01 GDL Isnawahyuu 189 1 Isnawah 3 PDF
01 GDL Isnawahyuu 189 1 Isnawah 3 PDF
DISUSUN OLEH :
ŝ
SURAT PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P.09083
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat ddibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
NIM P.09083
ŝŝ
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Pengkajian ............................................................ 6
ǀŝŝ
B. Kesimpulan ........................................................... 23
C. Saran ..................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ǀŝŝŝ
ϭ
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam dua tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang
terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa
terapi spesifik (Rudolph, 2006: 584). Dalam hasil penelitian yang dilakukan
1
Ϯ
rincian diagnosis yang ditemukan pada anak dengan suhu tubuh tinggi
(20%), diare sedang (6,6%) dan kejang demam serta asma (3,3%).
persentase yang paling tinggi dalam penelitian yang dilakukan adalah febris
hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab
untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.
berbagai sebab, misalnya penyakit atau setres. Suhu tubuh yang terlalu
ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2008:
155).
diperantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh
dan aktivitas kompleks imun (Kania, 2007: 1). Demam sering kali dikaitkan
dengan adanya gangguan pada set point hipotalamus oleh karena infeksi,
alergi, endotixin, atau tumor. Exogenous dan virugens (seperti bakteri, virus,
atau ingin diselimuti dan minum air hangat (Suriadi, 2010: 63).
pembatasan panas (Soedarmo, 2002: 27). Demam dapat diderita oleh siapa
saja, dari bayi hingga orang berusia paling lanjut sekalipun. Demam
Panas atau demam kondisi dimana otak mematok suhu diatas setting
normal yaitu diatas 38ºC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah
bila suhu lebih dari 38.5ºC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Daerah Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
Daerah Sukoharjo.
Daerah Sukoharjo.
Sukoharjo.
ϱ
C. Manfaat Penulisan
kampus.
demam.
ϲ
BAB II
LAPORAN KASUS
pada tanggal 7-8 April 2012 diruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
A. Identitas Pasien
jawab selama dirawat di rumah sakit adalah ayah An. A bernama Tn. M yang
B. Pengkajian
melihat catatan medis dari dokter. Hasil pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 7 April 2012 didapat keluhan utama yang dirasakan An. A adalah
ϲ
ϳ
panas tinggi sejak hari Kamis tanggal 5 April 2012. Keluarga mengatakan pada
hari Kamis siang An. A tubuhnya panas, sebelumnya An. A kelelahan setelah
beberapa hari diajak main sepak bola oleh saudaranya. Kamis sorenya keluarga
berobat pasien mendapatkan obat puyer dan intunal (syrup) diminum 3x1 hari
namun panasnya tidak menurun apalagi saat malam hari tubuh pasien teraba
pemeriksaan suhu tubuh mencapai 39.5ºC, tekanan darah 120/60 mmHg, nadi
terapi dari IGD kemudian pasien dibawa ke ruang rawat inap yaitu di ruang
Flamboyan kamar 1.1 dan mendapatkan suntikan cefotaxim 300 mg, invomit 2
ibu pasien yang bernama Ny. H. Ibu pasien hamil tiga kali namun baru
melahirkan satu kali, dua kali kehamilan sebelumnya terjadi abortus karena
mengonsumsi vitamin C dan zat besi yang diberikan oleh bidan saat periksa.
ϳ
ϴ
Ny. H melahirkan pada tanggal 12 Januari 2008 dengan gestasi saat lahir
delapan jam dan melahirkan di bidan setempat. Ny. H mengatakan saat An. A
lahir berat badannya 3,2 kg, panjang badan saat lahir 48 cm, tidak ada kelainan
kongenital, ibu pasien juga mengatakan saat An. A lahir berwarna merah dan
namun bukan di rumah sakit yang sama. Dua tahun yang lalu An. A pernah
dirawat karena diare dan panas tinggi, saat itu pasien dirawat selama empat
hari. An. A saat ini mendapatkan pengobatan dari rumah sakit adalah infus RL
berfungsi mencukupi cairan dan elektrolit dalam tubuh, injeksi cefotaxime 300
mg/8 jam indikasi obat ini diberikan kepada pasien dengan infeksi saluran
nafas bawah, saluran kemih, ginekologi, kulit, tulang dan rawan sendi, saluran
invomit 2 mg/12 jam diberikan pada pasien dengan indikasi mual, muntah
sitotoksin kemoterapi dan radioterapi, pasca operasi, dan juga injeksi norages
125 mg kalau perlu jika suhu tubuh lebih dari 38,5ºC fungsinya sebagai
meringankan nyeri kolik dan sakit setelah operasi, meringankan rasa sakit,
selain obat-obat tadi ada juga paracetamol satu sendok teh/4 jam sebagai obat
indikasi penyakit saluran nafas atas dan kronis disertai bronkial abnormal
yaitu keadaan alergi, peradangan dan penyakit lain yang memerlukan terapi
ϴ
ϵ
emfisema dan panyakit paru lain dengan komplikasi bronkokontriksi, trifed 1,3
mg indikasi meringankan gejala flu karena alergi saluran nafas atas. Tidak ada
reaksi alergi terhadap obat yang diberikan kepada pasien, saat dilakukan skin
test juga tidak terdapat tanda alergi terhadap antibiotik yang diberikan,
keluarga juga mengatakan bahwa An. A tidak memiliki riwayat alergi apapun.
Imunisasi pada An. A sudah dilakukan lengkap yaitu polio, DPT, BCG,
perkembangan pasien mulai dari saat dia pertama lahir hingga saat ini berumur
empat tahun. Ibu pasien mengatakan saat lahir berat badan pasien 3,2 kg
dengan panjang badan 48 cm, saat ini berat badan pasien 14 kg dan panjang
badan 110 cm. Gigi pasien sudah lengkap kondisi gigi pasien kurang bersih
karena pasien jarang menggosok gigi, pasien belum bisa menggosok gigi
secara mandiri. Terdapat gigi karies pada bagian depan. Gigi pasien tumbuh
pertama ketika berusia enam bulan, pasien dapat duduk sendiri dan bisa
merangkak pada usia delapan bulan. Pasien bisa berjalan saat berusia satu
tahun lebih satu minggu. Pasien sudah belajar makan secara mandiri meskipun
terkadang masih dibantu ibunya. Kata pertama yang dapat diucapkan oleh
pasien adalah “bapak”, saat ini pasien belum bersekolah. Ny. H mengatakan
ϵ
ϭϬ
namun ada juga yang dibantu oleh orang tuanya, An. A tidur malam pada jam
sembilan malam dan bangun jam tujuh pagi, saat siang hari pasien jarang tidur
karena ikut berjualan di pasar. Pasien buang air besar satu kali sehari dan
buang air kecil kurang lebih empat hingga lima kali sehari, pasien sudah bisa
toileting secara mandiri namun masih suka mengompol saat tidur malam.
Riwayat nutrisi pasien saat pasien lahir pasien mendapatkan ASI hanya
selama dua belas hari saja setelah itu dilanjutkan dengan pemberian susu
formula dari usia tiga belas hari hingga dua bulan minum susu S26 kemudian
dilanjutkan susu SGM hingga usia satu tahun, kemudian setelah satu tahun
diganti dengan susu Dancow hingga sekarang. Dalam satu bulan pasien bisa
menghabiskan susu Dancow sebanyak 1600 gram. Sebelum sakit pasien makan
tiga kali dalam sehari dengan porsi makan satu piring dengan nasi, lauk, dan
sayur namun selama sakit pasien nafsu makannya menurun, hanya mau makan
satu hingga dua sendok saja setiap kali makan. Pasien selama sakit masih mau
minum susu, dalam satu hari minum susu 4-5 kali dengan dot 90 cc. Makanan
dalam keluarganya ada yang menderita penyakit diabetus militus yaitu nenek
pasien dari ayahnya. Nenek pasien menderita penyakit diabetus militus sudah
selama satu tahun ini. Keluarga juga menceritakan bahwa saat kecil ayah dan
ibu pasien memiliki riwayat kejang namun kejang biasa, sekarang sudah tidak
ϭϬ
ϭϭ
pernah terjadi. Didalam rumahnya terdapat dua orang yang merokok yaitu ayah
Pasien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu, kakek dan neneknya dari
ayahnya. Tipe rumah pasien sudah permanen, dalam satu rumah terdapat 2
kamar tertutup dan 1 kamar terbuka. Pasien selalu tidur bersama ayah dan
ibunya. Jumlah lantai di rumahnya hanya ada satu lantai, lingkungan rumahnya
sangat bersih dan sangat baik terdapat ventilasi yang cukup. Pengambilan
yaitu 14 kg dan tinggi pasien 110 cm, lingkar kepala pasien 52 cm, lingkar
tanda vital pasien di ruang Flamboyan tanggal 7 April 2012 diperoleh suhu
tubuhnya 38,5ºC, pernapasannya 40x tiap menit, nadi dan tekanan darahnya
116 x per menit dan 120/60 mmHg. Keadaan umum pasien sadar penuh
(normal), WHZ -2,93 (kurus). Warna kulit pasien coklat sawo matang, turgor
kulit elastis, tekstur kulit lembab. Rambut pasien berwarna hitam, bersih tidak
ada ketombe, warna kuku merah muda serta tidak ada clubbing, kuku bersih
dan pendek. Bentuk kepala pasien mesosefal dan sutura sudah menutup secara
sempurna. Konjungtiva pada mata pasien tidak anemis, sklera putih, warna
kornea hitam, kelopak mata tidak cekung, antara mata kanan dan kiri simetris.
ϭϭ
ϭϮ
simetris, terdapat sekret, tidak terdapat cuping hidung. Mukosa bibir pasien
lembab, lidah sedikit kotor, tidak ada pembesaran tonsil, warna gusi merah,
terdapat karies gigi bagian depan, jumlah gigi pasien sudah lengkap. Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid di leher, gerakan leher baik, tidak ada kekakuan
pengembangan paru kanan dan kiri simetris, terdengar bunyi nafas ronki basah,
prioritas masalah keperawatan untuk studi kasus tentang hipertermi adalah dari
semenjak hari Kamis tanggal 5 April 2012 hingga tanggal 7 April kemudian
dibawa ke rumah sakit, data obyektif yang didapat oleh penulis yaitu suhu
leukosit 12,2 10³/µL. Prioritas diagnosa keperawatan yang diambil oleh penulis
ϭϮ
ϭϯ
dari data tersebut diatas adalah hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
selama 2x24 jam diharapkan panas pasien turun (suhu tubuh menjadi normal)
dengan kriteria hasil tidak ada perubahan warna kulit, suhu tubuh dalam
rentang normal (36º-37ºC), kulit tidak teraba panas. Rencana keperawatan yang
akan dilakukan adalah pantau tanda vital pasien rasionalnya apabila terjadi
peningkatan haluan cairan melalui kulit (evaporasi) dan keringat. Cairan juga
beraktivitas dan pada suhu tinggi, ajarkan keluarga kompres air hangat
besar dari 39,5º-40ºC, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun
panas atau antipiretik (paracetamol satu sendok teh tiap empat jam) rasionalnya
ϭϯ
ϭϰ
E. Implementasi
2012 jam 16.35 adalah memantau tanda vital pasien didapatkan hasil tekanan
dengan air hangat pada kedua ketiak dan selakangannya, data obyektifnya
Implementasi hari Minggu 8 April 2012 jam 11.00 pasien dipantau tanda
jam 12.00, pada jam 13.00 menganjurkan asupan cairan oral keluarga
mengatakan pasien mau minum susu kurang lebih 4-5 kali sehari dengan dot 90
cc pasien terlihat mau minum susu dengan dot sebanyak kurang lebih 4-5 kali
sehari.
ϭϰ
ϭϱ
F. Evaluasi Keperawatan
2012 jam 20.00 WIB didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan badan
pasien sudah teraba hangat, obyektifnya suhu tubuh pasien 37,5ºC, assesment
vital, motivasi pasien banyak minum, berikan pakaian yang tipis dan menyerap
Tanggal 8 April 2012 jam 14.00 WIB dilakukan evaluasi pada pasien dan
didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan saat ini pasien sudah tidak
panas lagi namun tadi malam badan pasien teraba panas, obyektifnya suhu
tubuh pasien 37ºC, pasien tampak tidak gelisah, assesment masalah teratasi
cefotaxime 300mg.
ϭϱ
ϭϲ
BAB III
A. Pembahasan
Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh
normal, demam adalah istilan umun dan beberapa istilah lainnya sering
digunakan adalah pireksia atau hipertermi (Tamsuri, 2006: 27). Demam adalah
kondisi ketika otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38ºC
Daerah Sukoharjo tanggal 7 hingga 8 April 2012 kepada An. A yang diagnosa
diperoleh data bahwa An. A yang menderita panas tinggi sejak tanggal 5 April
2012. Dalam pengkajian ini penulis lalai untuk menanyakan kepada keluarga
ϭϲ
ϭϳ
mengenai seberapa panas yang dialami pasien sebelum pasien dibawa berobat
ke rumah sakit.
virus, serta jamur merangsang pelepasan interleukin l dari makrofag, serta juga
Tanggal 7 April 2012 saat diterima di IGD suhu tubuh pasien mencapai
dengan 15 tetes setiap menitnya. Kerugian yang bisa terjadi akibat demam
kemungkinan sangat kecil. Selain itu kejang demam hanya mengenai bayi usia
enam bulan sampai anak usia tiga tahun. Kejang tidak terjadi pada pasien
Pasien mendapatkan terapi obat suntikan cefotaxim 300 mg, invomit 2 mg,
norages 125 mg serta paracetamol satu sendok teh. Hasil pengkajian yang
bahwa pemeriksaan kulit teraba hangat, tekstur kulit lembab dan elastis, serta
ϭϳ
ϭϴ
warna kulit sawo matang dan juga pemeriksaan tanda vitalnya saat sampai di
pemeriksaan fisik penulis hanya dapat mengukur suhu tubuh pasien dengan
termometer aksila ini terjadi karena keterbatasan alat yang penulis temui di
lapangan, meskipun pada pasien demam lebih akurat mengukur suhu tubuh
medis pasien, dan juga saat pasien datang ke rumah sakit sudah sore dan hari
diperoleh hasil adanya peningkatan leukosit dalam tubuh pasien yaitu 12,2
10³/µL.
panas pasien turun (suhu tubuh normal) dengan kriteria hasil tidak ada
perubahan warna kulit, suhu tubuh dalam rentang normal (36º-37ºC), kulit
tidak teraba panas, intervensi yang direncanakan pada pasien antara lain pantau
tanda vital pasien rasionalnya apabila terjadi peningkatan suhu tubuh hingga
ϭϴ
ϭϵ
kebutuhan cairan meningkat secara fisiologis ketika beraktivitas dan pada suhu
autodestruksi dari dari sel-sel yang terinfeksi (Wilkinson, 2007: 222). Penulis
masalah utama pasien dapat teratasi karena penulis takut terjadi demam
berulang sehingga diberikan intervensi selama 2x24 jam agar masalah benar-
benar teratasi.
memantau tanda-tanda vital pasien yang didapatkan hasil tekanan darah 120/60
mmHg, nadi 116 kali setiap menitnya, pernapasan 40 kali setiap menitnya, dan
suhu tubuh 38.5ºC, memberikan obat penurun panas (parasetamol), selain itu
ϭϵ
ϮϬ
kompres air hangat, keluarga mengatakan mau mengompres air hangat, pasien
kompres air hangat juga sangat efektif. Kompres air hangat sangat baik bagi
pasien dengan kondisi suhu tubuh yang tinggi karena dapat menurunkan panas
dalam tubuh secara cepat. Kompres air dingin tidak efektif untuk menurunkan
suhu tubuh anak demam, dan menyebabkan suhu tubuh tidak turun, anak bisa
hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan menjadi hangat sehingga tubuh
suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh
darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit
dilakukan oleh penulis hanya tiga, ini terjadi karena keterbatasan penulis.
hanya memantau tanda vital pasiien didapat hasilnya yaitu tekanan darahnya
menitnya dan suhu tubuhnya 37ºC, tindakan lainnya yang dilakukan adalah
diharapkan mau untuk minum air yang cukup keluarga mengatakan pasien mau
ϮϬ
Ϯϭ
minum susu kurang lebih 3-4 botol dot 90 cc. Kebanyakan demam pada anak
disebabkan oleh infeksi virus, oleh karena itu tujuan terapinya bukan
terapi sebagai pemberian obat, padahal definisi terapi menurut WHO adalah
advis dan informasi, terapi non obat, terapi dalam bentuk obat, merujuk, dan
kombinasi diatas.
Artinya, dalam tata laksana demam pada anak oleh tenaga medis adalah
sebagai berikut :
rehidrasi oral.
e. Beri tau tanda gawat darurat agar tau kapan harus menghubungi
dokter.
f. Berikan makanan anak yang dia inginkan (jangan cemas bila nafsu
Ϯϭ
ϮϮ
j. Terapi obat :
351).
mengatakan badan pasien sudah teraba hangat, suhu tubuh pasien 37,5ºC,
panas. Tanggal 8 April 2012 evaluasi keperawatan pada tanggal ini keluarga
mengatakan pasien saat ini sudah tidak panas lagi, suhu tubuh pasien 37ºC dan
tubuh pasien dalam batas normal (37°C), namun di rencana tindakan penulis
ϮϮ
Ϯϯ
B. Kesimpulan
dari catatan medis pasien. Hasil pengkajian yang ditemukan pada pasien adalah
peningkatan suhu tubuh pasien selama beberapa hari. Pasien mengalami panas
tinggi sejak hari Kamis tanggal 5 April 2012 dan dibawa ke rumah sakit pada
hari Sabtu tanggal 8 April 2012, pemeriksaan suhu tubuh pasien pada hari
Sabtu mencapai 39.5ºC. Hasil pemeriksaan penunjang pada 8 April 2012 yaitu
oral, ajarkan kompres air hangat, gunakan selimut pendingin, dan kolaborasi
keperawatan yang sudah disusun namun tidak semua intervensi dapat tercapai
Ϯϯ
Ϯϰ
terapi lainnya).
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 8 April 2012 yaitu
ini pasien sudah tidak panas lagi namun tadi malam badan pasien teraba panas,
obyektifnya suhu tubuh pasien 37ºC, pasien tampak tidak gelisah, assesment
C. Saran
3. Saran bagi peneliti lain diharapkan ada peneliti lain yang dapat meneliti
Ϯϰ
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Buku Ajar Keperawatan Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi 1. Editor Soedarmo S.S Poorwo,
dkk. Jakarta: Penerbit Ilmu Kesehatan Anak FKUI, hal 27
MIMS. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 9. Jakarta. PT. Bhuana
Ilmu Populer (Kelompok Gramedia).
Mubarak Wahid I, Nurul Chayati. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal 1-2.
Suriadi, Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Editor Ns,
Haryanto, S.Kep. Jakarta; CV. Sagung Seto, hal 63-66.
Tamsuri Anas. 2006. Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal 27-38.
Valita Avin. 2007. Perbedaan penurunan suhu klien febris antara kompres
hangat dengan tanpa kompres hangat pada reseptor suhu (Studi Kasus di
Ruang Anak RSU Dr Saiful Anwar Malang). Karya Tulis Ilmiah.
http://www.dijilib.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2008-avinvalita-14616-
PEN. Diakses pada tanggal 10 April 2012.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :-