LP N Askep Teori BBLR
LP N Askep Teori BBLR
OLEH :
IIP ARIF BUDIMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan
lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight
baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun
1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70
% dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak
terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi
BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10
– 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang
adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal
pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami
gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-
kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah,
dan gangguan lainnya.
Tabel.1
Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September
2008
Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Hidup 201 218 266 685
Mati 4 7 8 19
Jumlah 704
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008
Tabel. 2
Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008
Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Asfiksia 3 7 13 23
BBLR 32 30 36 98
BBLSR 2 8 10 20
Kelainan kongenital 1 – – –
Kelainan Mongolisme 2 – – –
Kejang – – – –
Kelainan Lain – 2 – 2
Jumlah 143
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008
Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan
Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi
(Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia
Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).
Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida
dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin
meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine
and linux.com).
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tak menempel
Solusio plasenta
Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali
pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
• Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
• Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental
pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia
paru dan lain-lain.
5. Faktor persalinan
• Partus lama
• Partus tindakan
(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)
C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini
akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Medicine and linux.com)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot
dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/
(Pediatric.com)
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
– DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
– Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
– Apnea
– Pucat
– Sianosis
– Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran
nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini
dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan
dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel
mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua
telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama
20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan
terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung
dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring.
Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan
memukul kedua telapak kaki bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk
keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga
kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang
hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain
kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi
dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala
ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN
Pediatric.com).
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30
cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang
menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal
lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal
beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan
dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi (Medicine and linux.com).
Riwayat Psikologis :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya
tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di
ruang perawatan.
Data Sosial Ekonomi :
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan
diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
A. PENGKAJIAN FISIK :
1 Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
2 Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
3 Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat
benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo
disekitar wajah.
4 Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.
5 Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak,
tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
6 Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT,
keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.
7 Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa
bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.
8 Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit,
suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan
(BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah
dan ireguler.
9 Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/
infeksi.
10 Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali,
turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.
11 Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali
pusat sudah terlepas.
12 Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB,
mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.
13 Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit,
keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.
14 Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.
15 Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS
Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis
16 Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus
yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya
mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol
kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak
kaki.
17 Therapy
Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv
Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv
Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv
Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv
Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral
Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)
IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv
18 Laboratorium
WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3
HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl
HCT 36,9 % 35.0/55.0 %
PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3
MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl
B. DATA IBU
Nama : Ny. Y
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu
HPHT : 10 Mei 2008
HPL : 17 Februari 2009
Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0
Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan
Lama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30
menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.
Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidan
Trimester 2 : 1 kali
Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidan
Obat – obatan : Obat warung
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahulu
No Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket
1. ♀ 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal
40 hari BBLSR Meninggal
2. ♀ 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup
C. ANALISA DATA
No
Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds:
Do:
Bayi tampak sesak nafas
RR 76 x/Menit
Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
PCH +
Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)
Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR
Do:
S : 39,1 0C/Anal
Leukosit 10. 103/mm3
Struktur kulit halus dan tipis
Bayi di simpan dalam inkubator
Imaturitas jaringan lemak pada subkutan
Distensi abdomen
Hospitalisasi
Cemas
Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua
5 Ds
Do:
Terpasang NGT
IVFD D5 ½ NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra
S : 39,1 0 C
Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus
Leukosit 10. 103/mm3
Imaturitas sistem imunologi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Imaturitas sistem pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
2. Observasi TTV
3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi
menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral
2. Status nutrisi teridentifikasi
2. Observasi TTV
3. Perawatan NGT
4. Perwatan IVFD
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.
2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas
normal
3. Mencegah infeksi
4. Mencegah infeksi
5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
13-12-2008
08.00 WIB
08.05
15-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
08.05 WIB
08.10 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
08.00 WIB
09.05 WIB
15-12-2008
09.05 WIB
09.10 WIB
16-12-2008
09.05 WIB
15-12-2008
10.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini
2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya
R : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.
H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya
3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini
R : Orang tua bayi tampak cemas
H : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.
4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..
08.05 WIB
12.00 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
12.00 WIB 1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien
tampak tertidur
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien
tampak tertidur
4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
17-12-2008
Pkl. 08.00 S :
O:
• Bayi terlihat Sesaknya berkurang
• R : 68 x/menit
• O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit
• Retraksi rongga epigastrium
• PCH tidak terdapat
• Tidak terjadi cyanosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
• Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
• Therapi O2 sesuai kebutuhan
• Monitor frekuensi pernafasan bayi
• Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
• Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
17-12-2008
Pkl. 08.10 Wib S :
O:
• Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
• Bayi masih dalam inkubator
• Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
• Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat
• Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
• Observasi TTV
• Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan
• Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
• Ganti popok apabila basah
Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan 17-12-2008
Pkl. 09.00 Wib S: –
O:
• NGT tidak terpasang
• Muntah tidak ada
• Replek menghisap ada dan lemah
• PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc
• BB: 1200 gram
• Turgor kulit tidak elastis
• IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
• Kaji reflek hisap dan menelan bayi
• Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
• Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
• Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
• Observasi intake dan output cairan
• Kaji Bab dan BAK bayi
• Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. 17-12-2008
Pkl. 11.00 WIB S :
Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya
sembuh
O:
• Orang tua klien tampak gelisah
• Orang tua klien kooperatif
• Orang tua klien tampak cemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
• Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
• Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
• Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
• Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
• Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
• Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
17-12-2008
Pkl. 12.00 WIB S :
O:
• Tanda-tanda vital
• S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit
• Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.
• Terpasang IVFD D5 ½ Ns 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
• Kaji tanda – tanda infeksi
• Melakukan perawatan NGT dan Infus
• Observasi TTV
• Kolaborasi pemberian antibiotik
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia
RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan
9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak
muncul pada teori diantaranya :
1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan
4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal
pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami
gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-
kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia
RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
11. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
12. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang
diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
13. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan.
14. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi.
15. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologrendah, dan
gangguan lainnya.
B. SARAN
1. Intitusi Pendidikan.
Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih
bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja
mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif.
2. Lahan Praktek.
Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa
Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi yang
sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan
khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian
neonatus.
3. Mahasiswa praktikan.
Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR
dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif
sebisa mungkin yang telah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung :
Yrama Widya.
Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas
UI, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SP
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan
Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.
WWW. Pediatric.com