mampu
mengatasi persaingan di dunia kerja.
Pada dasarnya permasalannya dalam dunia usaha sangatlah luas sehingga
perlu adanya pengulangan dan mengingat mutu pendidikan telah menjadi sorotan
di mata dunia pendidikan baik dari dalam maupun luar negeri demi terciptanya
sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu membuat dunia menjadi
maju dan menjadikan kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu semua teori-teori yang dipelajari dari berbagai mata
pelajaran disekolah dapat secara langsung dipraktikkan di dunia industri maupun
masyarakat. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa teori yang dipelajari sama
dengan yang ditemui didalam prakteknya sehingga teori tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan
suatu ilmu pengetahuan dasar bagi perwujudan praktik. Oleh karena itu untuk
memperoleh pengalaman dan perbandingan antara teori dan praktik, maka siswa
diharuskan menjalani praktek kerja lapangan di instansi pemerintah atau
perusahaan swasta sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum
menyelesaikan studinya.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktik ini penulis ditempatkan di bagian
Pemeliharaan Listrik PLTGU Blok 2. Kerja Praktik yang telah dilaksanakan di
PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang memberikan banyak
pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam berbagai disiplin ilmu dan
pengetahuan tentang dunia kerja. Dari sekian banyak pengetahuan yang penulis
dapatkan selama Kerja Praktik, maka didalam laporan ini penulis membahas
mengenai “Pemeliharaan breaker motor Low Pressure Circulation Pump HRSG
2.2.”
2
1.2. Perumusan Masalah
Circuit Breaker atau saklar pemutus tenaga adalah komponen sebagai
pemutus bilamana terjadi gangguan arus lebih atau hubung singkat yang
menyebabkan terjadi kerusakan pada sistem. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeliharaan agar dapat memperkecil terjadinya kerusakan tersebut. Hal yang
akan dibahas adalah :
1. Apa itu Circuit Breaker?
2. Bagaimana prosedur pemeliharaan Circuit Breaker?
3. Bagaimana pengujian setelah pemeliharaan Circuit Breaker?
3
1.5. Maksud dan Tujuan Kerja Praktik
1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berharga,
memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di
lapangan.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek-aspek usaha yang
professional dalam lapangan kerja antara lain struktur organisasi,
jenjang karir dan teknik.
3. Untuk mencapai Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK
NEGERI 2 KENDAL).
4. Memantapkan keterampilan siswa yang telah diperoleh di sekolah
melalui praktek langsung di dunia kerja.
5. Memperluas wawasan siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan yang ada di
perusahaan.
6. Membekali siswa dengan sebuah pengalaman bekerja dan
meningkatkan kedisiplinan.
4
1.7. Sistematika Penyusunan Laporan
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, penulis membagi dalam 5
(lima) bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan
Laporan Kerja Praktik adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, waktu dan lokasi kerja praktik, maksud dan tujuan kerja praktik,
batasan masalah, metode pengambilan data, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang sejarah PT Indonesia Power, visi, misi, motto,
tujuan dan paradigma PT Indonesia Power, makna dan bentuk logo PT Indonesia
Power, budaya perusahaan, filosofi perusahaan, nilai perusahaan, bisnis utama PT
Indonesia Power, profil PT Indonesia Power, kapasitas daya Indonesia Power,
Lokasi PT Indonesia Power, dan Struktur organisasi di PT Indonesia Power UP
Semarang.
BAB III DASAR TEORI
Bab ini membahas tentang proses produksi listrik PLTGU dan PLTU, Gas
Turbine Generator (GTG), Heat Recovery Steam Generator (HRSG), dan Steam
Turbine Generator (STG).
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas sekilas tentang pemeliharaan Circuit Breaker,
pembersihan dan pengujian Circuit Breaker setelah Pemeliharaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, saran yang terkait dengan laporan, saran ke
Peusahaan dan saran ke Sekolah.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
6
Saat ini, PT Indonesia Power mengelola 5 Unit Pembangkitan (UP), 12 Unit
Jasa Pembangkitan (UJP), 3 Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) 1
Unit Jasa Pemeliharaan dan Unit Proyek. Unit Pembangkitan (UP) sebagai fungsi
pembangkitan tenaga listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 6.377,3 MW,
Unit Jasa Pembangkitan (UJP) mengoperasikan dan memelihara pembangkit
Program Percepatan Diversifikasi Energi (PPDE) 10.000 MW dengan total
kapasitas terpasang sebesar 5.250 MW, Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) sebagai fungsi pembangkitan dan jasa pembangkitan tenaga
listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.487 MW, Unit Jasa
Pemeliharaan (UJH) sebagai penyedia jasa engineering dan technical services
dalam berbagai aspek pembangunan pembangkit listrik dan juga pengoperasian
serta pemeliharaannya, dan Unit Proyek (UPR). Secara keseluruhan, Indonesia
Power memiliki daya mampu sebesar 14.114,3 MW dari daya yang tersedia di
Indonesia. Daya tersebut merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.
2.2.1 Visi
Visi PT. Indonesia Power adalah “Menjadi Perusahaan Energi Tepercaya
yang Tumbuh Berkelanjutan”.
2.2.2 Misi
Misi PT. Indonesia Power adalah menyelenggarakan bisnis pembangkitan
tenaga listrik dan jasa terkait yang bersahabat dengan lingkungan.
7
2.2.3 Moto
Motto PT. Indonesia Power adalah “Trust Us For Power Excellence”.
8
2.1.2 Warna
Makna warna logo diatas adalah:
1. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas
yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi
tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER, pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
POWER, makna warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien,
aman, dan ramah lingkungan.
9
2. Profesional
Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang
pekerjaannya.
3. Proaktif
Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan peningkatan
kinerja untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder.
4. Sinergi
Insan IP senantiasa membangun hubungan kerjasama yang produktif
atas dasar saling percaya untuk menghasilkan karya unggul.
10
Kapasitas terpasang pada Unit Pembangkitan (UP) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Unit Pembangkitan (UP) PT Indonesia Power
Unit
kapasitas Jenis Pembangkit Lokasi
Pembangkitan
Suralaya 3.400 MW PLTU Cilegon
Saguling 797 MW PLTA Bandung
Mrica 310 MW PLTA Banjarnegara
PLTU, PLTG, PLTGU,
Semarang 1.313,3 MW Semarang
PLTD
Bali 557 MW PLTG, PLTD Denpasar
Total 6.377,3 MW
11
Kapasitas terpasang pada Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan
(UPJP) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Unit Pembangkitan dan Jasa pembangkitan (UPJP) PT Indonesia
Power
12
2.6 PT. Indonesia Power UP Semarang
Unit Pembangkitan Semarang dibangun pada bulan September 1973 dan
selesai tahun 1978 oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Thermis (PIKITTERM)
yang menghasilkan PLTU Unit I dan II siap untuk dioperasikan. Sesuai dengan
Keputusan Kepala Wilayah XIII No. 003/PW/XIII/81, pada tanggal 1 Juli 1981
diresmikan PLTU Sektor Semarang Unit I dan II berkapasitas 100 MW.
Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi No. 016/DIR/83 tanggal 12
Februari 1983 Sekor Semarang dalam organisasi PLN Pembangkitan dan
Penyaluran Jawa Barat, PLN Sektor Semarang mengelola 3 unit PLTU dan 4 Unit
PLTG. Pada bulan November 1993 Unit Pembangkitan Semarang ditambah
dengan 2 blok unit PLTGU (combined cycle) terdiri dari 6 x 100 MW PLTG dan
2 x 100 MW PLTU. Karena penambahan besar daya terpasang tersebut
keberadaan PLTG Pandan Lamper Unit 1 sampai 4 dihentikan operasinya sejak
awal tahun 1994. Sejak tanggal 1 November 1994, berubah namanya menjadi PT
PLN PJB UPS yang berkedudukan di Jl. Ronggowarsito Semarang.
Unit Pembangkit Semarang mengelola unit - unit Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), Gas (PLTG), dan Gas Uap (PLTGU) dengan kapasitas
terpasang sebesar 1.313,3 MW yang tersebar di 3 lokasi yaitu PLTU dan PLTGU
Tambak Lorok (Semarang), PLTG Lomanis (Cilacap), dan PLTG Sunyaragi
(Cirebon), PLTD Legon diesel Bajak (Karimunjawa). Unit pembangkitan
Semarang memegang peranan yang penting dalam menjaga keandalan dan mutu
sistem kelistrikan Jawa-Bali terutama Jawa Tengah.
13
2.7 Kapasitas Daya PT Indonesia Power UP Semarang
Daya yang terpasang di Unit Pembangkitan Semarang ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.4 Daya terpasang PT Indonesia Power UP Semarang
Tahun
Mesin Pembangkit Daya Terpasang Merek Mesin
Operasi
PLTU
Tambak Lorok 3 200,00 MW Mitsubishi 1983
PLTGU
Tambak Lorok GTG 1.1 109,65 MW GE 1993
Tambak Lorok GTG 1.2 109,65 MW GE 1993
Tambak Lorok GTG 1.3 109,65 MW GE 1993
Tambak Lorok STG 1.0 188,00 MW GE 1997
Tambak Lorok GTG 2.1 109,65 MW GE 1996
Tambak Lorok GTG 2.2 109,65 MW GE 1996
Tambak Lorok GTG 2.3 109,65 MW GE 1996
Tambak Lorok STG 2.0 188,00 MW GE 1997
PLTG
Sunyaragi 2 20,03 MW Alsthom 1976
Cilacap 1 29,00 MW Westinghause 1996
Cilacap 2 26,00 MW Westinghause 1996
PLTD
PLTD Karimunjawa 4,40 MW Mesin Diesel 2017
Total Daya 1.313,3 MW
14
2.8 Lokasi PT Indonesia Power
PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang dibangun pada area
seluas kurang lebih 400.000 m2 yang terletak di Jalan Ronggowarsito, Komplek
Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah.
15
2.9 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UP Semarang
16
Gambar 2.8 Struktur Bagian Operasi PT Indonesia Power UP Semarang
17
BAB III
DASAR TEORI
A. Siklus Rankine
Siklus Rankine merupakan penurunan dari siklus Carnot yang
ditemukan oleh Profesor William John Marquorn Rankine.
18
c) Proses 2-3 adalah proses ekspansi pada intermediate pressure turbine.
Kemudian uap langsung masuk ke dalam low pressure turbine setelah
keluar dari intermediate pressure turbine. Pada proses ini ada kerja yang
dihasilkan (Wout).
d) Proses 3-4 adalah proses pendinginan uap pada condenser hingga uap dari
fasa saturasi gas menjadi saturasi liquid. Pada proses ini ada pelepasan
kalor (Qout).
e) Proses 4-4 adalah proses penaikan tekanan air dengan pompa. Pada proses
ini dibutuhkan kerja untuk memutar pompa (Win).
f) Proses 4-1 adalah proses pemanasan pada tekanan konstan hingga air
berfasa superheat di dalam boiler. Proses ini ada penambahan kalor (Qin).
19
Gambar 3.2 Siklus PLTU
Penjelasan dari siklus di atas adalah ketika proses air dipompa dari laut
dengan circulating water pump kemudian diproses menjadi air murni
(desalination). Kemudian air dipanaskan pada ketel uap dengan menggunakan
burner. Bahan bakar yang digunakan adalah gas untuk penyalaan awal dan untuk
pembakaran normal. Pemanasan air melalui beberapa tahap yaitu LP heater (3A,
3B, 3C), dearator , HP heater (3D dan 3E), economizer, boiler, dan superheater
sampai akhirnya menghasilkan uap super panas. Kemudian uap tersebut
digunakan untuk memutar sudut-sudut turbin pada high pressure turbine. Uap dari
HP turbine dimasukkan lagi ke dalam boiler untuk dipanaskan kembali dengan
reheater. Uap yang telah dipanaskan kembali, digunakan untuk memutar sudut-
sudut intermediate pressure turbine. Pada saluran exhaust intermediate pressure
turbine terhubung langsung dengan low pressure turbine. Karena, uap keluaran
dari IP turbine akan langsung digunakan untuk memutar low pressure turbine (LP
Turbin).
Rotor generator yang menyatu dengan turbin akan ikut berputar sehingga
menghasilkan energi listrik dengan menggunakan bantuan penguatan/ exciter pada
rotor generator. Tegangan lsitrik yang dihasilkan dinaikan oleh GT (generator
transformer) dari 11,5 KV menjadi 150 KV kemudian disalurkan melalui saluran
20
transmisi 150 KV dan juga disalurkan ke MAT (main auxillary transformers)
yang digunakan untuk pemakaian sendiri saat keadaan normal yang tegangannya
11,5 KV dari generator diturunkan menjadi 4,16 KV. Sedangkan pada keadaan
abnormal menggunakan transformator RAT (reserve auxillary transformer).
Pada exhaust low pressure turbine terhubung dengan condenser agar uap
yang mengalami penurunan tekanan dan juga temperatur akan didinginkan dengan
air laut dengan kontak secara tidak langsung. Proses perpindahan kalor ini terjadi
dibagian gland steam condenser, dimana uap keluar dari low pressure turbine
dilewatkan melalui celah antar pipa-pipa, sedangkan air laut dialirkan berlawanan
dengan arah uap (radial/counter flow) yang mengalir didalam pipa-pipa
condenser. Dengan heat transfer yang terjadi maka dalam condenser terjadi
kondensasi uap sehingga menghasilkan air kondensat. Air laut yang digunakan
sebagai pendingin akan keluar melalui outlet condenser sedangkan gas dalam
condenser yang tidak dapat terkondensasi akan dibuang dengan menggunakan air
removal system agartidak mengganggu heat transfer yang sedang berlangsung.
Hasil kondensasi yang berupa air kondensat akan ditampung di hotwell condenser
(tangki kondensat) untuk selanjutnya dipompa kembali ke low pressure heater
dengan menggunakan condensate pump. Proses di atas berlanjut berulang- ulang
secara continue sehingga menghasilkan energi listrik dari putaran generator.
21
PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan
bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya.
Pada prakteknya, misalnya hanya diinginkan open maka stack holder yang
membatasi antara cerobong gas dan HRSG dibuat close, dengan demikian gas
buang dialirkan ke udara melalui cerobong exhaust. Dan apabila dengan open
cycle kebutuhan listrik masyarakat belum tercukupi maka diambil langkah untuk
menerapkan combined cycle / closed cycle. Namun demikian dalam sistem
mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih baik pada kondisi continous running,
karena apabila mesin berhenti akan banyak mengakibatkan korosi, perubahan
setting, mur atau baut yang mulai kendur dan sebagainya. Selain itu dengan
continous running lebih mengefektifkan daya, sehingga daya yang dihasilkan
menjadi lebih besar.
22
Secara umum sistem produksi tenaga listrik dari PLTGU dibagi menjadi dua
siklus, yaitu :
1. Open Cycle
Open cycle merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas
buangan dari turbin gas langsung dibuang ke udara melalui cerobong exhaust.
Suhu gas buangan di cerobong exhaust ini mencapai 565OC. Proses seperti ini
pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dapat disebut sebagai proses
Pembangkitan / Produksi Listrik Turbin Gas (PLTG) yaitu suatu proses
pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas.
Mula-mula sebagai pemutar awal saat turbin belum menghasilkan tenaga,
motor crangking mulai berputar dengan menggunakan energi listrik yang diambil
dari jaringan listrik 150 KV atau 500 KV Jawa – Bali. Motor crangking ini
berfungsi memutar compressor sebagai penghisap udara luar, dengan terlebih
dahulu melalui air filter. Udara luar ini akan diubah menjadi udara atomizing
untuk sebagian kecil pembakaran dan sebagian besar sebagai pendingin turbin.
Disisi lain bahan bakar solar atau HSD (High Speed Diesel) dialirkan dari
kapal atau tongkang ke dalam rumah pompa BBM HSD kemudian di pompa lagi
dengan pompa bahan bakar dimasukkan ke dalam ruang bakar atau combustion
chamber . Pada saat bahan bakar yang berasal dari pompa bahan bakar dan udara
atomizing yang berasal dari compressor bercampur dalam combustion chamber,
maka bersamaan dengan itu busi (spark plug) mulai memercikkan api sehingga
menyulut pembakaran. Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran inilah
yang akan digunakan sebagai penggerak atau pemutar turbin gas. Sehingga listrik
dapat dihasilkan setelah terlebih dahulu diolah pada GTG. Daya yang dihasilkan
mencapai 100 MW untuk tiap gas turbine generator.
Pada PLTGU memiliki dua buah blok dengan masing-masing blok terdiri
dari tiga buah gas turbine generator. Karena tegangan yang dihasilkan dari
generator masih rendah maka pada tahap selanjutnya tegangan ini akan disalurkan
ke trafo utama untuk dinaikkan menjadi 150 KV. Jadi pada proses open cycle
maka gas buangan dari turbin gas akan langsung dibuang malalui cerobong
exhaust.
23
2. Closed Cycle / Combined Cycle
Kalau pada open cycle gas buang dari turbin gas langsung dibuang melalui
cerobong exhaust, maka pada proses combined cycle / closed cycle, gas buang dari
tubin gas akan dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memasak air yang berada di
HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang dihasilkan dari
HRSG (Heat Recovery Steam Generator) tersebut akan digunakan untuk memutar
turbin uap agar dapat menghasilkan listrik setelah diolah terlebih dahulu pada
generator.
Prosesnya bermula dari gas bekas yang ke luar dari turbin gas dimanfaatkan
lagi setelah terlebih dulu diatur oleh selector valve untuk dimasukkan ke dalam
boiler atau HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang memiliki LP & HP
drum. Uap yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin uap agar menghasilkan
tenaga listrik pada generator. Uap bekas dari turbin tadi diembunkan lagi di
condenser kemudian air condensate di pompa oleh condensate pump.
Selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam deaerator dan oleh feed water pump
dipompa lagi ke dalam drum untuk kembali diuapkan. Inilah yang disebut dengan
combined cycle/closed cycle. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa combined
cycle/closed cycle merupakan rangkaian open cycle ditambah dengan proses
pemanfaatan kembali gas buang dari proses open cycle untuk menghasilkan uap
sebagai penggerak turbin uap.
Jadi proses combined cycle / closed cycle inilah yang disebut sebagai proses
Pembangkitan / Produksi Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). yaitu proses
pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas dan turbin uap. Daya
listrik yang dihasilkan pada proses open cycle tentu lebih kecil dibandingkan
dengan daya listrik yang dihasilkan pada proses produksi listrik combined cycle /
closed cycle.
Pada prakteknya, kedua siklus diatas disesuaikan dengan kebutuhan listrik
masyarakat. Misalnya hanya diinginkan open cycle karena pasokan daya dari open
cycle sudah memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Sehingga stack holder yang
membatasi antara cerobong gas dan HRSG dibuat close, dengan demikian gas
buang dialirkan ke udara melalui cerobong exhaust. Dan apabila dengan open
24
cycle kebutuhan listrik masyarakat belum tercukupi maka diambil langkah untuk
menerapkan combined cycle / closed cycle.
Namun demikian dalam sistem mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih
baik pada kondisi continous running, karena apabila mesin berhenti akan banyak
mengakibatkan korosi, perubahan setting, mur atau baut yang mulai kendur dan
sebagainya. Selain itu dengan continous running lebih mengefektifkan daya,
sehingga daya yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Jadi secara garis besar untuk produksi listrik di Pembangkit Listrik Tenaga
Gas Uap (PLTGU) pada PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang dapat
dibagi menjadi 2 proses yaitu :
1. Proses Pembangkitan atau Produksi Listrik Turbin Gas ( PLTG ).
2. Proses Pembangkitan atau Produksi Listrik Turbin Uap ( PLTU ).
25
Gambar 3.4 Cranking Motor
3.2.2 Compressor
Secara umum compressor berfungsi mengalirkan dan menaikkan tekanan
udara. Dengan kata lain, compressor digunakan sebagai penghisap udara luar
yang terlebih dahulu melewati air filter dan tekanannya dinaikkan sampai 8 kali
tekanan semula. Udara luar akan diubah menjadi udara atomizing untuk sebagian
kecil digunakan untuk pembakaran dan sebagian besar digunakan sebagai
pendingin turbin gas. Selanjutnya udara bertekanan akan mengalir ke ruang bakar
dan bercampur dengan bahan bakar untuk proses pembakaran.
26
3.2.3 Air Filter
Air Filter merupakan filter yang berfungsi untuk menyaring udara bebas agar
udara yang mengalir menuju compressor merupakan udara yang bersih dari debu
dan partikel-partikel lain yang dapat merusak sudu compressor.
27
Gambar 3.7 Ruang Pembakaran
28
3.2.6 Selektor Valve / Damper
Damper merupakan valve atau katup berukuran besar yang mengatur gas
buangan dari turbin gas apakah akan dibuang langsung ke udara melalui cerobong
/ stack (open cycle) atau dialirkan ke HRSG sebagai media pemanas (combined
cycle)
29
3.3 Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
30
Kedua-duanya pada 100% kapasitas maksimum (100% MCR) untuk
mendapatkan penguapan yang cepat baik sistem tekanan rendah maupun tekanan
tinggi menggunakan sistem resirkulasi paksa (forced circulation) dengan
memasang pompa sirkulasi.
HRSG ini dibuat sedemikian rupa sehingga gas buang mengalir secara
vertikal melalui superheater, evaporator, dan economizer dengan tekanan
maksimum yang diijinkan adalah 50 bar. Casing HRSG, drum, pipa-pipa dan
cerobong diisolasi mineral wool dibagian luarnya dengan ketebalan sesuai dengan
tingginya temperatur isolasi tersebut.
Selanjutnya dibungkus rapat dengan plat alumunium dengan tebal 1 mm. Isolasi
ini juga berfungsi sebagai peredam suara. Pada ketinggian 27,2 m di HRSG
terdapat outlet damper. Cerobong HRSG mempunyai ketinggian 45 m dari
pondasi dengan diameter 540 cm dibagian atas dan segi empat dibagian bawah
920 x 705 cm.
31
3.3.1 Low Pressure dan High Pressure Drum.
LP Drum (Low Pressure Drum) mempunyai beberapa fungsi:
1. Penampung air masuk dari sistem air condensate.
2. Sebagai tempat penguapan dari condensate.
3. Sebagai pemasok uap pemanas di deaerator.
4. Sisi pengeluaran saturated uap menuju LP superheater.
5. Sebagai sauction dari pompa low pressure sirkulasi.
6. Sebagai penampungan uap bertekanan rendah.
32
3.4 Steam Turbine Generator (STG)
3.4.2 Kondenser
Alat ini digunakan untuk mengembunkan uap bekas dari steam turbin.
Dalam kondenser terjadi perpindahan kalor dari uap ke air pendingin yang
mengalir dalam aliran terpisah. Uap terkondensasi dan temperatur air pendingin
meningkat.
33
3.4.3 Generator Turbin Uap
Steam Turbine Generator merupakan generator berfungsi sebagai alat
pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga putaran yang diperoleh dari
turbin uap. Tenaga penggeraknya berasal dari uap kering yang dihasilkan oleh
HRSG dengan putaran 3000 RPM, berpendingin hidrogen dan tegangan keluar
11,5 KV. Pada PLTGU, satu buah generator ini menghasilkan daya kurang
lebihnya sekitar 188 MW. PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang
memiliki dua buah steam turbine generator untuk bagian PLTGU-nya.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pemutus hubungan antara sisi sumber
tenaga listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis ketika terjadi
gangguan atau secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan.
35
4.1.2 Spesifikasi Circuit Breaker
36
4.2 Pemeliharaan
Pemeliharaaan merupakan usaha kegiatan yang dilakukan untuk menjaga
dan mempertahankan kondisi sistem agar selalu dalam kondisi baik dalam
keadaan beroperasi maupun tidak.
Preventive Maintenance (PM) adalah deteksi dan tindakan secara cepat pada
ketidaknormalan peralatan sebelum mengakibatkan kerusakan atau kerugian. Dua
aktivitas dasar pada PM adalah:
a) Pengecekan berkala pada peralatan.
b) Perbaikan secara terencana pada kerusakan
37
mengurangi produksi, dan yang jelas menjadikan biaya perbaikan relatif lebih
mahal dibandingkan biaya pemeliharaan.
Tetapi di lain pihak ada perusahaan-perusahaan yang terlalu khawatir
dengan kegagalan-kegagalan, sehingga melakukan terlalu banyak kegiatan
pemeliharaan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah lain dan terjerumus ke
dalam pemeliharaan yang berbiaya tinggi.
Meskipun demikian, menghilangkan kegiatan pemeliharaan pencegahan
bukanlah jawaban yang tepat. Sebuah pendekatan Total System diperlukan untuk
menentukan kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yaitu suatu kegiatan
inspeksi secara periodic untuk mendeteksi adanya tanda-tanda gangguan yang
akan mengakibatkan breakdown atau stop produksi, penurunan kondisi mesin atau
alat-alat kelengkapannya. Pemeliharaan pencegahan ini dapat dijadikan sebagai
system deteksi terhadap mesin atau alat sebelumnya terjadi gangguan yang akan
mengakibatkan cacatnya hasil produksi serta kerugian lainnya yang ditimbulkan.
Untuk preventive maintenance sendiri terbagi menjadi beberapa jenis kegiatan
diantaranya sebagai berikut.
38
e) Pemeliharaan berhenti, yaitu kegiatan pemeliharaan yang hanya bisa
dilaksanakan pada saat peralatan tidak bekerja atau stop mesin.
Keuntungan PM:
a) Preventive Maintenance adalah anticipative maintenance. Dengan
demikian bagian produksi dan pemeliharaan dapat mengerjakan
pekerjaan pembuatan peramalan (forecasting) dan pembuatan
schedule pemeliharaan yang lebih baik.
b) Preventive maintenance akan meminimalisasi waktu yang
mengganggu produksi.
c) Preventive Maintenance memperbaiki kontrol atas komponen-
komponen mesin.
d) Preventive Maintenance memotong/mengurangi pekerjaan emergency.
Kerugian :
a) Preventive Maintenance menghilangkan sisa umur komponen ketika
komponentersebut harus diganti sebelum rusak total.
b) Banyak melibatkan tenaga kerja
c) Biaya pemeliharaan relatif lebih tinggi dibandingkan metode
predictivemaintenance.
39
b) Overhoul, yaitu kegiatan pemeliharaan berupa penggantian komponen
mesin secara serentak atau keseluruhan (juga overhaul terencana
misalnya overhaul tahunan atau dua tahuan, atau suatu perluasan
kapasitas produksi).
Kelemahannya :
1. Karena tidak bisa diketahui kapan terjadi breakdown, maka akan
mengakibatkan tidak tercapainya target produksi pada periode ini.
40
2. Jika suku cadang untu perbaikan ternyata sukar untuk dipenuhi berarti
dibutuhkan waktu tambahan untuk membeli atau memperoleh dengan
cara lain suku cadang tersebut
3. Karena kegiatan ini sifatnya mendadak, dalam tugasnya bagian
pemeliharaan bekerja dibawah tekanan bagian produksi yang akan
berakibat :
Rendahnya efisiensi dan efektifitas pekerja.
Tidak optimalnya mutu hasil pekerjaan perbaikan /
pemeliharaan.
Biaya relatif lebih besar.
41
f) Sesaat circuit breaker telah keluar dari cubicle, maka pastikan shuter
dalam cubicle telah tertutup secara otomatis sehingga breaker
compartement telah terbebas dari tegangan tinggi.
g) Lakukan closing dan opening breaker secara manual di luar cubicle
agar mekhanisme penggerak circuit breaker telah terbebas dari energi
pegas dan tidak dapat bergerak lagi sehingga Circuit Breaker benar-
benar aman dan siap dilakukan pemeliharaan.
42
2. Pemeriksaan dan Pembersihan Bagian Kontrol
a) Bersihkan ruang kontrol Circuit Breaker (LV Compartement).
b) Periksa sistem koneksi dan terminal-terminal kabel-nya, kencangkan bila
ada baut yang kendor.
c) Periksa kondisi sekring (fuse) beserta socket-nya dan MCB yang ada.
d) Bersihkan dan yakinkan bahwa semua indikatornya berfungsi dengan
baik.
e) Periksa sistem catu daya (power supply) tegangan rendah AC ataupun
DC.
f) Bersihkan kontak-kontak terminal
Untuk meyakinkan bahwa circuit breaker dapat bekerja dengan baik setelah
dilakukan pemeliharaan, maka perlu dilakukan pengujuan agar tidak kegagalan
dalam operasinya yaitu dengan cara :
43
tidak terjadi drop teagangan yang terlampau tinggi dan tidak timbul panas
berlebih.
b) Pengujian tahanan isolasi dengan menggunakan mega ohm meter (megger),
pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui tahanan isolasi dan
dielektrikum media isolasi kontak serta isolasi breaker secara keseluruhan,
sehingga aman terhadap tegangan tinggi.
c) Pengujian keserempakan kontak-kontak breaker dengan menggunakan
breaker analyzer pengujian ini dilakukan di luar panel cubicle, karena
resetting kserempakan hanya dapat dilakukan di luar panel. Pengujian ini
dilakukan untuk menjaga agar gerakan kontak saat membuka dan menutup
selalu serempak diantara ke-tiga phasa-nya sehingga tidak merusakan
peralatan dalam panel instalasinya.
d) Pengujian operasi mekanisme penggerak circuit breaker (operating
mechanism test), hal ini dilakukan secara manual di luar atau di dalam
cubicle dilakukan untuk mendapatkan unjuk kerja mekanisme circuit
breaker yang handal.
e) Pengujian fungsi circuit breaker, pengujian ini merupakan perlakuan
terakhir sebelum circuit breaker siap dioperasikan secacra normal. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan bahwa circuit breaker akan bekerja dengan
baik sesuai fungsinya dan dilakukan dengan cara mengoperasikan circuit
breaker secara normal pada posisi disconnect.
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1. Saran Yang Terkait Dengan Laporan
1. Sebaiknya saat pelaksanaan pemeliharaan Circuit Breaker itu harus
sangat berhati-hati terutama pada saat pengecekan fucse, karena fuse
merupakan komponen pengaman yang sangat sensitif terhadap
sentuhan. Contohnya saat pengecekan fuse menggunakan alat
multimeter, tangan kita tidak boleh sampai menyentuh test pin pada
probes karena akan menyebabkan trip tegangan pada breaker.
45
5.2.3 Saran Kepada Pihak Sekolah
1. Dalam pembelajaran praktikum di sekolah perlu untuk ditambah lagi
fasilitas-fasilitasnya, khususnya dalam alat-alat seperti pengukuran
tekanan, temperatur, level, dan tegangan, agar disesuaikan dengan
yang terdapat didalam industri. Dengan demikian tidak ada lagi
perbedaan pengetahuan antara yang didapat dari praktikum di sekolah
dengan industri.
2. Dua bulan adalah waktu yang sangat singkat apabila digunakan untuk
kegiatan kerja praktik. Maka dari itu akan lebih baik apabila waktu
yang digunakan untuk kerja praktik ditambah, menjadi minimal tiga
bulan.
46
DAFTARPUSTAKA
https://en.wordpress.com/typo/?subdomain=muzzafarikhsanwibowo (diakses
terakhir 28 Juli 2019 pukul 09.40 a.m.)
47
LAMPIRAN
Lampiran 1