Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SENI BUDAYA

TARI INDANG (DINDIN BADINDIN)

Anggota:

1. Aisyah Rosadi
2. Monica Krisna Hutagaol
3. Nadia Raisha
4. Nadine Hasna Naissa
5. Najla Aulia Harsyah
6. Shaffa Rasya F.P

SMA NEGERI 4 DEPOK

Jl. Jeruk Raya No.1 Sukatani, Tapos, Kota Depok, Jawa Barat

16454
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah Seni Budaya.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Seni Budaya tentang Tari indang

(Dindin Badindin) ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap

pembaca.

Depok, 19 Oktober 2018

Penyusun
Daftar isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

1.5 Metodelogi Penelitian ...................................................................................... 7

1.6 Sistematika Penelitian ...................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN .............................. 9

2.1 Landasan Teori ................................................................................................. 9

2.1.1 Pengertian Bencana Alam ...................................................................... 9

2.1.2 Pengertian Banjir .................................................................................. 10

2.2 Kerangka Penelitian ....................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 13

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 13

3.2 Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 13


3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 13
BAB IV ANALISIS DATA ........................................................................................ 14

4.1 Cara Mengantisipasi Banjir ............................................................................ 14

4.2 Penyebab Terjadinya Banjir di Provinsi Jakarta ............................................ 17

4.3 Daerah Rawan Banjir di Provinsi Jakarta ...................................................... 19

BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 22

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 22

5.2 Saran ............................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.1.1 .............................................................................................................. 2

Gambar 2.3.1.2 .............................................................................................................. 3

Gambar 2.3.2.1 ............................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang

beragam banyaknya. Secara spesifik, keadaan budaya Indonesia sangat kompleks,

mengingat penduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuan suku

bangsa. Indonesia memiliki 67 budaya yang terbesar dari Barat sampai ke Timur.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Indonesia adalah Negara yang

kaya akan sumber daya alam, Sumber daya manusia dan sumber daya budaya yang

melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik multi bahasa, multi

agama, maupun multi budaya. Bahkan banyak dari budaya kita dipamerkan dan

dipertontonkan dipameran luar negeri. Kebudayaan mencakup segala hal yang

merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia,

termasuk didalamnya benda-benda hasil kreativitas dan ciptaan manusia, lagu daerah,

dan kesenian daerah lainnya.

Sehubungan dengan hal itu, saya akan memberikan sebuah informasi

mengenai kebudayaan tari Indonesia yang mungkin berguna sebagai informasi bagi

pembaca.

Kami tertarik membahas kajian ini karena sekarang kebudayaan Indonesia

hampir kurang diminati oleh masyarakat, khususnya para remaja. Mengingat

kemajuan budaya barat di era globalisasi saat ini, dengan harapan masyarakat lebih

dalam mengetahui kebudayaan tari dan akan terus melestarikannya di generasi

berikutnya.
1.2 Tujuan Penelitian

1 Mendukung penuh peran budaya daerah dalam menunjang budaya nasional.

2 Mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenali budaya daerah lebih dalam.

3 Menumbuhkan rasa cinta terhadap masyarakat Indonesia.

4 Untuk mengambil nilai.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Seni Tari


Tari secara umum adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan

ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan

perasaan, maksud, dan pikiran.

Tari menurut Sudarsono adalah Ekspresi jiwa manusia yang

diungkapkan dengan gerakan ritmis yang indah

Tari menurut Bagong Kussudiardja adalah Keindahan bentuk dari

anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa harmonis

Tari menurut Suzana K. Langer adalah Gerak-gerak yang dibentuk

secara ekspresif dan dapat dinikmati dengan rasa

Jenis-jenis tari:

1. Tari Modern

Merupakan ciptaan kaum muda dan sifatnya hanya mencari

popularitas dengan menciptakan rangkaian. Gerak yang sedang tren dan

umumnya bentuk tarian seperti ini tidak lama digemari oleh masyarakat (

musiman ).

Ciri-ciri tari modern :

1 penggarapan yang kreatif

2 tuntutan keasyikan
3 kepuasan batin

4 kekokohan solidaritas

5 kepopularitasan yang tidak menentu

6 berbobot kreatif

Teknik tari modern:

1 teknik hula hoop

2 teknik dangdut

3 teknik lejitan ( breakdance )

Macam-macam modern dance:

1. Robot Dance/ Robottic:

2. Blood-Elf Dance

3. Breakdance

4. Moon Walk Dance

5. Sexy Dance

6. Hip-Hop Dance

2. Tari Tradisional

Merupakan seni tari yang tumbuh dan berkembang pada suatu daerah

tertentu dan dianut secara turun-temurun oleh masyarakat disekitarnya.

Tari tradisional pada umumnya mempunyai nilai-nilai historis yang tinggi,

pedoman yang luas, serta berdasarkan pada adaptasi adat istiadat


lingkungan disekitarnya. Tari tradisional ini dibedakan menjadi 3, antara

lain:

a. Tari rakyat ( Tari Folkklasik )

Merupakan salah satu jenis tari tradisional yang lahir dan

berkembang dari kebudayaan maional yang lahir dan berkembang dari

kebudayaan masyarakat lokal dan ada sejak jaman purba, ciri khasnya

antara lain masih kental dengan nuansa sosial, merujuk pada adat

kebudayaan dan kebiasaan masyarakat lokal, dan mempunyai gerak,

rias serta kostum yang masih sederhana. Contohnya: Tari Tayub, Tari

Piring, Tari Leger dan Tari Rodat.

b. Tari Klasik

Merupakan salah satu jenis tari tradisional yanglahir dan

berkembang di lingkungan keraton dan ada sejak jaman feodal. Tari

ini diturunkan secara turun menurun pada kalangan bangsawan. Ciri

khasnya antara lain: masih berpedoman pada pakem tertentu ( terdapat

standarisasi ), mempunyai nilai estetis yang sangat tinggi serta makna

yang sangat dalam dan tariannya disajikan dalam berpenampilan yang

serba mewah mulai gerak, riasan, sampai kostum yang dikenakan

penari. Contohnya: Tari Bedaya, Tari srimpi, Tari Palguna-Palgunadi.

c. Tari Kreasi baru

Merupakan suatu tari klasik yang sudah di aransemen serta

berkembang sesuai serta perkembangan zaman, namun masih terdapat


nilai-nilai yang terkandung dalam tari tersebut. Tari kreasi baru pada

umumnya diciptakan oleh pakar tari. Beberapa tari kreasi baru yang

dapat kita lihat sekarang ini pada karya-karya Bagong Kussudiardja

dan sauti. Contohnya: Tari Kupu-Kupu, Tari Roro Ngigel, Tari Merak.

2.2 Tari Indang (Dindin Badindin)

Tari indang atau tari dindin badindin berasal dari kata Indang atau

disebut Badindin. Indang adalah alat kesenian tradisional tepuk yang berasal

dari daerah minang, pariaman, Sumatera Barat. Tarian ini dikenal dengan

Tarian Badindin, yaitu kata-kata “dindin badindin” pada lagu pengiringnya.

Nama indang sendiri berasal dari nama alat musik yang bernama tepuk, alat

musik ini adalah alat musik yang digunakan untuk mengiringi seni tari ini.

Indang atau bisa juga disebut ripai, adalah sebuah instrumen yang dimainkan

dengan cara ditepuk dan memiliki unsur unsur keindahan seni tari. Tarian ini

sebenarnya suatu bentuk sastra lisan yang di sampaikan secara berkelompok

sambil berdendang dan memainkan rebana kecil disebut juga ripai, bentuknya

sama dengan rebana pada umumnya, tetapi ukurannya lebih kecil garis

tengahnya sekitar 18 sampai 25 cm dan tingginya 4,5 cm. Seperti juga rebana,

berasal dari Arab dan kesenian yang dimainkan memakai Indang ini adalah

kesenian bernafaskan Islam. Tari indang diciptaan oleh Rapa’i. Rapa‘i

merupakan pengikut setia Syekh Burhanuddin seorang tokoh terpandang yang

selalu memperingati upacara tabaik di Minang. Tari indang sendiri, saat ini
kerap kali mewakili Indonesia dalam pagelaran budaya internasional sehingga

menjadi budaya Indonesia yang mendunia. Gerakan rancak dan dinamis yang

muncul dari para penarinya yang akan membuat tarian indang ini banyak

diminati masyarakat manca negara. Nah, bagi anda yang ingin mempelajari

seni tari ini yang berasal dari tanah minang ini, ketahuilah dahulu bagaimana

informasi seputar sejarah, perkembangan, dan unsur unsur yang

membentuknya.

Tari Indang diperkirakan diadaptasi dari kebudayaan arab. Dengan

bukti Indang yang digunakan serta penuturan lisan yang mengiringi tarian

sarat akan shalawat dan dakwah. Karena memang tarian ini dahulunya

berfungsi sebagai alat dakwah.

Tari indang dulunya dimainkan oleh pemuda-pemuda selepas mengaji

di surau-surau. Nyanyian disesuaikan dengan tujuannya sebagai sarana

pendidikan dan dakwah islam. Pada masa-masa berikutnya barulah kemudian

tarian ini berkembang menjadi tari yang sifatnya hiburan, tanpa

menghilangkan sisi dakwah tentunya.

2.3 Unsur Tari

2.3.1 Musik
Pengertian Musik:

Suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu

dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang

dapat menghasilkan irama. Secara garis besar, musik terbagi menjadi 2:

Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-

daerah di seluruh Indonesia.

Musik modern adalah musik yang sudah mendapat sentuhan-sentuhan

teknologi, baik dari segi instrumen maupun penyajian, musik modern selalu

berkembang dan ada pembaharuan seiring perkembangan zaman.

Sejarah Musik Dindin Badindin:

Dahulunya musik yang digunakan berasal dari indang itu sendiri, serta

diiringi dengan nyanyian yang dilafalkan tukang dzikir. Masa itu tarian ini

berfungsi terbatas untuk media dakwah. Lain halnya dengan perkembangan

sekarang, dimana tarian juga berfungsi sebagai media hiburan.


Zaman sekarang, musik yang lazim dipakai adalah lagu dindin

badindin, yang dipopulerkan oleh Elly Kasim dan Tiar Ramon pada tahun

1980-an. Sehingga wajar saja kemudian tari indang juga dikenal sebagai tari

dindin badindin.

Musik dan Alat Musik Tari Indang

Tari indang biasanya akan diiringi oleh 2 ragam bunyi, yakni bunyi

yang berasal dari ketabuhan alat musik tradisional khas Melayu seperti

gambus dan rebana, serta bunyi yang berasal dari syair-syair yang

dinyanyikan oleh seorang tukang dzikir. Tukang dzikir sendiri merupakan

sebutan untuk seorang yang memandu tari melalui syair dan lagu yang

dinyanyikannya.

Dalam perkembangannya, alat musik yang mengiringi tari indang kini

semakin beraneka ragam. Beberapa alat musik modern seperti piano,

akordeon, dan beberapa alat musik lainnya juga sering ditemukan. Selain itu,

syair lagu yang sering dinyanyikan juga saat ini hanya satu jenis saja, yakni

lagu dindin badindin karya dari Tiar Ramon. Berikut adalah contoh gambar

alat musik tradisional dari tari indang:


Gambar 2.3.1.1 Gambus Gambar 2.3.1.2 Rebana

Lirik lagu Tari Indang - Dindin Badindin

Balari lari bukanyo kijang

Pandan tajamua di muaro

Kami manari jo tari indang

Paubek hati urang basamo

Ampun jo maaf oi kami puhunkan

Pado dunsanak alek nan tibo

Sambuiklah salam oi kami ucapkan

Kami ba indang nan mudo-mudo

Bamulo indang kan ditarikan

Salam bajawek (ondeh) ganti baganti


Lagulah indang kami nyanyikan

Supayo sanang (ondeh) basuka hati

Dindin badindin oi dindin badindin

Dindin badindin oi dindin badindin

Di Pariaman oi baralek gadeng

Di bulan tabuik sabana rami

Kami tarikan oi tarinyo indang

Salah jo jangga maafkan kami

Kabekkan jawi di tangah padang

Baoklah pulang (ondeh) di hari sanjo

Kami manari jo tari indang

Paubek hati (ondeh) urang basamo

Dindin badindin oi dindin badindin

Dindin badindin oi dindin badindin

Baralah tinggi oi si buruang tabang

Panek malayok ka hinggok juo

Banyak ragamnyo pi budaya datang

Budayo kito kambangkan juo


Dari lah solok nak ka salayo

Urang lah guguak (ondeh) pai ka pakan

Ambiak nan elok jadi pusako

Sado nan buruak (ondeh) kita pelokkan

Dindin badindin oi dindin badindin

Dindin badindin oi dindin badindin

Dindin badindin oi dindin badindin

Dindin badindin oi dindin badindin

2.3.2 Busana

Kata busana berasal dari bahasa sansekerta yaitu “bhusana” dan istilah

yang paling populer dalam bahasa Indonesia adalah busana yang dapat

diartikan sebagai pakaian.

Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai

mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki yang memberikan rasa nyaman dan

menampilkan keindahan bagi si pemakai.


Busana Menurut Thomas Karlyle adalah perlambangan dari jiwa.

Pakaian tidak dapat dipisahkan dari perkembanag sejarah kehidupan dan

budaya manusia.

Secara garis besar busana meliputi:

1. Busana mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti

baju, rok, kebaya, blus, dll.

2. Milieneris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi

busana mutlak serta memiliki nilai guna disamping untuk

keindahan seperti topi, sepatu, kacamata, jam tangan, dll.

3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk

keindahan si pemakai seperti cincin, kalung, bros, dll.

Busana Tari Indang:

Dalam perkara tata busana, tari indang tidak memiliki banyak aturan.

Yang jelas, khusus untuk para penarinya wajib mengenakan pakaian adat

Melayu sebagai simbol dan identitas asal tarian tersebut. Sementara untuk

tukang dzikir bebas mengenakan pakaian apapun asalkan sopan.

Foto Busana Penari Indang:


2.3.3 Pola Lantai

Pola lantai adalah denah yang dilakukan oleh seorang penari dengan

perpindahan, pergerakan, dan pergeseran dalam sebuah ruang (space) untuk

menari. Pola lantai merupakan teknik blocking (penguasaan panggung)

seseorang penari. Pola lantai berfungsi untuk membuat posisi dalam sebuah

ruang gerak. Ada beberapa macam pola lantai dalam tarian, diantaranya:

1. Pola lantai vertikal : pada pola ini penari membentuk garis

vertikal, yaitu garis lurus dari depan kebelakang atau sebaliknya.

2. Pola lantai horizontal: pada pola ini, penari berbaris membentuk

garis lurus kesamping.

3. Pola lantai diagonal: pada pola ini, penari berbaris membentuk

garis menyudut ke kanan atau ke kiri.

4. Pola lantai melingkar: pada pola ini, penari berbaris membentuk

garis lingkaran.
Pola lantai tari indang

1.

Keterangan :

Posisi penari dibagi menjadi 2 dikanan dan dikiri, masing – masing terdiri dari
3 penari.

2.

Keterangan :
Yang disebelah kanan memasuki bagian depan panggung. Sedangkan
yang kiri memasuki bagian belakang dan memasuki selang penari
depan.

3.

Keterangan:

Penari depan mundur 1 langkah ke belakang dan penari belakang


maju 1 langkah ke depan, sehingga posisi penari sejajar.

4.

Keterangan:
Pada lirik “Pandan tajamua” penari berjinjit kemudian berlutut.

5.

Keterangan:

Saat lagu selesai penari berdiri kemudian keluar masing-masing 3


penari ke kiri dan ke kanan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tari Indang (badindin) adalah tari yang berasal dari daerah Minang Sumatera Barat. Tari
Indang diperkirakan diadaptasi dari kebudayaan arab. Tarian ini digunakan shalawat dan
dakwah. Karena memang tarian ini dahulunya berfungsi sebagai alat dakwah.Hingga saat ini,
beberapa nagari di ranah Minang kerap menyuguhkana tarian ini untuk upacara peringatan
wafatnta cucu Rasulullah setiap tanggal 10 muharram Tari indang dulunya dimainkan oleh
pemuda-pemuda selepas mengaji di surau-surau. Nyanyian disesuaikan dengan tujuannya
sebagai sarana pendidikan dan dakwah islam

3.2 Saran

Sebagai penerus bangsa kita harus melestarikan tarian tradisional bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka

https://www.wonderfulminangkabau.com/tari-indang-dindin-badindin/

http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/11/tari-indang-dindin-badindin-asal-
minang.html

Anda mungkin juga menyukai