Oleh :
16 505 008
JurusanFisika
FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam
UniversitasNegeri Manado
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Fisika yaitu sebuah ilmu pengetahuan dimana didalamnya mempelajari tentang sifat dan
fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya. Untuk
mempelajari fenomena atau gejala alam, fisika menggunakan proses dimulai dari pengamatan,
pengukuran, analisis dan menarik kesimpulan. Sehingga prosesnya lama dan berbuntut panjang,
namun hasilnya bisa dipastikan akurat karena fisika termasuk ilmu eksak yang kebenarannya
terbukti.
Dewasa ini, bisa dikatakan bahwa kualitas pembelajan fisika merosot terutama disekolah
menengah. Euwe van de Berg (1991) menyatakan bahwa didalam maupun ddiluar negeri
pembelajaran fisika dirasa sangat menggecewakan dan para alumni sekolah menengah seakan-
akan belum pernah mempelajari fisika sebelumnya. Banyak isu bahwa fisika merupakan mata
pelajaran yang kurang diminati oleh para siswa tingkat SMP atau SMA. Salah satu
penyebababnya adalah cara penyajian materi fisika di kelas yang kurang menarik perhatian
siswa. Oleh karena itu perlu dicari pola pembelajaran fisika yang menarik perhatian siswa dan
mempermudah pemahamannya. Selain itu, siswa dapat mempersiapkan dirinya untuk
mengembangkan kemampunnya secara mandiri. Dalam pengajaran fisika di sekolah, aspek
pemahaman suatu konsep merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa.
Multi representasi yang khusus digunakan dalam pembelajaran fisika mempunyai tiga
cara. Ketiga cara tersebut adalah: (a) sebagai cara atau alat untuk menguraikan persoalan yang
terjadi ketika siswa membuat atau menggambar sketsa situasi fisis dan melengkapi informasi, (b)
sebagai pokok persoalan ketika siswa secara eksplisit diminta untuk membuat grafik atau
mencari nilai suatu besaran fisis menggunakan grafik, dan (c) sebagai langkah atau prosedur
formal ketika siswa diminta untuk menggambar diagram benda bebas sebagai salah satu langkah
awal dalam menerapkan konsep untuk memecahkan soal. Pentingnya multi representasi dalam
pembelajaran fisika dengan mengigat hasil telaah data soal UN fisika tingkat SMA dalam tiga
tahun terakhir yaitu, Tahun Ajaran 2013/2014 dari 40 item butir jumlah soal fisika diperoleh
bentuk representasi format verbal 16 soal, matematik 1 soal, gambar 21 soal, dan grafik 2 soal
(BSNP : 2014). Tahun Ajaran 2014/2015 dari 40 item soal diperoleh format verbal 14 soal,
matematik 2 soal, gambar 20 soal, dan grafik 4 soal (BSNP :2015). Sedangkan pada Tahun
Ajaran 2015/2016 dari 40 item soal diperoleh bentuk representasi format verbal 14 soal,
matematik 2 soal, gambar 20 soal, dan grafik 4 soal (BSNP : 2016).
Mempelajari fisika tanpa memahami konsep-konsep tidaklah sesuai dengan hakekat IPA
sebagai produk dan proses serta tidak sesuai proses belajar bermakna. Dalam kehidupan sehari-
hari cukup banyak siswa yang berpikir bahwa jika dua benda bergerak dalam waktu dan
percepatan yang sama maka jarak yang ditempuh sama pula. Kecepatan awal perlu
diperhitungkan karena unsur tersebut yang membuat jaraknya berbeda. Menurut beberapa
penelitian, salah pengertian terbanyak terjadi pada gerak parabola. Siswa masih sulit menangkap
mengapa kecepatan pada puncak suatu proyektil adalah nol, meski percepatannya tidak nol.
Mereka berpikir bahwa jika kecepatan itu nol, percepatannnya juga harus nol. Sebelum
memasuki ruang-ruang pembelajaran peserta didik telah memiliki konsepsi sendiri-sendiri
tentang sesuatu, termasuk yang berkaitan dengan materi fisika.
Sebelum mereka mengikuti pelajaran gerak lurus, mereka sudah banyak memiliki
pengalaman dengan peristiwa-peristiwa tentang gerak (benda yang bergerak lurus, benda yang
jatuh bebas, dan lain-lain). Pengalaman itu mereka telah memiliki konsepsi-konsepsi yang belum
tentu sama dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi seperti itu disebut dengan prakonsepsi.
Mengatakan jika prakonsepsi siswa sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang diterima
dari pakar, maka siswa tersebut akan mengalami miskonsepsi. Prakonsepsi siswa atas konsep
fisika yang dibangun oleh siswa itu sendiri melalui belajar informal dalam upaya memberikan
makna atas pengalaman meraka sehari-hari mempunyai peran yang sangat besar dalam
pembentukan konsepsi ilmiah. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi
secara terus-menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Konsep gerak lurus
merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada siswa. Pemahaman representasi siswa
pada materi gerak lurus melalui format verbal pada kategori rendah, format matematik pada
kategori rendah, format grafik pada kategori sedang, dan format gambar pada kategori rendah,
untuk nilai rata-rata posttest siswa tertinggi pada format verbal, matematik, dan gambar,
sedangkan format grafik masih rendah, hal ini disebabkan kemampuan awal siswa masih rendah.
Bahwa beberapa ahli telah melakukan penelitian untuk mengungkap miskonsepsi pada
konsep gerak lurus, diantaranya pada konsep percepatan gravitasi dimana siswa beranggapan
bahwa sebuah benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan pada
peristiwa gerak jatuh bebas. Pada kaitan konsep jarak dan perpindahan, siswa berpikir bahwa
kedua konsep ini sama. Sehubungan dengan hal di atas, maka dilakukan penerapan pendekatan
multi representasi terhadap pemahaman konsep gerak lurus siswa dalam pembelajaran fisika
untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran yang telah diperoleh. Hal tersebut akan membantu
untuk menentukan standar dari kualitas pemahaman konsep siswa di sekolah. Oleh karna itu,
berdasarkan uraian di atas peneliti memilih judul “Penerapan Pendekatan Multi Representasi
Terhadap Pemahaman Konsep Gerak Lurus ”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan identifikasi masalah
sebagai berikut :
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada Penerapan Pendekatan Multi
Representasi Terhadap Pemahaman Konsep Gerak Lurus Pada Siswa SMA
D. RUMUSAN MASALAH
1. Apa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi gerak
lurus ?
2. Bagaimana kemampuan pemahaman representasi siswa pada materi gerak lurus ?
E. TUJUAN PENULISAN
F. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Guru :
Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kurangnya pemahaman siswa dalam
memahami materi gerak lurus berbentuk grafik,sehingga dapat memberikan
penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi siswa.
2. Bagi Sekolah :
3. Bagi Peneliti :
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Pemahaman
Sebagai bukti dari tingkat pemahaman siswa dapat diukur dari hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang menunjukan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan berarti tingkat
pemahaman anak sudah memenuhi syarat. Dalam hal ini penulis mengukur tingkat
pemahaman siswa dari hasil belajar dengan persentase di Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang telah ditentukan.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi Bloom,
yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan
instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari
aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif
ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat
dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman
terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan
menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok
dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan
ektrapolasi.
a. Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasi berbagai bacaan secara dalam dan
jelas.
d. Kemampuan untuk membuat batasan (kualifikasi) yang tepat ketika menafsirkan suatu
data.
e. Kemampuan menjadi peka terhadap faktor-faktor yang dapat membuat prediksi tidak
akurat.
f. Kemampuan membedakan nilai pertimbangan dan suatu prediksi.
Menurut Novak & Gowin pemahaman konsep dapat juga dievaluasi melalui peta konsep,
guru dapat mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswanya untuk mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari pemahaman konsep, yaitu:
3. Konsep yang merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi.
Menurut Rosser pemahaman konsep adalah suatu konsep abstraksi yang mewakili suatu
kelas objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubunganhubungan yang mempunyai atribut
yang sama. Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep
merupakan suatu kemampuan untuk menelaah dari suatu kejadian atau pelajaran (materi)
yang disajikan oleh pengajar agar dalam memahami sebuah konsep atau meteri menjadi
lebih mudah.
B. Multi Representasi
Multi representasi adalah model yang mempresentasi ulang konsep yang sama
dalam beberapa format yang berbeda-beda. Beberapa bentuk representasi dalam fisika
bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan
sebagainya. Multi representasi dapat membantu pembelajar dalam mempelajari dan
membangun suatu konsep dan mengatasi permasalahan, membantu dalam memecahkan
masalah, serta membantu untuk menyikapi masalah. Berbagai studi mengenai multi
representasi menunjukkan bahwa ternyata multi representasi sangat penting untuk
diterapkan dalam pembelajaran. Bahkan, ada ada usulan agar multi representasi
dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran fisika lanjutan
1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah
atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi,
sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar,
kata-kata, atau simbol matematika.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah suatu cara
menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Representasi ditampilkan
siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan
untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari
interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, grafik,
kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Oleh karena itu, dengan
adanya pendekatan multi representasi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami
suatu konsep melalui format representasi yang disajikan. Khususnya fisika, pendekatan
multi representasi ini akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep fisika dan
menyelesaikan masalah, seperti diungkapkan Dufresne, Gerace,& Leonard, 1997; Larkin,
1985; Van Heuvelen 1991, dikutip dalam Solas8 Portoles & Lopez (2007). “Physics
education literature indicates that using multiple representations is beneficial for student
understanding of physics ideas and for problem solving.” Hal ini ditegaskan pula oleh
Kohl, Rosengrant, dan Heuvelen (2007): Good use of multiple representations is
considered key to learning physics, and so there is considerable motivation both to learn
how students use multiple representations when solving problems and to learn how best
to teach problem solving using multiple representations.
Multi representasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas
interpretasi, dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999), sebagai berikut :
2.Visualisasi bagi otak kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali
dapat divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi
konkret.
3.Membantu mengonstruksi representasi tipe lain beberapa representasi konkret
membantu dalam mengonstruksi representasi yang lebih abstrak.
Tipe-tipe representasi
antara lain:
1. Deskripsi verbal untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah
satu cara yang tepat untuk digunakan.
2.Gambar/diagram Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita
representasikan dalambentuk gambar. Gambar dapat membantu
memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak
bentuk diagram yang sering digunakan (sesuai konsep), antara lain : diagram
gerak, diagram bebas benda (free body diagram), diagram garismedan (field line
diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray
diagram), diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram energy
keadaan (energy state diagram)
Gerak lurus (GL) adalah merupakan gerak dengan lintasan lurus. Ciri khas materi
gerak lurus adalah nilai dari besaran vektor pada contoh gerak lurus sama dengan besaran
skalarnya. Besar perpindahan sama dengan jarak tempuhnya, kecepatan sama dengan
kelajuannya dan percepatan sama dengan perlajuannya. Gerak dengan lintasan lurus
adalah salah satu jenis gerak yang mudah untuk dianalisis dibandingkan jenis gerak yang
lainnya. Ada dua jenis gerak arah lurus, yaitu GL Beraturan dan GL Berubah Beraturan.
Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan gerak dengan lintasan lurus dan
kecepatan konstan. Tidak ada perubahan kecepatan pada gerak ini. Hal inilah yang
membuat contoh gerak lurus beraturan lebih mudah dianalisis daripada jenis gerak yang
lain. Kecepatan konstan berarti bahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu adalah
konstan. Jika kecepatan suatu benda yang bergerak lurus beraturan adalah 1 m/s, maka
tiap detik jarak yang ditempuh adalah sebesar 1 m. Gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) adalah GL dengan kecepatan yang berubah-ubah secara teratur. Perubahan
teratur yang dimaksud adalah besar perubahan kecepatan tiap detik atau percepatannya
tetap. Misalkan mobil dipercepat dengan percepatan 1 m/s/s maka setiap detik kecepatan
mobil bertambah 1 m/s.
Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda dari posisi awal. Benda
dikatakan bergerak ketika benda mengalami perpindahan atau menempuh suatu jarak
tertentu. Berdasarkan lintasannya, gerak terbagi menjadi 3 jenis, yaitu gerak lurus, gerak
melingkar, dan gerak melengkung (parabola). Benda yang bergerak pada lintasan lurus
disebut gerak lurus. gerak yang akan kita bahas kali ini adalah konsep gerak lurus. Gerak
mengenal istilah jarak dan perpindahan. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh
benda tanpa memperhatikan arahnya. Sementara itu, perpindahan didefinisikan sebagai
panjang lintasan, namun memperhatikan arah atau kedudukan awal dan akhir benda
tersebut.
Kelajuan rata-rata merupakan panjang lintasan (jarak) yang ditempuh oleh benda tiap
satuan waktu.
Gerak lurus dibedakan menjadi 2, yaitu gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB).
GLB merupakan gerak benda pada lintasan lurus dengan kecepatan yang tetap atau tanpa
percepatan.
GLBB merupakan gerak lurus suatu benda yang kecepatannya berubah karena adanya
percepatan tetap. Maksud percepatan tetap ialah percepatan selalu sama terhadap waktu. Karena
adanya percepatan, rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier, melainkan kuadratik.
Ketentuan :
Dengan demikian, representasi grafik merupakan bentuk representasi yang paling cocok
digunakan untuk membelajarkan materi tersebut. Apabila siswa mampu membuat dan membaca
grafik dari data hasil percobaan, maka siswa pasti dapat melakukan perhitungan besaran-besaran
lain. Hal ini menunjukkan bahwa setelah siswa menanamkan konsep awal pada grafik yang telah
dibuat, maka mereka akan menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi tersebut.
Berdasarkan penanaman konsep tersebut siswa dapat memberikan penjelasan sederhana
mengenai suatu hal yang telah siswa kuasai konsep awalnya. Proses ini merupakan suatu proses
penguasaan konsep awal siswa. Setelah itu siswa akan memiliki keterampilan dasar untuk
dapat menyimpulkan dan membuat penjelasan lebih lanjut dari penjelasan sederhana yang telah
dipahami sebelumnya. Kemampuan-kemampuan yang berkembang tersebut merupakan ciri-ciri
penguasaan konsep yang muncul dari adanya pemilihan bentuk representasi yang tepat untuk
membelajarkan suatu materi. Penjelasan di atas dapat dijelaskan pada Gambar 2.1.
Multi Representasi
Disajikan dalam
Representasi Grafik
Terjadi proses
Pengolahan informasi internal
dan
Pengolahan informasi eksternal
Memunculkan
Pemahaman Konsep
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dipaparkan oleh peneliti dan kerangka
pemikiran peneliti, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh Representasi Grafik terhadap penguasaan konsep gerak lurus siswa SMA.
2. Terdapat peningkatan penguasaan konsep gerak lurus siswa SMA dengan menggunakan
representasi grafik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Sebuah penelitian memerlukan suatu rancangan yang tepat agar data yangdihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan dan valid.Penelitian ini menggunakanrancangan penelitian Pra
Eksperimen, yang menggunakan satu kelas untukmelihat hasil belajar siswa.Dikatakan Pre
eksperimental Design, karena desainini belum merupakan eksperimen sungguh-
sungguh.Eksperimen ini masihterdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabeldependen.Jadi hasil eksperimennya merupakan variabel dependen itu
bukansemata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.Adapun desain penelitian
yangdigunakan adalah desain One Group Pretest Postest.Di dalam desain iniobservasi dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudaheksperimen.observasi yang dilakukan
sebelum eksperimen (OI) disebut Pretestdan observasi sesudah dilakukannya eksperimen (O2)
disebut Posttest. Perbedaanantara (OI) dan (O2) diasumsikan merupakan efek dari treatment atau
eksperimen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen berbentuk pre
eksperimental design dengan rancangan onegroup pre-test design yang digambarkan pada
Tabel 1.
Keterangan:
X=Treatment/Perlakuan
O1 = Pretest
O2 = Posttest
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA………. Yang berlokasi di……….. penelitian ini di bagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap uji soal dan tahap pengambilan data.
D. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2)
tahap pelaksanaan dan 3) tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:
(1) Melakukan prariset ke SMA ;
(2) Menyusun desain penelitian;
(3) Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian;
(4) Melakukan validasi perangkat pembelajaran;
(5) Melakukan uji coba soal tes di kelas X SMA
(6) Menganalisis data hasil uji coba soal tes;
(7) Merevisi soal tes setelah mengetahui hasil dari uji coba soal.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:
(1) Memberikan soal tes awal (pretest);
(2) Memberikan skorpretest dengan tujuan untuk mengetahui skor awal siswa dan jumlah
siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal sebelum diberikan remediasi;
(3) Memberikan treatment, yaitu remediasi menggunakan strategi SAPS berbasis
multirepresentasi pada siswa kelas X SMA
(4) Memberikan soal tes akhir (posttest).
3. Tahap akhir
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain:
(1) Menganalisis data;
(2) Menganalisis hasil pretest dan posttest;
(3) Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari
masalah dalam penelitian ini;
(4) Menyusun laporan penelitian.
Hasil pretest dan posttest dianilisis untuk mengetahui rekapitulasi persentase tiap
kesalahan, proporsi penurunan jumlah kesalahan tiap siswa dan efektivitas.
Untuk menghitung proporsi penurunan kesalahan tiap siswa, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑛𝑠𝑎 −𝑛𝑠𝑝
Δ𝑛𝑠 = × 100%
𝑛𝑠𝑎
Keterangan:
𝑛𝑠𝑎 = Jumlah kesalahan tiap siswa pada soal pretest.
𝑛𝑠𝑝 = Jumlah kesalahan tiap siswa pada soal posttest.
Δ𝑛𝑠 = Harga proporsi penurunan jumlah kesalahan tiap soal.
Untuk menghitung tingkat efektifitas tiap nomor soal menggunakan rumus harga proporsi
penurunan jumlah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal sebagai berikut:
𝑠𝑎 −𝑠𝑝
Δs= × 100%
𝑠𝑎
Keterangan:
𝑠𝑎 =Jumlah kesalahan siswa dalammenyelesaikan soal pre-test.
𝑠𝑝 =Jumlah kesalahan siswa dalammenyelesaikan soal post-test
Δs =Harga proporsi penurunan jumlahkesalahan siswa tiap sub materi.
Ainsworth, S. (2006). DeFT: A Conceptual Framework For Considering Learning with Multiple
Anderson L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing; A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Longman
Inc.
Mahardika, I.K. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Verbal, Matematik, dan Gambar Fisika Siswa Kelas
VIII-A MTs N 1 Jember Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3): 272-277. Monika, S. (2014). Pengaruh Kemampuan Membangun
Mode Representasi terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri
Terbimbing. Thesis tidak dipublikasikan. Lampung: Universitas Lampung.
Prain, V., & Waldrip, B. (2008). An exploratory study of teachers’ perspectives about using
multimodal representations of concepts to enhance science learning. Canadian Journal of
Science. Mathematics and Technology Education, 8(1): 5-24.
Purwanti, A, Sutopo, & Wisodo, H. (2016). Penguasaan Konsep dan Kemampuan Representasi
Materi Gerak Lurus Siswa SMA Kelas XII. Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana
UM,1(1); 53-58.
Rosyid, Jatmiko, B., & Supardi, Z.A.I. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan
Model Orientasi IPA (PBL dan Multi Representasi) Pada Konsep Mekanika di SMA. Pancaran,
2(3): 1-12.
Setyandaru, T.A., Wahyuni, S., & Putra, P.D.A. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Multirepresentasi pada Pembelajaran Fisika di SMA/MA. Jurnal Pembelajaran Fisika,
6(3): 218-224.
Suwanto, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Tinjauan Teoritis dan Praktis).
Jakarta:Kencana