Anda di halaman 1dari 25

Penerapan Pendekatan Multi Representasi Terhadap

Pemahaman Konsep Gerak Lurus

Oleh :

Selty Anastasia Tindige

16 505 008

JurusanFisika

FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam

UniversitasNegeri Manado

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Fisika yaitu sebuah ilmu pengetahuan dimana didalamnya mempelajari tentang sifat dan
fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya. Untuk
mempelajari fenomena atau gejala alam, fisika menggunakan proses dimulai dari pengamatan,
pengukuran, analisis dan menarik kesimpulan. Sehingga prosesnya lama dan berbuntut panjang,
namun hasilnya bisa dipastikan akurat karena fisika termasuk ilmu eksak yang kebenarannya
terbukti.

Dewasa ini, bisa dikatakan bahwa kualitas pembelajan fisika merosot terutama disekolah
menengah. Euwe van de Berg (1991) menyatakan bahwa didalam maupun ddiluar negeri
pembelajaran fisika dirasa sangat menggecewakan dan para alumni sekolah menengah seakan-
akan belum pernah mempelajari fisika sebelumnya. Banyak isu bahwa fisika merupakan mata
pelajaran yang kurang diminati oleh para siswa tingkat SMP atau SMA. Salah satu
penyebababnya adalah cara penyajian materi fisika di kelas yang kurang menarik perhatian
siswa. Oleh karena itu perlu dicari pola pembelajaran fisika yang menarik perhatian siswa dan
mempermudah pemahamannya. Selain itu, siswa dapat mempersiapkan dirinya untuk
mengembangkan kemampunnya secara mandiri. Dalam pengajaran fisika di sekolah, aspek
pemahaman suatu konsep merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa.

Pemahaman merupakan suatu bentuk pengetahuan atau perspektif seseorang dalam


melihat suatu masalah. Seseorang dikatakan mampu memahami jika dia dapat menarik makna
dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk dalam soal-soal yang dihadapinya
(Suwanto,2014). Pemahaman representasi menjadi penting dalam pembelajaran dikarenakan
penyampaian informasi suatu masalah sering diwakili dalam berbagai macam bentuk sebagai
contoh penyampain informasi dalam bentuk visual yaitu video dan simulasi, verbal yaitu kalimat,
matematik dalam bentuk simbol, angka, grafik hasil penelitian dan gambar. Pemahaman multi
representasi yaitu pemahaman siswa dalam memahami visual, verbal, matematik, gambar dan
grafik. Prain dan Waldrip (2007) siswa yang mengetahui beragam hubungan antara representasi
akan menunjukkan pemahaman konseptual yang lebih baik daripada siswa yang tidak memiliki
pengetahuan multi representasi. Hasbullah dan Nazriana (2017) multi representasi adalah suatu
bentuk susunan konsep yang diwakili oleh tulisan kalimat verbal, simbol-simbol sebagai bentuk
matematik, gambar dan grafik dalam menyampaikan suatu informasi data hasil penelitian.

Dalam pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk menguasai representasi-representasi


berbeda seperti hasil percobaan, grafik, konseptual, rumus, gambar. Salah satu alasan pentingnya
pemahaman representasi grafik karena grafik mampu memberikan informasi kuantitatif yang
mudah dipahami. Selain itu, data yang disajiakan dengan grafik menjadi lebih mudah dipahami
bila dibandingkan dengan data yang disajikan dalam bentuk kalimat uraian. Kemampuan
menganalisis grafik dalam bentuk kaliamt verbal maupun non verbal sangat diperlukan oleh
siswa, khususnya pada bidang fisika. Kemampuan menganalisis data yang dimaksud mencakup
kemampuan membuat grafik, mengungkap makna fisis pada grafik, melakukan prediksi dan
interpretasi serta melakukan makna fisis pada grafik(Nugroho & Darsono, 2007)

Multi representasi yang khusus digunakan dalam pembelajaran fisika mempunyai tiga
cara. Ketiga cara tersebut adalah: (a) sebagai cara atau alat untuk menguraikan persoalan yang
terjadi ketika siswa membuat atau menggambar sketsa situasi fisis dan melengkapi informasi, (b)
sebagai pokok persoalan ketika siswa secara eksplisit diminta untuk membuat grafik atau
mencari nilai suatu besaran fisis menggunakan grafik, dan (c) sebagai langkah atau prosedur
formal ketika siswa diminta untuk menggambar diagram benda bebas sebagai salah satu langkah
awal dalam menerapkan konsep untuk memecahkan soal. Pentingnya multi representasi dalam
pembelajaran fisika dengan mengigat hasil telaah data soal UN fisika tingkat SMA dalam tiga
tahun terakhir yaitu, Tahun Ajaran 2013/2014 dari 40 item butir jumlah soal fisika diperoleh
bentuk representasi format verbal 16 soal, matematik 1 soal, gambar 21 soal, dan grafik 2 soal
(BSNP : 2014). Tahun Ajaran 2014/2015 dari 40 item soal diperoleh format verbal 14 soal,
matematik 2 soal, gambar 20 soal, dan grafik 4 soal (BSNP :2015). Sedangkan pada Tahun
Ajaran 2015/2016 dari 40 item soal diperoleh bentuk representasi format verbal 14 soal,
matematik 2 soal, gambar 20 soal, dan grafik 4 soal (BSNP : 2016).

Mempelajari fisika tanpa memahami konsep-konsep tidaklah sesuai dengan hakekat IPA
sebagai produk dan proses serta tidak sesuai proses belajar bermakna. Dalam kehidupan sehari-
hari cukup banyak siswa yang berpikir bahwa jika dua benda bergerak dalam waktu dan
percepatan yang sama maka jarak yang ditempuh sama pula. Kecepatan awal perlu
diperhitungkan karena unsur tersebut yang membuat jaraknya berbeda. Menurut beberapa
penelitian, salah pengertian terbanyak terjadi pada gerak parabola. Siswa masih sulit menangkap
mengapa kecepatan pada puncak suatu proyektil adalah nol, meski percepatannya tidak nol.
Mereka berpikir bahwa jika kecepatan itu nol, percepatannnya juga harus nol. Sebelum
memasuki ruang-ruang pembelajaran peserta didik telah memiliki konsepsi sendiri-sendiri
tentang sesuatu, termasuk yang berkaitan dengan materi fisika.

Sebelum mereka mengikuti pelajaran gerak lurus, mereka sudah banyak memiliki
pengalaman dengan peristiwa-peristiwa tentang gerak (benda yang bergerak lurus, benda yang
jatuh bebas, dan lain-lain). Pengalaman itu mereka telah memiliki konsepsi-konsepsi yang belum
tentu sama dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi seperti itu disebut dengan prakonsepsi.
Mengatakan jika prakonsepsi siswa sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang diterima
dari pakar, maka siswa tersebut akan mengalami miskonsepsi. Prakonsepsi siswa atas konsep
fisika yang dibangun oleh siswa itu sendiri melalui belajar informal dalam upaya memberikan
makna atas pengalaman meraka sehari-hari mempunyai peran yang sangat besar dalam
pembentukan konsepsi ilmiah. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi
secara terus-menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Konsep gerak lurus
merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada siswa. Pemahaman representasi siswa
pada materi gerak lurus melalui format verbal pada kategori rendah, format matematik pada
kategori rendah, format grafik pada kategori sedang, dan format gambar pada kategori rendah,
untuk nilai rata-rata posttest siswa tertinggi pada format verbal, matematik, dan gambar,
sedangkan format grafik masih rendah, hal ini disebabkan kemampuan awal siswa masih rendah.

Bahwa beberapa ahli telah melakukan penelitian untuk mengungkap miskonsepsi pada
konsep gerak lurus, diantaranya pada konsep percepatan gravitasi dimana siswa beranggapan
bahwa sebuah benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan pada
peristiwa gerak jatuh bebas. Pada kaitan konsep jarak dan perpindahan, siswa berpikir bahwa
kedua konsep ini sama. Sehubungan dengan hal di atas, maka dilakukan penerapan pendekatan
multi representasi terhadap pemahaman konsep gerak lurus siswa dalam pembelajaran fisika
untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran yang telah diperoleh. Hal tersebut akan membantu
untuk menentukan standar dari kualitas pemahaman konsep siswa di sekolah. Oleh karna itu,
berdasarkan uraian di atas peneliti memilih judul “Penerapan Pendekatan Multi Representasi
Terhadap Pemahaman Konsep Gerak Lurus ”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan identifikasi masalah
sebagai berikut :

1. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi gerak lurus


2. Rendahnya pemahaman representasi siswa pada materi gerak lurus

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada Penerapan Pendekatan Multi
Representasi Terhadap Pemahaman Konsep Gerak Lurus Pada Siswa SMA

D. RUMUSAN MASALAH

1. Apa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi gerak
lurus ?
2. Bagaimana kemampuan pemahaman representasi siswa pada materi gerak lurus ?

E. TUJUAN PENULISAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam


memahami materi gerak lurus.
2. Mengetahui bagaimana kemampuan pemahaman representasi siswa pada materi gerak
lurus.

F. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru :

Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kurangnya pemahaman siswa dalam
memahami materi gerak lurus berbentuk grafik,sehingga dapat memberikan
penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi siswa.

2. Bagi Sekolah :

Meningkatkan kualitas pembelajaran fisika disekolah

3. Bagi Peneliti :

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan khususnya yang terkait dengan


kurangnya pemahaman siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan”


(KBBI, 1993 : 636). Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai proses
pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan tujuan pembelajaran.
Suharsimi (2009 : 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan
kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan
bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.
Pemahaman juga dapat diartikan perbuatan atau cara yang digunakan untuk membuat
anak menjadi paham atas materi yang sedang diterangkan.

Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena


untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman
merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Dalam Taksonomi Bloom,
pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan.
Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab untuk dapat
memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

Sebagai bukti dari tingkat pemahaman siswa dapat diukur dari hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang menunjukan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan berarti tingkat
pemahaman anak sudah memenuhi syarat. Dalam hal ini penulis mengukur tingkat
pemahaman siswa dari hasil belajar dengan persentase di Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang telah ditentukan.

Beberapa pengertian pemahaman siswa menurut beberapa ahli:

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir


semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain.
Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber
pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang
terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan
dirinya dalam orang lain.

Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan


dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern
“comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an
understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya : Disini
menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan
mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi.
Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi Bloom,
yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan
instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari
aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif
ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.

Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat
dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman
terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan
menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok
dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan
ektrapolasi.

1.Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti


mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.
Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu
memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.

Berdasarkan domain kognitif Bloom, pemahaman merupakan tingkatan kedua.


Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau
bahan yang dipelajari. Aspek pemahaman merupakan aspek yang mengacu pada
kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan memaknai arti suatu
materi. Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam menangkap
makna suatu konsep dengan kalimat sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu:

1. Menerjemahkan (translation) Kegiatan pertama dalam tingkatan pemahaman adalah


kemampuan menerjemahkan. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menerjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga mempermudah
siswa dalam mempelajarinya.

a. Menerjemahkan suatu abstraksi kepada abstraksi yang lain.

b. Menerjemahkan suatu bentuk simbolik ke satu bentuk lain atau sebaliknya.

c. Terjemahan dari satu bentuk perkataan ke bentuk yang lain.

2. Menafsirkan (interpretation) Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan.


Menafsirkan merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu
komunikasi. Terdapat beberapa kemampuan dalam proses menafsirkan, diantaranya
adalah:

a. Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasi berbagai bacaan secara dalam dan
jelas.

b. Kemampuan untuk membedakan pembenaran atau penyangkalan suatu kesimpulan


yang digambarkan oleh suatu data.

c. Kemampuan untuk menafsirkan berbagai data sosial.

d. Kemampuan untuk membuat batasan (kualifikasi) yang tepat ketika menafsirkan suatu
data.

3. Mengekstrapolasi (extrapolation) Kemampuan pemahaman jenis ekstrapolasi ini


berbeda dengan kedua jenis pemahaman lainnya dan memiliki tingkatan yang lebih
tinggi. Kemampuan pemahaman jenis ekstrapolasi ini menuntut kemampuan intelektual
yang lebih tinggi, seperti membuat telaah tentang kemungkinan apa yang akan berlaku.
Beberapa kemampuan dalam proses mengekstrapolasi diantaranya adalah:

a. Kemampuan menarik kesimpulan dan suatu pernyataan yang eksplisit.

b. Kemampuan menggambarkan kesimpulan dan menyatakannya secara efektif


(mengenali batas data tersebut, memformulasikan kesimpulan yang akurat dan
mempertahankan hipotesis).

c. Kemampuan menyisipkan satu data dalam sekumpulan data dilihat dari


kecenderungannya.

d. Kemampuan untuk memperkirakan konsekuensi dan suatu bentuk komunikasi yang


digambarkan.

e. Kemampuan menjadi peka terhadap faktor-faktor yang dapat membuat prediksi tidak
akurat.
f. Kemampuan membedakan nilai pertimbangan dan suatu prediksi.

Menurut Novak & Gowin pemahaman konsep dapat juga dievaluasi melalui peta konsep,
guru dapat mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswanya untuk mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari pemahaman konsep, yaitu:

1. Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien.

2. Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas informasi, komunikasi dan


waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut.

3. Konsep yang merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi.

4. Konsep sangat diperlukan untuk problem solving.

5. Konsep menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang.

Menurut Rosser pemahaman konsep adalah suatu konsep abstraksi yang mewakili suatu
kelas objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubunganhubungan yang mempunyai atribut
yang sama. Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep
merupakan suatu kemampuan untuk menelaah dari suatu kejadian atau pelajaran (materi)
yang disajikan oleh pengajar agar dalam memahami sebuah konsep atau meteri menjadi
lebih mudah.

B. Multi Representasi

Multi representasi adalah model yang mempresentasi ulang konsep yang sama
dalam beberapa format yang berbeda-beda. Beberapa bentuk representasi dalam fisika
bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan
sebagainya. Multi representasi dapat membantu pembelajar dalam mempelajari dan
membangun suatu konsep dan mengatasi permasalahan, membantu dalam memecahkan
masalah, serta membantu untuk menyikapi masalah. Berbagai studi mengenai multi
representasi menunjukkan bahwa ternyata multi representasi sangat penting untuk
diterapkan dalam pembelajaran. Bahkan, ada ada usulan agar multi representasi
dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran fisika lanjutan

Kress dalam Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) mengatakan


bahwa “secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan menginterpretasikan
maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam
pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Oleh karena itu, peran representasi sangat penting
dalam proses pengolahan informasi mengenai sesuatu.”
Sedangkan menurut Pialang dalam Atika (2010:8) “representasi sebagai suatu
tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain
diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.” Terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan para ahli berkenaan tentang representasi seperti dikutip dalam Fadillah
(2008):

1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah
atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi,
sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar,
kata-kata, atau simbol matematika.

2.Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk


mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan.

3. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal


mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang
kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau
mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang
pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman
tentang tanda representasi.

4. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki


seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model
matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model
manipulatif atau kombinasi dari semuanya.

5. Representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu benda


dalam suatu cara.

6. Representasi adalah suatu konfigurasi dan sejenisnya yang berkorespondensi


dengan sesuatu, mewakili, melambangkan atau menyajikan sesuatu.

7. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret


dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi
matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan
simbol.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah suatu cara
menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Representasi ditampilkan
siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan
untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari
interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, grafik,
kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Oleh karena itu, dengan
adanya pendekatan multi representasi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami
suatu konsep melalui format representasi yang disajikan. Khususnya fisika, pendekatan
multi representasi ini akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep fisika dan
menyelesaikan masalah, seperti diungkapkan Dufresne, Gerace,& Leonard, 1997; Larkin,
1985; Van Heuvelen 1991, dikutip dalam Solas8 Portoles & Lopez (2007). “Physics
education literature indicates that using multiple representations is beneficial for student
understanding of physics ideas and for problem solving.” Hal ini ditegaskan pula oleh
Kohl, Rosengrant, dan Heuvelen (2007): Good use of multiple representations is
considered key to learning physics, and so there is considerable motivation both to learn
how students use multiple representations when solving problems and to learn how best
to teach problem solving using multiple representations.

Hiebert dan Carpenter dalam Fadillah (2008) mengemukakan bahwa “pada


dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai internal dan eksternal.” Haveleun & Zou
dalam Atika (2010: 9) mendefinisikan representasi internal sebagai: “individual cognitive
configurations inferred from human behavior describing some aspects of the process of
physics and problem solving.”

Sedangkan representasi eksternal diuraikan sebagai “ structured physical


situations that can be seen as embodying physical ideas.” Dalam Konteks yang sama,
pendapat Haveleun ini diperkuat dengan pernyataan (Meltzer, 2005) “According to a
constructivist view, internal representations are inside the students’ heads, and external
representations are situated in the students’ environments.” Hal ini berarti bahwa
representasi internal adalah apa yang ada dalam pikiran si belajar, sedangkan representasi
eksternal adalah realita dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan apa yang sedang
dipelajari si belajar.

Contoh representasi dalam fisika meliputi kata-kata, gambar, diagram, grafik,


simulasi komputer, persamaan matematik dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh
Rosengrant (2007): A representation is something that symbolizes or stands for objects
and or processes. Examples in physics include words, pictures, diagrams, graphs,
computer simulations, mathematical equations,etc.

Dari penjelasan mengenai multi representasi dapat disimpulkan bahwa multi


representasi adalah suatu model atau bentuk pengganti, cara, atau proses yang digunakan
seseorang untuk mengomunikasikan sesuatu atau pengetahuan yang disajikan atau
diungkapkan melalui berbagai model (verbal, persamaan matematik, gambar, simulasi,
benda nyata dll). Dengan multi representasi akan terjadi pengolahan informasi internal
dan eksternal untuk membangun suatu pemahaman yang lebih dalam mengenai suatu
pengetahuan dengan menggabungkan berbagai format representasi yang berbeda yang
digunakan sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang dihadapi.
Dalam penelitian ini, yang telah diteliti adalah salah satu bentuk multi
representasi yaitu representasi grafik. Siswa yang terampil sering menggunakan
representasi kualitatif seperti gambar, grafik, dan diagram. Karena representasi kualitatif
membantu mereka memahami soal sebelum mereka menggunakan persamaan-persamaan
matematik untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara kuantitatif.

Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat


menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002).
Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan, atau menyimbolkan
objek dan atau proses. Multirepresentasi juga berarti merepresentasi ulang konsep yang
sama dengan format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik, danmatematik
(Prain&Waldrip,2007).
Dengandemikiankitadapatmenyimpulkanbahwamultirepresentasiadalahsuatucaramenyata
kansuatukonsepmelaluiberbagaicaradanbentuk. Multirepresentasi memiliki tiga fungsi
utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi, dan pembangun pemahaman
(Ainsworth, 1999).

 Fungsi Multi Representasi

Multi representasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas
interpretasi, dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999), sebagai berikut :

1. multi reprsentasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi


informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif.

2. satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan


menginterpretasi dalam menggunakan representasi yang lain.

3. multi representasi dapat digunakan untuk mendorong siswa membangun


pemahaman terhadap situasi secara mendalam.

Mengapa Menggunakan Multirepresentasi?

Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multirepresentasi sebagaiberikut:

1. Multi kecerdasan (multiple intelligences) Menurut teori multi kecerdasan orang


dapat memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar
dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi
yang berbeda-beda memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis
kecerdasan.

2.Visualisasi bagi otak kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali
dapat divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi
konkret.
3.Membantu mengonstruksi representasi tipe lain beberapa representasi konkret
membantu dalam mengonstruksi representasi yang lebih abstrak.

4.Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif Penalaran kualitatif


seringkali terbantu dengan menggunakan representasi konkret.

5. Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif


Representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif
terhadap soal.

 Tipe-tipe representasi

Dalam fisika banyak tipe representasi yang dapat dimunculkan.Tipe-tipe tersebut

antara lain:

1. Deskripsi verbal untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah
satu cara yang tepat untuk digunakan.

2.Gambar/diagram Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita
representasikan dalambentuk gambar. Gambar dapat membantu
memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak
bentuk diagram yang sering digunakan (sesuai konsep), antara lain : diagram
gerak, diagram bebas benda (free body diagram), diagram garismedan (field line
diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray
diagram), diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram energy
keadaan (energy state diagram)

3. Grafik Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita


representasikan dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu kemampuan membuat
dan membaca grafik adalah keterampilan yang sangat diperlukan.Grafik balok
energi (energy bar chart), grafik balok momentum (momentum bar chart),
merupakan grafik yang sering digunakan dalam merepresentasi konsep-konsep
fisika.

4.Mate matik Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi matematik


sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi kuantitatif ini akan banyak
ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasikualitatif secara baik.
Pada proses tersebutlah tampak bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan
semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematik.

C. Tinjauan Materi Gerak Lurus

Gerak lurus (GL) adalah merupakan gerak dengan lintasan lurus. Ciri khas materi
gerak lurus adalah nilai dari besaran vektor pada contoh gerak lurus sama dengan besaran
skalarnya. Besar perpindahan sama dengan jarak tempuhnya, kecepatan sama dengan
kelajuannya dan percepatan sama dengan perlajuannya. Gerak dengan lintasan lurus
adalah salah satu jenis gerak yang mudah untuk dianalisis dibandingkan jenis gerak yang
lainnya. Ada dua jenis gerak arah lurus, yaitu GL Beraturan dan GL Berubah Beraturan.

Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan gerak dengan lintasan lurus dan
kecepatan konstan. Tidak ada perubahan kecepatan pada gerak ini. Hal inilah yang
membuat contoh gerak lurus beraturan lebih mudah dianalisis daripada jenis gerak yang
lain. Kecepatan konstan berarti bahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu adalah
konstan. Jika kecepatan suatu benda yang bergerak lurus beraturan adalah 1 m/s, maka
tiap detik jarak yang ditempuh adalah sebesar 1 m. Gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) adalah GL dengan kecepatan yang berubah-ubah secara teratur. Perubahan
teratur yang dimaksud adalah besar perubahan kecepatan tiap detik atau percepatannya
tetap. Misalkan mobil dipercepat dengan percepatan 1 m/s/s maka setiap detik kecepatan
mobil bertambah 1 m/s.

Pada kinematika gerak lurus besaran yang mengakibatkan kecepatannya


bertambah secara teratur disebut dengan percepatan. Sedangkan besaran yang
mnegakibatkan kecepatannya berkurang disebut dengan perlambatan. Sebenarnya dua
besaran ini adalah besaran yang sama. karena dimensinya juga sama. Perlambatan disebut
juga sebagai percepatan yang arahnya berlawanan dengan arah gerak.

Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda dari posisi awal. Benda
dikatakan bergerak ketika benda mengalami perpindahan atau menempuh suatu jarak
tertentu. Berdasarkan lintasannya, gerak terbagi menjadi 3 jenis, yaitu gerak lurus, gerak
melingkar, dan gerak melengkung (parabola). Benda yang bergerak pada lintasan lurus
disebut gerak lurus. gerak yang akan kita bahas kali ini adalah konsep gerak lurus. Gerak
mengenal istilah jarak dan perpindahan. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh
benda tanpa memperhatikan arahnya. Sementara itu, perpindahan didefinisikan sebagai
panjang lintasan, namun memperhatikan arah atau kedudukan awal dan akhir benda
tersebut.

Ilustrasi jarak dan perpindahan (sumber gambar: mediabali.net)


Kecepatan dan Kelajuan Rata-Rata

 Kecepatan rata-rata merupakan perbandingan perpindahan benda dengan waktu tempuh.


Kecepatan merupakan besaran vektor, karena memiliki besar dan arah. Kecepatan rata-
rata merupakan perubahan perpindahan (posisi) yang ditempuh oleh benda tiap satuan
waktu.

 Kelajuan rata-rata merupakan panjang lintasan (jarak) yang ditempuh oleh benda tiap
satuan waktu.

Gerak lurus dibedakan menjadi 2, yaitu gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB).

 Gerak Lurus Beraturan (GLB)


 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

GLB merupakan gerak benda pada lintasan lurus dengan kecepatan yang tetap atau tanpa
percepatan.

Secara matematis, rumus GLB ditulis sebagai berikut:


Grafik GLB v terhadap t (sumber: brainly.co.id)

GLBB merupakan gerak lurus suatu benda yang kecepatannya berubah karena adanya
percepatan tetap. Maksud percepatan tetap ialah percepatan selalu sama terhadap waktu. Karena
adanya percepatan, rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier, melainkan kuadratik.
Ketentuan :

(+) saat benda dipercepat , jadi vt > v0

(-) saat benda diperlambat, jadi vt < v0

Grafik GLBB (sumber gambar: fisikazone.com)


D. Kerangka Pemikiran

Secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan menginterpretasikan maksud


melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan
maupun tulisan. Berbagai format penyampaian tersebut dapat membantu untuk mengolah
informasi yang didapat dan merepresentasikannya dalam pikiran (minds-on) dan kemudian
disimpulkan dalam bentuk eksternalnya (hands-on). Sebagai contoh representasi dalam bentuk
grafik, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan dari suatu variabel, untuk membandingkan
dan memperjelas; menglasifikasi, mengategorikan, dan menunjukkan hubungan hierarki;
ringkasan informasi; menunjukkan hubungan diantara konsep-konsep; atau menunjukkan akibat
dalam prosedur.

Tingkat pemahaman konsep seseorang sangat tergantung dari bagaimana ia mulai


menanamkan suatu konsep dalam pikirannya, sebab konsep merupakan buah pemikiran. Siswa
dapat membangun sendiri konsep dari mengolah informasi yang mereka peroleh. Dengan
membangun konsep maka ia telah memiliki tingkat pemahaman yang baik sehingga dia mampu
menguasai konsep dengan baik pula. Perubahan konsep sangat penting dalam proses
pembelajaran fisika. Hanya dengan adanya perubahan konsep, baik yang memperluas konsep
ataupun yang meluruskan konsep yang tidak tepat, seorang siswa benar-benar berkembang dan
memahami konsep-konsep fisika. Semakin banyak dan semakin tepat konsep fisika yang
dipahami siswa, berarti semakin baik penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika. Materi
fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi Gerak pada sub materi Gerak LuruS.
Pemilihan materi tersebut dilakukan karena konsep gerak sangat akrab dalam keseharian siswa
SMA. Selain itu, sub materi ini dianggap sebagai materi yang sulit karena dalam sub materi ini
siswa dituntut dapat mengonversikan data yang diperoleh dari hasil percobaan ke dalam bentuk
grafik hubungan antara besaran-besaran yang diukur. Selain itu, siswa dituntut mampu membaca
grafik tersebut sehingga siswa dapat melakukan perhitungan secara matematis terkait besaran-
besaran yang lain.

Dengan demikian, representasi grafik merupakan bentuk representasi yang paling cocok
digunakan untuk membelajarkan materi tersebut. Apabila siswa mampu membuat dan membaca
grafik dari data hasil percobaan, maka siswa pasti dapat melakukan perhitungan besaran-besaran
lain. Hal ini menunjukkan bahwa setelah siswa menanamkan konsep awal pada grafik yang telah
dibuat, maka mereka akan menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi tersebut.
Berdasarkan penanaman konsep tersebut siswa dapat memberikan penjelasan sederhana
mengenai suatu hal yang telah siswa kuasai konsep awalnya. Proses ini merupakan suatu proses
penguasaan konsep awal siswa. Setelah itu siswa akan memiliki keterampilan dasar untuk
dapat menyimpulkan dan membuat penjelasan lebih lanjut dari penjelasan sederhana yang telah
dipahami sebelumnya. Kemampuan-kemampuan yang berkembang tersebut merupakan ciri-ciri
penguasaan konsep yang muncul dari adanya pemilihan bentuk representasi yang tepat untuk
membelajarkan suatu materi. Penjelasan di atas dapat dijelaskan pada Gambar 2.1.
Multi Representasi

Disajikan dalam
Representasi Grafik

Terjadi proses
Pengolahan informasi internal

dan
Pengolahan informasi eksternal

Memunculkan
Pemahaman Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dipaparkan oleh peneliti dan kerangka
pemikiran peneliti, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh Representasi Grafik terhadap penguasaan konsep gerak lurus siswa SMA.

2. Terdapat peningkatan penguasaan konsep gerak lurus siswa SMA dengan menggunakan
representasi grafik.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Sebuah penelitian memerlukan suatu rancangan yang tepat agar data yangdihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan dan valid.Penelitian ini menggunakanrancangan penelitian Pra
Eksperimen, yang menggunakan satu kelas untukmelihat hasil belajar siswa.Dikatakan Pre
eksperimental Design, karena desainini belum merupakan eksperimen sungguh-
sungguh.Eksperimen ini masihterdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabeldependen.Jadi hasil eksperimennya merupakan variabel dependen itu
bukansemata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.Adapun desain penelitian
yangdigunakan adalah desain One Group Pretest Postest.Di dalam desain iniobservasi dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudaheksperimen.observasi yang dilakukan
sebelum eksperimen (OI) disebut Pretestdan observasi sesudah dilakukannya eksperimen (O2)
disebut Posttest. Perbedaanantara (OI) dan (O2) diasumsikan merupakan efek dari treatment atau
eksperimen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen berbentuk pre
eksperimental design dengan rancangan onegroup pre-test design yang digambarkan pada
Tabel 1.

Tabel.1 Rancangan Penelitian One Group Pre-test Post-test Design


Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
O1 X O2

Keterangan:
X=Treatment/Perlakuan
O1 = Pretest
O2 = Posttest
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA………. Yang berlokasi di……….. penelitian ini di bagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap uji soal dan tahap pengambilan data.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang dikenakan dalam penelitian.
Menurut Sugiyono bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA yang berjumlah….. siswa dapat
dilihat pada lampiran. Pertimbangan dalam menetukan sampel pada penelitian ini yaitu
berdasarakanobservasi peneliti disekolah tersebut bahwa semua siswa memiliki tingkat
kemampuan yang sama. Jadi teknik pengambilan sampel sacara purposive sampling.
____________
28 Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 117.
29 Sugiyono, Metode Penelitian,…h.118.

D. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2)
tahap pelaksanaan dan 3) tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:
(1) Melakukan prariset ke SMA ;
(2) Menyusun desain penelitian;
(3) Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian;
(4) Melakukan validasi perangkat pembelajaran;
(5) Melakukan uji coba soal tes di kelas X SMA
(6) Menganalisis data hasil uji coba soal tes;
(7) Merevisi soal tes setelah mengetahui hasil dari uji coba soal.

2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:
(1) Memberikan soal tes awal (pretest);
(2) Memberikan skorpretest dengan tujuan untuk mengetahui skor awal siswa dan jumlah
siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal sebelum diberikan remediasi;
(3) Memberikan treatment, yaitu remediasi menggunakan strategi SAPS berbasis
multirepresentasi pada siswa kelas X SMA
(4) Memberikan soal tes akhir (posttest).

3. Tahap akhir
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain:
(1) Menganalisis data;
(2) Menganalisis hasil pretest dan posttest;
(3) Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari
masalah dalam penelitian ini;
(4) Menyusun laporan penelitian.

Hasil pretest dan posttest dianilisis untuk mengetahui rekapitulasi persentase tiap
kesalahan, proporsi penurunan jumlah kesalahan tiap siswa dan efektivitas.
Untuk menghitung proporsi penurunan kesalahan tiap siswa, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑛𝑠𝑎 −𝑛𝑠𝑝
Δ𝑛𝑠 = × 100%
𝑛𝑠𝑎

Keterangan:
𝑛𝑠𝑎 = Jumlah kesalahan tiap siswa pada soal pretest.
𝑛𝑠𝑝 = Jumlah kesalahan tiap siswa pada soal posttest.
Δ𝑛𝑠 = Harga proporsi penurunan jumlah kesalahan tiap soal.
Untuk menghitung tingkat efektifitas tiap nomor soal menggunakan rumus harga proporsi
penurunan jumlah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal sebagai berikut:
𝑠𝑎 −𝑠𝑝
Δs= × 100%
𝑠𝑎

Keterangan:
𝑠𝑎 =Jumlah kesalahan siswa dalammenyelesaikan soal pre-test.
𝑠𝑝 =Jumlah kesalahan siswa dalammenyelesaikan soal post-test
Δs =Harga proporsi penurunan jumlahkesalahan siswa tiap sub materi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan cara-cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (pree-test) dan tes akhir (postest)

1. Tes awal (Pretest)


Tes awal adalah tes yang diberikan kepada kedua kelas sebelumdiberikannya
perlakuan.Tes awal terdiri dari 20 soal pilihan ganda yangpertujuan untuk melihat
kemampuan awal siswa dan sebagai pembanding dari tesakhir.

2. Tes akhir (Postest)


Ter akhir adalah tes yang diberikan setelah perlakuan selesai.Soal tesakhir
(preetest) berjumlah 20 soal pilihan ganda. Tujuan dari tes ini untuk melihathasil
belajar siswa setelah diberikan perlakuan terhadap kedua kelas yang diambil
menjadi sampel dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, S. (2006). DeFT: A Conceptual Framework For Considering Learning with Multiple

Representations. Nottingham: School of Psychology and Learning Sciences Research. Institute


University of Nottingham, 16(3): 183-196.

Anderson L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing; A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Longman
Inc.

Hake, R.R. (1998). Interactive-Engagement versus Traditional Methods: A Six-Thousand-


Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal
Association of Physics Teachers, 66(1): 64-74.

Hasbullah & Nazriana, L. (2017). Peningkatan Kemampuan Interprestasi Grafik Melalui


Pendekatan Multi Representasi Pada Materi Gerak Lurus. Prosiding Seminar Nasional
Kemaritiman Aceh Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, 24 Agustus 2017, 1(1): 114 –
118.

Mahardika, I.K. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Verbal, Matematik, dan Gambar Fisika Siswa Kelas
VIII-A MTs N 1 Jember Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3): 272-277. Monika, S. (2014). Pengaruh Kemampuan Membangun
Mode Representasi terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri
Terbimbing. Thesis tidak dipublikasikan. Lampung: Universitas Lampung.

Prain, V., & Waldrip, B. (2008). An exploratory study of teachers’ perspectives about using
multimodal representations of concepts to enhance science learning. Canadian Journal of
Science. Mathematics and Technology Education, 8(1): 5-24.

Purwanti, A, Sutopo, & Wisodo, H. (2016). Penguasaan Konsep dan Kemampuan Representasi
Materi Gerak Lurus Siswa SMA Kelas XII. Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana
UM,1(1); 53-58.
Rosyid, Jatmiko, B., & Supardi, Z.A.I. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan
Model Orientasi IPA (PBL dan Multi Representasi) Pada Konsep Mekanika di SMA. Pancaran,
2(3): 1-12.

Setyandaru, T.A., Wahyuni, S., & Putra, P.D.A. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Multirepresentasi pada Pembelajaran Fisika di SMA/MA. Jurnal Pembelajaran Fisika,
6(3): 218-224.

Suwanto, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Tinjauan Teoritis dan Praktis).
Jakarta:Kencana

Anda mungkin juga menyukai